TUGAS AKHIR
Oleh
i
ABSTRACT
SS
i
ABSTRAK
ash sebagai pengganti karena kandungan silika dan aluminanya sangat tinggi. Fly
Ash tidak dapat mengeras seperti halnya semen, maka dibutuhkan alkalin
komposisi aktivator untuk menghasilkan kuat tekan optimum pad a fly ash
berbeda.
percobaan di laboratorium, benda uji yang digunakan adalah kubus dengan ukuran
14 M dengan variasi modulus alkali yaitu 1,5; 2; dan 2,5. Pengujian kuat tekan
dilakukan dengan mesin UTM ( Universal Testing Machine ) pada umur 28 hari
kuat tekan optimum mortar pada fly ash A yaitu konsentrasi NaOH 10 M dengan
modulus alkali 1,5 memiliki kuat tekan sebesar 18,33 Mpa dan untuk fly ash B
yaitu konsentrasi NaOH 6 M dengan modulus alkali 2,5 memiliki kuat tekan
ii
iii
PENGARUH AKTIVATOR TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR
GEOPOLIMER BERBASIS FLY ASH BATU BARA PLTU SULAWESI
SELATAN
Oleh :
Menyetujui
Tim Pembimbing
Tanggal 2018
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Erniati, S.T., MT Dr. Ir. Nur Khaerat Nur, S.T., M.T
Mengetahui
Prof. Dr. Ir. Andani Ahmad, MT. Asri Mulya Setiawan, ST.,MT
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT, karena berkat dan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini yang
merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi
sangat ditentukan oleh seberapa banyak pengalaman dan ilmu pengetahuan yang
para pembaca yang budiman untuk mengoreksi kekurangan Proposal Tugas Akhir
Keberhasilan penulis dalam merampungkan proposal tugas akhir ini, tidak hanya
jerih payah penulis semata tetapi dari itu berkat dorongan, arahan dan bantuan
moral maupun materi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
Kepada kedua orang tua kami yang dengan ikhlas mendoakan, memberikan
petunjuk, nasehat baik berupa materil atau non-materil yang tidak bisa dinilai,
serta seluruh keluarga yang telah memberikan do’a dan restu kepada penulis
ii
Bapak Prof. Dr. Ir. Andani Achmad, MT., selaku Dekan Fakultas Teknik
Makassar.
Bapak Asri Mulya Setiawan,ST.,MT selaku PLT Program Studi Teknik Sipil
Universitas Fajar.
Ibu Dr. Erniati, ST., MT, selaku dosen pembimbing I, yang telah meluangkan
penulisan ini.
Segenap Dosen, Staf dan Karyawan Fakultas Teknik Program Studi Teknik
telah banyak membantu kami dalam menyusun tugas akhir ini, kebersamaan
pihak yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak
iii
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis
Akhir kata kami berharap semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi kita semua,
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT..............................................................................................................i
iv
ABSTRAK...............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................viii
DAFTAR SINGKATAN..........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
II.3.3 Molaritas..........................................................................................17
II.3.5 Air....................................................................................................18
v
II.4 Konsistensi Flow.....................................................................................19
III.2.1 Alat...................................................................................................22
III.2.2 Bahan...............................................................................................23
vi
IV.1.2 Komposisi Fly Ash...........................................................................36
IV.3.2 Kuat Tekan Mortar dari Fly Ash PLTU yang Berbeda.....................42
NaOH 44
46
BAB V PENUTUP................................................................................................50
V.1 Kesimpulan..............................................................................................50
V.2 Saran........................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................52
LAMPIRAN...........................................................................................................55
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar II.II.1 Jenis material dan proses pembentukan material...........................11
Gambar IV.2 Gafik Perbandingan Kuat Tekan Mortar Sampel Fly Ash A Dan B. 43
Gambar IV.6 Kuat tekan rata – rata mortar variasi modulus alkali 1,5..................47
Gambar IV.7 Kuat tekan rata – rata mortar variasi modulus alkali 2.....................48
Gambar IV.8 Kuat tekan rata – rata mortar variasi modulus alkali 2,5..................48
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel III.2 Jumlah Benda Uji Mortar Geopolimer Bahan Dasar Fly Ash..............27
Tabel IV.4 Hasil Pengujian Kuat Tekan Mortar Fly Ash A....................................40
Tabel IV.5 Hasil Pengujian Kuat Tekan Mortar Fly Ash B....................................41
Tabel IV.7 Kuat tekan rata – rata mortar berdasarkan variasi Molaritas pada umur
28 hari....................................................................................................................44
Tabel IV.8 Hasil Pengujian Kuat Tekan Rata – rata mortar berdasarkan Variasi
ix
DAFTAR SINGKATAN
Halaman
SiO4 : Silikat..............................................................................................2
Al : Aluminium......................................................................................2
Si : Silikon.............................................................................................2
H2O : Air...................................................................................................2
x
M : Molaritas.........................................................................................3
m : Massa..............................................................................................18
P : Tekanan .........................................................................................21
A : Luas bidang....................................................................................21
