Anda di halaman 1dari 18

Perkembangan Teknologi Infomasi alat transportasi taksi

berbasis online dan taksi konvensional

Disusun untuk Memenuhi UTS


Sistem Teknologi dan Informasi

Oleh :
Jarwo Permana Putra (166020301111031)

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
Pendahuluan
Perkembangan teknologi dalam beberapa tahun belakangan ini memberikan
perubahan terhadap kehidupan manusia. Perubahan terhadap kehidupan manusia dari
tradisional menuju modern, salah satunya adalah adanya pembangunan dan berkembangnya
alat transportasi. Perkembangan alat transportasi dizaman dulu seperti sepeda, becak, delman,
dan lain-lain kini berubah menjadi alat transportasi yang modern, dimana fitur fasilitas yang
diberikan semakin canggih baik darat, laut, maupun udara. Alat transformasi yang canggih
dan modern yang terus berkembang diyakini dapat mengurangi kemacetan dan
mempermudah mobilitas kehidupan manusia dalam beraktivitas. Diyakini bahwa tingkat
mobilitas masyarakat kota lebih tinggi sehingga memerlukan alat transportasi yang lebih
efisien dan efektif. Salah satu alat transportasi yang dapat memberikan waktu lebih efektif
dan efisien adalah taksi.

Taksi merupakan alat transportasi umum yang kini banyak dan berkembang di kota-
kota besar di Indonesia. Perkembangan taksi yang terus meningkat baik dari segi
pembayarannya maupun dari segi sistem pemesanannya. Dahulu untuk memesan taksi, para
penumpang harus memesan terlebih dahulu via telepon serta pembayaran imbal jasa
dilakukan tunai setelah menggunakan jasa taksi tersebut, namun saat ini dengan
perkembangan teknologi, terdapat taksi yang sistem pembayaran serta pemesanannya
menggunakan sistem online. Salah satu yang berkembang si Indonesia yakni Taksi Uber.

Uber adalah salah satu taksi berbasis online yang sedang marak digunakan
masyarakat Indonesia. Uber merupakan perusahaan dari San Francisco, Amerika Serikat
bekerjasama dengan perusahaan rental mobil. Uber bergerak dalam bidang pemasaran
teknologi aplikasi interaktif yang dapat digunakan dengan mudah via computer atau
smartphone yang menjadi mediasi untuk mempertemukan kebutuhan penumpang sebagai
pengguna jasa dengan supir dan mobil sebagai penyedia jasa transportasi. Sementara di
Indonesia, Uber mulai beroperasi di Indonesia sejak tahun 2014 yang menyediakan jasa
transportasi darat yaitu Taksi. Uber adalah taksi yang memakai aplikasi mobile dengan
menggunakan mobil yang berplat warna hitam. Hadir memberikan rasa praktis, aman,
nyaman, dan tarif pasti.. Namun kompetitor taksi dari jenis konvensional merasakan dampak
dari munclnya taksi berbasis online tersebut hingga konflik pun tak terhindarkan.

Permasalahan Uber secara aturan sebagai perusahaan aplikasi melanggar regulasi


dalam perusahaan taksi. Dan dari hal tersebut para sopir taksi konvensional dan pengemudi
bus mogok dan turun ke jalan pada Senin, 14 Maret 2016. Mereka menuntut agar taksi online
ditutup atau diblokir, di sisi lain, hadirnya alat trasnportasi online dinilai menguntungkan
pengguna angkutan umum. Dengan kepraktisan, keamanana, dan tarif yang pasti serta
kompetitif. Atas pro kontra ini, pemerintah didesak menindak perusahaan penyedia jasa taksi
online dengan alasan bahwa tidak memiliki izin legalitas operasi kendaraan umum, dan
penyedia taksi online juga tidak membayar pajak kendaraan umum karena kendaraan yang
digunakan adalah kendaraan pribadi berplat hitam sehingga pajak kendaraan umum tidak
dibayarkan.

Di sisi lain, perusahaan aplikasi menegaskan bahwa mereka tidak melanggar


peraturan, mereka beralasan bahwa mereka sudah mendaftarkan perusahaan yang mereka
miliki sebagai entitas yang legal yang membayar pajak di Indonesia. Bahkan mereka
memiliki komitmen untuk menaati semua peraturan dari pemerintah. Mereka secara proaktif
berkomunikasi dengan pihah pemerintah maupun pemangku kepentingan industry agar dapat
menyediakan jasa transportasi yang praktis, aman, nyaman dengan harga yang pasti.bagi
masyarakat Indonesia. Dari hal tersebut maka penulis menyusun makalah yang berjudul
“Perkembangan Teknologi Infomasi dalam dunia taksi berbasis online dan taksi
konvensional”.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan Taksi Online dan Taksi Konvensional di Indonesia?
2. Apa kelebihan dan kekurangan Taksi Online dan Taksi Konvensional di Indonesia?

