Pedoman Pelayanan Kompas
Pedoman Pelayanan Kompas
KOMITE PASTORAL
RS BAPTIS BATU
JL RAYA TLEKUNG NO 1
JUNREJO - BATU
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................................... ii
BAB I. Pendahuluan.................................................................................... 1
ii
4.3.1. Hakekat ............................................................................................. 14
4.3.2. Maksud Dan Tujuan .......................................................................... 14
4.3.3. Prosedur............................................................................................. 14
4.3.4. Metode /Teknik ................................................................................. 17
4.3.5. Faktor Penyulit .................................................................................. 17
4.4. Pertolongan Pastoral............................................................................. 17
4.4.1. Hakekat ............................................................................................. 17
4.4.2. Maksud Dan Tujuan .......................................................................... 18
4.4.3. Prosedur............................................................................................. 18
4.4.4. Metode /Teknik ................................................................................. 19
4.4.5. Faktor Penyulit .................................................................................. 19
4.5. Administrasi Pelayanan ........................................................................ 19
4.5.1. Hakekat ............................................................................................. 19
4.5.2. Maksud Dan Tujuan .......................................................................... 19
4.5.3. Prosedur............................................................................................. 19
4.5.4. Metode /Teknik ................................................................................. 20
4.5.5. Faktor Penyulit .................................................................................. 20
BAB V. Logistik ......................................................................................... 21
BAB VI. Keselamatan Pasien .................................................................... 22
BAB VII. Keselamatan Kerja ..................................................................... 23
7.1. Pengertian............................................................................................. 23
7.2. Tujuan .................................................................................................. 23
7.3. Tata Laksana Keselamatan Karyawan ................................................. 23
BAB VIII. Pengendalian Mutu ................................................................... 25
8.1. Umum................................................................................................... 25
8.2. Khusus .................................................................................................. 25
BAB IX. Penutup ........................................................................................ 27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2. Mempersiapkan sarana kegiatan kebaktian:
a. Kebaktian Karyawan (rutin setiap hari Senin).
b. Pembuatan Pokok Doa untuk Kebaktian Kelompok bagian setiap hari.
c. Kegiatan Pembinaan Karakter Anak Karyawan/ AWANA (rutin setiap
hari Jumat).
3. Melakukan Kegiatan Studio:
a. Melakukan Siaran Rohani.
b. Melakukan Pemutaran Lagu-lagu Rohani.
c. Melakukan Siaran Konseling Lokal.
4. Melakukan Kegiatan Distribusi:
a. Distribusi Alkitab The Gideons.
b. Distribusi Traktat.
c. Distribusi Perpustakaan.
d. Distribusi Brosur Konseling.
5. Melakukan kegiatan konseling:
a. Konseling Pasien Instalasi Rawat Inap.
b. Konseling Pasien Instalasi Rawat Jalan.
c. Konseling Keluarga Pasien.
d. Konseling Karyawan.
6. Mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan kerja melalui laporan
rutin bulanan.
2
c) Asesmen: Adalah upaya mengumpulkan informasi kehidupan klien
dengan menggunakan berbagai metode pengumpulan data yang
rasional dan dapat dipertanggungjawabkan.
d) Diagnosa: Adalah upaya untuk memahami masalah klien secara
komprehensif melalui prosedur yang sistematis dengan menggunakan
berbagai metode yang rasional dan dapat dipertanggungjawabkan.
e) Pelayanan Spiritual: Adalah upaya untuk menolong klien dalam
jangka pendek maupun jangka panjang dengan menggunakan berbagai
metode dan sumber informasi dalam rangka mengatasi masalah,
meningkatkan ketrampilan hidup, produktifitas, aktualisasi diri
maupun meraih kebahagiaan hidup. Adapun ciri khas utama pelayanan
spiritual adalah penyembuhan dan pemulihan berbasis pertumbuhan
spiritual menuju keutuhan.
f) Pelayanan Kesehatan Paripurna: Adalah pelayanan kesehatan yang
meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
g) Administrasi Pelayanan: Adalah upaya untuk mencatat dan
mendokumentasikan seluruh kegiatan layanan secara ringkas,
sederhana, jelas dan mudah dipahami.