V : Volume...........................................................................................27
A.6.1,5 : A ( sampel Fly ash A).6 ( Molaritas NaOH ). 1,5 ( Modulus Alkali ).....40
B.6.1,5 : B ( sampel Fly ash B).6 ( Molaritas NaOH ). 1,5 ( Modulus Alkali )......40
Kn : Kilo Newton...................................................................................42
xi
xii
I BAB I
PENDAHULUAN
tujuan dengan 169 capaian yang terukur dan tenggat yang telah ditentukan oleh
PBB sebagai agenda dunia pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan planet
2015. SDGs berisi seperangkat tujuan transformatif yang disepakati dan berlaku
merupakan Tujuan ke-11 yang ada pada SDGs dan memiliki 10 target yang ingin
dicapai secara global. Inti dari target tersebut adalah menjadikan kota dan
permukiman inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan. Salah satu cara untuk
Atmaja dkk., (2017), produksi semen yang dihasilkan oleh pabrik akan
mengahsilkan emisi Karbon dioksida dengan rata-rata 0,77 ton CO2 per ton
semen. Angka ini sangat besar melihat pembangunan yang terjadi di Indonesia
1
konsumsi semen semakin meningkat yang berdampak pada polusi udara yang
semen para pakar teknologi beton mulai melakukan riset pembuatan beton dengan
silikat yang menghasilkan kerangka polimer SiO4 dan AlO4 yang terikat secara
Geopolimer terbuat dari bahan utama limbah industri fly ash yang kaya
dengan unsur Alumina (Al) dan Silika (Si). Unsur Silika dan Alumina yang
terkandung dalam abu terbang dilarutkan dengan larutan yang bersifat alkalis
yang disebut larutan alkalin. Larutan alkalin yang digunakan adalah campuran
antara Natrium Hidroksida (NaOH), Natrium Silikat (Na2SiO3) dan Air Distilat
Sintesis beton geopolimer sangat tergantung pada kondisi bahan awal yaitu sifat
Fly ash merupakan material yang memiliki ukuran butiran yang halus,
berwarna keabu-abuan dan diperoleh dari hasil pembakaran batu bara. Pada
intinya fly ash mengandung unsur kimia antara lain Silika (SiO2), Alumina
(Al2O3), Fero Oksida (Fe2O3) dan Kalsium Oksida (CaO), juga mengandung
unsur tambahan lain yaitu Magnesium Oksida (MgO), Titanium Oksida (TiO2),
2
Alkalin (Na2O dan K2O), Sulfur Trioksida (SO3), Pospor Oksida (P2O5) dan
Produksi batu bara pada tahun 2017 menurut Kementrian Energi dan Sumber
Daya Mineral mencatat produksi batu bara sebanyak 461 juta ton. Menurut
penelitian, dari pembakaran batu bara dihasilkan sekitar 5% polutan padat yang
berupa abu (fly ash dan bottom ash), di mana sekitar 10-20% adalah bottom ash
dan sekitar 80-90% fly ash dari total abu yang dihasilkan (Wardani, 2008).
Melihat dari jumlah produksi dan limbah fly ash yang dihasilkan dari pembakaran
batu bara membuat fly ash menjadi salah satu pilihan bahan baku geopolimer yang
lingkungan.
Beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan terhadap mortar berbasis fly
ash, salah satunya yaitu pemelitian yang dilakukan oleh Azmy pada tahun 2017
tentang Pengaruh Umur Curing Terhadap Kuat Tekan Mortar Geopolimer Tanah
dan 86.72 %.
Sodium sebagai Aktivator Fly Ash, Trass dan Lumpur Sidoarjo dalam Beton
3
perbandingan Na2SiO3 : NAOH yakni 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah Semakin tinggi perbandingan berat Na2SiO3 dan larutan
NaOH tidak selalu menghasilkan kuat tekan dan kuat belah yang tinggi pula,
sedangkan semakin tinggi molaritas yang digunakan, maka semakin tinggi pula
kuat tekan dan kuat belah yang dihasilkan. Beton geopolimer yang menggunakan
alkali sebagai aktivatornya. Untuk itu, diperlukan komposisi aktivator yang tepat
dan NaOH bisa diambil antara 0,4 sampai 2,5 (Hardjito dkk., 2004).
Dari beberapa penelitian yang sudah ada terdapat beberapa parameter yang
mempengaruhi kuat tekan mortar geopolimer antara lain jenis prekursor yang
digunakan, suhu curing, konsentrasi NaOH dan rasio NaOH:Na 2SiO3, dan rasio
air/prekursor. Namun, hingga saat ini belum ditemukan mix design komposisi
optimal yang dapat menghasilkan kuat tekan beton geopolimer yang tinggi.
4
I.2 Rumusan Masalah
digunakan pada mortar geopolimer berbasis fly ash batu bara Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sulawesi Selatan (Sul-Sel) terhadap nilai kuat
pada mortar geopolimer berbasis fly ash batu bara Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) Sulawesi Selatan (Sul-Sel) terhadap nilai kuat tekan optimum
umur 28 hari.
2. Untuk mengetahui kuat tekan mortar geopolimer dengan fly ash yang
1) Fly ash yang digunakan adalah fly ash hasil pembakaran batu bara PLTU A,
dan PLTU B.
2) Molaritas NaOH yang digunakan yaitu NaOH 6 M, 10 M, dan 14 M
3) Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 28 Hari
4) Modulus alkali yang digunakan yaitu 1,5 ; 2 ; 2,5
5
II BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
S. Ilkentapar, dkk (2017) telah meneliti pengaruh durasi curing panas dan
waktu istirahat setelah curing panas pada karakteristik kekuatan dan karakteristik
transport alkali aktivator berbasis abu terbang. Material yang digunakan yaitu, abu
terbang kelas F, pasir, air dan larutan aktivator. Mortar dioven pada suhu 75ᵒC,
tekan yang signifikan dari curing panas selama 4 jam hingga 7 hari. Dimana kuat
tekan setelah curing panas 4 jam yaitu 4,41 Mega Pascal (MPa), curing panas 1
hari 33,84 MPa, curing panas 2 hari 50,50 MPa, curing panas 3 hari 63,32 MPa,
6
Yuwono and Wardhono, (2017) telah meneliti Pengaruh Suhu Pemanasan
Terhadap Kuat Tekan Mortar Geopolimer Berbahan Dasar Abu Terbang Dengan
Molaritas 8 M Dan 10 M. Material yang digunakan yaitu, abu terbang, Pasir, Air,
variasi suhu (40°C, 50°C, 60°C dan 80°C). Hasil dari penelitian ini menunjukan
nilai kuat tekan maksimal pada mortar geopolimer berbahan dasar abu terbang
dengan molaritas 8 M dan 10 M didapat pada usia 28 hari dengan suhu pemanasan
80ºC dan lama pemanasan 6 jam. Pada konsentrasi molaritas 8 M, 80ºC dengan
lama pemanasan 6 jam didapat nilai kuat tekan paling tinggi yaitu sebesar 49,73
6 jam didapat nilai kuat tekan yaitu sebesar 60,98 MPa. Nilai kuat tekan maksimal
Sidoarjo Dan Fly Ash Dalam Pembuatan Mortar Geopolimer Mutu Tinggi.
