Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
Kebutuhan logam ternyata tidak hanya sebatas benda dengan permukaan rata.
Kebutuhan akan logam juga berkembang pesat seiring dengan teknologi yang mendukungnya.
Sekarang kita bisa menghasilkan benda logam dalam bentuk apaun tanpa harus mengalami proses
penenmpaan. Pada zaman dahulu untuk menhasilkan logam yang berbentuk rumit maka benda
haruslah di panaskan dan dipukul sebagaimana proses penempaan pada umumnya. Namun seiring
kemajuan zaman tuntutan akan kebutuhan logam semakin meningkat dan atas tuntutan itulah kini
telah tercipta tungku-tungku pelebur besi yang menhasilkan suhu diatas 1500 °C
Pengecoran logam merupakan bagian dari industri hulu dalam bidang manufaktur, terdiri dari
proses mencairkan logam yang kemudian cairan logam tersebut dicorkan ke dalam rongga cetakan dan
didinginkan hingga membeku. Urutan proses pengecoran logam terdiri dari pembuatan pola,
pembuatan cetakan dan inti, peleburan, pembongkaran, pembersihan dan pengerjaan akhir, pengujian-
pengujian serta perlakuan panas. Hal utama yang harus diperhatikan dalam pembuatan benda cor
adalah tuntutan-tuntutan dari produk coran tersebut, sehingga produk pengecoran yang dihasilkan
dapat berfungsi dengan baik sesuai tuntutan. Tuntutan-tuntutan dari produk pengecoran tersebut
meliputi fungsi benda cor, kekuatan yang harus dimiliki, kekerasan yang diinginkan, hingga
Coran dibuat dari logam yang dicairkan, dituang ke dalam cetakan,kemudian di biarkan
mendingin dan membeku. Oleh karena itu sejarah pengecoran dimulai ketika orang mengetahui
bagaimana mencairkan logam dan bagaimana membuat cetakan. Hal itu terjadi kira-kira tahun 4.000
SM, sedangkan tahun yang lebih tepat tidak diketahui orang. Awal penggunaan logam oleh orang
ialah ketika orang membuat perhiasan dari emas atau perak tempaan, dan kemudian membuat senjata
atau matabajak dengan menempa tembaga, hal itu di mungkinkan karena logam-logam ini terdapat di
alam dalam keadaan murni, sehingga dengan mudah orang dapat menempanya.
1
1.2 Perumusan Masalah
Berpijak dari latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pengecoran logam adalah salah satu teknik pembuatan produk dimana logam dicairkan
dalam tungku peleburan kemudian dituangkan ke dalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk
asli dari produk cor yang akan dibuat. Pengecoran digunakan untuk membuat bagian mesin dengan
bentuk yang kompleks Pengecoran digunakan untuk membentuk logam dalam kondisi panas sesuai
dengan bentuk cetakan yang telah dibuat. Pengecoran dapat berupa material logam cair atau plastik
yang bisa meleleh (termoplastik), juga material yang terlarut air misalnya beton atau gips, dan materi
lain yang dapat menjadi cair atau pasta ketika dalam kondisi basah seperti tanah liat, dan lain-lain
yang jika dalam kondisi kering akan berubah menjadi keras dalam cetakan, dan terbakar dalam
perapian. Proses pengecoran dibagi menjadi dua yaitu expandable (dapat diperluas) dan non
expandable (tidak dapat diperluas) mold casting Pengecoran biasanya diawali dengan pembuatan
Cetakan pasir bisa dibuat secara manual maupun dengan mesin. Pembuatan cetakan secara
