Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas ini dapat
diselesaikan. Shalawat serta salam semoga tercurah limpah kepada Nabi kita
Muhammad SAW.
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah
Peradaban Islam dengan judul “Peradaban yang diciptakan, filsafat dan ilmu yang
berkembang, maju-mundur pada dinasti Mughal di India” di Prodi Farmasi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Bandung.
Demikianlah tugas ini disusun semoga bermanfaat khususnya bagi kami
selaku penyusun dan umumnya bagi kita semua. Kami menyadari makalah ini jauh
dari kesempurnaan, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kami
dapat menjadi lebih baik.

Penyusun

Bandung, 6 Oktober 2018

i
BAB I
PENDAHULUAN

Sejarah merupakan realitas masa lalu, keseluruhan fakta, dan peristiwa yang
unik dan berlaku. Hanya sekali dan tidak terulang untuk yang kedua kalinya. Oleh
karena itu, ada pandangan bahwa masa silam tidak perlu dihiraukan lagi, anggap saja
masa silam itu ”kuburan”. Pandangan ini tentu saja sangat subyektif dan cenderung
apriori sekaligus tidak memiliki argumentasi yang kuat. Tapi bagaimanapun sebuah
perirtiwa pada masa silam bisa dijadikan pandangan untuk kehidupan yang akan
datang agar lebih baik.
Seperti takdir yang telah Allah tentukan di setiap kehidupan di muka bumi ini.
Mengalami masa pertumbuhan, kejayaan dan setelah sampai titik puncaknya akan
mengalami masa kemunduran dan bahkan kehancuran, bak sebuah roda yang
berputar. Demikian pula yang terjadi pada Kerajaan Mughal (India) yang telah
banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan peradaban Islam. Kemunduran-
kemunduran inilah yang akan penulis bahas dalam makalah ini. Karena pengaruhnya
sangat besar terhadap kelangsungan peradaban Islam secara keseluruhan.
Sejak Islam masuk ke India pada masa Khalifah al-Walid dari Dinasti Bani
Umayyah melalui ekspedisi yang dipimpin oleh panglima Muhammad Ibn Qasim
peradaban Islam mulai tumbuh dan menyebar di anak benua India. Kedudukan Islam
di wilayah ini dan berhasil menaklukkan seluruh kekuasaan Hindu dan serta
mengislamkan sebagian masyarakatnya India pada tahun 1020 M. Setelah Gaznawi
hancur muncullah beberapa dinasti kecil yang menguasai negeri India ini, seperti
Dinasti Mamluk, Khalji, Tuglug, dan yang terakhir Dinasti Lodi yang didirikan
Bahlul Khan Lody.
Hadirnya Kerajaan Mughal membentuk sebuah peradaban baru di daerah
tersebut dimana pada saat itu mengalami kemunduran dan keterbelakangan.Kerajaan
Mughal yang bercorak Islam mampu membangkitkan semangat ummat Islam di
India. Hal ini menunjukkan bahwa Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam
pertama di India.Jika pada dinasti-dinasti sebelumnya Islam belum menemukan
kejayaannya, maka kerajaan ini justru bersinar dan berjaya.Keberadaan kerajaan ini
dalam periodisasi sejarah Islam dikenal sebagai masa kejayaan kedua setelah
sebelumnya mengalami kecemerlangan pada dinasti Abbasiyah.
Upaya perluasan wilayah dan penyebaran agama Islam ke India sudah dimuali
sejak zaman khulafa al-Rasyidin yakni Abu Bakar Shiddiq, kemudian dilanjutkan,
Umar bin Khatab dan juga masa Usman bin Affan. Namun rencana ini dibatalkan
karena ganasnya kehidupan negeri India. Dan masa khalifah Ali bin Abi Thalib
pernah berhasil menaklukkan India, Namun setelah itu terhenti karena terbunuhnya
utusan beliau yang bernama al-Harits bin Murah al-Abdi pada tahun 42 H di suatu
daerah di al-Daidan yang terletak antara Sind dan Khurasan, sehingga hal tersebut
menggagalkan usaha perluasan wilayah umat Islam.