Material yang digunakan yaitu abu terbang, Lumpur sidoarjo, pasir, air, dan
adalah 1,5, 2, 2,5 dan komposisi molaritas NaOH 8M dan 10 M. Hasil dari
molaritas NaOH dan perbandingan antara NaOH dan sodium silikat. Semakin
tinggi molaritas larutan NaOH akan meningkatkan kuat tekan mortar geopolimer.
Hal ini dapat dilihat dari penggunaan larutan NaOH 10M pada pasta geopolimer
memiliki hasil kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan
larutan NaOH 8 M.
7
Apsari and Wardhono, (2017) telah meneliti Pengaruh Penambahan Variasi
Molaritas NaOH Terhadap Kuat Tekan Dan Kuat Lekat Mortar Geopolimer
Berbahan Dasar Abu Terbang Pada Aplikasi Spesi Bata Merah. Material yang
digunakan abu terbang tipe C, Pasir, air dan larutan aktivator. Variasi aktivator
berbahan dasar abu terbang berpengaruh terhadap kuat tekan maupun kuat lekat
mortar geopolimer berbahan dasar fly ash. Adapun kadar optimum yang
digunakan yaitu 12 molar dengan hasil kuat tekan sebesar 23,21 MPa dan 0,89
Azmy, (2017) telah meneliti Pengaruh Umur Curing Terhadap Kuat Tekan
Material yang digunakan abu terbang tipe F, Laterit Yang Mengandung Sodium
Thiosulfate, Air dan Larutan Aktivator. Molaritas NaOH yang digunakan yaitu 10
Natrium Hidroxide (NaOH) dengan rasio 1,5. Hasil dari Penelitian ini adalah
%, dan 86,72 %.
Na2O/SiO2, suhu curing dan umur curing pada kuat tekan. Material yang
digunakan yaitu abu terbang kelas F, air, NaOH, dengan perbandingan abu
terbang/agregat 1:3. Rasio Na2O/SiO2 yang digunakan yaitu 0,2, 0,3, dan 0,4.
8
Suhu curing selama 24 jam pada suhu 50, 65 dan 80ᵒC. Hasil yang diperoleh
0,40 M dengan suhu curing 80ᵒC memiliki kuat tekan yang paling baik yaitu 22,5
sebagai rantai polimer tiga dimensi selama reaksi kimia yang terjadi dibawah
kondisi basa. Komposisi kimia dari bahan sumber dan cairan alkali mengatur
Geopolimer berbasis abu terbang adalah bahan pengikat alternatif yang muncul
9
produksi semen portland yang menghasilkan CO2 dalam jumlah besar (Pan dkk,
2009). Geopolimer mirip dengan zeolit dalam komposisi kimia namun berbeda
polimerisasi alumina dan silikat yang berasal dari bahan sumber pada pH tinggi
dengan adanya logam alkali silikat terlarut. Telah ditunjukkan sebelumnya bahwa
bahan bangunan dengan sifat kimia dan fisik yang sangat baik, seperti ketahanan
terhadap api dan lingkungan asam (Xu dan Van Deventeer, 2000).
dari fly ash. Abu terbang atau yang disebut juga fly ash adalah limbah atau hasil
pembakaran dari batu bara. Limbah pembakaran batu bara terdiri dari jenis yaitu
abu terbang (fly ash) dan abu berat (bottom-ash). Pada Gambar II.1 menunjukkan
Alkali Aktivator
Bahan dasar:
Sodium Silikat
Fly Ash
Pottasium Silicat
Slag
NaOH/KOH
Clav
Geopolimer
Keramik
Kristalin 10
Gambar II.BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Jenis material dan proses
pembentukan material
(Balaguru dkk.,1997)
Sementara itu mortar geopolimer dengan bahan dasar abu terbang masih
mengurangi pemakaian semen, tetapi juga sebagai satu cara yang bernilai
ekonomis mengurangi penumpukan limbah abu terbang. Ini kaya akan kandungan
Alumino-Silikate harus kaya akan I (Si) dan Aluminium (Al). Ini bisa berarti
mengandung Si, Al, dan Oksigen (Davidovits, 1994). Atau material buatan seperti
fly ash, silica fume dan slag. Namun, diantara material buatan yang juga
merupakan limbah, fly ash dan slag merupakan material yang paling potensial
11
II.3.1 Fly Ash (Abu Terbang)
Abu terbang (fly ash) didefinisikan sebagai butiran halus hasil residu
pembakaran batu bara atau bubuk batu bara. Ukuran butirannya yang sangat halus,
sangat baik untuk mengisi rongga yang terdapat di dalam beton. Fly ash bersifat
pozzolan, yaitu bahan yang mengandung silica reaktif, dapat bereaksi dengan
kapur membentuk Calcium Silikat Hidrat, yang bersifat keras dan tidak mudah
larut dalam air. Komposisi dari fly ash sebagian besar terdiri dari Silikat Dioksida
(SiO2), Alumunium (Al2O3), Besi (Fe2O3) dan Kalsium (CaO), serta Magnesium,
Potassium, Sodium, Titanium, Sulfur, dalam jumlah yang kecil. Komposisi fly ash
tersebut tergantung dari jenis batu bara (ASTM C618 (ASTM, 1995:304)).
Menurut Acosta, 2009, Abu terbang merupakan limbah padat hasil dari
proses pembakaran di dalam furnace pada PLTU yang kemudian terbawa keluar
precipitator. Fly ash merupakan residu mineral dalam butir halus yang dihasilkan
dari pembakaran batu bara yang dihaluskan pada suatu pusat pembangkit listrik.