Tujuan
1. Untuk Mengetahui Perkembangan Taksi Online dan Taksi Konvensional di Indonesia.
2. Untuk Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Taksi Online dan Taksi Konvensional
di Indonesia.
Sistem Informasi

Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang


mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi organisasi
yang bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat
menyediakan laporan-laporan yang diperlukan oleh pihak luar tertentu[4]. Sistem informasi
terdiri dari komponen-komponen yang disebut dengan blok bangunan (building block)
yang terdiri dari:

1. Blok masukkan (input block)


Input mewakili data yang dimasukkan ke dalam sistem informasi. Yang dimaksud
dengan input disini termasuk metode dan media untuk menagkap data yang akan dimasukkan,
yang dapat berupa dokumen-dokumen dasar.

2. Blok model (model block)


Blok ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika, dan model matematik yang akan
memanipulasi data input dan data yang tersimpan di basisdata dengan cara yang sudah
tertentu untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.

3. Blok keluaran (output block)


Produk dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan informasi yang
berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen serta semua
pemakai sistem.

4. Blok teknologi (technologi block)


Teknologi merupakan toolbox dalam sistem informasi. Teknologi digunakan
untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data,
menghasilkan dan mengirimkan keluaran dan membantu pengendalian sistem secara
keseluruhan. Teknologi terdiri dar 3 (tiga) bagian utama, yaitu teknisi (brainware),
perangkat lunak (software), dan perangkat keras (hardware).

5. Blok basisdata (database block)


Kumpulan data yang saling berkaitan dan berhubungan satu dengan yang lainnya,
tersimpan di perangkat keras komputer dan perangkat lunak digunakan untuk
memanipulasinya.
Transportasi
Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke
tempat lainnya dengan menggunakan sebuah wahana yang digerakkan oleh manusia atau
mesin[5]. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas
sehari-hari. Pada dasarnya alat transportasi dibagi dalam 3 jenis yaitu transportasi darat, laut
dan udara. Dalam perkembangannya alat transportasi dibagi 2 macam yaitu transportasi
tradisional dan modern.

Sejarah Taksi di Indonesia dan Dunia

Asal Mula Taksi


Ide untuk sewa menyewa kendaraan pertama kali dicetuskan sebelum mobil
ditemukan, praktek sewa menyewa kendaraan untuk umum ini sudah terjadi di berbagai
tempat. Seperti yang tercatat dalam sejarah adalah kota London pertama yang mempunyai
perusahaan sewa kendaraan. Perusahaan sewa kendaraan ini masih berupa kendaraan kereta
kuda.

Hackney Carriage
Hackney Carriage adalah perusahaan sewa kendaraan pertama yang berdiri pada
tahun 1639. Pada tahun 1654 telah di setujui oleh parlemen sebuah dasar ordonansi untuk
peraturan Hackney-Coachmen di Kota London dan tempat-tempat yang berdekatan. Dan
pada tahun 1662, lisensi untuk penyewaan kendaraan kereta kuda pertama kali dikeluarkan
oleh parlemen atas dasar banyak ketidaknyamanan yang setiap hari muncul dengan alasan
peningkatan akhir dan ketidak teraturan dari pelatih Hackney dan Hackney-Coachmen di kota
London.

Argometer
Sebutan untuk taxi diambil dari Taximeter atau yang sekarang kita kenal sebagai
Argometer. Argometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur jarak atau waktu
perjalanan kendaraan, dan menghitung tariff akurat yang akan ditentukan. Argometer
ditemukan oleh seorang penemu asal Jerman, Wilhelm Bruhn pada tahun 1891.
Sampai dengan saat ini sudah banyak perubahan yang terjadi pada argometer seperti
tampilan dan fungsi-fungsi tambahan dengan tidak mengubah fungsi awal yaitu sebagai
pengukur jarak, waktu, dan tariff yang akan di tentukan. Argometer ini secara berkala selalu
dilakukan kalibrasi oleh perusahaan dan instansi pemerintah yang terkait untuk mecegah
terjadinya praktek kecurangan pada taksi tersebut ataupun perusahaannya.

Taksi Pertama yang Menggunakan Argometer


Gottlieb Daimler adalah perusahaan jasa taksi pertama di Dunia yang dibentuk pada
tahun 1897. Taksi khusus ini diberikan nama Daimler Victoria. Taksi ini dilengkapi dengan
fasilitas modern pada zamannya yaitu argometer. Pada juni 1897, taksi Daimler Victoria
dikirim ke Fredrich Greiner, seorang pengusaha dari Stuttgart yang memulai pendistribusian
taksi bermotor di dunia perusahaan taksi.