Dan keberhasilan untuk memasuki kawasan India diraih oleh Muhammad bin
Qasim pada masa pemerintahan Al-Walid pada tahun 711-713 M. Dia berhasil
menerobos daerah-daerah Sind dan kawasan Punjab bagian bawah. Sejak saat itu satu
persatu daerah di dekat Sind jatuh ke tangan Islam, dan Multan dijadikan sebagai
ibukota Islam pertama di India.Dan pada tahun 1020 M, Mahmud Al-Ghaznawi
berhasil menaklukkan hampir semua kerajaan Hindu di wilayah India sekaligus
mengislamkan sebagian besar masyarakatnya.
Disaat kondisi kekuasaan Islam di India mengalami kemunduran dan
menunjukkan hal yang sangat rumit. Ibrahim Lodi (1517-1526 M), pewaris
kesultanan budak yang terakhir di Delhi (India), mengalami berbagai kesulitan
menegakkan kembali kewibawaan politiknya. Dan hal ini menjadi peluang bagi
Zahirudin Babur (1526-1530 M) untuk menjadi penguasa di India melalui tawaran
dari Alam Khan yang merupakan paman Ibrahim Lodi sendiri untuk menghancurkan
Lodi. Sehingga Babur berhasil menaklukkannya dan mendirikan kerajaan Mughal di
India dengan Delhi sebagai ibukotanya pada tanggal 21 April 1526 M.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Mughal


Penyebaran agama Islam ke India sebenarnya telah dirintis sejak
zaman khulafa al-Rasyidin yang pertama yakni Abu Bakar Shiddiq. Beliau
pernah mengirim surat kepada panglima perang yang bernama Khalid bin
Walid, setelah perang Yamamah berakhir pada tahun 12 H (633 M). Pada
masa khalifah Umar bin Khatab dan juga masa Usman bin Affan, juga
dilakukan usaha untuk menaklukkan India. Namun rencana ini dibatalkan
karena ganasnya kehidupan negeri India yang sangat minim air, buah-
buahannya jelek, dan banyak pencuri.
Kemudian ketika masa khalifah Ali bin Abi Thalib diutuslah pasukan
dibawah pimpinan al-Harits bin Murah al-Abdi untuk menyerbu India, dan
berhasil menaklukkannya. Namun setelah itu ia terbunuh pada tahun 42 H di
suatu daerah di al-Daidan yang terletak antara Sind dan Khurasan.
Selanjutnya, pada masa pemerintahan bani Umayyah usaha perluasan wilayah
kearah India tetap dilanjutkan. Al-Mulhab bin Abi Syufrah berusaha
menaklukkan Al-Maltan namun gagal. Kemudian dilanjutkan oleh Abdullah
al-Abdi dan juga menemui kegagalan. Dan keberhasilan untuk memasuki
kawasan India diraih oleh Muhammad bin Qasim pada masa pemerintahan
Al-Walid. Dia berhasil menerobos daerah-daerah Sind dan kawasan Punjab
bagian bawah (Thohir, Ajid, 2004).
Sejak saat itu satu persatu daerah di dekat Sind jatuh ke tangan Islam,
dan Multan dijadikan sebagai ibukota Islam pertama di India. Keberhasilan
Muhammad bin Qasim tidak terlepas dari usaha para pejuang Islam mulai dari
masa khalifah Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali bin Abi Thalib yang
berjuang untuk menaklukkan India, meski ini berbuah kegagalan. Akan tetapi,
setidaknya usaha tersebut telah menjadi motivasi agar berhati-hati dalam
melakukan perjuangan untuk menaklukkan India, karena kawasan ini telah
diketahui sangat liar, minim air, dan banyak pencuri yang nantinya akan
menyulitkan para pejuang Islam untuk menaklukan daerah tersebut.