Fly ash terdiri dari bahan inorganik yang terdapat di dalam batu bara yang telah
partikel fly ash yang terkumpul pada presipitator elektrostatik biasanya berukuran
(0,074 – 0,005 mm). Bahan ini terutama terdiri dari Silikon Dioksida (SiO2),
12
II.3.1.1 Kandungan Fly Ash
Fly ash batu bara mengandung unsur kimia antara lain Silika (SiO2),
Alumina (Al2O3), Fero Oksida (Fe2O3) dan Kalsium Oksida (CaO), juga
Oksida (TiO2), Alkalin (Na2O dan K2O), Sulfur Trioksida (SO3), Pospor Oksida
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat fisik, kimia dan teknis dari fly
ash adalah tipe batu bara, kemurnian batu bara, tingkat penghancuran, tipe
13
II.3.1.2 Klasifikasi Fly Ash
ash dibagi menjadi 3 kelas yaitu fly ash kelas F, fly ash kelas C dan fly ash kelas
N. Perbedaan utama dari kedua fly ash tersebut adalah banyaknya unsur Kalsium,
a. Fly ash kelas F merupakan fly Ash yang diproduksi dari pembakaran batu
hydrated lime, atau semen. Fly Ash kelas F memiliki kadar kapur yang rendah
bara lignite atau subbituminous yang mempunyai sifat pozolanic serta self
bereaksi dengan air tanpa penambahan kapur). Fly ash kelas C biasanya
tanah diatomic, opaline chertz, shales, tuff dan abu vulkanik, yang mana biasa
(2006), abu terbang kelas F yang merupakan hasil produksi industri lebih
yang besar. Selain itu, Diaz dkk (2010) mengemukakan, meskipun silikat dan
14
alumina merupakan bahan utama pada reaksi geopolimer, kandungan CaO yang
besar dan persentase jumlah partikel abu terbang kurang dari 5 µm dapat
pengerasan.
dan mempercepat reaksinya (Olivia, 2011). Cairan alkali aktivator yang paling
Hidroksida (NaOH) atau Kalium Hidroksida (KOH) dan natrium silikat atau
kalium silikat.
terdapat dalam dua bentuk, yaitu berupa padat dan larutan. Untuk campuran beton
lebih banyak digunakan dalam bentuk larutan. Natrium Silikat atau yang lebih
polimer yang kuat. Ion OH- pada NaOH merupakan elemen penting pada tahap
pemutusan rantai silica dan alumina. Ketika konsentrasi ion OH- tinggi, maka
rantai Si-Al akan terputus sangat cepat. kemudian membentuk ikatan Si-OH dan
Al-OH dalam jumlah besar. Konsentrasi NaOH dapat menentukan hasil akhir dari
15
pengujian geopolimer, dimana kuat tekan akan meningkat seiring meningkatnya
3. Silicates: M2O.nSiO2
4. Aluminates: M2O.nAl2O3
5. Alumino-Silicates: M2O.nAl2O3.(2-6)SiO2
reaksi polimerisasi yang terjadi pada beton ataupun mortar geopolimer, sedangkan
terkandung dalam abu terbang sehingga dapat menghasilkan ikatan polimer yang
kuat.
II.3.3 Molaritas
zat terlarut yang terdapat di dalam sejumlah pelarut tertentu atau terhadap jumlah
larutan tertentu. Salah satu satuan konsentrasi yang umum dalam kimia dan
16
Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan (Raymond
Chang, 2005). Harga kemolaran dapat ditentukan dengan menghitung mol zat
terlarut. Rumus molaritas dapat dilihat pada Persamaan II.1 dan Persamaan II.2.
..............................................................(II.1)
Dimana :
M = Molaritas
N = Jumlah mol
V= Volume Larutan
Jika yang diketahui bukan mol melainkan gram zat terlarut, dapat
.......................................(II.2)
Dimana :
m = Massa ( gr )
parameter utama dan parameter yang sangat penting pada pembuatan mortar dan
meningkatkan kuat tekan geopolimer mortar dan beton (Somna dkk 2011, Assi
dkk 2016, Ryu dkk 2013). Selain konsentrasi larutan aktivator, umur dan suhu
17
curing geopolimer adalah variabel lain yang berpengaruh. Namun untuk variabel
yang lebih efektif yaitu konsentrasi aktivator harus hadir selama geopolimerisasi
karena konsentrasi NaOH memiliki efek lebih besar terhadap nilai kekuatan
Menurut SNI 03 – 2834 – 2002 agregat halus adalah pasir alam sebagai
hasil desintegrasi secara alami dari batu atau pasir yang dihasilkan oleh industri
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5,0 mm. Ukuran agregat
halus (pasir) sangat penting peranannya dalam mendapatkan campuran mortar dan
beton, pasir terdiri dari butiran-butiran yang tajam dan keras. Butiran-butiran
agregat yang baik harus kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh
II.3.5 Air
Air diperlukan untuk pembuatan beton dan mortar agar terjadi proses
kimiawi dengan semen untuk membasahi agregat dan untuk melumas campuran
agar mudah saat proses pengerjaan atau biasa dikenal dengan workability. Selain
itu, air merupakan bahan utama selain dari agregat yang digunakan untuk
membuat beton dan mortar. Pada umumnya air minum dapat dipakai untuk
berbahaya, yang tercemar garam, minyak, gula, atau bahan-bahan kimia lain, bila
dipakai untuk campuran beton akan sangat menurunkan kekuatannya dan juga
18
Selain itu, air yang demikian dapat mengurangi afinitas antara agregat
dengan pasta semen dan mungkin pula mempengaruhi kemudahan pada saat
proses pengerjaan yang dilakukan. Hal ini disebabkan karena karakteristik pasta
semen merupakan hasil reaksi kimiawi antara semen dengan air, maka bukan
perbandingan jumlah air terhadap total (semen, agregat halus, agregat kasar)
material yang menentukan, melainkan hanya perbandingan antara air dan semen
atau biasa dikenal dengan Faktor Air Semen (FAS) pada campuran yang
setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan
optimum agar menghasilkan mortar yang mudah dikerjakan. Jumlah air yang
untuk mencapai konsistensi normal dalam suatu mortar perlu dilakukan pengujian
II.3:
.............................................................(II.3)
19
Dimana :
dipikul mortar per satuan luas. Kuat tekan mortar geopolimer mengalami
dihitung dengan membagi kuat tekan maksimum yang diterima benda uji selama
........................................................................(II.4)
Dimana :
20
III BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini berlangsung dari bulan Mei sampai dengan September 2018
selama kurang lebih 4 (empat) bulan, dari tahap persiapan sampai dengan proses
Pandang.