3
melalui pendidikan di bidang kesehatan untuk jenis tertentu memerlukan
kemenangan untuk melakukan upaya kesehatan
(11) Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan / atau serangkaian
kegiatan yang dilakukan secara terpadu terintegrasi dan
berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan untuk
pemerintah dan masyarakat
Pasal 2
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan
perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, pelindungan, penghormatan
terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan non diskriminatif dan
norma-norma agama.
Penjelasan :
(6) Asas keseimbangan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus
dilaksanakan antara kepentingan individu dan masyarakat antara fisik dan
mental serta antara material dan spiritual
(12) Asas norma agama berarti pembangunan kesehatan harus
memperhatikan dan menghormati serta tidak membedakan agama yang di
anut masyarakat
Pasal 49
(1) Penyelenggaraan upaya kesehatan harus memperhatikan fungsi sosial,
nilai dan norma agama, sosial budaya, moral dan etika profesi
UU No. 44 Tahun 2009 tentang kesehatan terletak terutama pada hal
tanggung jawab rumah sakit untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang paripurna. Dalam konteks pelayanan masa kini aspek spiritual
dipandang sebagai bagian yang penting baik bagi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Pasal 4
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna
Penjelasan :
4
Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
6
(9) Pribadi yang mampu bersikap konkrit
(10) Pribadi yang memiliki sikap kekinian
(11) Pribadi yang mampu membuka diri terhadap orang lain
(12) Pribadi yang mampu melakukan konfronfasi secara positif
7
(3) Ketrampilan melaksanakan pelayanan.
(4) Ketrampilan mendokumentasikan pelayanan.
(5) Ketrampilan mengevaluasi dan memperbaiki pelayanan.
8
BAB III
STANDAR FASILITAS
3.1.DENAH RUANGAN.
SATPAM SATPAM
P P
AMBULANCE
Ruang
Studio (Lantai 2)
P
WARTEL
POLIKLINIK
9
3.2. STANDART FASILITAS.
Adapun fasilitas yang diperlukan untuk melengkapi kinerja komite
pastoral adalah sebagai berikut:
Ruang kantor yang terdiri atas komponen:
• Meja kantor.
• Kursi kantor
• Rak buku
• Komputer
Ruang studio yang terdiri atas komponen:
• Meja studio
• Kursi studio
• Rak buku
• Rak kaset
• Rak multi media
• CD Player
• Amplifier
• Tape kaset
• Mike
10
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
4.1.3. Prosedur.
Prosedur yang sebaiknya dilakukan agar relasi terapeutik dapat terbangun
adalah sebagai berikut:
1. Memilih waktu dan tempat layanan yang tepat.
2. Hadir secara fisik yang ditunjukkan melalui jarak fisik, ekspresi wajah,
tatapan mata, cara duduk/berdiri, sikap tubuh dan ketenangan
sedemikian rupa sehingga terbangun atmosfer pelayanan yang
kondusif.
3. Hadir secara psikologis yang ditunjukkan melalui perhatian, keseriusan
dan kesiapan mendengar.
11
4.1.5. Faktor Penyulit
Beberapa faktor penyulit yang sering ditemukan pada tahap ini antara lain
:
1. Klien yang tertutup dan menarik diri.
2. Adanya gap antara pelayan dan klien seperti gap sosial, budaya, agama
dsb.
3. Waktu dan tempat pelayanan yang tidak tepat.
4. Ketidaksiapan konselor baik secara fisik maupun psikologis.
4.2.3. Prosedur.
12
7. Melakukan communicate informasi yang bernilai bagi klien tentang
dirinya.
8. Memberi Tanggapan Secara efektif :
(1) Menunjukkan pemahaman
(2) Menafsirkan perkataan klien
(3) Mengevaluasi pernyataan klien
(4) Memberikan dorongan
(5) Memberikan nasehat secara tepat
13
4.3. ASESMEN DAN DIAGNOSA.
4.3.1. Hakekat.
4.3.3. Prosedur.
Langkah 1 : Mengidentifikasi gejala masalah.