Disamping itu pandangan penulis, keberhasilan Muhammad bin Qasim
dalam menerobos masuk daerah Sind dikarenakan dukungan dari orang-orang
budha di kawasan tersebut yang ingin merebut kembali hak-hak mereka untuk
beribadat di candi-candi milik mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Firdaus
dan Desmaniar “…yang mana negeri Sind ini berada di bawah pemerintahan
Brahmana.Agama rakyatnya pada waktu itu Budha, dan orang-orang Budha
berada di bawah pemerintahan Brahmana. Kemudian mereka minta tolong
kepada Muhammad bin Qasim untuk mengembalikan hak-hak mereka untuk
beribadat di candi-candi mereka seperti dahulu”.
Dan peristiwa penaklukan Sind tersebut terjadi pada tahun 711-713.
Kemudian, usaha penaklukan daerah India yang paling menentukan dilakukan
oleh dinasti Ghaznawi yang dipimpin oleh Mahmud Al-Ghaznawi. Pada tahun
1020 M, ia berhasil menaklukkan hampir semua kerajaan Hindu di wilayah
India sekaligus mengislamkan sebagian besar masyarakatnya. Ia beserta kaum
muslimin berhasil memasuki India melalui jalan-jalan darat dari Afghanistan
Utara dan Timur, hingga akhirnya mencapai India. Kemudian mereka
mendirikan istana di Punjab, dan berhasil menundukkan Lahore (ibukota
Punjab) pada tahun 1030 dan menghancurkan wilayah utara India. Setelah
dinasti Ghaznawi hancur, muncullah dinasti-dinasti kecil seperti Mamluk
(1206-1290 M), Khalji (1296-1316 M), dinasti Tughluq (1320-1412 M) dan
dinasti lainnya.
Setelah periode Khalji dan Tughluq, kemudian dilanjutkan oleh
keluarga Sayyid (1414-1451 M) dan keluarga Lodi (1451-1512 M).Kondisi
kekuasaan Islam di India mengalami kemunduran dan menunjukkan hal yang
sangat rumit. Ibrahim Lodi (1517-1526 M), pewaris kesultanan budak yang
terakhir di Delhi India, mengalami berbagai kesulitan menegakkan kembali
kewibawaan politiknya (Yatim, Badri,2006).
Kerajaan Mughal di India dengan Delhi sebagai ibukotanya, didirikan
oleh Zahirudin Babur, salah satu dari cucu Timur Lenk.Ayahnya bernama
Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babur mewarisi daerah Ferghana ketika ia
masih berusia 11 tahun. Ia berambisi dan bertekad untuk menaklukkan
Samarkand yang menjadi kota penting di Asia Tengah pada masa itu. Pada
mulanya ia mengalami kekalahan tetapi karena dibantu oleh raja Syafawi,
Ismail I akhirnya ia berhasil menaklukkan Samarkand tahun 1494 M. dan
pada tahun 1504 M ia berhasil menduduki Kabul dengan ibukota Afghanistan
(Syukur, Fatah. 2009).
Kemudian, Alam Khan yang merupakan paman Ibrahim Lodi
bersama-sama Daulat Khan yang merupakan Gubernur Lahore mengirim
utusan ke Kabul guna meminta bantuan Zahirudin Babur untuk menjatuhkan
pemerintahan Ibrahim Lodi di Delhi. Pada tahun 1525 M, Babur berhasil
menguasai Punjab dengan ibukotanya Lahore dan setelah itu ia menuju Delhi.
Dan pada tanggal 21 April 1526 M terjadilah pertempuran yang sangat
dahsyat di Panipat.Ibrahim Lodi beserta pasukannya terbunuh. Dan Zahirudin
Babur menegakkan pemerintahannya di sana, dengan demikian berdirilah
kerajaan Mughal di India.
2.2. Pemimpin Kerajaan Mughal
Selama masa pemerintahannya Kerajaan Mughal dipimpin oleh
beberapa orang raja. Raja-raja yang sempat memerintah adalah (Supriyadi,
Dedi, 2008):
1. Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530)
Raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Mughal. Masa
kepemimpinannnya digunakan untuk membangun fondasi pemerintahan.