manual dilakukan bila jumlah komponen yang akan dibuat jumlahnya terbatas, dan banyak
variasinya. Pembuatan cetakan tangan dengan dimensi yang besar dapat menggunakan campuran
tanah liat sebagai pengikat. Dewasa ini cetakan banyak dibuat secara mekanik dengan mesin agar
lebih presisi serta dapat diproduk dalam jumlah banyak dengan kualitas yang sama baiknya
Klasifikasi yang berkaitan dengan bahan pembentuk, proses pembentukan, dan metode pembentukan
a. Expendable mold, yang mana tipe ini terbuat dari pasir, gips, keramik, dan bahan semacam itu
dan umumnya dicampur dengan berbagai bahan pengikat (bonding agents) untuk peningkatan
peralatan. Sebuah cetakan pasir khas terdiri dari 90% pasir, 7% tanah liat, dan 3% air. Materi-
materi ini bersifat patah (bahwa, bahan ini memiliki kemampuan untuk bertahan pada
3
b. Permanent molds, yang mana terbuat dari logam yang tahan pada temperature tinggi. Seperti
namanya, cetakan ini digunakan berulang-ulang dan dirancang sedemikian rupa sehingga hasil
cetakan dapat dihilangkan dengan mudah dan cetakan dapat digunakan untuk cetakan
berikutnya. Cetakan logam dapat digunakan kembali karena bersifat konduktor dan lebih baik
daripada cetakan bukan logam yang terbuang setelah digunakan. sehingga, cetakan padat
terkena tingkat yang lebih tinggi dari pendinginan, yang mempengaruhi sturktur mikro dan
c. Comosite molds, yang mana terbuat dari dua atau lebih material yang berbeda (seperti pasir,
grafit, dan logam) dengan menggabungkan keunggulan masing-masing bahan. Pembentuk ini
memiliki sifat tetap dan sebagian dibuang dan digunakan di berbagai proses cetakan untuk
Pada dasarnya semua logam yang mampu dicairkan dapat dibentuk dengan proses
pengecoran. Bahan-bahnan ini umumnya memiliki titik leleh yang rendah sampai menengah. Untuk
bahan yang titik cairnya tinggi jarang dilakukan dengan proses pengecoran. Pada parakteknya bahan-
bahan logam yang umum di lakukan pembentukan dengan proses pengecoran adalah bahan besi,
a. Besi
Besi cor (cast Iron) dapat didefinisikan sebagai paduan besi yang memiliki kadar karbon lebih
dari 1,7 %. Umumnya kadar karbon ini berada pada kisaran antara 2,4 hingga 4 %, merupakan bahan
yang relatif mahal, dimana bahan ini diproduksi dari besi kasar atau besi/baja rosok. Produk besi cor
memiliki fungsi mekanis sangat penting dan diproduksi dalam jumlah besar. Prosesnya sering
dilakukan dengan cara menambahkan unsur graphite ke dalam ladle sebagai pengendali. paduan besi
cor (alloy iron castings) bahannya telah dilakukan penghalusan (refined) dan pemaduan besi kasar (pig
iron). Produk-produk seperti crankshaf, conecting rod dan element dari bagian-bagian mesin
4
sebelumnya dibuat dari baja tempa (steel forgings), sekarang lebih banyak menggunakan high-duty
Benda-benda cor dapat membentuk bagian bentuk yang rumit dibandingkan dengan bentuk-
bentuk benda hasil tempa (wrought) kendati diperlukan proses machining, akan tetapi dapat
diminimalisir dengan memberikan kelebihan ukuran sekecil mungkin dari bentuk yang dikehendaki
(smaller allowance), olleh karena itu produk penuangan relatif ukurannya dilebihkan sedikit.
