Oleh :
Jarwo Permana Putra (166020301111031)
Taksi merupakan alat transportasi umum yang kini banyak dan berkembang di kota-
kota besar di Indonesia. Perkembangan taksi yang terus meningkat baik dari segi
pembayarannya maupun dari segi sistem pemesanannya. Dahulu untuk memesan taksi, para
penumpang harus memesan terlebih dahulu via telepon serta pembayaran imbal jasa
dilakukan tunai setelah menggunakan jasa taksi tersebut, namun saat ini dengan
perkembangan teknologi, terdapat taksi yang sistem pembayaran serta pemesanannya
menggunakan sistem online. Salah satu yang berkembang si Indonesia yakni Taksi Uber.
Uber adalah salah satu taksi berbasis online yang sedang marak digunakan
masyarakat Indonesia. Uber merupakan perusahaan dari San Francisco, Amerika Serikat
bekerjasama dengan perusahaan rental mobil. Uber bergerak dalam bidang pemasaran
teknologi aplikasi interaktif yang dapat digunakan dengan mudah via computer atau
smartphone yang menjadi mediasi untuk mempertemukan kebutuhan penumpang sebagai
pengguna jasa dengan supir dan mobil sebagai penyedia jasa transportasi. Sementara di
Indonesia, Uber mulai beroperasi di Indonesia sejak tahun 2014 yang menyediakan jasa
transportasi darat yaitu Taksi. Uber adalah taksi yang memakai aplikasi mobile dengan
menggunakan mobil yang berplat warna hitam. Hadir memberikan rasa praktis, aman,
nyaman, dan tarif pasti.. Namun kompetitor taksi dari jenis konvensional merasakan dampak
dari munclnya taksi berbasis online tersebut hingga konflik pun tak terhindarkan.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan Taksi Online dan Taksi Konvensional di Indonesia?
2. Apa kelebihan dan kekurangan Taksi Online dan Taksi Konvensional di Indonesia?
Tujuan
1. Untuk Mengetahui Perkembangan Taksi Online dan Taksi Konvensional di Indonesia.
2. Untuk Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Taksi Online dan Taksi Konvensional
di Indonesia.
Sistem Informasi
Hackney Carriage
Hackney Carriage adalah perusahaan sewa kendaraan pertama yang berdiri pada
tahun 1639. Pada tahun 1654 telah di setujui oleh parlemen sebuah dasar ordonansi untuk
peraturan Hackney-Coachmen di Kota London dan tempat-tempat yang berdekatan. Dan
pada tahun 1662, lisensi untuk penyewaan kendaraan kereta kuda pertama kali dikeluarkan
oleh parlemen atas dasar banyak ketidaknyamanan yang setiap hari muncul dengan alasan
peningkatan akhir dan ketidak teraturan dari pelatih Hackney dan Hackney-Coachmen di kota
London.
Argometer
Sebutan untuk taxi diambil dari Taximeter atau yang sekarang kita kenal sebagai
Argometer. Argometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur jarak atau waktu
perjalanan kendaraan, dan menghitung tariff akurat yang akan ditentukan. Argometer
ditemukan oleh seorang penemu asal Jerman, Wilhelm Bruhn pada tahun 1891.
Sampai dengan saat ini sudah banyak perubahan yang terjadi pada argometer seperti
tampilan dan fungsi-fungsi tambahan dengan tidak mengubah fungsi awal yaitu sebagai
pengukur jarak, waktu, dan tariff yang akan di tentukan. Argometer ini secara berkala selalu
dilakukan kalibrasi oleh perusahaan dan instansi pemerintah yang terkait untuk mecegah
terjadinya praktek kecurangan pada taksi tersebut ataupun perusahaannya.
Taksi mulai berkembang hingga abad ke 20. Perkembangan semakin maju hingga
tahun 1940, mulai dikenal radio komunikasi 2 arah sebagai alat instrument pelengkap dalam
pengoprasian taksi. Penggunaan radio 2 arah ini sangat membantu komunikasi operator
dengan pengemudi dalam melayani pesanan pelanggannya. Pada tahun 1980, mulai masuk
teknologi computer yang digunakan sebagai alat untuk distribusi pesanan.
