Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPRAWATAN PADA PASIEN PNEUMONIA DI RUANG PERAWATAN


UMUM

RS UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

DISUSUN OLEH :

AHMAD JAMALUDDIN

160711049

PRODI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
TAHUN 2017
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya tinggi, tidak
saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan
negara-negara Eropa lainnya. Sebenarnya pneumonia bukan penyakit tunggal. Penyebabnya
bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi dengan sumber utama bakteri,
virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel (Hartadi, 2013).
Pneumonia sebenarnya bukan penyakit baru. Tahun 1936 pneumonia menjadi penyebab
kematian nomor satu di Amerika. Penggunaan antibiotik, membuat penyakit ini bisa
dikontrol beberapa tahun kemudian. Namun kemudian kombinasi pneumonia dan influenza
kembali merajalela (Pdpersi, 2012).

Pennyakit pneumonia di Amerika merupakan penyebab kematian keempat pada usia lanjut,
dengan angka kematian 169,7 per100.000 penduduk. Tingginya angka kematian padan
pneumonia sudah dikenal sejak lama, bahkan ada yang menyebutkan pneumonia sebagai
“teman pada usia lanjut”. Usia lanjut merupakan risiko tinggi untuk pneumonia, hal ini juga
tergantung pada keadaan pejamu dan berdasarkan tempat mereka berada. Pada orang-orang
yang tinggal di rumah sendiri insidens pneumonia berkisar antara 25–44 per 1000 orang dan
yang tinggal di tempat perawatan 68–114 per 1000 orang (Samsuridjal, 2013)

Di rumah sakit pneumonia usia lanjut insidensnya tiga kali lebih besar daripada penderita
usia muda. Sekitar 38 orang pneumonia usia lanjut yang didapat di masyarakat, 43%
diantaranya disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Hemophilus influenzae dan virus
influenza B; tidak ditemukan bakteri gram negatif. Lima puluh tujuh persen lainnya tidak
dapat diidentifikasi karena kesulitan pengumpulan spesimen dan sebelumnya telah diberikan
antibiotik. Pada penderita kritis dengan penggunaan ventilator mekanik dapat terjadi
pneumonia nosokomial sebanyak 10% sampai 70% (Samsuridjal, 2013).

Berdasarkan data WHO dan UNICEF dalam buku “Pneumonia the forgotten Killer of
diseases” penyebab utama pneumonia 50% adalah bakteri Streptococcus pneumoniae (bakteri
pneumokokus), 20% disebabkan oleh Haemophillus influenzae type B (Hib), sisanya adalah
virus dan penyebab lainnya Hal ini juga dibuktikan oleh berbagai penelitian lain yang
memperkuat bahwa kematian anak karena pneumonia disebabkan oleh dua bakteri
Pneumokokus dan Hib, yang juga menjadi penyebab utama penyakit meningitis. (Wibowo,
E.2012).

Pneumonia merupakan penyebab kematian nomor sembilan di Brunei, nomor tujuh di


Malaysia, nomor tiga di Singapura, nomor enam di Thailand dan nomor tiga di Vietnam.
Laporan WHO menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di
dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza. Insidensi
pneumonia komuniti di Amerika adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun dan merupakan
penyebab kematian utama akibat infeksi pada orang dewasa di negara itu. Angka kematian
akibat pneumonia di Amerika adalah 10 % (Sativa, 2013).

Data Riskesdas 2007 Prevalensi penderitaan penyakit Pneumonia di Indonesia adalah 0,63%
dari kesuluruhan penduduk. Adapun penderitaan Pneumonia di Nanggroe Aceh Darussalam
ialah 1,44% angka tersebut menunjukkan bahwa persentase penderita Pneumonia di
Nanggroe Aceh Darussalam di atas angka Nasional (Riskesdas 2007).