b. Alumunium
Alumunium casting merupakan suatu cara ( metode ) pembuatan paduan logam alumunium
dengan menggunakan cetakan ( die casting atau sand casting ) dengan cara melebur paduan logam
yang kemudian dituang didalam suatu cetakan sehingga mengalami pendinginan ( solidification )
didalam cetakan. Alumunium dipilih sebagai bahan dasar casting karena memiliki beberapa sifat,
yaitu:
a. Alumunium merupakan unsur dengan massa jenis yang rendah ( 2.7 g/cm3) sehingga dapat
b. Temperatur leburnya rendah ( 660 .32 derajat celcius ) sehingga dapat meminimalkan energi
pemanasan
Untuk menghasillkan paduan yang memiliki mechanical properties yang baik ( touhnest,
tensile strength, ductility, wear resistace, etc ) maka diperlukan adanya unsur paduan lain pada logam
alumunum. Logam – logam yang ditambahkan yaitu Silikon (Si). Silikon memiliki sifat mampu alir
yang baik ( fluidity ) sehingga akan memudahkan logam cair untuk mengisi rongga–rongga cetakan.
Selain itu Silikon juga tahan terhadap hot tear ( perpatahan pada metal casting pada saat solidificasion
karena adanya kontraksi yang merintangi. Sifat AlSi dapat menghasilkan sifat–sifat yang baik, yaitu :
good castability, good corrosion resistance, good machinability, dan good weldability.
c. Tembaga
Tembaga digunakan secara luas sebagai salah satu bahan teknik, baik dalam keadaan murni
maupun paduan. Tembaga memiliki kekuatan tarik hingga 150 N/mm2 dalam bentuk tembaga
tuangan dan dapat ditingkatkan hingga 390 N/mm2 melalui proses pengerjaan dingin dan untuk jenis
5
tuangan aangka kekerasanya hanya mencapai 45 HB namun dapat ditingkatkan menjadi 90 HB
melalui pengerjaan dingin, dimana dengan proses pengerjaan dingin ini akan mereduksi keuletan,
walaupun demikian keuletannya dapat ditingkatkan melalui proses annealing (lihat proses perlakuan
panas) dapat menurunkan angka kekerasan serta tegangannya atau yang disebut proses “temperature”
dimana dapat dicapai melalui pengendalian jarak pengerjaan setelah annealing. Tembaga memiliki
sifat thermal dan electrical conduktifitas nomor dua setelah Silver. Tembaga yang digunakan sebagai
penghantar listrik banyak digunakan dalam keadaan tingkat kemurnian yang tinggi hingga 99,9 %.
Sifat lain dari tembaga ialah sifat ketahanannya terhadap korosi atmospheric serta berbagai serangan
media korosi lainnya. Tembaga sangat mudah disambung melalui proses penyoderan, Brazing serta
pengelasan. Tembaga termasuk dalam golongan logam berat dimana memiliki berat jenis 8,9 kg/m3
membuat produk yang kecil hingga yang paling besar. Penggunaan bahan lebih hemat. Produk hasil
coran dapat digunakan tanpa harus dikerjakan lebih lanjut atau dilakukan sedikit proses pemesinan.
Selain itu dengan proses pengecoran dapat membuat produk-produk sederhana sampai yang paling
rumit. Berikut contoh produk-produk yang dibuat melalui proses pengecoran. Penggunaan coran pada
kehidupan sehari-hari sangat luas. Produk-produk yang dibuat melalui proses pengecoran dapat
dijumpai mulai dari peralatan rumah tangga, industri komponen pemesinan, industri mesin-mesin
perkakas, alat-alat berat, industri automotif dan peralatan tranfortasi. Rangka-rangka mesin banyak
digunakan dari coran besi tuang kelabu, karena bahan ini memiliki sifat endukug yang kuat, mampu
menahan getaran dan mampu melumas sendiri. Pada industri otomotif benda coran banyak digunakan
untuk membuat blok-blok mesin, tromol rem, dan komponen-komponen lainnya. Contoh-contoh
6
Gambar 2.3 (1) Blok mesin Gambar 1.3 (2) Komponen mesin
Klasifikasi pengecoran berdasarkan umur dari cetakan, ada pengecoran dengan sekali pakai
(expendable Mold) dan ada pengecoran dengan cetakan permanent (permanent Mold). Cetakan pasir
termasuk dalam expendable mold. karena hanya bisa digunakan satu kali pengecoran saja, setelah itu
cetakan tersebut dirusak saat pengambilan benda coran. Dalam pembuatan cetakan, jenis-jenis pasir
yang digunakan adalah pasir silika, pasir zircon atau pasir hijau. Sedangkan perekat antar butir-butir
a. Cavity (rongga cetakan), merupakan ruangan tempat logam cair yang dituangkan kedalam
cetakan. Bentuk rongga ini sama dengan benda kerja yang akan dicor. Rongga cetakan dibuat
b. Core (inti), fungsinya adalah membuat rongga pada benda coran. Inti dibuat terpisah dengan
cetakan dan dirakit pada saat cetakan akan digunakan. Bahan inti harus tahan menahan
7
c. Gating sistem (sistem saluran masuk), merupakan saluran masuk kerongga cetakan dari saluran
turun. Gating sistem suatu cetakan dapat lebih dari satu, tergantung dengan ukuran rongga
d. Sprue (Saluran turun), merupakan saluran masuk dari luar dengan posisi vertikal. Saluran ini
juga dapat lebih dari satu, tergantung kecepatan penuangan yang diinginkan.