Taksi mulai berkembang hingga abad ke 20. Perkembangan semakin maju hingga
tahun 1940, mulai dikenal radio komunikasi 2 arah sebagai alat instrument pelengkap dalam
pengoprasian taksi. Penggunaan radio 2 arah ini sangat membantu komunikasi operator
dengan pengemudi dalam melayani pesanan pelanggannya. Pada tahun 1980, mulai masuk
teknologi computer yang digunakan sebagai alat untuk distribusi pesanan.

Taksi Kuning Pertama


Pemilik perusahaan taxi, Harry Allen adalah orang pertama yang memiliki taxi
berwarna kuning untuk melayani pelanggannya. Berkat idenya itu, taxi sangat identik dengan
warna kuning. Namun dari tahun ke tahun perkembangan taxi berubah, cukup banyak juga
taxi yang menggunakan warna lain selain warna kuning.

Taksi Pertama di Indonesia


Di Indonesia diperkirakan taksi masuk pertama kali malalui Batavia yang sekarang
menjadi kota Jakarta pada tahun 1930-an. Saat pertama beroperasi di Indonesia, jumlah taksi
tidak sebanyak saat ini, dengan jumlah hanya mencapai puluhan.
Dengan jumlah unit taksi yang terbatas di zaman Hindia Belanda menjadikan sarana
tersebut sebagai sarana ukur status sosial masyarakat, karena kebanyakan yang dapat
menggunakan alat transportasi tersebut adalah pada bangsawan dan Noni Belanda.

Pada zaman Hindia Belanda, para pengemudi kendaraan bermahkota ini tidak
diperbolehkan untuk mengambil penumpang di tengah jalan. Mereka hanya diperbolehkan
menaikkan dan menurunkan penumpang di tempat yang sudah di tentukan oleh pemerintah
saat itu. Oleh karena itu bukan suatu hal yang mengherankan jika pada zaman tersebut ada
yang disebut pangkalan taksi. Untuk kapasitas, taksi pada waktu itu hanya dapat menampung
penumpang sebanyak 5 orang, dan ongkosnya dihitung dari satu kilometer dikenakan 30sen
dan 10sen untuk setiap menitnya.

Perlengkapan taksi terus mengalami perkembangan di Indonesia, membuat kebutuhan


akan taksi terus semakin meningkat. Pada tahun 1971 untuk pertama kalinya kendaraan
umum taksi diresmikan sebagai angkutan umum di Jakarta oleh Ali Sadikin yang saat itu
menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Untuk membentuk Bdaan Usaha Pertaksian
dibutuhkan minimal 100 unit mobil baru yang akan digunakan sebagai taksi. Jakarta sebgai
kota metropolitan dan pusat perekonomian membutuhkan sebuah sarana transportasi yang
memadai.

Taksi Pertama di Indonesia yang Menggunakan Argometer


Taksi dari perusahaan Blue Bird Group adalah taksi pertama di Indonesia yang
menggunakan fasilitas argometer yang menjadi standar taksi di dunia. Blue Bird Group lahir
dari sebuah mimpi dan kerja keras seorang wanita yang lahir di Malang pada tanggal 17
oktober 1921. Beliau adalah Ibu Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono atau biasa disebut Ibu
Djoko.

Ibu Djoko menikah dengan seorang dosen bernama Djokosoetono. Dosen ini adalah
salah satu dosen yang mengajar beliau saat belajar di Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Sebagai seorang ibu dan istri, beliau mendukung kehidupan serta perekonomian keluarga
dengan berjualan batik dan telur. Namun tidak lama kemudian, Bapak Djoko terserang
penyakit dan wafat pada tanggal 6 September 1965. PTIK dan PTHM memberikan sedan
OPEL dan Mercedes Benz bekas untuk keluarga beliau sebagai penghiburan bagi mereka.
Kedua mobil inilah yang kemudian menjadi kendaraan taksi pertama yang
menggunakan argometer. Awalnya saat taksi ini mulai beroperasi, konsumen mengenalnya
dengan nama taksi Chandra karena Chandra merupakan nama orang yang menerima telepon
pesnan dari konsumen.

Pada tahun 1971 Ibu Djoko meminta izin propesional agar perusahaan jasa
penyewaan mobil taksi yang sedang dijalaninya bisa menjadi bisnis resmi. Pada akhirnya
tahun 1972 keluarlah surat izin dan Ibu Djoko secara resmi meluncurkan jasa sewa taksi
mobil Blue Bird pertama yang menggunakan argometer. Taksi Blue Bird ini menggunakan
cat berwarna biru dan diberi lambing burung biru agar sesuai dengan namanya. Pemberian
nama Blue Bird diambil oleh Ibu Djoko karena beliau senang dengan cerita Blue Bird yang
membawa kebahagiaan bagi orang.