Awal kepemimpinannya, Babur masih menghadapi ancaman pihak-pihak
musuh, utamanya dari kalangan Hindu yang tidak menyukai berdirinya
Kerajaan Mughal. Orang-orang Hindu segera menyusun kekuatan
gabungan, namun Babur berhasil mengalahkan mereka dalam suatu
pertempuran. Sementara itu dinasti Lodi berusaha bangkit kembali
menentang pemerintahan Babur dengan pimpinan Muhammad Lodi. Pada
pertempuran di dekat Gogra, Babur dapat menumpas kekuatan Lodi pada
tahun 1529. Setahun kemudian yakni pada tahun 1530 Babur meninggal
dunia.
2. Humayun (1530-1556)
Sepeninggal Babur, tahta Kerajaan Mughal diteruskan oleh
anaknya yang bemama Humayun. Humayun memerintah selama lebih dari
seperempat abad (1530-1556 M). Pemerintahan Humayun dapat dikatakan
sebagai masa konsolidasi kekuatan periode I. Sekalipun Babur berhasil
mengamankan Mughal dari serangan musuh, Humayun masih saja
menghadapi banyak tantangan. Ia berhasil mengalahkan pemberontakan
Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang bermaksud melepaskan diri dari
Delhi. Pada tahun 1450 Humayun mengalami kekalahan dalam
peperangan yang dilancarkan oleh Sher Khan dari Afganistan. Ia
melarikan diri ke Persia.
Di pengasingan ia kembali menyusun kekuatan. Pada saat itu Persia
dipimpin oleh penguasa Safa¬wiyah yang bernama Tahmasp. Setelah lima
belas tahun menyusun kekuatannya dalam pengasingan di Persia,
Humayun berhasil menegakkan kembali kekuasaan Mughal di Delhi pada
tahun 1555 M. Ia mengalahkan ke¬kuatan Khan Syah. Setahun kemudian,
yakni pada tahun 1556 Humayun meninggal.Ia digantikan oleh putranya
Akbar.
3. Akbar (1556-1605)
Pengganti Humayun adalah raja Mughal paling kontroversial.
Masa pemerintahannya dikenal sebagai masa kebangkitan dan kejayaan
Mughal sebagai sebuah dinasti Islam yang besar di India. Ketika
menerima tahta kera¬jaan ini Akbar baru berusia 14 tahun, sehingga
seluruh urusan pemerintahan dipercayakan kepada Bairam Khan, seorang
penganut Syi’ah. Di awal masa pemerintahannya, Akbar menghadapi
pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang masih ber¬kuasa
di Punjab. Pemberontakan yang paling mengancam kekuasaan Akbar
adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Himu yang menguasai Gwalior
dan Agra. Pasukan pemberontak berusaha memasuki kota Delhi. Bairam
Khan menyambut kedatangan pasukan tersebut sehingga terjadilah
peperangan dahsyat yang disebut Panipat II pada tahun 1556 M. Himu
dapat dikalah¬kan dan ditangkap, kemudian dieksekusi. Dengan
demikian, Agra dan Gwalior dapat dikuasai penuh. Setelah Akbar dewasa
ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai
pengaruh sangat kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran
Syi’ah. Bairam Khan memberontak, tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di
Jullandur tahun 1561 M. Setelah persoalan-persoalan dalam negeri dapat
diatasi, Akbar mulai menyusun program ekspansi. Ia berhasil menguasai
Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar,
Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan
Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu diperintah dalam suatu
pemerintahan militeristik.
Keberhasilan ekspansi militer Akbar menandai berdirinya Mughal
sebagai sebuah kerajaan besar. Dua gerbang India yakni kota Kabul
sebagai gerbang ke arah Turkistan, dan kota Kandahar sebagai gerbang ke
arah Persia, dikuasai oleh pemerintahan Mughal. Menurut Abu Su’ud,
dengan keberhasilan ini Akbar bermaksud ingin mendirikan Negara
bangsa (nasional). Maka kebijakan yang dijalankannya tidak begitu
menonjolkan spirit Islam, tetapi bagaimana mempersatukan berbagai etnis
yang membangun dinastinya. Keberhasilan Akbar mengawali masa
kemajuan Mughal di India.
