Anda di halaman 1dari 71

STUDI AKTIVATOR TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR

GEOPOLIMER BERBASIS FLY ASH BATU BARA PLTU


SULAWESI SELATAN

TUGAS AKHIR

Karya tulis sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana dari
Universitas Fajar

Oleh

I KETUT WIBAWA BAGIANADI ( 1420121006 )


HERWINA RAHAYU PUTRI ( 1420121010 )

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS FAJAR
2018

i
ABSTRACT

SS

i
ABSTRAK

Mortar Geopolymer adalah mortar dengan bahan pengikat yang

sepenuhnya tidak menggunakan semen sebagai pengikat, tetapi menggunakan fly

ash sebagai pengganti karena kandungan silika dan aluminanya sangat tinggi. Fly

Ash tidak dapat mengeras seperti halnya semen, maka dibutuhkan alkalin

aktivator yang berupa Sodium Hidroksida dan Sodium Silikat sebagai

katalisatornya melalui proses polimerisasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui

komposisi aktivator untuk menghasilkan kuat tekan optimum pad a fly ash

berbeda.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan mengadakan suatu

percobaan di laboratorium, benda uji yang digunakan adalah kubus dengan ukuran

50 x 50 x 50 mm. Variasi molaritas NaOH yang digunakan adalah 6 M, 10 M, dan

14 M dengan variasi modulus alkali yaitu 1,5; 2; dan 2,5. Pengujian kuat tekan

dilakukan dengan mesin UTM ( Universal Testing Machine ) pada umur 28 hari

dan data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan metode deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komposisi untuk mendapatkan

kuat tekan optimum mortar pada fly ash A yaitu konsentrasi NaOH 10 M dengan

modulus alkali 1,5 memiliki kuat tekan sebesar 18,33 Mpa dan untuk fly ash B

yaitu konsentrasi NaOH 6 M dengan modulus alkali 2,5 memiliki kuat tekan

sebesar 6,83 Mpa.

ii
iii
PENGARUH AKTIVATOR TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR
GEOPOLIMER BERBASIS FLY ASH BATU BARA PLTU SULAWESI
SELATAN

Oleh :

I KETUT WIBAWA BAGIANADI


1420121006
HERWINA RAHAYU PUTRI
1420121010

Menyetujui
Tim Pembimbing
Tanggal 2018

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Erniati, S.T., MT Dr. Ir. Nur Khaerat Nur, S.T., M.T

NIDN : 00906107701 NIDN : 0931127806

Mengetahui

Dekan PLT Ketua Program Studi

Prof. Dr. Ir. Andani Ahmad, MT. Asri Mulya Setiawan, ST.,MT

NIP : 1960123119870331022 NIDN : 0921118801

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT, karena berkat dan rahmat dan hidayah-

Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini yang

merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi

Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Fajar Makassar.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kesempurnaan Prsoposal Tugas Akhir ini

sangat ditentukan oleh seberapa banyak pengalaman dan ilmu pengetahuan yang

dimiliki oleh penulis, dimana kurangnya pengalaman dan minimnya ilmu

pengetahuan menjadi kendala. Walau demikian, penulis telah berusaha

semaksimal mungkin untuk mendekati kebenaran. Besar harapan penulis kepada

para pembaca yang budiman untuk mengoreksi kekurangan Proposal Tugas Akhir

ini demi menuju kesempurnaan.

Keberhasilan penulis dalam merampungkan proposal tugas akhir ini, tidak hanya

jerih payah penulis semata tetapi dari itu berkat dorongan, arahan dan bantuan

moral maupun materi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis dengan kerendahan hati mengucapkan banyak terima kasih sertayang

sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

 Kepada kedua orang tua kami yang dengan ikhlas mendoakan, memberikan

petunjuk, nasehat baik berupa materil atau non-materil yang tidak bisa dinilai,

serta seluruh keluarga yang telah memberikan do’a dan restu kepada penulis

dalam menuntut ilmu.

ii
 Bapak Prof. Dr. Ir. Andani Achmad, MT., selaku Dekan Fakultas Teknik

Universitas Fajar Makassar.


 Ibu Sri Gusty, ST., MT, selaku Ketua Program Studi Sipil Universitas Fajar

Makassar.
 Bapak Asri Mulya Setiawan,ST.,MT selaku PLT Program Studi Teknik Sipil

Universitas Fajar.
 Ibu Dr. Erniati, ST., MT, selaku dosen pembimbing I, yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan mulai dari awal

penelitian hingga terselesainya penulisan ini.