Taksi pertama Blue Bird menggunakan mobil berjenis sedan dengan Merk Holden
tipe Torana. Taksi pertama tersbut masih dapat dilihat di museum transportasi yang terletak
di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Mobil Holden Toranan buatan tahu 1972 tersebut
dalam kondisi yang sangat terawat. Penyerahan taksi ini dilakukan dalam rangka
memperingati hari ulang tahun Blue Bird Group ke 40 tahun dan Pusaka Grup ke 15 tahun.
Blue Bird menyerahkan kendaraan operasional taksi Blue Bird dan Silver Bird pertama untuk
penambahan kolesi museum tersebut.

Taxi eksekutif Blue Bird yang dinamakan Silver Bird pertama kali diluncurkan pada
tahun 1992 saat pemerintah Indonesia menjadi penyelenggara KTT Non Blok. Pada saat itu
pemerintah Indonesia membutuhkan banyak armada untuk transportasi tamu Kepala Negara.
Pihak swasta termasuk Blue Bird Group, diminta turut berpartisipasi pada acara besar
tersebut. Setelah event KTT selesai, pihak Blue Bird berinisiatif untuk menjadikan kendaraan
tersebut sebagai armada taxi eksekutif Silver Bird. Sebelumnya di Indonesia belum memiliki
taxi berkelas eksekutif, dengan hadirnya Silver Bird menjadikan menjadikan ini sebagai
sejarah perjalanan transportasi di Indonesia.

Profile Taksi Konvensional dan Taksi Berbasis Aplikasi Online


Pertama – tama kita perlu mengetahui bagaimana perusahaan taksi beroperasi dan
profil kedua kubu perusahaan yang terlibat dalam industri taksi yaitu :
Perusahaan taksi konvensional
Model kerjasama bisnis blue bird dengan pengemudinya menggunakan sistem komisi
sedangkan express taksi memberikan fasilitas kepada pengemudinya untuk dapat memiliki
kendaraan yang selama ini digunakan sebagai mobil taksinya.

Kedua perusahaan telah mempunyai aplikasi pemesanan taksi online. Blue bird
memilikinya sejak oktober 2012 dan express taksi sejak 20 agustus 2014. Blue bird dan
express taxi menerapkan nilai minimum order dalam melakukan pemesanan taksi.

Sesuai ketentuan pemerintah mereka memiliki pool dan bengkel kendaraan,


melakukan uji kir, pengemudi menggunakan seragam, memasang tulisan dan lampu sign
taksi pada kendaraan, pengemudi memiliki sim A umum, tarif sesuai penetapan pemerintah
daerah, kendaraan menggunakan plat kuning dan kuota jumlah taksi ditentukan pemda.

Perusahaan taksi melakukan pengadaan taksi sendiri (leasing), membayar pajak,


asuransi dan melakukan perawatan kendaraan. Perusahaan taksi sebagai organisasi yang
merawat begitu banyak kendaraan, pool dan bengkel memiliki jumlah pegawai yang besar.

Tarif taksi di Indonesia tidak berubah sepanjang hari. Tarif buka pintu dan tarif atas
bawah per kilometer ditentukan oleh pemerintah daerah.

Perusahaan taksi berbasis aplikasi

Uber berdiri sejak tahun 2012 kemudian menyebar ke – 60 negara dan lebih dari 300
kota di dunia. Grab taksi menyediakan jasa reservasi taksi sejak juni 2014.
Uber menyediakan layanan jasa taksi melalui kerjasama dengan rental mobil sedangkan grab
bermitra dengan perusahaan lokal untuk memperbanyak jumlah taksinya.

Uber tidak menggunakan argo, perkiraan biaya perjalanan ditampilkan di muka


(memerlukan persetujuan) sebelum melakukan perjalanan. Sistem pembayaran non tunai
dengan menggunakan kartu kredit dan tidak ada tips. Uber tidak menerapkan minimum order
untuk pemesanan taksi. Pemesanan mengunakan aplikasi yang mudah digunakan, responsif
dan transparan.

Uber menampilkan identitas pengemudi yang menjemput, jenis kendaraan dan


perkiraan biaya perjalanan.
Uber menerapkan inovasi pelayanan konsumen yaitu uber rating system. Inovasi ini
memungkinkan kedua pihak, penumpang dan pengemudi (setelah sesi antar penumpang ke
lokasi telah selesai) dapat memberikan penilaian atas performa pihak lain selama perjalanan
tersebut via aplikasi. Penilaian dilakukan dengan memberikan skala bintang 1 sampai 5 dan
dapat disertai keterangan lebih lanjut . Jika rating pengemudi lebih rendah dari standar lokal
(standar yang ditentukan oleh uber) maka pengemudi dapat diberhentikan sebagai pengemudi
uber.