Pada zaman Hindia Belanda, para pengemudi kendaraan bermahkota ini tidak
diperbolehkan untuk mengambil penumpang di tengah jalan. Mereka hanya diperbolehkan
menaikkan dan menurunkan penumpang di tempat yang sudah di tentukan oleh pemerintah
saat itu. Oleh karena itu bukan suatu hal yang mengherankan jika pada zaman tersebut ada
yang disebut pangkalan taksi. Untuk kapasitas, taksi pada waktu itu hanya dapat menampung
penumpang sebanyak 5 orang, dan ongkosnya dihitung dari satu kilometer dikenakan 30sen
dan 10sen untuk setiap menitnya.
Ibu Djoko menikah dengan seorang dosen bernama Djokosoetono. Dosen ini adalah
salah satu dosen yang mengajar beliau saat belajar di Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Sebagai seorang ibu dan istri, beliau mendukung kehidupan serta perekonomian keluarga
dengan berjualan batik dan telur. Namun tidak lama kemudian, Bapak Djoko terserang
penyakit dan wafat pada tanggal 6 September 1965. PTIK dan PTHM memberikan sedan
OPEL dan Mercedes Benz bekas untuk keluarga beliau sebagai penghiburan bagi mereka.
Kedua mobil inilah yang kemudian menjadi kendaraan taksi pertama yang
menggunakan argometer. Awalnya saat taksi ini mulai beroperasi, konsumen mengenalnya
dengan nama taksi Chandra karena Chandra merupakan nama orang yang menerima telepon
pesnan dari konsumen.
Pada tahun 1971 Ibu Djoko meminta izin propesional agar perusahaan jasa
penyewaan mobil taksi yang sedang dijalaninya bisa menjadi bisnis resmi. Pada akhirnya
tahun 1972 keluarlah surat izin dan Ibu Djoko secara resmi meluncurkan jasa sewa taksi
mobil Blue Bird pertama yang menggunakan argometer. Taksi Blue Bird ini menggunakan
cat berwarna biru dan diberi lambing burung biru agar sesuai dengan namanya. Pemberian
nama Blue Bird diambil oleh Ibu Djoko karena beliau senang dengan cerita Blue Bird yang
membawa kebahagiaan bagi orang.
Taksi pertama Blue Bird menggunakan mobil berjenis sedan dengan Merk Holden
tipe Torana. Taksi pertama tersbut masih dapat dilihat di museum transportasi yang terletak
di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Mobil Holden Toranan buatan tahu 1972 tersebut
dalam kondisi yang sangat terawat. Penyerahan taksi ini dilakukan dalam rangka
memperingati hari ulang tahun Blue Bird Group ke 40 tahun dan Pusaka Grup ke 15 tahun.
Blue Bird menyerahkan kendaraan operasional taksi Blue Bird dan Silver Bird pertama untuk
penambahan kolesi museum tersebut.
Taxi eksekutif Blue Bird yang dinamakan Silver Bird pertama kali diluncurkan pada
tahun 1992 saat pemerintah Indonesia menjadi penyelenggara KTT Non Blok. Pada saat itu
pemerintah Indonesia membutuhkan banyak armada untuk transportasi tamu Kepala Negara.
Pihak swasta termasuk Blue Bird Group, diminta turut berpartisipasi pada acara besar
tersebut. Setelah event KTT selesai, pihak Blue Bird berinisiatif untuk menjadikan kendaraan
tersebut sebagai armada taxi eksekutif Silver Bird. Sebelumnya di Indonesia belum memiliki
taxi berkelas eksekutif, dengan hadirnya Silver Bird menjadikan menjadikan ini sebagai
sejarah perjalanan transportasi di Indonesia.
Kedua perusahaan telah mempunyai aplikasi pemesanan taksi online. Blue bird
memilikinya sejak oktober 2012 dan express taksi sejak 20 agustus 2014. Blue bird dan
express taxi menerapkan nilai minimum order dalam melakukan pemesanan taksi.