21
III.2.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai
berikut:
a. Timbangan dengan kepekaan 0,1 gram.
b. Satu set alat uji kuat tekan Universal Testing Machine (UTM).
c. Mixer atau mesin pencampur bahan pembuatan mortar
d. Oven atau alat pengering dengan pengaturan suhu
e. Mesin penggetar saringan
f. Saringan
Saringan dengan bentuk lubang bujur sangkar dengan ukuran lubang # no. 1,5,
# no. 4, # no. 8, # no. 16, # no. 30, # no.50, # no.100 dan Pan.
g. Cetakan benda uji
Cetakan benda uji yang digunakan adalah cetakan ukuran 50 x 50 x 50 mm.
h. Alat bantu lainnya
1) Cetok semen, digunakan untuk mengaduk dan memasukkan adukan mortar
menakar air.
3) Pengaduk, digunakan untuk mengaduk pada saat membuat larutan alkali
aktivator.
4) Cawan atau talam stainless steel, digunakan untuk tempat bahan-bahan dan
III.2.2 Bahan
sebagai berikut:
1) Fly ash
2) Agregat Halus (pasir)
3) Sodium Hidroksida (NaOH)
4) Sodium Silikat (Na2SiO3)
22
5) Air
sistematika yang jelas dan teratur agar diperoleh hasil yang baik dan dapat
pemberian komposisi abu terbang atau fly ash sebagai bahan pengganti 100%
semen pada campuran mortar geopolimer dan mengetahui nilai kuat tekan mortar
Benda uji mortar dari kubus dengan ukuran 50mm x 50mm x 50mm
23
Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap bahan penyusun mortar yaitu pasir
dan Abu Terbang. Dari pengujian tersebut dapat diketahui apakah bahan
Pada tahap ini, pembuatan benda uji dilakukan berdasarkan hasil perhitungan
campuran (mix design), yang harus dilakukan pada tahap ke empat antara lain
sebagai berikut:
mengetahui perkembangan kuat tekan mortar setelah berumur umur yang telah
24
Pada tahap ini dilakukan pengujian kuat tekan. Kuat tekan mortar diuji pada
Desain campuran (mix design) mortar pada penelitian ini mengikuti SNI 03-
6825-2002 untuk mortar jenis OPC dengan menetapkan komposisi mortar yaitu
Pada penelitian ini, benda uji mortar geopolimer berbahan dasar fly ash
50 mm
50 mm
25
Gambar BAB III METODOLOGI PENELITIAN.2 Sketsa Bentuk dan
Benda uji mortar geopolimer fly ash tersebut, dibuat beberapa jumlah
sampel dengan bahan dasar mortar terdiri dari 2 (dua) fly ash yang berbeda yang
ditinjau dari lokasi pengambilan sampel fly ash tersebut. Jumlah benda uji mortar
26
1 : 2,5 3
1 : 1,5 3
MG.10M 1:2 3
1 : 2,5 3
1 : 1,5 3
MG.14M 1:2 3
1 : 2,5 3
Jumlah Total Benda Uji (Sampel) 54
Keterangan :
1) Menimbang bahan-bahan yang akan digunakan sesuai mix design yang telah
dibuat sebelumnya.
2) Melarutkan Sodium Hidroksida (NaOH) molaritas 6 M, 10 M, 14 M ke dalam
air dan mengaduk larutan tersebut selama waktu ± 3 menit (NaOH + air).
3) Melarutkan Sodium Silikat (Na2SiO3) ke dalam larutan (NaOH + air) dan
1 : 2,5.
6) Menambahkan pasir dan terus mengaduk campuran tersebut sampai homogen
27
7) Memasukkan adukan mortar geopolimer ke dalam cetakan yang dilapisi
Adukan dimasukkan ke dalam cetakan dalam 3 lapis dan tiap lapis dipadatkan
uji diratakan.
8) Mengulangi langkah 7 untuk benda uji yang lain sampai dengan jumlah yang
telah ditentukan.
9) Masukkan benda uji beserta cetakan kedalam oven dan panaskan pada suhu
curing dengan cara membiarkan terekspos dalam suhu ruang selama kurang
lebih 7 hari.
11) Selanjutnya masuk ke tahap perawatan (curing) yaitu dengan memberikan
perlakuan terhadap benda uji sampai umur kuat tekan masing-masing benda
yang tidak diinginkan pada mortar terutama yang disebabkan oleh faktor suhu.
Sifat fisik, seperti kekuatan mortar juga dipengaruhi oleh jenis alat dan bahan
yang digunakan pada saat perawatan benda uji. Selain itu, metode perawatan yang
dilakukan juga sangat berpengaruh terhadap kuat tekan mortar yang dihasilkan.
Oleh karena itu, waktu dan jadwal proses perawatan harus terlaksana dengan baik.