 Bapak Dr. Ir. Nur Khaerat Nur, ST., MT, selaku dosen pembimbing II, atas

segala kesabaran dan waktu yang telah diluangkannya untuk memberikan

bimbingan dan pengarahan mulai dari awal penelitian hingga terselesainya

penulisan ini.
 Segenap Dosen, Staf dan Karyawan Fakultas Teknik Program Studi Teknik

Sipil Universitas Fajar Makassar.


 Saudara-saudara mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Angkatan 2014 yang

telah banyak membantu kami dalam menyusun tugas akhir ini, kebersamaan

kita tidak akan terlupakan dan tetap terkenang sepanjang hayat.


 Rekan-rekan Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Fajar Makassar dan semua

pihak yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam proses penyusunan Tugas Akhir ini.


 Saudara dan seluruh keluarga tercinta yang senantiasa mendoakan kami serta

memberikan dukungan moril dan materil.


 Tugas akhir ini kami persembahkan kepada kedua orang tua kami tercinta

yang telah menjadi sumber semangat dan inspirasi tanpa batas.

iii
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis

harapkan demi penyempurnaan tulisan ini.

Akhir kata kami berharap semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi kita semua,

khususnya dalam bidang teknik sipil.

Makassar, September 2018

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT..............................................................................................................i

iv
ABSTRAK...............................................................................................................ii

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii

DAFTAR TABEL.................................................................................................viii

DAFTAR SINGKATAN..........................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

I.1 Latar Belakang..........................................................................................1

I.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5

I.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................5

I.4 Batasan Masalah........................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6

II.1 Penelitian Terdahulu Tentang Mortar Geopolymer...................................6

II.2 Teori Geopolymer......................................................................................9

II.3 Penyusun Geopolimer.............................................................................11

II.3.1 Fly Ash (Abu Terbang).....................................................................12

II.3.2 Alkali Aktivator................................................................................15

II.3.3 Molaritas..........................................................................................17

II.3.4 Agregat Halus..................................................................................18

II.3.5 Air....................................................................................................18

v
II.4 Konsistensi Flow.....................................................................................19

II.5 Kuat Tekan Mortar Geopolimer..............................................................20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................21

III.1 Waktu dan Tempat Penelitian..................................................................21

III.2 Alat dan Bahan........................................................................................22

III.2.1 Alat...................................................................................................22

III.2.2 Bahan...............................................................................................23

III.3 Pelaksanaan Penelitian............................................................................23

III.3.1 Desain Eksperimen..........................................................................24

III.3.2 Langkah Kerja..................................................................................24

III.3.3 Perencanaan Campuran (Mix Design)..............................................26

III.3.4 Pembuatan Benda Uji.......................................................................27

III.3.5 Perawatan (Curing)..........................................................................30

III.3.6 Pengujian Kuat Tekan......................................................................31

III.4 Metode Pengumpulan Data.....................................................................32

III.5 Analisis Data...........................................................................................32

III.6 Bagan Alur Penelitian..............................................................................33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................35

IV.1 Karakteristik Material Penyusun Mortar Geopolimer............................35

IV.1.1 Karakteristik Agregat Halus (Pasir).................................................35

vi
IV.1.2 Komposisi Fly Ash...........................................................................36

IV.2 Mix Design Mortar Geopolimer..............................................................37

IV.3 Kuat Tekan Mortar Geopolimer..............................................................38

IV.3.1 Hasil Pengujian Kuat Tekan Mortar Geopolimer.............................38

IV.3.2 Kuat Tekan Mortar dari Fly Ash PLTU yang Berbeda.....................42

IV.4 Kuat Tekan Mortar Geopolimer Berdasarkan Variasi Aktivator.............43

IV.4.1 Kuat Tekan Mortar Geopolimer Berdasarkan Variasi Molaritas

NaOH 44

IV.4.2 Kuat Tekan Mortar Geopolimer Berdasarkan Variasi Modulus Alkali

46

BAB V PENUTUP................................................................................................50

V.1 Kesimpulan..............................................................................................50

V.2 Saran........................................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................52

LAMPIRAN...........................................................................................................55

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar II.II.1 Jenis material dan proses pembentukan material...........................11

Gambar III.1 Sketsa Bentuk dan Ukuran Benda Uji..............................................27

Gambar III.2 Sketsa Pengujian Kuat Tekan pada Mortar......................................32

Gambar III.3 Bagan Alur Penelitian......................................................................34

Gambar IV.1 Pasir Zona 1......................................................................................36

Gambar IV.2 Gafik Perbandingan Kuat Tekan Mortar Sampel Fly Ash A Dan B. 43

Gambar IV.3 Kuat tekan mortar variasi 6 M..........................................................44