2.3. Kemajuan Peradaban Islam masa Kerajaan Mughal
2.3.1. Politik dan Pemerintahan
Kerajaan Mughal yang mencapai masa keemasannya pada masa raja
Akbar menerapkan politik sulakhul (toleransi universal). Dengan politik itu,
semua masyarakat yang ada di India dipandang sama kedudukannya. Di
samping itu Akbar juga menata administrasi pemerintahan dan keuangan,
sehingga keuangan Negara dapat tersalur sesuai program yang direncanakan.
Ia juga mengangkat menteri-menteri yang membantu sultan dalam menangani
bidang-bidang khusus seperti pertanian, pendidikan, kesehatan, dan lainnya.
Stabilitas politik yang berhasil diciptakan oleh Akbar mendukung pencapaian
kemajuan di bidang perekonomian.
2.3.2. Ekonomi dan Perdagangan
Dalam bidang ekonomi, kerajaan Mughal dapat mengembangkan
program pertanian, pertambangan, dan perdagangan. Akan tetapi sumber
keuangan negara lebih banyak bertumpu pada sektor pertanian. Setiap petani
bertanggung jawab terhadap tanah garapannya yang diebut “deh”. Deh
merupakan unit lahan pertanian terkecil. Beberapa deh tergabung dalam
pargana (desa). Dan komunitas petani dipimpin oleh para mukaddam. Melalui
para mukaddam inilah pemerintah berhubungan dengan petani. Dan
pemerintah berhak atas sepertiga dari hasil pertanian di negeri itu.
Hasil pertanian kerajaan mughal yang terpenting waktu itu adalah biji-
bijian, padi, kacang, sayur-sayuran, rempah, tembakau, kapas, dan bahan-
bahan celupan. Di samping itu kebutuhan dalam negeri berupa hasil pertanian
diekspor ke Eropa, Afrika, Arabia, dan Asia Tenggara bersamaan dengan hasil
kerajinan seperti pakaian tenun.
2.3.3. Sosial Kemasyarakatan
Selama dinasti Mughal berkuasa, orang muslim berada pada puncak
hirarki sosial, mereka berada di atas orang-orang non-muslim. Kedudukan
sosial yang tinggi seperti ini sangat berperan dalam menentukan atas segenap
tata cara peribadatan dan kegiatan yang paling sederhana sekalipun. Namun,
menjelang berakhirnya periode kerajaan Mughal karena sudah mulai terjadi
perebutan kekuasaan dan perang sudara, maka peran sosial tersebut telah
berakhir, dan identitas umat Islam sudah mulai terancam.
2.3.4. Pendidikan dan Iptek
Perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan terutama sekali ilmu
yang berhubungan dengan aqidah dan syari’ah, pada umumnya memberikan
uraian dan tambahan penjelasan terhadap kitab-kitab yang telah dikarang pada
zaman-zaman sebelumnya. Dan dapat dikatakan kemajuan di bidang ini tidak
begitu cemerlang karena sudah banyak umat muslim yang bertaklid dengan
mazhab-mazhab yang telah ada di zaman klasik seperti mazhab imam yang
empat.
2.3.5. Kesenian
Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi, bidang seni dan budaya
juga berkembang. Karya seni yang menonjol adalah karya sastra syair di
kalangan penyair istana, baik berbahasa Persia maupun bahasa India.penyair
India yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang sastrawan sufi
yang menghasilkan karya besar berjudul padmavat yang mengandung pesan
kebajikan jiwa manusia.
Karya seni yang masih dapat dinikmati sekarang dan merupakan karya
seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang
indah dan mengagumkan. Pada masa Akbar dibangun istana Fatpur Sikri di
Sikri, vila dan masjid-masjid yang indah. pada masa Syah Jehan dibangun
masjid berlapiskan mutiara dan Taj Mahal di Agra, masjid Raya Delhi dan
istana indah di Lahore.
2.3.6. Pemikiran dan Filsafat
Pada kerajaan Mughal bidang pemikiran dan filsafat tidak berkembang
karena filsafat dianggap bid’ah. Hal ini sangat berbeda dengan masa klasik,
umat Islam tidak hanya maju dalam bidang politik, peradaban, dan
kebudayaan, namun umat Islam waktu itu juga maju dalam segi ilmu
pengetahuan dan pemikiran filsafat.