e. Pouring basin, merupakan lekukan pada cetakan yang fungsi utamanya adalah untuk mengurangi
kecepatan logam cair masuk langsung dari ladle ke sprue. Kecepatan aliran logam yang tinggi
dapat terjadi erosi pada sprue dan terbawanya kotoran-kotoran logam cair yang berasal dari
f. Raiser (penambah), merupakan cadangan logam cair yang berguna dalam mengisi kembali
dalam kumpulan pasir untuk membentuk rongga cetak, membuat sistem saluran, mengisi rongga cetak
dengan logam cair, membiarkan logam cair membeku, membongkar cetakan yang berisi produk cord
an membersihkan produk cor. Hingga sekarang, proses pengecoran dengan cetakan pasir masih
menjadi andalan industri pengecoran terutam industri-industri kecil. Tahapan yang lebih umum
a. Pasir
Kebanyakan pasir yang digunakan dalam pengecoran adalah pasir silika (SiO2). Pasir
merupakan produk dari hancurnya batu-batuan dalam jangka waktu lama. Alasan pemakaian pasir
8
sebagai bahan cetakan adalah karena murah dan ketahanannya terhadap temperature tinggi. Ada dua
jenis pasir yang umum digunakan yaitu naturally bonded (banks sands) dan synthetic (lake sands).
Karena komposisinya mudah diatur, pasir sinetik lebih disukai oleh banyak industri pengecoran.
Pemilihan jenis pasir untuk cetakan melibatkan bebrapa factor penting seperti bentuk dan
ukuran pasir. Sebagai contoh , pasir halus dan bulat akan menghasilkan permukaan produk yang
mulus/halus. Untuk membuat pasir cetak selain dibutuhkan pasir juga pengikat (bentonit atau
clay/lempung) dan air. Ketiga Bahan tersebut diaduk dengan komposisi tertentu dan siap dipakai
Ada tiga jenis cetakan pasir yaitu green sand, cold-box dan no-bake mold. Cetakan yang
banyak digunakan dan paling murah adalah jenis green sand mold (cetakan pasir basah). Kata “basah”
dalam cetakan pasir basah berati pasir cetak itu masih cukup mengandung air atau lembab ketika
logam cair dituangkan ke cetakan itu. Istilah lain dalam cetakan pasir adalah skin dried. Cetakan ini
sebelum dituangkan logam cair terlebih dahulu permukaan dalam cetakan dipanaskan atau
dikeringkan. Karena itu kekuatan cetakan ini meningkat dan mampu untuk diterapkan pada
Dalam cetakan kotak dingin (box-cold-mold), pasir dicampur dengan pengikat yang terbuat
dari bahan organik dan in-organik dengan tujuan lebih meningkatkan kekuatan cetakan. Akurasi
dimensi lebih baik dari cetakan pasir basah dan sebagai konsekuensinya jenis cetakan ini lebih mahal.