Kendaraan taksi berbasis aplikasi dapat memuat penumpang atau barang lebih banyak
karena tersedia pilihan kendaraan berupa minibus, L-MPV atau MPV. Taksi berbasis aplikasi
dapat menambah armada taksinya tanpa batasan kuota jumlah tertentu.

Pada aplikasi grab taxi terdapat fitur yang memberikan jaminan rasa aman bagi
penumpang pengguna aplikasinya yaitu fitur “share my ride”. Dengan fitur ini pengguna taksi
dapat memberitahukan perjalanannya kepada keluarga dan atau temannya. Sehingga pihak –
pihak tersebut dapat mengetahui keberadaan taksi yang digunakan saat itu juga (real time).

Taksi berbasis aplikasi taksi online juga sering memberikan diskon misalnya setiap
pertama kali menggunakan grab taksi, penumpang diberikan diskon tarif Rp 15.000.
sedangkan pengguna layanan uber untuk pertama kalinya dibebaskan dari biaya selama tarif
masih dibawah Rp 100.000.

Tarif uber dan grab disesuaikan dengan waktu sibuk dan perkiraan besaran
permintaan (dynamic pricing) di lokasi tertentu pada waktu tertentu. Jadi ketika permintaan
meningkat maka tarif buka pintu dan tarif perkilometer taksi juga meningkat dan sebaliknya.

Kedua perusahaan ini tidak harus menyewa pool, bengkel dan membayar banyak
teknisi. Pajak, biaya penyimpanan dan servis kendaraan di biayai oleh pemilik kendaraan
(stnk kendaraan masih atas nama pribadi pengemudi). Pegawai uber dan grab ini juga lebih
sedikit jumlahnya karena sudah menggunakan sistem informasi online realtime sehingga
struktur biaya nya jauh lebih rendah.
Dampak masuknya taksi berbasis aplikasi online bagi konsumen, pengemudi taksi dan
pemerintah

Dampak terhadap konsumen


Perusahaan taksi berbasis aplikasi menawarkan inovasi pelayanan dan keamanan yang
lebih baik di bandingkan dengan taksi konvensional. Selama ini sampai sesaat sebelum kita
masuk ke dalam taksi, kita tidak akan mengetahui apakah pengemudinya suka mengebut,
mempermainkan rute perjalanan agar dapat memperoleh bayaran lebih mahal, suka berbicara
keras di telepon saat mengemudi dan apakah kondisi kabin kotor atau berbau. Dengan adanya
sistem rating seperti yang disediakan uber, konsumen merasa terlindungi dan merasa
memiliki pilihan dalam memilih pengendara taksi yang sesuai untuk dirinya.

Taksi berbasis aplikasi juga memberikan kemudahan pemakaian. Cukup buka


aplikasi, masukkan lokasi tujuan, enter maka seketika pemesanan terkonfirmasi, besarnya
biaya di tunjukkan di muka, jika disetujui maka angkutan pun datang ke lokasi pemesan.
Tidak perlu lagi jalan ke pangkalan taksi, tidak perlu menunggu taksi di pinggir jalan dan
tidak ada lagi negosiasi harga yang membuat kesal.

Fitur share my ride juga memberikan rasa aman bagi pengguna taksi dan keluarganya
karena mereka dapat mengetahu lokasi real time taksi selama dalam perjalanan hingga
sampai ke lokasi tujuan.

Dengan pengalaman mengesankan atas keamanan dan kenyamanan yang dirasakan


saat menggunakan taksi berbasis aplikasi, konsumen sudah tidak rela lagi membayar lebih ke
taksi konvesional dengan segala kekurangannya dibandingkan taksi berbasis aplikasi.

Dampak terhadap pengemudi taksi

Pengemudi taksi konvensional


Kehadiran taksi berbasis aplikasi membuat pengemudi taksi konvensional kehilangan
pelanggan dan mengalami kerugian berupa penurunan pendapatan sekitar 1/3 (sepertiga) dari
pendapatan yang biasa diperoleh sebelum adanya layanan taksi berbasis aplikasi.

Supir taksi kecewa dengan adanya taksi berbasis aplikasi karena mereka merasa uber
dan grab bersaing di pasar yang sama ( industri taksi) namun dengan aturan main yang
berbeda dimana perusahaan taksi di tuntut untuk memenuhi berbagai peraturan pemerintah
sedangkan taksi berbasis aplikasi tidak harus memenuhi segala peraturan tersebut. Otomatis
tarif yang ditawarkan taksi konvensional lebih mahal sehingga pengemudinya lebih sulit
mendapatkan penumpang.