2.3.7. Paham Keagamaan
Masyarakat India dari kasta Sudra yang selama ini merupakan
masyarakat kelas bawah, pada masa kerajaan Mughal mendapat tempat dan
penghargaan yang tinggi.begitu juga dengan emansipasi wanita, karena berkat
ajaran Islam harkat dan martabat kaum wanita terangkat.
Karya di bidang agama ini adalah diciptakannya agama baru oleh
sultan Akbar yaitu din illahi (agama ketuhanan). Agama ini merupakan
gabungan dari agama yang ada di India seperti Hindu, Islam, Budha, dan
Kristen. Secara politis agama ini adalah agama yang menyatukan seluruh
agama yang ada di India menjadi satu paham ajaran agama. Namun hal ini
tetap tidak sesuai dengan ajaran Islam yang bersumber dari al-Qura’an dan
Sunnah.
Dengan demikian, bahwa penyebab kemajuan pemerintahan Mughal
ini antara lain:
1. Karena pemerintahan Mughal dipimpin oleh raja-raja yang kuat dan
mempunyai keinginan tersendiri untuk memperkuat kerajaan Mughal.
Raja ini mulai dari Zahirudin sampai Aurangzeb, dan setelah itu raja-raja
dari kerajaan Mughal memiliki watak yang lemah.
2. Prajurit-prajurit Mughal mempunyai semangat perang yang sangat tinggi
serta didukung oleh sikap pemimpin mereka yang kuat dan gigih
memperluas dan mempertahankan kekuasaan Mughal di India.
2.4. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Mughal
Setelah satu setengah abad kerajaan Mughal berada di puncak
kejayaannya. Maka pada abad ke-18 M kerajaan ini memasuki masa-masa
kemunduran. Berakhirnya kejayaan kerajaan Mughal ini pada masa
Aurangzeb yakni pada tahun 1707 M. Munculnya gerakan separatis Hindu di
India Tengah yakni kaum Sikh dibawah pimpinan Banda di belahan utara dan
merampas kota Sadhaura serta membunuh penduduk yang beragama Islam di
kota Sirhind.
Serangan dari luar India juga berlanjut. Dari Persia, Nadhir Syah dapat
merebut kekuasaan, dan dapat menduduki Pasyawar dan Lahore pada tahun
1739 M dan meneruskan serangan ke ibukota sehingga Nadhir dan
pasukannya membunuh masyarakat Delhi dan mewajibkan kerajan Mughal
untuk membayar upeti kepada Persia. Dengan demikian, kekuasaan politiknya
mulai merosot, kepemimpian di pusat menjadi ajang perebutan, gerakan
separatis Hindu di India Tengah, Shikh di belahan utara dan Islam bagian
Timur semakin lama semakin mengancam.Sementara itu, para pedagang
Inggris untuk pertama kalinya diizinkan oleh Jehangir menanamkan modal di
India, dengan persenjataan yang canggih semakin kuat menguasai wilayah
pantai.
Pada masa pemerintahan Bahadur Syah II (1837-1858 M), perusahaan
Inggris (EIC) mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat dengan ketat
dan cenderung kasar. Karena rakyat merasa ditekan, maka mereka (baik
beragama Hindu atau Islam) bangkit mengadakan pemberontakan. Mereka
meminta Bahadur Syah untuk diajak kerjasama guna melakukan
pemberontakan untuk menjadi merebut kembali kekuasaan kerajaan Mughal
dari tangan Inggris. dan terjadilah perlawanan rakyat India terhadap kekuatan
Inggris pada bulan Mei 1857 M.
Namun perlawanan mereka dapat dipatahkan dengan mudah, karena
Inggris mendapat dukungan dari beberapa penguasa lokal Hindu dan Muslim.
Kemudian para pemberontak tersebut diusir dari kota Delhi, rumah ibadah
dihancurkan, dan Bahadur II yang merupakan raja Mughal yang terakhir
diusir dari istana pada tahun 1558 M. Maka dari itulah kerajaan Mughal yang
telah berkuasa selama satu setengah abad ini runtuh dan berakhirlah sejarah
kekuasaan dinasti Mughal di anak benua India. Dan tinggallah di sana umat
Islam yang harus mempertahankan eksistensi mereka.