Berdasarkan data statistik yang diperoleh dari catatan medikal record Rumah Sakit Umum
Daerah Cut Meutia Aceh Utara pada Januari sampai dengan Desember 2012 dengan jumlah
pasien yang dirawat sebanyak 12.132 pasien dan 39 orang (0,32%) penderita Pneumonia.
Dan pada Januari sampai dengan Desember 2013 jumlah pasien yag dirawat di Rumah Sakit
Umum Daerah Cut Meutia Aceh Utara yaitu 13. 728 pasien dengan penderita pneumonia 51
(0,37%).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana dan seperti apakah pola asuhan keperawatan pada klien dengan kelainan
pneumonia
2. Apa saja yang menjadi penyebab dan gejala utama pneumonia

C. TUJUAN
Makalah ini dibuat olah kami dengan tujuan agar kami memahami dan
mengaplikasikan langsung dalam proses keperawatan khususnya tentang gejala awal dan
penanganan utama pada klien dengan pneumonia.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

PNEUMONIA
A. Definisi
Pneumonia adalah istilah medis yang menggambarkan sebuah penyakit pada paru-
paru yang dapat terjadi ringan hingga serius dan mengancam nyawa. Pneumonia paling serius
jika terjadi pada bayi dan anak-anak, orang tua diatas usia 65 tahun, dan orang-orang dengan
masalah kesehatan yang mendasarinya atau sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Ditinjau dari definisi, Pneumonia adalah infeksi atau peradangan pada salah satu atau
kedua paru-paru, lebih tepatnya peradangan itu terjadi pada kantung udara (alveolus, jamak:
alveoli). Kantung udara akan terisi cairan atau nanah, sehingga menyebabkan sesak nafas,
demam, menggigil, dan kesulitan bernapas. Infeksi disebabkan oleh berbagai organisme,
termasuk bakteri dan jamur.

B. Klasifikasi Pneumonia
a. Klasifikasi penumonia berdasarkan rentang usianya

 Klasifikasi Pneumonia untuk golongan umur < 2 bulan


1). Pneumonia berat, adanya nafas cepat yaitu frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali per
menit atau lebih.
2). Bukan Pneumonia, batuk pilek biasa.

 Klasifikasi Pneumonia untuk golongan umur 2 bulan – < 5 tahun


1). Pneumonia berat, adanya nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian bawah.
2). Pneumonia, bila disertai nafas cepat, usia 2 bulan – <1 tahun 50 kali per menit, untuk usia
1 tahun – <5 tahun 40 kali per menit.
3). Bukan pneumonia, batuk pilek biasa tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam dan tidak ada nafas cepat.

b. Berdasarkan klinis dan epidemiologis:


1. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
2. Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia).
3. Pneumonia aspirasi.
4. Pneumonia pada penderita immunocompromised

c. Berdasarkan bakteri penyebab:


 Pneumonia bakteri/tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan
pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga
mereka yang telah lanjut usia. Para peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental,
pasien pascaoperasi, orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah
yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan terhadap
penyakit itu.
Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi,
bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus,
bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-
paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke
seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri Pneumokokus adalah kuman yang paling
umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut.

 Pneumonia Akibat virus.


Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan bakteri
hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi bisa menyebabkan
pneumonia juga).
Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu
yang disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi bakterial
adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua

 Pneumonia jamur
Sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan daytahan lemah
(immunocompromised).

Berdasarkan predileksi infeksi:


1. Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari
pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
2. Pneumonia bronkopneumonia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada
berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri
dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara
paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-
paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi
terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala
konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super
infeksi) dan sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar
penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka macam
dan bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh.

C. ETIOLOGI
1. Virus : virus influenza.
2. Bakteri : Streptokokus pneumonia, Streptokokus aureus, Hemofilus influenza,
Stafilokokus, Pneumokokus.
3. Jamur : Pseudomonas, Candida albican.
4. Aspirasi : makanan atau benda asing.