Pengemudi taksi berbasis aplikasi


Era digital membuka jalan bagi masyarakat untuk mendapatkan cara baru dalam
memperoleh pekerjaan yang tersedia bagi semua lapisan masyarakat. Perseorangan yang
memiliki kendaraan pribadi dapat menggunakan kendaraannya sebagai taksi untuk
menghasilkan uang. Pajak dan asuransi kendaraan di bayar sendiri oleh pemilik kendaraan.

Berdasarkan survey, penghasilan pengemudi taksi berbasis aplikasi dengan masa kerja
5 – 6 hari per minggu dapat menghasilkan kurang lebih 4 – 7 juta rupiah per bulan. Nilai ini
cukup besar, Selain dari besarnya pendapatan taksi online yang cukup menarik, sebenarnya
jasa uber ini menunjukkan bahwa seseorang dapat memperoleh penghasilan sampingan yang
cukup besar dengan waktu pekerjaan yang fleksibel yang dapat disesuaikan dengan waktu
luang mereka. Sistem uber juga memungkinkan pengemudinya agar dapat memilih lebih
fokus pada waktu – waktu tertentu dimana permintaan taksi sedang tinggi dan surge price
diterapkan (dimana tarif bisa naik 2x lipat). Misalnya saat pagi hari, waktu sibuk siang hari
ataupun tengah malam.

Dampak terhadap pemerintah


Selama ini industri taksi di Indonesia di atur oleh pemerintah melalui regulasi jasa
transportasi dan supervisi dari pemerintah daerah. Hal ini diperlukan untuk menjaga standar
layanan dan keamanan transportasi. Dengan adanya taksi berbasis aplikasi, pemerintah perlu
memikirkan kembali cara agar industri taksi tetap dapat berkembang dengan semangat
berkompetisi sehat dan setara (level playing field).

Kehadiran pemerintah sangat penting untuk menjaga iklim usaha sehingga dapat
dihindari munculnya monopoli baru dengan adanya perusahaan yang bersaing dengan
kekuatan modal yang dominan. Misalnya taksi berbasis aplikasi sering memberikan diskon
besar dan perjalanan gratis (free ride) yang kadang jauh lebih rendah dari kewajaran harga
(predatory pricing) yang dapat membangkrutkan pesaingnya dengan tujuan akhir menjadi
pemimpin pasar yang baru (new monopoly).

Update April 2016 : pada akhirnya pemerintah membuat aturan untuk dapat
mengakomodir perkembangan teknologi dan memperjelas peraturan penyelenggaraan
angkutan umum di masa kini. Pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri (PM) nomor 32
tahun 2016 tentang penyelenggaraan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum tidak
dalam trayek. Point poin utama dari Peraturan Menteri (PM) nomor 32 tahun 2016 ini adalah:

 Perusahaan angkutan umum boleh atau dapat menggunakan aplikasi berbasis Teknologi
Informasi

 Perusahaan aplikasi transportasi harus melaporkan profil perusahaan, akses monitoring


operasional, data seluruh perusahaan angkutan umum yang bekerjasama dan data
seluruh kendaraan, pengemudi dan data pusat layanan pelanggannya.

 Perusahaan penyedia aplikasi berbasis TI tidak boleh bertindak sebagai penyelenggara


angkutan umum sehingga perusahaan penyedia aplikasi seperti uber dan grab tidak
boleh menetapkan tarif, merekrut pengemudi dan menentukan besaran penghasilan
pengemudi.

 Berdasarkan PM nomor 32 tahun 2016 ini uber, grab dan go-car dll harus bekerjasama
dengan perusahaan penyelenggara angkutan umum. Untuk jadi perusahaan
penyelenggara angkutan umum maka perusahaan harus berbentuk badan hukum
Indonesia (misal : BUMN, BUMD, Perseroan Terbatas (PT) atau Koperasi.

Analisa industri taksi


Penerapan teknologi internet merubah perilaku dan model bisnis pada berbagai bidang
tidak terkecuali industri taksi. Perusahaan taksi berbasis aplikasi berhasil masuk dan
mengganggu pasar yang sudah dipenuhi pemain besar yang telah mapan dan nyaman
menguasai industri taksi. Perusahaan teknologi taksi berbasis aplikasi tersebut berhasil
memenangkan hati konsumen dengan memberikan pelayanan yang lebih baik, jaminan
keamanan perjalanan dengan harga yang relatif murah.

Model bisnis berbasis aplikasi ini disebut ride sharing. Ride sharing ini adalah bagian
dari tren sharing economy yang memungkinkan masyarakat memperoleh layanan berkualitas
dengan harga lebih murah.