Dalam cetakan yang tidak dikeringkan (no-bake mold), resin sintetik cair dicampurkan dengan
pasir dan campuran itu akan mengeras pada temperatur kamar. Karena ikatan antar pasir terjadi tanpa
adanya pemanasan maka seringkali cetakan ini disebut juga cold-setting processes. Selain diperlukan
cetakan yang tinggi, beberapa sifat lain cetakan pasir yang perlu diperhatikan adalah permeabilitas
c. Pola
Pola merupakan gambaran dari bentuk produk yang akan dibuat. Pola dapat dibuat dari kayu,
plastic/polimer atau logam. Pemilihan material pola tergantung pada bentuk dan ukuran produk cor,
akurasi dimensi, jumlah produk cor dan jenis proses pengecoran yang digunakan.
9
Jenis-jenis pola:
Biasanya digunakan untuk bentuk produk yang sederhana dan jumlah produk sedikit. Pola ini
Terdiri dari dua buah pola yang terpisah sehingga akan diperoleh rongga cetak dari masing-masing
pola. Dengan pola ini, bentukproduk yang dapat dihasilkan rumit dari pola tunggal.
3) Match-piate pattern
Jenis ini popular yang digunakan di industri. Pola “terpasang jadi satu” dengan suatu bidang datar
dimana dua buah pola atas dan bawah dipasang berlawanan arah pada suatu pelat datar. Jenis pola ini
sering digunakan bersama-sama dengan mesin pembuatan cetakan dan dapat menghasilkan laju
d. Inti
Untuk produk cor yang memiliki lubang/rongga seperti pada blok mesin kendaraan atau
katup-katup biasanya diperlukan inti. Inti ditempatkan dalam rongga cetak sebelum penuangan untuk
membentuk permukaan bagian dalam produk dan akan dibongkar setelah cetakan membeku dan
dingin. Seperti cetakan, inti harus kuat, permeabilitas baik, tahan panas dan tidak mudah hancur (tidak
rapuh).
Agar inti tidak mudah bergeser pada saat penuangan logam cair, diperlukan dudukan inti (core
prints). Dudukan inti biasanya dibuatkan pada cetakan seperti pada gambar 8. pembuatan inti serupa
dengan pembuatan cetakan pasir yaitu menggunakan no-bake, cold-box dan shell. Untuk membuat
cetakan diperlukan pola sedangkan untuk membuat inti dibutuhkan kotak inti.
10
2.6 Operasi Pengecoran Cetakan Pasir
Operasi pengecoran dengan cetakan pasir melibatkan tahapan proses perancangan produk cor,
pembuatan pola dan inti, pembuatan cetakan, penuangan logam cair dan pembongkaran produk cor.
Setelah proses perancangan produk cor yang menghasilkan gambar teknik produk dilanjutkan
a. Menyiapkan bidang dasar datar atau pelat datar dan meletakan pola atas (cope) yang sudah ada
b. Seperti pada langkah a, untuk cetakan bagian bawah (drag) beserta sistem saluran.
d. Inti yang telah jadi disatukan (inti yang dibuat berupa inti setengah atau paroan inti)
e. Pola atas yang ada dipermukaan pelat datar ditutupi oleh rangka cetak atas (cope) dan
ditambahkan system saluran seperti saluran masuk dan saluran tambahan (riser). Selanjutnya diisi
f. Setelah diisi pasir cetak dan dipadatkan, pola dan system saluran dilepaskan dari cetakan
g. Giliran drag diisi pasir cetak setelah menempatkan rangka cetak diatas pola dan pelat datar.