Tarif taksi di Indonesia tidak berubah sepanjang hari. Tarif buka pintu dan tarif atas
bawah per kilometer ditentukan oleh pemerintah daerah.
Uber berdiri sejak tahun 2012 kemudian menyebar ke – 60 negara dan lebih dari 300
kota di dunia. Grab taksi menyediakan jasa reservasi taksi sejak juni 2014.
Uber menyediakan layanan jasa taksi melalui kerjasama dengan rental mobil sedangkan grab
bermitra dengan perusahaan lokal untuk memperbanyak jumlah taksinya.
Kendaraan taksi berbasis aplikasi dapat memuat penumpang atau barang lebih banyak
karena tersedia pilihan kendaraan berupa minibus, L-MPV atau MPV. Taksi berbasis aplikasi
dapat menambah armada taksinya tanpa batasan kuota jumlah tertentu.
Pada aplikasi grab taxi terdapat fitur yang memberikan jaminan rasa aman bagi
penumpang pengguna aplikasinya yaitu fitur “share my ride”. Dengan fitur ini pengguna taksi
dapat memberitahukan perjalanannya kepada keluarga dan atau temannya. Sehingga pihak –
pihak tersebut dapat mengetahui keberadaan taksi yang digunakan saat itu juga (real time).
Taksi berbasis aplikasi taksi online juga sering memberikan diskon misalnya setiap
pertama kali menggunakan grab taksi, penumpang diberikan diskon tarif Rp 15.000.
sedangkan pengguna layanan uber untuk pertama kalinya dibebaskan dari biaya selama tarif
masih dibawah Rp 100.000.
Tarif uber dan grab disesuaikan dengan waktu sibuk dan perkiraan besaran
permintaan (dynamic pricing) di lokasi tertentu pada waktu tertentu. Jadi ketika permintaan
meningkat maka tarif buka pintu dan tarif perkilometer taksi juga meningkat dan sebaliknya.
Kedua perusahaan ini tidak harus menyewa pool, bengkel dan membayar banyak
teknisi. Pajak, biaya penyimpanan dan servis kendaraan di biayai oleh pemilik kendaraan
(stnk kendaraan masih atas nama pribadi pengemudi). Pegawai uber dan grab ini juga lebih
sedikit jumlahnya karena sudah menggunakan sistem informasi online realtime sehingga
struktur biaya nya jauh lebih rendah.
Dampak masuknya taksi berbasis aplikasi online bagi konsumen, pengemudi taksi dan
pemerintah
Fitur share my ride juga memberikan rasa aman bagi pengguna taksi dan keluarganya
karena mereka dapat mengetahu lokasi real time taksi selama dalam perjalanan hingga
sampai ke lokasi tujuan.
Supir taksi kecewa dengan adanya taksi berbasis aplikasi karena mereka merasa uber
dan grab bersaing di pasar yang sama ( industri taksi) namun dengan aturan main yang
berbeda dimana perusahaan taksi di tuntut untuk memenuhi berbagai peraturan pemerintah
sedangkan taksi berbasis aplikasi tidak harus memenuhi segala peraturan tersebut. Otomatis
tarif yang ditawarkan taksi konvensional lebih mahal sehingga pengemudinya lebih sulit
mendapatkan penumpang.
Berdasarkan survey, penghasilan pengemudi taksi berbasis aplikasi dengan masa kerja
5 – 6 hari per minggu dapat menghasilkan kurang lebih 4 – 7 juta rupiah per bulan. Nilai ini
cukup besar, Selain dari besarnya pendapatan taksi online yang cukup menarik, sebenarnya
jasa uber ini menunjukkan bahwa seseorang dapat memperoleh penghasilan sampingan yang
cukup besar dengan waktu pekerjaan yang fleksibel yang dapat disesuaikan dengan waktu
luang mereka. Sistem uber juga memungkinkan pengemudinya agar dapat memilih lebih
fokus pada waktu – waktu tertentu dimana permintaan taksi sedang tinggi dan surge price
diterapkan (dimana tarif bisa naik 2x lipat). Misalnya saat pagi hari, waktu sibuk siang hari
ataupun tengah malam.