Metode perawatan (Curing) terhadap mortar geopolimer fly ash pada
28
1) Tahap pertama, benda uji yang telah dimasukkan dalam cetakan kemudian
atau tekanan hingga benda uji tersebut retak dan runtuh. Kuat tekan diuji pada
umur 28 hari menggunakan alat Universal Testing Machine (UTM). Benda uji
mm (ASTM C579-01). Pada tiap umur pengujian diwakili oleh 3 buah benda uji
berikut:
1. Menekan tombol power untuk menghidupkan komputer dan alat Universal
29
6. Hasil kuat tekan, secara otomatis akan tampil dilayar monitor dalam bentuk
grafik disertai dengan nilai kuat tekan dalam satuan tertentu, diatur sesuai
cara lain, soft copy hasil pembacaan bisa disalin melalui USB dan kemudian
Hidraulik Penekan
UTM
pada Mortar
dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Fajar yaitu berapa data hasil
pengujian agregat halus dan data hasil pengujian kuat tekan yang dilakukan
30
setelah mortar berumur 28 hari di Laboratorium Teknik Sipil Politeknik Ujung
Pandang.
halus dan karakterisasi fly ash. Perancangan (mix design) menggunakan Trial Mix
dan data pada penelitian sebelumnya dan data-data yang diperoleh dari hasil uji
sifat mekanik mortar (kuat tekan) disajikan dalam bentuk Tabel, Gambar untuk
persamaan linear atau nonlinear. Analisa pada penelitian ini bertujuan untuk
suatu kesimpulan dari apa yang menjadi tujuan dalam penelitian, yaitu untuk
mengetahui komposisi yang optimal dari variasi aktivator terhadap kuat tekan
Tahap-tahap penelitian dapat dilihat secara skematis dalam bagan alur pada
Gambar III.3:
Mulai
Studi Literatur
Mix Design
SNI dan Studi Literatur (Penelitian terdahulu)
- Fly ash : Pasir = 1 : 2,75
- NaOH : Na2SiO3 = 1 : 1,5; 1 : 2, 1 : 2,5
- FAB = 0,3
Pembuatan Larutan Aktivator
Perawatan (Curing)
Kesimpulan
Selesai
32
IV BAB IV
Agregat halus yang digunakan pada penelitian ini yaitu pasir sungai dari
Laboratorium Bahan dan Beton Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Fajar.
Tabel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.4 Hasil Pengujian Agregat Halus ( Pasir )
33
Karakteristik yang ditunjukkan pada Tabel IV.1 untuk agregat halus,
Hasil analisa saringan agregat halus kemudian di plot pada grafik batas
gradasi sehingga diketahui pasir yang digunakan masuk pada gradasi zona 1
Karakterisasi dari sampel fly ash dengan analisis dengan alat XRF (X-Ray
(Universitas Hasanuddin). Komposisi yang terkandung dalam fly ash dari hasil
Jenis Fly SiO2 Al2O3 Fe2O3 CaO BaO K2O TiO2 ZrO2
Ash
A 35,88 9,23 29,20 23,52 0,27 1,03 0,71 0,02
B 41,45 11,06 25,28 16,19 0,14 1,35 1,05 3,16
34
Dari hasil pengujian sampel fly ash yang dilakukan di laboratorium FMIPA
UNHAS, komposisi kimia fly ash terlihat bahwa unsur Silikat (SiO2), Alumunium
(Al2O3), Ferum (Fe2O3) dan Kapur (CaO) merupakan unsur yang paling dominan,
dengan demikian fly ash dari limbah hasil pembakaran batu bara untuk PLTU di
dalam SNI 15-2049-2004 yaitu klinker semen portland terdiri dari empat unsur
oksida yang utama yaitu Kapur, Silika, Alumina, dan Oksida Besi.
binder 0,3 untuk fly ash A dan 0,6 untuk fly ash B dari binder, dengan variasi
kebutuhan bahan untuk 3 sampel dalam 1 x adukan seperti pada Tabel IV.3.
35
Tabel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.6 Hasil Perhitungan Mix Design
Mortar Geopolimer
beban monoton secara terus menerus dengan laju yang konstan pada benda uji di
antara dua batang pembebanan yang akan menciptakan tegangan tekan. Pada
pengujian kuat tekan posisi benda uji yang berbentuk kubus pada saat dibebani
yaitu dalam keadaan berdiri/tegak. Tegangan tekan yang dialami benda uji lama
36
adalah tegangan tekan pada pembebanan maksimum yang menyebabkan benda uji
mengalami runtuh/hancur.
Pengujian kuat tekan mortar geopolymer berbahan dasar fly ash pada
penelitian ini menggunakan 3 buah benda uji untuk masing-masing mix design.
Cetakan benda uji yang digunakan berbentuk kubus dengan ukuran 5x5x5 cm
yang diuji pada umur 28 hari. Dari pengujian tegangan yang dilakukan dengan
pada saat mortar hancur menerima beban tersebut (Pmaks). Dari data tersebut
kemudian diolah sehingga didapatkan nilai kuat tekan mortar (f’m) dengan
Kuat
Kuat
Kode No Berat Luas Beban Tekan
Tekan
Sampel sampel (Kg) (mm2) (kN) Rata-Rata
(Mpa)
(Mpa)
1 290 2500 3,30 1,32
A.6.1,5 2 225 2500 5,00 2,00 1,69
3 290 2500 4,40 1,76
37
1 280 2500 12,00 4,80
A.6.2 2 275 2500 10,40 4,16 4,57
3 285 2500 11,90 4,76
1 275 2500 11,90 4,76
A.6.2,5 2 280 2500 9,20 3,68 4,04
3 290 2500 9,20 3,68
1 270 2500 42,80 17,12
A.10.1,5 2 270 2500 47,70 19,08 18,33
3 275 2500 47,00 18,80
1 285 2500 40,40 16,16
A.10.2 2 280 2500 44,90 17,96 17,44
3 285 2500 45,50 18,20
1 270 2500 21,40 8,56
A.10.2,5 2 260 2500 20,80 8,32 8,27
3 255 2500 19,80 7,92
1 280 2500 40,10 16,04 15,91
A.14.1,5 2 280 2500 40,90 16,76
3 280 2500 37,30 14,92