11
h. Setelah disi pasir cetak dan dipadatkan, pola dilepaskan dari cetakan
j. Cope dipasangkan pada drag dan dikunci kemudian dituangkan logam cair.
k. Setelah membeku dan dingin, cetakan dibongkar dan produk cor dibersihkan dari sisa-sisa pasir
cetakan.
l. Sistem saluran dihilangkan dari produk cor dengan berbagai metoda dan produk cor siap untuk
Dalam teknik pengecoran logam fluiditas tidak diartikan sebagai kebalikan dari viskositas,
akan tetapi berarti kemampuan logam cair untuk mengisi ruang-ruang dalam rongga cetak. Fluiditas
tidak dapat dikaitkan secara langsung dengan sifat-sifat fisik secara individu, karena besaran ini
diperoleh dari pengujian yang merupakan karakteristik rata-rata dari bebrapa sifat-sifat fisik dari
logam cair.
Ada dua faktor yang mempengaruhi fluiditas logam cair, yaitu temperatur dan komposisi
unsur. Temperatur penuangan secara teoritis harus sama atau diatas garis liquidus. Jika temperatur
penuangan lebih rendah, kemungkinan besar terjadi solidifikasi didalam gating sistem dan rongga
cetakan tidak terisi penuh. Cacat ini disebut juga dengan nama misrun. Cacat lain yang bisa terjadi
jika temperatur penuangan terlalu rendah adalah laps dan seams. Yaitu benda cor yang dihasilkan
seakan-akan membentuk alur-alur aliran kontinu logam yang masuk kedalam rongga cetak, dimana
alur satu dengan alur lai berdampingan daya ikatannya tidak begitu baik. Jika temperatur penuangan
terlalu tinggi pasir yang terdapat pada dinding gating sistem dan rongga cetakan mudah lepas sewaktu
bersentuhan dengan logam cair dan permukaanya menjadi kasar. Terjadi reaksi yang cepat antara
logam tuang, dengan zat padat, cair dan gas diadalam rongga cetakan. Dari pengujian ini dapat dicari
daerah temperatur penuangan yang menghasilkan produk dengan cacat yang seminim mungkin.
Faktor utama yang lain yang mempengaruhi besaran fluiditas adalah komposisi paduan.
Logam cair yang memiliki fluiditas yang tinggi adalah logam murni dan alloys komposisi eutectic.
Alloys yang dibentuk dari larutan padat, dan memiliki range pembekuan yang besar memiliki fluiditas
yang jelek.
12
Gambar 2.6 (2) Contoh Pola spiral hasil pengujian Fluiditas
Ada beberapa metoda dalam mengukur fluiditas. Metoda ini dibedakan berdasarkan bentuk
rongga cetak yang digunakan untuk mengetahui mampu alir logam cair. Ada rongga cetak yanmg
berbentuk spiral dan ada juga rongga cetak yang berbentuk lorong yang memanjang. Pemilihan
Dari bentuk benda kerja dan bahan cetakan yang akan digunakan. Dalam melakukan
pengukuran mampu alir dipraktikum ini digunakan metode dengan rongga cetak yang berbentuk
spiral. Meskipun hasil pengukuran dengan metoda diatas dipengaruhi oleh sifat-sifat cetakan, namun
pengukuran tersebut sangat praktis, karena langsung menggambarkan bagaimana mampu alir logam
cair dalam rongga cetak dengan bahan cetakan sebenarnya. Harga fluiditasnya dinyatakan dengan
panjang (dalam mm) spiral yang terisi logam. Atas dasar hal ini, fluiditas juga dikenal dengan istilah
Fluid life.