Langkah 2 : Melakukan asesmen dengan berbagai metode :
- Metode wawancara pribadi, keluarga dan kelompok
- Metode Observasi
- Metode inventori
- Studi dokumentasi medis
- Tes psikologi (harus dilakukan oleh yang kompeten)
Langkah 3 : Melakukan analisis terhadap berbagai informasi yang ditemukan
terkait dengan masalah klien :
(1) Analisis aspek Biologis/Fisik
Pendalaman terhadap beberapa kemungkinan adanya masalah
fisik yang dialami klien seperti :
- Jenis penyakit dan prognosisnya
- Adanya kemungkinan kecacatan atau kelemahan fisik yang
14
ditimbulkan
- Adanya pengaruh dari aspek-aspek psikososiospiritual terhadap
keadaan fisik
(2) Analisis aspek Psikologis
Pendalaman dan penjernihan terhadap aspek-aspek psikologis
yang ditemukan pada diri klien dan memastikan ada tidaknya
serta bobot dari setiap aspek :
- Masalah pengendalian emosi
- Masalah cara berpikir
- Masalah motivasi
- Masalah reaksi stres negatif
- Masalah pada sistem koping
- Masalah kepribadian
- Masalah pola hidup atau kebiasaan patologis
- Masalah traumatik
- Masalah kedukaan
- Tanda-tanda abnormalitas
15
klien :
- adat istiadat yang berpengaruh
- Mitos yang dianut
- Kepercayaan pada tahyul
(5) Aspek Rohani
Melakukan pendalaman dan penjernihan terhadap aspek-aspek
rohani yang ditemukan sekaligus memastikan ada tidaknya
hubungan yang relevan dan bobot pengaruhnya terhadap klien :
- Masalah pertumbuhan iman klien
- Masalah hubungan pribadi klien dengan Tuhan
- Masalah partisipasi keagamaan
- Masalah ritual keagamaan
- Masalah pemahaman keagamaan
- Tema-tema rohani yang khas
Langkah 4 : Melakukan Analisa Faktor
Merupakan upaya untuk menilai dan menempatkan suatu aspek hasil
analisis sebelumnya dalam suatu kerangka proses pengaruhnya
terhadap klian :
(1) Mengidentifikasi Faktor Penyebab Utama
(2) Mengidentifikasi Faktor Penyiap
(3) Mengidentifikasi Faktor Pencetus
(4) Faktor Penguat
(5) Sirkularitas Faktor
Langkah 5: Membangun korelasi dan integrasi antar aspek dan faktor
Merupakan upaya untuk menentukan hubungan saling mempengaruhi
antara berbagai aspek masalah sehingga menghasilkan suatu
pemahaman yang integratif tentang persoalan klien.
Upaya korelasi dan integrasi dapat menggunakan beberapa model
diagram seperti “Tulang Ikan”, “Anak Sungai” , “Gurita” atau
“gado-gado” tergantung mana yang tepat
Langkah 6 : Melakukan Refleksi Interdisipliner
Menerangi isu-isu utama yang ditemukan pada klien dengan berbagai
16
teori sehingga pemahaman terhadapnya menjadi lebih jelas baik dari
aspek medis, psikologis, sosiologis maupun budaya yang mampu
mengerti karakteristik setiap masalah dengan baik.
Langkah 7 : Melakukan Refleksi Teologis
Menerangi masalah-masalah rohani dan isu teologis klien dari sudut
pandang kebenaran Alkitabiah sehingga menghasilkan sikap,
keputusan dan solusi rohani.
Langkah 8 : Kesimpulan
Pernyataan peling akurat tentang hakekat masalah yang dihadapi
klien dalam korelasinya dengan berbagai faktor yang berpengaruh
4.3.4. Metode / Tehnik
Agar dapat melakukan asesmen dan diagnosa maka diperlukan penguasaan
metode atau tehnik dasar:
1. Ketrampilan Asesmen dengan wawancara, observasi, Inventory, studi
dokumentasi.
