Anda di halaman 1dari 5

EKONOMI SOSIAL

Nama Anggota :

1. Andre Kusuma (170810301132)


2. Fredy Sulistyo (170810301146)

Mata Kuliah : PEREKONOMIAN INDONESIA (Kelas A)

Dosen pengampu : Fajar Wahyu Prianto, SE, ME.

Beground situasi/ latar belakang

Pada awal abad diperkirakan, bahwa program Etis akan berfungsi seperti situasi suatu Sistem
Tanam Paksa baru, tidak kalah efektif untuk kemajuan rakyat dibandingkan keberhasilan Van den Bosch
untuk pembudidayaan tanah. Tujuan utama kebijakan Etis adalah merangsang kesejahteraan material
kepada rakyat, memperkuat tata social pribumi, dan mempromosikann unfikasi masyarakat. Telah kita
lihat bahwa banyak yang sudah dilakukan untuk membuka kesempatan bagi rakyat di berbagai cabang
kepegawaian pemerintahan dan administrasi local ; bahwa Departemen Pertanian, Industri, Perniagaan
bekerjasama dengan Kepegawaian Perkreditan, sangat membantu pertanian Pribumi, dan pada tahun
terakhir industry Pribumi; bahwa kemajuan besar terjadi dalam upaya membantu petani dengan irigasi ;
dan bahwa terjadi banyak perbaikan dalam hal pribumi menyuplai tanah dan tenaga kerja keoada
perbunan Eropa. Hal – hal yang masih perlu dibahas adalah kondisi perburuhan, mpenyediaan kredit,
layanan kesehatan masyarakat, pendidikan pengaruh aktivitas pemisi, promosi budaya umum, dan
organisasi pebgetahuan dan pemikiran dalam kaitan dengan dunia modern.
Pertumbuhan Penduduk, 1852 – 1930 (000)

Jawa dan Madura Provinsi – provinsi luar Total


Tahun Eropa Timur Pribumi Total Eropa Timur Pribumi Total Hindia
Asing Asing Belanda
1852 17,2 - - - 4,8 - - - -
1880 33,7 219 19540 19794 - - - - -
1890 45,9 259 23609 23914 11,9 - - - -
1900 62,4 298 28384 28746 13,3 - - - -
1905 64,9 317 29715 30098 16,1 298 7304 7619 37717
1920 135,2 415 34433 34717 34,4 461 13871 14366 49350
1930 193,2 634 40889 41717 48,7 709 18253 19011 60728

Laporan penduduk dibuat sejak 1860, tetapi tidak lengkap sampai 1895 untuk semua kecuali
orang eropa, dan orang baru setelah sensus regular pertam tahun 1905 adanstatistik bermanfaat yang
dihimpun dari provinsi – provinsi luar. Tabel ini menhindikasikan pertumbuhan segala sektor di
masyarakat.

BURUH

Dijawa, dibawah kompeni, budak – budak dianggap, secara resmi kalau bukan dalam kenyataan,
semata- mata hanya sebagai buruh. Perlahan – lahan pengahpusan perbudakan setelah 1815, munculah
masalah – masalah buruh serupa dengan masalah di Eropa. Perbedaan masalah di Eropa adalah dan di
Jawa adalah perkembangan modal dan buruh berkembang bersama. Tetapi di Jawa modal asing dan
menggunakan buruh local.sehingga konflik ekonomi diperkental dengan pertikaian warna kulit., tapi di
provinsi luar baik modal maupun buruh harus diimpor. Di provinsi luar menyediakan lahan sangat luas
untuk pemanfaatan modal, tetapi tidak mencukupi mengenai buruh local, sehingga diatasi dengan
perbudakan, imigrasi sukarela. Di provinsi luar, buruh tidak hanya dianggap sebagai tenaga kerja, tetapi
juga sebagai warga.

KREDIT NEGARA

Dalam legilasi 1895 yang bertujuan memperbaiki kondisi perkebunan tebu, dan dalam upaya
yang dilakukan untuk mendorong perhematan dengan pendirian bank – bank Tabungan, delapan
diantaranya 1891 dan 1903 selain bank kantor pos. sebagai bagian dari gerakan ini banyak wedana
mendorong bawahan local mereka dalam Kepegawaian Negeri untuk membentu perkumoulan yang
bermanfaat bagi mereka, biasanyya dalam bentuk bank – bank tabungan untuk pegawai Pemerintah.

Di desa menyimpan benih padi digudang pangan desa sudah biasa, De Wolf mengusulkan
pengembangan gudang desa menjadi “bank padi”, menyediakan pinjaman dalam bentuk padi dan dibayar
setelah panen. Bank – bank padi ini berhasil bila dikelola oleh kepala desa dengan dukungan
Kepegawaian Negeri. Pada saat itu, bank para priayi juga diubah mengikuti model baru menjadi
afdeelingsbanken (bank – bank kabupaten). Pergadaian Negara juga berawal dari ide De Wolf. Tumbuh
suatu layanan besar memunngkinkan orang mendapatkan uang dengan persyaratan yang lebih
menguntungkan, penaksiran lebih adil, tingkat bunga lebih rendah, pelanggan yakin akan perlindungan
terhadap kepentingan mereka.