D. PATOFISIOLOGI
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh manusia
melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi inflamasi
hebat sehingga membran paru-paru meradang dan berlobang. Dari reaksi inflamasi
akan timbul panas, anoreksia, mual, muntah serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC,
WBC dan cairan keluar masuk alveoli sehingga terjadi sekresi, edema dan
bronkospasme yang menimbulkan manifestasi klinis dyspnoe, sianosis dan batuk,
selain itu juga menyebabkan adanya partial oklusi yang akan membuat daerah paru
menjadi padat (konsolidasi). Konsolidasi paru menyebabkan meluasnya permukaan
membran respirasi dan penurunan rasio ventilasi perfusi, kedua hal ini dapat
menyebabkan kapasitas difusi menurun dan selanjutnya terjadi hipoksemia
Dari penjelasan diatas masalah yang muncul, yaitu : Risiko kekurangan volume
cairan, Nyeri (akut), Hipertermi, Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
Bersihan jalan nafas tak efektif, Gangguan pola tidur, Pola nafas tak efekif dan
intoleransi aktivitas.

E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis tergantung pada lokasi, tipe kuman dan tingkat berat penyakit
Adapun gejala klinis dari pneumonia yaitu :
o Dispnoe
o Hemoptisis
o Nyeri dada
o Takipnea
o Demam, menggigil
o Malaise
o Kepala pusing
o Batuk produktif berupa sputum
o Peningkatan suhu tubuh
 Hipoksemia
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Pemeriksaan radiology (Chest X-Ray) à teridentifikasi adanya penyebaran (misal
lobus dan bronchial), menunjukkan multiple abses/infiltrat, empiema
(Staphylococcus), penyebaran atau lokasi infiltrasi (bacterial), penyebaran/extensive
nodul infiltrat (viral).
- Pemeriksaan laboratorium (DL, Serologi, LED) à leukositosis menunjukkan
adanya infeksi bakteri, menentukan diagnosis secara spesifik, LED biasanya
meningkat. Elektrolit : Sodium dan Klorida menurun. Bilirubin biasanya meningkat.
- Analisis gas darah dan Pulse oximetry à menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan
O2.
- Pewarnaan Gram/Cultur Sputum dan Darah à untuk mengetahui oganisme
penyebab
- Pemeriksaan fungsi paru-paru à volume mungkin menurun, tekanan saluran udara
meningkat, kapasitas pemenuhan udara menurun dan hipoksemia.

G. KOMPLIKASI
Menurut Suyono (2003) komplikasi pneumonia antara lain Efusi pleura dan
emfisema. Terjadi pada sekitar 45% kasus, terutama pada infeksi bakterial akut
berupa efusi para pneumonik gram negatif sebesar 60%, staplilococus aureus 50%, S.
Pneumoniae 40-60%, kuman anaerob 35%. Sedang pada mycoplasma pneumoniae
sebesar 20%. Cairannya transudat dan sterill, Komplikasi sistemik, dapat terjadi
akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa menungitis. Dapa juga terjadi dehidrasi
dan hiponatremia, anemia pada infeksi kronik, peningkatan ureum dan enzim hati,
Hipoksemia akibat gangguan difusi, Pneumonia kronis yang dapat terjadi bila
pneumonia berlangsung lebih dari 4-6 minggu akibat kuman anaerob s. Aureus dan
kuman gram (-), Bronkietaksis. Biasanya terjadi karena pneumonia pada masa
anakanak tetapi dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic
fibrosis atau hipogamaglobulinemia, tuberkolosis, atau pneumonia nekrotikans.

H. PENATALAKSANAAN
 Terapi antibiotic
Merupakan terapi utama pada pasien pneumonia dengan manifestasi apapun,
yang dimaksudkan sebagai terapi kausal terhadap kuman penyebabnya.
 Terapi suportif umum
1). Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 % berdasar
pemeriksaan AGD
2). Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang kental
3). Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam
4). Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitif terhadap
pembebanan cairan terutama pada pneumonia bilateral
5). Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis
6) . Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator dilakukan bila
terjadi hipoksemia persisten, gagal napas yang disertai peningkatan respiratoy distress
dan respiratory arrest
7). Drainase empiema bila ada
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PNEUMONIA

1. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Ny Anijah
Umur : 70 Tahun
Tanggal Lahir : -
Agama : Islam
Alamat : Karangsembung
Nomor Medrek : -
Tanggal Masuk RS : Jum’at, 16 Februari 2018
Tanggal Pengkajian : Jum’at, 23 Februari 2018
Diagnosa Medis : Pneumonia
2. Identitas Orang tua / Keluarga
1) Ayah/Ibu
Nama : -
Umur : -
Agama : -
Suku Bangsa : -
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Alamat : -
2) Anak/Saudara terdekat
Nama : Ny Maenah
Umur : -
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda
Pendidikan : -
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Karangsembung
2. Keluahan Utama
Sesak nafas dan nyeri pinggang
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Sesak Nafas dan lemas
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pada saat pengkajian mengatakan tidak ada riwayat kesahtan masalalu
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada saat pengkajian mengatakan tidak ada riwayat kesahatan keluarga
6. Riwayat Kesehatan Sosial
Klien memiliki hubungan sosial yang baik terlihat dari banyak keluarga dan saudara yang
menjenguknya.
7. Riwayat Kesehatan Spiritual
Klien mengatakan bahwa penyakit yang dideritanya saat ini sebagai bentuk cobaan dari
Allah SWT.
8. Pemeriksaan Umum
Berat Badan : -
Tinggi Badan : -
Tingkat Kesadaran : Apatis
Eyes : 2 Verbal : 2 Motorik : 3
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Pulse Rate : 115 kali/menit
Respiration Rate : 24 kali/menit
Suhu : 36,1˚C
SPO² : 97%
GDS : -
9. Pendekatan Pengkajian Fisik
a. Blood (B1/Sistem Kardiovaskuler)
Inspeksi : - Kulit keriput namun lembab
Bentuk kuku normal
Palpasi : - Pitting oedema pada bagian tungkai
- Turgor kulit elastis
- Tidak ada nyeri tekan
- CRT > 3 detik
Perkusi : -
Auskultasi : -

b. Breath (B2/Sistem Respirasi)


Inspeksi : - Bentuk pesek, tidak ada lesi
- Lubang hidung tampak bersih
- Bentuk dada normal

Palpasi : - Tidak ada nyeri pada daerah sinus


- Dada simetris
Perkusi : - Hypersonan
Auskultasi : - Cracles paru
c. Brain (B3/Sistem Neurologi)
Kepala dan Leher : - Bentuk kepala normal, rambut berwarna
hitam tampak beruban, kulit kepala bersih,
tidak menunjukan adanya lesi.
- Bentuk leher normal, tidak ada lesi atau
pembengkakan limfa.
Raut Wajah : - Wajah tidak tampak pucat, lesu
Mata : - Bentuk mata normal
- Konjungtiva anemis
- Sclera mata normal
Mulut : - Bentuk bibir normal
- Gigi kotor,
- Tidak ada secret dalam rongga mulut
Neurosensori : -
d. Bowel (B4/Sistem Gastrointestinal)
Inspeksi : - Bentuk abdomen normal tidak ada lesi
Perkusi : - Redup pada bagian arkus kosta kanan
Auskultasi - Bising usus 15 kali/menit
Palpasi : - Nyeri pada bagian pinggang
e. Bladder (B5/Sistem Urinary)
Menggunakan pampers, nyeri pinggang sebelah kanan.
f. Bone (B6/Sistem Muskuloskeletal)
Tidak ada nyeri.
Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
10.
a. Pemeriksaan Darah Rutin

b. Foto Rongten Thorrac


c. Electrocardiogram

1. Analisa Data
NO Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan
1. Ds :klien mengatakan Sesak nafas Ketidakefektifan pola nafas
Do pneumonia b.d ekspansi paru yang tidak
- Tampak lemas maksimal karena akumlasi
- Respirasi : 24x/menit akumulasi ciran udara/cairan
- Bunyi paru ronkhi dalam kavum pleura
- Tekanan Darah 130/90
mmHg ekspansi paru
- SPO² 97%
- Terpasang O² Nasal Canul ketidakefektifan pola
delivery 4 ml nafas
- Terpasang Infus RL