1 290 2500 29,80 11,92
A.14.2 2 285 2500 31,00 12,40 12,72
3 285 2500 34,60 13,84
1 290 2500 32,60 13,04
12,36
A.14.2,5 2 290 2500 29,10 11,64
3 285 2500 31,00 12,40
38
B.6.1,5 2 250 2500 7,60 3,04
3 250 2500 7,90 3,16
1 250 2500 15,50 6,20
B.6.2 2 245 2500 12,40 4,96 5,53
3 250 2500 13,60 5,44
1 255 2500 18,10 7,24
B.6.2,5 2 250 2500 17,30 6,92 6,83
3 260 2500 15,80 6,32
1 255 2500 12,20 4,88
B.10.1,5 2 250 2500 11,40 4,56 4,41
3 260 2500 9,50 3,80
1 235 2500 8,60 3,44
B.10.2 2 235 2500 8,00 3,20 3,27
3 245 2500 7,90 3,16
1 245 2500 12,70 5,08
B.10.2,5 2 245 2500 10,40 4,16 4,72
3 245 2500 12,30 4,92
1 265 2500 6,60 2,64
B.14.1,5 2 265 2500 6,10 2,44 2,52
3 265 2500 6,20 2,48
1 265 2500 7,10 2,84
B.14.2 2 270 2500 8,00 3,20 2,97
3 270 2500 7,20 2,88
1 235 2500 6,40 2,56
2,84
B.14.2,5 2 225 2500 7,00 2,80
3 230 2500 7,90 3,16
yang dapat dilihat pada Tabel IV.4 dan Tabel IV.5. Dari Tabel IV.4 dan Tabel IV.5
terlihat bahwa nilai optimum rata – rata kuat tekan mortar geopolimer umur 28
1. Kuat tekan rata – rata optimum mortar geopolimer basis fly ash A pada
39
2. Kuat tekan rata – rata optimum mortar geopolimer basis fly ash B pada
IV.3.2 Kuat Tekan Mortar dari Fly Ash PLTU yang Berbeda
Nilai kuat tekan rata – rata mortar geopolimer baik berbasis fly ash A dan
B dengan komposisi akttivator yang bervariasi dapat dilihat pada Tabel IV.6
Tabel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.9 Kuat Tekan Rata – rata Mortar
Geopolimer
40
Gambar BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.6 Gafik Perbandingan Kuat
14 M mortar geopolimer berbasis fly ash A memiliki kuat tekan lebih tinggi
NaOH 6 M, kuat tekan mortar geopolimer berbasis fly ash B lebih tinggi dari kuat
tekan mortar geopolimer berbasis fly ash A. Hal ini menunjukkan bahwa mortar
dengan mengasilkan kuat tekan antara 8,27 -18,33 MPa, sedangkan mortar
modulus akali 2-2,5 dengan mengasilkan kuat tekan antara 5-6,83 MPa.
41
IV.4.1 Kuat Tekan Mortar Geopolimer Berdasarkan Variasi Molaritas
NaOH
Hasil pengujian kuat tekan pada Tabel IV.7 menunjukkan kuat tekan
Tabel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.10 Kuat tekan rata – rata mortar
Perbandingan kuat tekan antara mortar geopolimer berbasis fly ash A dan
42
Pada variasi NaOH 6 M, Mortar fly ash B memiliki kuat tekan lebih tinggi
dari mortar fly ash A. Kuat tekan rata – rata tertinggi pada mortar fly ash A yaitu
pada modulus alkali 2 sebesar 4,57 Mpa sedangkan pada mortar fly ash B yaitu
Perbandingan kuat tekan antara mortar geopolimer berbasis fly ash A dan
mortar
Padavariasi
gambar10 M
IV.4 dapat dilihat bahwa Mortar fly ash A memiliki kuat
tekan lebih tinggi dari mortar fly ash B. Kuat tekan rata – rata tertinggi pada
mortar fly ash A yaitu pada modulus alkali 1,5 sebesar 18,32 Mpa sedangkan pada
mortar fly ash B yaitu pada modulus alkali 2,5 sebesar 4,72 Mpa.
Perbandingan kuat tekan antara mortar geopolimer berbasis fly ash A dan
43
Gambar BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.9 Kuat tekan
tekan lebih tinggi dari mortar fly ash B. Kuat tekan rata – rata tertinggi pada
mortar fly ash A yaitu pada modulus alkali 1,5 sebesar 15,89 Mpa sedangkan pada
mortar fly ash B yaitu pada modulus alkali 2 sebesar 2,97 Mpa.
Rata – rata mortar berdasarkan Variasi modulus alkali pada Umur 28 Hari
44
Perbandingan kuat tekan antara mortar geopolimer berbasis fly ash A dan
mortar
Padavariasi modulus
variasi alkali
modulus 1,5 1,5 dapat dilihat bahwa Mortar fly ash A
alkali
memiliki kuat tekan lebih tinggi dari mortar fly ash B pada konsentrasi NaOH 10
M dan 14 M. Kuat tekan rata – rata tertinggi pada mortar fly ash A dan fly ash B
yaitu pada konsentrasi NaOH 10 M sebesar masing – masing 18,32 Mpa dan 4,41
Mpa.
Perbandingan kuat tekan antara mortar geopolimer berbasis fly ash A dan
45
Gambar BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.11 Kuat tekan rata – rata
mortar
Padavariasi modulus
variasi alkali
modulus 2 2 dapat dilihat bahwa Mortar
alkali fly ash A
memiliki kuat tekan lebih tinggi dari mortar fly ash B pada konsentrasi NaOH 10
M dan 14 M. Kuat tekan rata – rata tertinggi pada mortar fly ash A yaitu pada
konsentrasi NaOH 10 M sebesar 17,44 Mpa sedangkan pada mortar fly ash B kuat
tekan rata – rata tertinggi yaitu pada konsentrasi NaOH 6 M sebesar 5,74 Mpa.
Perbandingan kuat tekan antara mortar geopolimer berbasis fly ash A dan
46
Pada variasi modulus alkali 2,5 dapat dilihat bahwa Mortar fly ash A
memiliki kuat tekan lebih tinggi dari mortar fly ash B pada konsentrasi NaOH 10
M dan 14 M. Kuat tekan rata – rata tertinggi pada mortar fly ash A yaitu pada
konsentrasi NaOH 14 M sebesar 12,49 Mpa sedangkan pada mortar fly ash B kuat
tekan rata – rata tertinggi yaitu pada konsentrasi NaOH 6 M sebesar 6,83 Mpa.