Kehadiran pemerintah sangat penting untuk menjaga iklim usaha sehingga dapat
dihindari munculnya monopoli baru dengan adanya perusahaan yang bersaing dengan
kekuatan modal yang dominan. Misalnya taksi berbasis aplikasi sering memberikan diskon
besar dan perjalanan gratis (free ride) yang kadang jauh lebih rendah dari kewajaran harga
(predatory pricing) yang dapat membangkrutkan pesaingnya dengan tujuan akhir menjadi
pemimpin pasar yang baru (new monopoly).
Update April 2016 : pada akhirnya pemerintah membuat aturan untuk dapat
mengakomodir perkembangan teknologi dan memperjelas peraturan penyelenggaraan
angkutan umum di masa kini. Pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri (PM) nomor 32
tahun 2016 tentang penyelenggaraan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum tidak
dalam trayek. Point poin utama dari Peraturan Menteri (PM) nomor 32 tahun 2016 ini adalah:
Perusahaan angkutan umum boleh atau dapat menggunakan aplikasi berbasis Teknologi
Informasi
Berdasarkan PM nomor 32 tahun 2016 ini uber, grab dan go-car dll harus bekerjasama
dengan perusahaan penyelenggara angkutan umum. Untuk jadi perusahaan
penyelenggara angkutan umum maka perusahaan harus berbentuk badan hukum
Indonesia (misal : BUMN, BUMD, Perseroan Terbatas (PT) atau Koperasi.
Model bisnis berbasis aplikasi ini disebut ride sharing. Ride sharing ini adalah bagian
dari tren sharing economy yang memungkinkan masyarakat memperoleh layanan berkualitas
dengan harga lebih murah.
Fitur layanan taksi berbasis aplikasi memungkinkan kedua pihak, pengemudi taksi
dan penumpangnya memberikan evaluasi langsung dengan sistem seperti uber rating sistem.
Sistem ini mengisi celah dalam kesenjangan informasi antara pengemudi taksi dan
penumpangnya seperti yang selama ini terjadi pada taksi konvensional. Yaitu konsumen
dapat memberikan penilaian dan dapat mengakses informasi atas integritas dan kualitas
layanan taksi.
Dengan teknologi informasi dan kemampuan analitis, perusahaan uber dan grab
mampu mengolah data dalam jumlah besar secara real time, akurat dari berbagai sumber data
seperti life feed satelit lalu lintas dan waze (kerjasama dengan google) dan data demografi
lainnya. Dengan analisa big data ini perilaku dan prediksi kebutuhan konsumen di waktu dan
lokasi tertentu dapat dipetakan (mapping). Hasil analisa konsumen ini kemudian di macthing
dengan supply kendaraan yang tersedia di lokasi terdekat. Sehingga perusahaan taksi berbasis
aplikasi mampu memobilisasi pengemudi yang memiliki waktu luang dan kendaraannya
sedang tidak dipakai untuk memenuhi permintaan konsumen tersebut (idle producer atau
underutilized capacity). Yang di maksud idle producer dan underutilized capacity ini merujuk
pada orang – orang yang sedang ada waktu luang di luar jam kerja, menganggur sementara
dan ingin memperoleh pekerjaan sampingan (part timer) untuk menambah penghasilan.
Teknologi informasi yang menggerakkan supply (kendaraan uber dan grab) terdekat untuk
memenuhi pesanan taksi di lokasi terdekat, secepat dan seefisien mungkin. Sehingga utilitas
terpakai maksimal dan mampu memuaskan pihak pemesan maupun kesejahteraan mitra
pengemudinya.
Jumlah permintaan dan supply taksi ini dinamis dan dapat berubah setiap saat dalam
hitungan menit jadi analisis ini dilakukan terus menerus dan menjadi strategic advantage dari
perusahaan teknologi tersebut dibandingkan dengan perusahaan taksi konvensional.