Fitur layanan taksi berbasis aplikasi memungkinkan kedua pihak, pengemudi taksi
dan penumpangnya memberikan evaluasi langsung dengan sistem seperti uber rating sistem.
Sistem ini mengisi celah dalam kesenjangan informasi antara pengemudi taksi dan
penumpangnya seperti yang selama ini terjadi pada taksi konvensional. Yaitu konsumen
dapat memberikan penilaian dan dapat mengakses informasi atas integritas dan kualitas
layanan taksi.

Selama ini Perusahaan taksi konvensional memperoleh keuntungan di atas normal


karena pasarnya berbentuk monopoli dan harga layanan ditetapkan di atas biaya. Hal ini
dapat dilihat ketika tarif taksi selama ini di bahas dan di tetapkan oleh organda bersama dinas
perhubungan provinsi setempat. Untuk DKI Jakarta tarif buka pintu taksi Rp 7.000 dan tarif
setiap satu kilometer Rp 4.000.

Sedangkan industri yang kompetitif biasanya perusahaan hanya mendapatkan


keuntungan normal (normal profit), yaitu ketika semua faktor produksi sudah di hitung
perusahaan memperoleh imbal jasanya sesuai nilai keuntungan pasar. Kehadiran taksi
berbasis aplikasi sedikit banyak merubah bentuk pasar dari monopoli ke bentuk persaingan
pasar yang kompetitif. Perusahaan teknologi taksi berbasis aplikasi berhasil merubah pasar
tersebut dengan memanfaatkan keunggulan pada sisi teknologi dan permodalan yang kuat.

Dengan teknologi informasi dan kemampuan analitis, perusahaan uber dan grab
mampu mengolah data dalam jumlah besar secara real time, akurat dari berbagai sumber data
seperti life feed satelit lalu lintas dan waze (kerjasama dengan google) dan data demografi
lainnya. Dengan analisa big data ini perilaku dan prediksi kebutuhan konsumen di waktu dan
lokasi tertentu dapat dipetakan (mapping). Hasil analisa konsumen ini kemudian di macthing
dengan supply kendaraan yang tersedia di lokasi terdekat. Sehingga perusahaan taksi berbasis
aplikasi mampu memobilisasi pengemudi yang memiliki waktu luang dan kendaraannya
sedang tidak dipakai untuk memenuhi permintaan konsumen tersebut (idle producer atau
underutilized capacity). Yang di maksud idle producer dan underutilized capacity ini merujuk
pada orang – orang yang sedang ada waktu luang di luar jam kerja, menganggur sementara
dan ingin memperoleh pekerjaan sampingan (part timer) untuk menambah penghasilan.
Teknologi informasi yang menggerakkan supply (kendaraan uber dan grab) terdekat untuk
memenuhi pesanan taksi di lokasi terdekat, secepat dan seefisien mungkin. Sehingga utilitas
terpakai maksimal dan mampu memuaskan pihak pemesan maupun kesejahteraan mitra
pengemudinya.

Jumlah permintaan dan supply taksi ini dinamis dan dapat berubah setiap saat dalam
hitungan menit jadi analisis ini dilakukan terus menerus dan menjadi strategic advantage dari
perusahaan teknologi tersebut dibandingkan dengan perusahaan taksi konvensional.
Dari sini perusahaan dapat memprediksi bahwa di waktu – waktu tertentu konsumen
sangat membutuhkan taksi dan bersedia membayar lebih untuk mendapatkan layanannya saat
itu juga. Asalkan konsumen diberitahukan sebelumnya tentang besaran biaya sebelum
perjalanan taksi dimulai. Ada harga yang tepat pada saat yang tepat di lokasi tertentu.
Demikian sehingga tarif transportasi menjadi dinamis dan fleksibel naik turun mengikuti pola
dan perilaku konsumen.

Secara teknologi, perusahaan taksi konvensional dapat melakukan hal yang sama
namun pada kenyataannya mereka tidak dapat melakukannya karena terikat regulasi tarif
buka pintu dan tarif per kilometer yang sudah ditetapkan batas atas dan batas bawahnya oleh
pemerintah. Tarif ini tidak bisa serta merta di ubah misalnya untuk menurunkan harga ketika
permintaan taksi menurun atau sebaliknya.

Jadi permasalahan yang terjadi sebenarnya bukan pada sistem online ataupun tidak
namun lebih pada regulasinya. Sebab semua perusahaan taksi juga sudah menyadari tren
teknologi ini dan nantinya seluruh perusahaan taksi juga menggunakan aplikasi pemesanan
online untuk memenuhi tuntutan zaman untuk dapat bertahan dalam industri yang semakin
kompetitif.