2. Kerangka Analisis
(1) Kerangka analisis Fisik
(2) Kerangka analisis Psikologis
(3) Kerangka analisis Sosiologis
(4) Kerangka analisis Antropologis / budaya
(5) Kerangka analisis Rohani
17
aktualisasi diri maupun meraih kebahagiaan hidup. Ciri khas utama pertolongan
SPIRITUAL adalah penyembuhan dan pemulihan bebasis pertumbuhan spiritual
menuju keutuhan.
4.4.3. Prosedur.
18
4.4.4. Metode / Tehnik.
4.5.3. Prosedur.
19
(5) Hasil analisis Rohani/Teologis
(6) Pernyataan kesimpulan / diagnosa
(7) Rencana Pertolongan
(8) Catatan pelaksanaan pertolongan
(9) Catatan evalusi
(10) Catatan Rujukan
(11) Pengesahan oleh pelayan
1. Ketrampilan pencatatan.
2. Ketrampilan Dokumentasi.
20
BAB V
LOGISTIK
21
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
22
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
7.1. Pengertian
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat
kerja / aktifitas karyawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun rumah sakit.
7.2. Tujuan
a. Terciptanya budaya keselamatan kerja di RS. Baptis Batu.
b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
c. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerjanya.
d. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
23
c. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas yaitu:
o Dekontaminasi dengan larutan klorin.
o Pencucian dengan sabun.
o Pengeringan
d. Menggunakan baju kerja yang bersih
e. Melakukan pencegahan yang tepat dalam menangani kasus
penyakit menular, misalnya penyakit sbb :
o HIV / AIDS (sesuai prinsip pencegahan infeksi)
o Flu burung
f. Kewaspadaan standar karyawan / petugas Pastoral dalam
menghadapi penderita dengan dugaan flu burung adalah :
24
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
8.1. UMUM.
Hal-hal yang wajib dilakukan oleh seorang pendamping dan konselor
pastoral dalam mempertahankan mutu pelayanannya adalah:
1. Melayani berdasarkan kasih dan teladan Tuhan Yesus Kristus.
2. Memegang teguh kebenaran Alkitab sebagai acuan nilai dan moralitas.
3. Menghargai dan menjunjung tinggi martabat klien sebagai ”gambar
Allah”.
4. Pemanfaatan teori, metode dan tehnik yang diadopsi dari disiplin
pertolongan lain dilakukan dalam terang iman kristen.
5. Tujuan pertolongan yang diberikan adalah dalam rangka mewujudkan
keutuhan klien dengan pertumbuhan spiritualitas sebagai pusatnya
8.2. KHUSUS.
Hal-hal yang wajib dilakukan oleh seorang konselor kristiani secara
khusus dalam
mempertahankan mutu pelayanannya yaitu:
1. Melayani setiap klien dengan kemampuan terbaik.
2. Menghargai dan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan klien.
3. Melayani klien dengan kemampuan terbaik dengan menggunakan
teori, pendekatan, metode dan tehnik yang dapat
dipertanggungjawabkan secara etik kristen.
4. Memegang teguh rahasia klien berdasarkan kepercayaan yang
diberikan.
5. Mendahulukan pertolongan yang mendesak berdasar prioritas.
25
6. Memfasilitasi klien menjadi pribadi yang mampu mengatasi masalah
dan mengambil keputusan untuk hidupnya sendiri.
7. Tidak menghukum, mengadili dan memvonis klien.
8. Merujuk ke profesi lain atas dasar persetujuan klien dengan alasan:
- Hubungan dengan klien sudah tidak sehat sehingga mengganggu
obyektifitas, efektifitas, kesopanan dan kaidah moral.
- Klien memiliki masalah yang tidak mampu di tangani atau di luar
kemampuan kompetensi yang dimilikinya.
- Konselor tidak lagi dipercayai oleh klien atau sebaliknya.
- Ada alasan-alasan lain yang menyebabkan layanan tidak dapat
diberikan secara layak.
9. Mengembangkan penghargaan dan kerjasama dengan teman sejawat.
10. Bekerjasama dengan tenaga-tenaga profesional atau lembaga-lembaga
pertolongan sebagai mitra dalam proses menolong klien.
11. Secara konsisten dan terus menerus mengevaluasi dan memperbaiki
mutu pelayanan kepada klien.
26
BAB IX
PENUTUP
27