berpengaruh langsung pada kualitas produk cor. Pada proses peleburan, mula-mula muatan yang
terdiri dari logam, unsur-unsur paduan dan material lainnya seperti fluks dan unsur pembentuk
terak dimasukkan kedalam tungku. Fluks adalah senyawa inorganic yang dapat “membersihkan”
logam cair dengan menghilangkan gas-gas yang ikut terlarut dan juga unsur-unsur pengotor
13
(impurities). Fluks memiliki beberpa kegunaan yang tergantung pada logam yang dicairkan, seperti
pada paduan alumunium terdapat cover fluxes (yang menghalangi oksidasi dipermukaan alumunium
cair),. Cleaning fluxes, drossing fluxes, refining fluxes, dan wall cleaning fluxes
Dari Pembekuan ingot dihasilkan 3 daerah dengan karakteristik yang berbeda. Daerah-daerah
tersebut adalah :
a. Chill Zone
Selama proses penuangan logam cair kedalam cetakan, logam cair yang berkontak
langsung dengan dinding cetakan akan mengalami pendinginan yang cepat dibawah temperatur
likuidusnya. Akibatnya pada dinding cetakan tersebut timbul banyak inti padat dan selanjutnya
tumbuh kearah cairan logam. Bila temperatur penuangannya rendah, seluruh bagian logam cair
akan membeku secara cepat dibawah temperatur likuidus. Disisi lain bila temperatur penuangan
tinggi, cairan logam yang berada ditengah-tengah ingot akan tetap berada diatas temperatur
b. Columnar zone
Sesaat setelah penuangan, gradien temperatur pada dinding cetakan menurun dan kristal
pada daerah chill tumbuh memanjang dalam arah kristal tertentu. Kristal-kristal tersebut tumbuh
memanjang berlawanan dengan arah perpindahan panas (panas bergerak dari cairan logam kea
rah dinding cetakan yang bertemperatur lebih rendah) yang disebut dengan dendrit. Setiap kristal
dendrit mengandung banyak lengan-lengan dendrit (primary dendrit). Jika Fraksi volum padatan
(dendrite) meningkat dengan meningkatnya panjang dendrit dan jika struktur yang terbentuk
berfasa tunggal, maka lengan-lenagn dendrti sekunder dan tertier akan timbul dari lengan dendrit
primer. Daerah yang terbentuk antara ujung dendrit dan ttitik dimana sisa cairan terakhir akan
14
c. Equiaxed zone
Daerah ini terdiri dari butir-butir equiaxial yang tumbuh secara acak ditengah-tengah
ingot. Pada daerah ini perbedaan temperatur yang ada tidak menyebabkan terjadinya
a. Pengaruh Penyusutan
Kebanyakan logam akan menyusut selama proses pembekuan dan ini mengakibatkan
perubahan struktur ingot. Paduan-paduan dengan selang pembekuan (daerah antara temperatur
liquidus dan solidus ) yang sempit menghasilkan mushy zone yang sempit pula dan pada bagian
permukaan atas ingot terdapat sisa cairan logam yang lama kelamaan akan berkurang hingga
pembekuan berakhir dan pada ingot mengandung rongga cukup dalam pada bagian tengah atau
disebut pipe. Pada paduan-paduan dengan selang temperatur pembekuan lebar, mushy zone dapat
Pada struktur pembekuan terdapat dua jenis segregasi yaitu segregasi makro (perubahan
komposisi pada tiap bagian spesimen) dan segregasi mikro (seperti yang terjadi antara lengan dendrit
sekunder). Ada empat faktor yang menyebabkan timbulnya segregasi makro, yaitu :
Segregasi dalam pembekuan logam tidak diinginkan karena memberikan pengaruh buruk pada
sifat mekanik. Untuk segregasi mikro, pengaruhnya dapat dikurangi dengan proses perlakuan panas
(homogenisasi).
Komisi pengecoran international telah membuat penggolongan cacat-cacat coran dan dibagi
15
a. Ekor tikus tak menentukan atau e. Salah alir
c. Retakan h. Deformasi
- Dapat mencetak bentuk kompleks, baik bentuk bagian luar maupun bentuk bagian dalam
- Dapat mencetak produk yang sangat besar, lebih berat dari 100 ton
Setiap metode pengecoran memiliki kelemahan sendiri-sendiri, tetapi secara umum dapat disebutkan
sebagai berikut :
- Masalah lingkungan
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
17