Ada dua faktor yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran
kerajaan Mughal, yaitu:
1. Faktor Intern
a. Setelah Aurangzeb wafat banyak timbulnya pemberontak-pemberontak
yang ingin membebaskan diri dari kerajaan Mughal, seperti golongan
Hindu, dan Sikh. Sehingga hal ini mengakibatkan goncangnya
stabilitas politik dan keamanan dalam negeri.
b. Sebagai akibat dari pemberontakan-pemberontakan dalam negeri
tersebut maka sudah tentu perekonomian Negara menurun dikarenakan
masyarakat tidak mau lagi bekerja untuk pemerintah kerajaan. Dan
tentu kan menyebabkan banyaknya kemiskinan sehingga berpengaruh
terhadap pertahanan Negara.
c. Penguasa-penguasa Mughal pasca Aurangzeb berwatak lemah, kurang
memperhatikan kehidupan rakyat dan mereka hanya sibuk saling
merebut kekuasaan satu samalain. Dan tentu hal ini akan memudahkan
pemerintahan daerah melepaskan diri dari pemerintahan pusat.
2. Faktor Ekstern
a. Dengan serangan dri bangsa Persia yang dipimpin oleh Nadhi Syah
yang sempat menduduki Delhi dan akhirnya Mughal terpaksa
membayar upeti kepada pihak Persia. Dan tentu ini menyebabkan
kerajaan semakin mundur.
b. Hadirnya penjajah Inggris membawa langsung kehancuran kerajaan
Mughal. Inggris selalu meminta upeti kepada rakyat dengan
memaksa, dan ditambah lagi dengan persenjataan Inggris yang maju
dari kerajaan Mughal.Karena pada waktu itu Eropa jauh lebih maju
dari umat Islam yang sedang mengalami kemunduran.
BAB III
PENUTUP

Latar belakang berdirinya kerajaan ini yaitu :


1. Faktor external yaitu adanya tawaran dari Alam Khan untuk menggulingkan
Ibrahim Lodi dengan meminta bantuan Zahirudin Babur yang merupakan
penguasa Ferghana, sehingga hal ini dimanfaatkan oleh Zahirudin Babur sebagai
langkah awal untuk menguasai India.
2. Faktor internal yaitu dengan adanya sikap ambisi yang tinggi dalam diri
Zahirudin Babur untuk menguasai Samarkand, sehingga tawaran dari Alam Khan
untuk menggulingkan Ibrahim Lodi dengan mudah ia setujui. Dan hal ini
membuat ia jadi penguasa di daerah India yang pada akhirnya ia bisa mendirikan
kerajaan Mughal di daerah tersebut.
Kemajuan peradaban Islam masa kerajaan Mughal yakni kemajuan di bidang
politik dan pemerintahan, ekonomi dan perdagangan, kesenian, pemikiran dan
filsafat, pendidikan dan ilmu teknologi dan paham keagamaan.
Kemunduran kerajaan Mughal terjadi pada abad ke-18 M yang ditandai
dengan berakhirnya kejayaan kerajaan Mughal ini pada masa Aurangzeb yakni pada
tahun 1707 M. Setelah itu banyak terjadi pemberontakan-pemberontakan seperti
pemberontakan orang-orang Hindu, dan terjadinya perebutan kekuasaan antar sesama
umat Islam, terjadinya serangan dari bangsa Persia dan Negara Inggris yang
menyebabkan lemahnya pertahanan pemerintahan kerajaan Mughal. Pada tahun 1558
M berakhirlah kerajaan Mughal di India yakni pada masa Bahadur II yang merupakan
raja Mughal yang terakhir.
DAFTAR PUSTAKA

Thohir, Ajid. (2004). Perkembangn Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Yatim, Badri. (2006). Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Syukur, Fatah. (2009). Sejarah Peradaban Islam. PT. Pustaka Rizki Putra: Semarang.
Supriyadi, Dedi. (2008).Sejarah Peradaban Islam. Pustaka Setia: Bandung

Anda mungkin juga menyukai