Dari sini perusahaan dapat memprediksi bahwa di waktu – waktu tertentu konsumen
sangat membutuhkan taksi dan bersedia membayar lebih untuk mendapatkan layanannya saat
itu juga. Asalkan konsumen diberitahukan sebelumnya tentang besaran biaya sebelum
perjalanan taksi dimulai. Ada harga yang tepat pada saat yang tepat di lokasi tertentu.
Demikian sehingga tarif transportasi menjadi dinamis dan fleksibel naik turun mengikuti pola
dan perilaku konsumen.
Secara teknologi, perusahaan taksi konvensional dapat melakukan hal yang sama
namun pada kenyataannya mereka tidak dapat melakukannya karena terikat regulasi tarif
buka pintu dan tarif per kilometer yang sudah ditetapkan batas atas dan batas bawahnya oleh
pemerintah. Tarif ini tidak bisa serta merta di ubah misalnya untuk menurunkan harga ketika
permintaan taksi menurun atau sebaliknya.
Jadi permasalahan yang terjadi sebenarnya bukan pada sistem online ataupun tidak
namun lebih pada regulasinya. Sebab semua perusahaan taksi juga sudah menyadari tren
teknologi ini dan nantinya seluruh perusahaan taksi juga menggunakan aplikasi pemesanan
online untuk memenuhi tuntutan zaman untuk dapat bertahan dalam industri yang semakin
kompetitif.
Masalahnya adalah perusahaan taksi terbatasi dengan adanya regulasi batas tarif
bawah dari pemerintah sehingga kalah bersaing dengan transportasi berbasis online (aplikasi)
yang bebas menetapkan tarifnya. Oleh karena itu agar perusahaan taksi konvensional dapat
bersaing, mereka mengharapkan agar pemerintah memberikan kebebasan kepada perusahaan
taksi masing – masing dapat menerapkan tarif sendiri (harga sesuai mekanisme pasar).
Update April 2016 : Sikap pemerintah tentang tarif angkutan umum sewa seperti yang
diterapkan uber, grab dll ini akan tetap mengaju pada peraturan tentang penyelenggaraan
angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum tidak dalam trayek. Jadi berdasarkan
bentuknya angkutan umum tidak dalam trayek (sewa) maka besaran tarif adalah kesepakatan
atau negosiasi antara mitra (pengemudi) dan pengguna (konsumen) oleh karena itu uber dan
grab sebagai perusahaan teknologi berbasis aplikasi tidak dapat menetapkan tarif layanan
karena mereka berfungsi hanya sebagai penghubung antara pemilik kendaraan (dalam bentuk
badan usaha tetap) dengan konsumen. Yang bisa dilakukan adalah uber atau grab perlu
memberikan opsi negosiasi atau menampilkan tarif yang ditetapkan oleh perusahaan
angkutan umum yang menjadi mitranya.
Hal lain nya yang di inginkan oleh perusahaan taksi konvensional adalah kesempatan
yang sama (level playing field) mengenai aturan kuota lisensi taksi. kuota lisensi taksi
konvensional agar tidak dibatasi sehingga mereka dapat mengimbangi pertumbuhan jumlah
armada taksi berbasis aplikasi yang tidak terbatasi kuota.
Kesimpulan
Penerapan teknologi dalam dunia transportasi sudah menjadi sebuah keniscayaan
bahkan menjadi sebuah kebutuhan gaya hidup, akan tetapi dunia transportasi dipenuhi oleh
beraneka macam peraturan yang bertujuan untuk melindungi orang banyak. Untuk itu sangat
diperlukan sinerginitas, harmonisasi, dan penerapan implementasi yang bertujuan untuk
kemaslahatan orang banyak dikarenakan transportasi massal menyangkut masalah nyawa
orang banyak.
Laudon, Kenneth C., & Jane, P. Laudon. (2015). Manajemen Information System. New
Jersey: Prentice-Hal.
Tamin, O.Z. (1997). “Perencanaan dan Pemodelan Transportasi”, Teknik Sipil Institut
Teknologi Bandung.
http://kaltim.prokal.co/read/news/261684-taksi-online-dibenci-tapi-dicari.html
https://camargus.com/magazine/277
http://www.bankjim.com/2016/04/taksi-konvensional-versus-taksi.html