Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah-masalah gangguan jiwa saat ini meningkat di era globalisasi. Era

globalisasi merupakan era dimana tidak ada lagi pembatas, khususnya di

bidang informasi. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

yang begitu cepat berdampak pada semua sektor, termasuk sektor kesehatan

jiwa. Banyaknya masalah yang timbul di era globalisasi ini bukan hanya

dihadapi oleh masyarakat yang tinggal di perkotaan saja tetapi masyarakat

yang tinggal pedesaanpun ikut mengalaminya. Era globalisasi dan persaingan

bebas ini cenderung membuat sebagian orang menjadi kurang sabar dalam

menerima kenyataan hidup.

Banyak orang yang tidak siap dalam menghadapi masalah pribadinya baik

masalah keluarga, kesulitan ekonomi, bahkan kehilangan orang yang mereka

cintai. Semua itu dapat berdampak negatif terhadap kesehatan jiwa.

Gangguan jiwa semakin meningkat di era globalisasi ini. Masalah gangguan

jiwa ini menjadi tantangan bagi semua tenaga kesehatan. Menurut World

Health Organization (WHO), masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh

dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius.

Menurut data WHO (2016) dalam Kementrian Kesehatan Indonesia

(2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena

bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia.

1
2

Indonesia mengalami peningkatan jumlah klien dengan gangguan jiwa cukup

tinggi diperkirakan prevalensi gangguan jiwa berat dengan psikosis/

skizofrenia di Indonesia pada tahun 2013 adalah 1.728 orang (Riset

Kesehatan Dasar, 2013).

Prevalensi gangguan jiwa berat di Provinsi Banten sebesar 1,1 permil

artinya ada satu penduduk dari 1000 penduduk Provinsi Banten yang

mengalami gangguan jiwa berat. Bila saat ini jumlah penduduk Provinsi

Banten menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 2016 sekitar 12.203.148 jiwa

maka ada sekitar 13.423 orang yang mengalami gangguan jiwa berat. Untuk

jumlah gangguan jiwa berat di Propinsi Banten adalah Pandeglang 0,7 %,

Kabupaten Lebak 0,6%, Kabupaten Tangerang 0,8%, Kabupaten Serang

0,3%, Kota Tangerang 2,3%, Kota Cilegon 1,7%, Kota Serang 1,9%, Kota

Tangerang Selatan 1% (Rikesdas Provinsi Banten, 2013).

Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa menjadi masalah dalam

keluarga yang dapat menyebabkan beban bagi keluarga baik secara sosial

maupun ekonomi. Klien yang mengalami gangguan jiwa dapat menyebabkan

klien menjadi tidak produktif dan menimbulkan beban bagi keluarganya.

Beban keluarga terdiri dari beban subyektif meliputi perasaan kehilangan,

kesedihan, kecemasan, dan malu dalam situasi sosial, stress dan frustasi.

Sedangkan beban obyektif meliputi kesulitan financial yang dirasakan oleh

keluarganya. Peran keluarga sangatlah penting dalam proes penyembuhan

klien dengan gangguan jiwa.


3

Masalah dalam keluarga tentunya harus direspon dengan sumber-sumber

koping dalam keluarga seperti salah satunya adalah dukungan keluarga.

Dukungan bisa berupa kasih sayang, cara merawatnya, menanggung biaya

perawatan, dan menghargai klien. Sangatlah jelas bahwa dukungan keluarga

dibutuhkan dalam kondisi salah satu anggota keluarganya mengalami

gangguan jiwa, dukungan keluarga tentunya tidak lepas dari respon terhadap

penyakit yang diderita oleh orang yang mereka cintai.

Dalam penelitian Suwadirman (2011) yang berjudul Hubungan Antara

Dukungan Keluarga dengan Beban Keluarga untuk Mengikuti Regimen

Terapeutik pada Keluarga Klien Halusinasi di RSUD Serang hasil penelitian

menunjukkan bahwa dukungan keluarga sangat berperan besar untuk klien

yang mengalami gangguan jiwa.

Dari data tersebut peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian

tentang hubungan beban keluarga dengan dukungan keluarga pada klien

gangguan jiwa di poliklinik jiwa Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang

untuk mengetahui beban yang dirasakan keluarga yang mempunyai anggota

keluarga gangguan jiwa dan dukungan yang diberikan keluarga pada klien

dengan gangguan jiwa. Untuk itu peneliti merasa tertarik untuk meneliti

Hubungan Beban Keluarga dengan Dukungan Keluarga pada Klien

Gangguan Jiwa di Poli Jiwa Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang

Tahun 2018.

B. Rumusan Masalah
4

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, peneliti

merumuskan masalah “Adakah Hubungan Beban Keluarga dengan Dukungan

Keluarga pada Klien Gangguan Jiwa?”

C. Tujuan Penlitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengeidentifikasi hubungan beban keluarga dengan dukungan

keluarga pada klien gangguan jiwa.

2. Tujuan Khusus

a. Didapat gambaran tentang beban keluarga yang mempunyai klien

dengan gangguan jiwa.

b. Didapat gambaran tentang dukungan keluarga yang mempunyai

klien dengan gangguan jiwa.

c. Didapat gambaran tentang hubungan beban keluarga dengan

dukungan keluarga pada klien gangguan jiwa.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Sarana informasi kepada keluarga mengenai dukungan instrumental

dengan beban pada klien gangguan jiwa. Klien mendapatkan perawatan

yang optimal dari keluarga khususnya yang mengarah ke dukungan

2. Bagi Ilmu Keperawatan


5

Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi profesi keperawatan

dalam mengembangkan perencanaan community base care yang

melibatkan keluarga dalam proses penyembuhan klien gangguan

jiwa.dan berkontribusi dalam perkembangan ilmu keperawatan sebagai

bahan masukan bagi profesionalisme perawat dalam memberikan

pelayanan yang memuaskan bagi klien dan keluarganya.

3. Bagi Institusi Pendidikan Atau Lahan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk

menambah ilmu pengetahuan. Bagi lahan penelitian, hasil penelitian ini

dapat dijadikan sebagai informasi pentingnya mengetahui dukungan

keluarga dengan beban keluarga

4. Manfaat Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk

melakukan penelitian selanjutnya dengan tempat dan desain yang

berbeda.

Anda mungkin juga menyukai