2. Diagnosa Keperawatan
 Ketidakefektifan pola nafas b.d ekspansi paru yang tidak maksimal karena
akumlasi udara/cairan
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
1. Ketidakefektifan pola NOC : NIC : - Untuk
nafas b.d ekspansi paru - Respiratory status : Airway Management mengoptimalkan
jalan nafas, agar
yang tidak maksimal Ventilation - Identifikasi klien dapat
karena akumlasi - Respiratory status : pasien perlunya bernafas dengan
normal.
udara/cairan Airway patency pemasangan alat
- Vital sign Status jalan nafas
- buatan.
Kriteria Hasil :
- Mendemonstrasikan Terapi Oksigen
batuk efektif dan - Bersihkan
suara nafas yang mulut, hidung
tidak
bersih, ada dan secret
sianosis dan dyspneu trakea.
(mampu
mengeluarkan Vital sign Monitoring
sputum, mampu - Monitor
bernafas dengan Tekanan
mudah, tidak ada darah, Nadi,
pursed lips). Suhu, dan
- Menunjukkan jalan Respiration
nafas yang paten Rates.
(klien tidak merasa -
tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan
dalam rentang
normal, tidak ada
suara nafas
abnormal)
- Vital sign dalam
rentang normal
(tekanan darah, nadi,
pernafasan)
1. Implementasi

No Hari/Tanggal Jam Tindakan Diagnosa Keperawatan N


1. jumat, 23-02- 14.00 - Airway Management Ketidakefektifan pola nafas b.d
2018 - mengidentifikasi pasien perlunya ekspansi paru yang tidak
maksimal karena akumlasi
pemasangan alat jalan nafas buatan. udara/cairan

Terapi Oksigen
- membersihkan mulut, hidung dan
secret trakea.

Vital sign Monitoring


- memonitor Tekanan darah, Nadi,
Suhu, dan Respiration Rates.

5. Evaluasi
No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi
Ketidakefektifan pola S: klien mengatakan mengeluh sesak nafas
nafas b.d ekspansi paru
1. O : Klien tampak gelisah, lemas, respirasi
yang tidak maksimal
karena akumlasi 24x/menit, SPO² 97%
udara/cairan
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:
1) Pneumonia lobaris
2) Pneumonia interstisial (bronkiolitis)
3) Bronkopneumonia.
Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian
bawah yang terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter atau rumah
sakit dan sering menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit saluran nafas
bawah yang menyerang anak-anak dan balita hampir di seluruh dunia.
Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi kurang dari 2 bulan, oleh
karena itu pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan angka kematian
anak.

B. SARAN
Penyakit pneumonia sebenarnya merupakan manifestasi dari rendahnya daya
tahan tubuh seseorang akibat adanya peningkatan kuman patogen seperti bakteri
yang menyerang saluran pernapasan.
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme,
keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya
bakteri di dalam paru merupakan ketidak seimbangan antara daya tahan tubuh,
sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi
penyakit.
Oleh karena itu sangat di perlukan menjaga daya tahan tubuh dengan
memperhatikan nutrisi dan kesehatan tubuh, terutama untuk ibu ibu agar lebih
memperhatikan kesehatan anak karena anak lebih rentan beresiko terkena
penyakit yang di sebabkan daya tahan tubuh mereka yang masih lemah.
Pemberian ASI sangat di butuhkan oleh bayi dengan tujuan untuk membentuk
imun si bayi tersebut agar terbentuk lebih kuat dalam menghadapi resiko terkena
penayakit.
Kita harus lebih memperhatikan resiko penyebab yang memungkinkan terkenanya
pneumonia seperti misalnya gizi buruk, defesiensi Vit A, pemberian ASI dan
imunisasi. Untuk mencegah hal tsb, ibu ibu sebaiknya memperhatikan gizi si
anak,memberikan ASI pada bayinya, kelengkapan imunisasi dan selalu waspada
terhadap tanda bahaya jika si anak mengalami infeksi saluran napas.

C. DAFTAR PUSTAKA
 Mc Closkey, JC., Butcher, HK., Bulechek GM. 2008. IOWA Outcome
Project: Nursing Interventions Classification (NIC). 5h ed.Missouri; Mosby,
Inc

 North American Nursing Diagnosis Association. 2010. Nursing Diagnoses :


Definition & Classification 2009-2011. Philadelphia

 Kartasasmita, CB. 2010. Pneumonia Pembunuh Balita. Buletin jendela


Epidemiologi; 3; 22-26

Anda mungkin juga menyukai