47
V BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengujian kuat tekan mortar
1. Kuat tekan rata – rata optimum umur 28 hari pada mortar geopolimer
konsentrasi NaOH 10 M dan modulus alkali 1,5 yaitu sebesar 18,33 Mpa
konsentrasi NaOH 6 M dan Modulus alkali 2,5 yaitu sebesar 6,83 MPa .
V.2 Saran
48
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara kuat tekan
dengan fly ash yang berbeda untuk mengetahui karakteristik sifat mortar
geopolimer.
49
VI DAFTAR PUSTAKA
Acosta, D. 2009. Pemanfaatan Fly Ash (Abu Terbang) Dari Pembakaran Batu
Bara Pada Pltu Suralaya Sebagai Bahan Baku Pembuatan Refraktori Cor.
Adam, N. 2014. Pengaruh Penambahan Natrium Klorida (Nacl) Terhadap Waktu
Ikat, Kuat Tekan Mortar Dan Pasta. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Hasanudin, Makasar.
Apsari, D. N. P. & Wardhono, A. 2017. Pengaruh Penambahan Variasi Molaritas
Naoh Terhadap Kuat Tekan Dan Kuat Lekat Mortar Geopolymer Berbahan
Dasar Abu Terbang Pada Aplikasi Spesi Bata Merah. Rekayasa Teknik
Sipil, 2.
ASTM C 579 – 01. 2012. Standard Test Methods for Compressive Strength of
Chemical-Resistant Mortars,Grouts, Monolithic Surfacings, and Polymer
Concretes.
ASTM C 618-05. 2005. Standard Specification for Coal Fly Ash and Raw or
Calcined Natural Pozzolan for Use in Concrete
Atmaja, Dharma, I. G., Haryono & Eko. 2014. Analisis Landscape Capacity
Industri Semen Di Pulau Jawa. Universitas Gadjah Mada.
Azmy, U. 2017. Pengaruh Umur Curing Terhadap Kuat Tekan Mortar Geopolymer
Tanah Laterit Yang Mengandung Sodium Thiosulfate.
Badan Standardisasi Nasional. 2002. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-
68252002 Metode Pengujian Kekuatan Tekan Mortar Semen Portland
untuk Pekerjaan Sipil. Jakarta : Dewan Standardisasi Nasional
Badan Standardisasi Nasional. 2002. Standar Nasional Indonesia (SNI)
0328342002 Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal.
Jakarta : Dewan Standardisasi Nasional
Badan Standardisasi Nasional. 2002. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-4428-
1997 Metode uji bahan Plastis Pasir dengan setara pasir. Jakarta : Dewan
Standardisasi Nasional
Badan Standardisasi Nasional. 2002. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1968-
1990 Metode Pengujian Tentang Analisis Saringan Agregat Halus Dan
Kasar. Jakarta : Dewan Standardisasi Nasional
Badan Standardisasi Nasional. 2002. Standar Nasional Indonesia (SNI) 1973:2008
Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton.
Jakarta : Dewan Standardisasi Nasional
50
Badan Standardisasi Nasional. 2002. Standar Nasional Indonesia (SNI) 1971-2011
Cara Uji Kadar Air Total Agregat Dengan Pengeringan. Jakarta : Dewan
Standardisasi Nasional.
Balaguru, P., Kurtz, S. & Rudolph, J. 1997. Geopolymer For Repair And
Rehabilitation Of Reinforced Concrete Beams. St Quentin, France,
Geopolymer Institute, 5.
Chang, R. 2005. Kimia Dasar Konsep - Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1, Jakarta,
Erlangga.
Davidovits, J. Properties Of Geopolymer Cements. First International Conference
On Alkaline Cements And Concretes, 1994. Scientific Research Institute
On Binders And Materials Kiev State Technical University, Ukraine, 131-
149.
Ekaputri, J. J. & Triwulan, T. 2013. Sodium Sebagai Aktivator Fly Ash, Trass Dan
Lumpur Sidoarjo Dalam Beton Geopolimer. Journal Of Civil Engineering,
20, 1-10.
Hardjito, D., Wallah, S. E., Sumajouw, D. M. & Rangan, B. 2004. Factors
Influencing The Compressive Strength Of Fly Ash-Based Geopolymer
Concrete. Civil Engineering Dimension, 6, Pp. 88-93.
Jodjana, A., Djoewardi, A. C. & Hardjito, D. 2014. Pemanfaatan Campuran
Lumpur Sidoarjo Dan Fly Ash Dalam Pembuatan Mortar Geopolimer
Mutu Tinggi. Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil, 3.
Olivia, M. 2011. Durability Related Properties Of Low Calcium Fly Ash Based
Geopolymer Concrete. Curtin University.
Pacheco-Torgal, F., Castro-Gomes, J. & Jalali, S. 2008. Alkali-Activated Binders:
A Review: Part 1. Historical Background, Terminology, Reaction
Mechanisms And Hydration Products. Construction And Building
Materials, 22, 1305-1314.
Van Jaarsveld, J., Van Deventer, J. & Lukey, G. 2002. The Effect Of Composition
And Temperature On The Properties Of Fly Ash-And Kaolinite-Based
Geopolymers. Chemical Engineering Journal, 89, 63-73.
Wardani, S. P. R. 2008. Pemanfaatan Limbah Batubara (Fly Ash) Untuk
Stabilisasi Tanah Maupun Keperluan Teknik Sipil Lainnya Dalam
Mengurangi Pencemaran Lingkungan.
Wiyono, D., Vianthi, A. & Hardjito, D. 2012. Durabilitas Mortar Geopolymer
Berbasis Lumpur Sidoarjo. Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil, 1.
51
Yuwono, L. S. & Wardhono, A. 2017. Pengaruh Suhu Pemanasan Terhadap Kuat
Tekan Mortar Geopolymer Berbahan Dasar Abu Terbang Dengan
Molaritas 8 M Dan 10 M. Rekayasa Teknik Sipil, 3.
52
VII LAMPIRAN
53
54
1