Jawa Provinsi Luar Total


Pergadaian 171,7 22,4 194,1
Bank Afdeeling 57,6 14,7 72,3
Bank Desa 40,8 3,5 44,3
Bank padi 7,2 - 7,2
Kelompok kopperasi terdaftar 0,1 - 0,1
Total 277,4 40,6 318

Dorongan terhadap koperasi sejak awal bertujuan menyediakan kredit, dan bukan mendorong
kooperasi. Yang pertama bersifat ekonomi dan kedua bersifat social dan politis. Karena kritik terhadap
institusi – institusi kredit Negara bahwa mereka bukan koperasi salah sasaran, mereka harus dinilai
menurut keberhasilan yang diperoleh sebagai instrument ekonomi untuk meningkatkan sistem kredit.

Kesehatan Masyarakat

Pada 1900 pemerintah mengeluarkan kebijakan kea rah etis, yaitu kesehatan masyarakat,
terutama untuk orang Eropa. Belanda membawa obsesi mereka terhadap kebersihan dan penyediaan
hygiene dalam peraturan daerah di Surabaya pada 1829 diperluas keseluruh pedalaman, dan dijalankan
lewat sisten kuat vergaderingen dan kontrokeur olehpetugas – petugas pribumi, yang mempunyai
wewenang herediter kuat dan mampu memaksakan ketaatan dengan ancaman hukuman ringan untuk
setiap tindakan atau kelalaian yang mereka anggap tidak pantas. Karena itu kebersihan dan kerapian desa
– desa adalah suatu ciri yang mengesankan pada 1860, dan masih mengesasnkan pengunjung dari daerah
lain. Kepegawaian Negeri juga mendorong vaksinator, yang diciptakan oleh raffles, diperluas oleh
Belanda pada 1851 memakainya sebagai nucleus suatu kepegawaian dokter pribumi. Pada abad 19 dokter
praktik tumbuh secara pesat.

Jawa Provinsi luar


Tahun Eropa Pribumi Eropa Pribumi
1900 103 90 73 42
1910 145 88 72 60
1920 301 147 152 86
1930 667 363

Setelah terjadi wabah penyakit pertama pada 1911 ada dana yang dialokasikan dalam jumlah
besar untuk perbaikan hygiene.

Tahun Jumlah (juta)


1900 2,2
1910 3,4
1915 11,1
1920 15,3
1930 20,7

Kategori pengeluaraan utama biaya adalah biaya rumah sakit, obat obatan, imunisasi, perbaikan
rumah dan propaganda. Kriteria terbaik keberhasilan yang tercapai dalam memperbaiki standar kesehatan
adalah pengurangan tingkat kematian sampai angka dibawah 20 per 1000. Tetapi langkah – langkah yang
dijalankan sering dianggap sama sekali artifisial, dipaksakan pada rakyat oleh pemerintahan asing, dan
bisa dibaca bahwa rakyat pada umumnya tidak bekerjasama dalam memelihara kondisi perumahan yang
lebih baik, dan bahkan golongan terdidik tidak berbuat banyak untuk mendorong hygiene karena
perhatian mereka terkonsentrasi pada propaganda politik.

Pendidikan

Pada 1900-an dengan penduduk di pulau Jawa hamper 30 juta, kurang dari 75 ribu yang
bersekolah. Hampis semua masuk sekolah kelas Kedua atau Swasta, tempat mereka belajar tidak banyak.
Selain membaca, menulis, berhitung, dan bahkan sedikit sekolah Kelas Pertama dengan pendidikan lima
tahun. Sedikit golongan atas diperbolehkan mengikuti sekokah eropa. Diprovinsi luar, dengan penduduk
lebih sedikit tapidengan kegiatan pemisi lebih besar, dengan sekitar 5 ribu murid di Jawa dan 3 ribu di
Provinsi – provinsib luar. Sstem pendidikan pun berkarakter mastyarakat majemukndengan sekolah
terpisah untuk setiap golongan penduduk.

Masalah pendidikan adalah yang paling sulit dari segala persoalan yang muncul di suatu wilayah
pendudukan tropis, suatu organisasi politik yang didirikan dan didasarkan pada keadaan ekonomi dan
bukan pada ikatan geografis, rasial, agama, atau linguistic, dimana dua golongan, khususnya eropa dan
pribumi, hidup berdampingan dengan Eropa sebagai majikan dan Pribumi sebagai taklukan pekerja.

Anda mungkin juga menyukai