Masalahnya adalah perusahaan taksi terbatasi dengan adanya regulasi batas tarif
bawah dari pemerintah sehingga kalah bersaing dengan transportasi berbasis online (aplikasi)
yang bebas menetapkan tarifnya. Oleh karena itu agar perusahaan taksi konvensional dapat
bersaing, mereka mengharapkan agar pemerintah memberikan kebebasan kepada perusahaan
taksi masing – masing dapat menerapkan tarif sendiri (harga sesuai mekanisme pasar).

Update April 2016 : Sikap pemerintah tentang tarif angkutan umum sewa seperti yang
diterapkan uber, grab dll ini akan tetap mengaju pada peraturan tentang penyelenggaraan
angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum tidak dalam trayek. Jadi berdasarkan
bentuknya angkutan umum tidak dalam trayek (sewa) maka besaran tarif adalah kesepakatan
atau negosiasi antara mitra (pengemudi) dan pengguna (konsumen) oleh karena itu uber dan
grab sebagai perusahaan teknologi berbasis aplikasi tidak dapat menetapkan tarif layanan
karena mereka berfungsi hanya sebagai penghubung antara pemilik kendaraan (dalam bentuk
badan usaha tetap) dengan konsumen. Yang bisa dilakukan adalah uber atau grab perlu
memberikan opsi negosiasi atau menampilkan tarif yang ditetapkan oleh perusahaan
angkutan umum yang menjadi mitranya.
Hal lain nya yang di inginkan oleh perusahaan taksi konvensional adalah kesempatan
yang sama (level playing field) mengenai aturan kuota lisensi taksi. kuota lisensi taksi
konvensional agar tidak dibatasi sehingga mereka dapat mengimbangi pertumbuhan jumlah
armada taksi berbasis aplikasi yang tidak terbatasi kuota.

Tamin (1997:5) mengungkapkan bahwa , prasarana transportasi mempunyai dua


peran utama, yaitu: (1) sebagai alat bantu untuk mengarahkan pembangunan di daerah
perkotaan; dan sebagai prasarana bagi pergerakan manusia dan/atau barang yang timbul
akibat adanya kegiatan di daerah perkotaan tersebut.
Dengan melihat dua peran yang di sampaikan di atas, peran pertama sering digunakan
oleh perencana pengembang wilayah untuk dapat mengembangkan wilayahnya sesuai dengan
rencana. Misalnya saja akan dikembangkan suatu wilayah baru dimana pada wilayah tersebut
tidak akan pernah ada peminatnya bila wilayah tersebut tidak disediakan sistem prasarana
transportasi.
Sehingga pada kondisi tersebut, parsarana transportasi akan menjadi penting untuk
aksesibilitas menuju wilayah tersebut dan akan berdampak pada tingginya minat masyarakat
untuk menjalankan kegiatan ekonomi. Menurut Sukarto (2006) penyelesaian masalah
transportasi di perkotaan merupakan interaksi antara transpor, tata guna lahan (land use),
populasi penduduk dan kegiatan ekonomi di suatu wilayah perkotaan. Sehingga transportasi
sangat berhubungan dengan adanya pembangkitan ekonomi di suatu daerah perkotaan guna
memacu perekonomian setempat, penciptaan lapangan kerja, dan untuk mengerakan kembali
suatu daerah.

Kesimpulan
Penerapan teknologi dalam dunia transportasi sudah menjadi sebuah keniscayaan
bahkan menjadi sebuah kebutuhan gaya hidup, akan tetapi dunia transportasi dipenuhi oleh
beraneka macam peraturan yang bertujuan untuk melindungi orang banyak. Untuk itu sangat
diperlukan sinerginitas, harmonisasi, dan penerapan implementasi yang bertujuan untuk
kemaslahatan orang banyak dikarenakan transportasi massal menyangkut masalah nyawa
orang banyak.

Dengan semakin besarnya penetrasi teknologi seperti peningkatan pengguna


smartphone dan kualitas jaringan seluler di Indonesia dengan sendirinya permintaan
konsumen atas layanan transportasi yang praktis, aman, nyaman dan berkualitas akan
meningkat. Terlepas dari siapapun yang mampu menyediakannya, apakah perusahaan taksi
konvensional atau pemain baru dalam industri taksi.
Daftar Pustaka

Laudon, Kenneth C., & Jane, P. Laudon. (2015). Manajemen Information System. New
Jersey: Prentice-Hal.

Tamin, O.Z. (1997). “Perencanaan dan Pemodelan Transportasi”, Teknik Sipil Institut
Teknologi Bandung.

http://kaltim.prokal.co/read/news/261684-taksi-online-dibenci-tapi-dicari.html

https://camargus.com/magazine/277

http://www.bankjim.com/2016/04/taksi-konvensional-versus-taksi.html

Anda mungkin juga menyukai