Gambar IV.4 Kuat tekan mortar variasi 10 M........................................................45

Gambar IV.5 Kuat tekan rata – rata mortar variasi 14 M.......................................46

Gambar IV.6 Kuat tekan rata – rata mortar variasi modulus alkali 1,5..................47

Gambar IV.7 Kuat tekan rata – rata mortar variasi modulus alkali 2.....................48

Gambar IV.8 Kuat tekan rata – rata mortar variasi modulus alkali 2,5..................48

viii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel II.1 Komposisi dan Klasifikasi Fly Ash.......................................................13

Tabel III.1 Pengujian Pasir.....................................................................................24

Tabel III.2 Jumlah Benda Uji Mortar Geopolimer Bahan Dasar Fly Ash..............27

Tabel IV.1 Hasil Pengujian Agregat Halus ( Pasir )...............................................35

Tabel IV.2 Komposisi Fly Ash................................................................................36

Tabel IV.3 Hasil Perhitungan Mix Design Mortar Geopolimer..............................38

Tabel IV.4 Hasil Pengujian Kuat Tekan Mortar Fly Ash A....................................40

Tabel IV.5 Hasil Pengujian Kuat Tekan Mortar Fly Ash B....................................41

Tabel IV.6 Kuat Tekan Rata – rata Mortar Geopolimer.........................................42

Tabel IV.7 Kuat tekan rata – rata mortar berdasarkan variasi Molaritas pada umur

28 hari....................................................................................................................44

Tabel IV.8 Hasil Pengujian Kuat Tekan Rata – rata mortar berdasarkan Variasi

modulus alkali pada Umur 28 Hari........................................................................46

ix
DAFTAR SINGKATAN

Halaman

SDGs : Sustainable Development Goals .....................................................1

MDGs : Millennium Development Goals......................................................1

CO2 : Karbon dioksida .................................................................................................................................. 1

SiO4 : Silikat..............................................................................................2

AlO4 : Tetahedral Alumina.........................................................................2

Al : Aluminium......................................................................................2

Si : Silikon.............................................................................................2

NaOH : Natrium Hidroksida.........................................................................2

Na2SiO3 : Natrium Silikat................................................................................2

H2O : Air...................................................................................................2

SiO2 : Silikon dioksida...............................................................................2

Al2O3 : Aluminium Oksida...........................................................................2

Fe2O3 : Biji besi...........................................................................................2

CaO : Kalsium Oksida...............................................................................2

MgO : Magnesium oksida...........................................................................2

TiO2 : Titanium Oksida..............................................................................2

Na2O : Natrium Oksida...............................................................................3

K2O : Kalium Oksida.................................................................................3

SO3 : Belerang Trioksida..........................................................................3

P2O5 : Fosforus pentoksida........................................................................3

x
M : Molaritas.........................................................................................3

PLTU : Pembangkit Listrik Tenaga Uap......................................................5

Sul-Sel : Sulawesi Selatan..............................................................................5

Fly Ash A : Fly Ash PLTU Jeneponto................................................................5

Fly Ash B : Fly Ash PLTU Barru........................................................................5

Mpa : Mega Pascal.....................................................................................7

ASTM : American Standard Testing and Material......................................14

m : Massa..............................................................................................18

Ar : Massa atom relatif..........................................................................18

f ‘m : Kuat tekan mortar...........................................................................21

P : Tekanan .........................................................................................21

A : Luas bidang....................................................................................21

SNI : Standar Nasional Indonesia............................................................25

V : Volume...........................................................................................27

MHB : Modulus Halus Butir......................................................................37

A.6.1,5 : A ( sampel Fly ash A).6 ( Molaritas NaOH ). 1,5 ( Modulus Alkali ).....40

B.6.1,5 : B ( sampel Fly ash B).6 ( Molaritas NaOH ). 1,5 ( Modulus Alkali )......40

Kn : Kilo Newton...................................................................................42

xi
xii
I BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau dalam bahasa Inggris dikenal

sebagai Sustainable Development Goals disingkat dengan SDGs memiliki 17

tujuan dengan 169 capaian yang terukur dan tenggat yang telah ditentukan oleh

PBB sebagai agenda dunia pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan planet

bumi. Pada tahun 2016, Sustainable Development Goals ( SDGs) 2015–2030

secara resmi menggantikan Tujuan Pembangunan Millennium (MDGs) 2000–

2015. SDGs berisi seperangkat tujuan transformatif yang disepakati dan berlaku

bagi seluruh bangsa tanpa terkecuali. Keberlanjutan Kota dan Komunitas

merupakan Tujuan ke-11 yang ada pada SDGs dan memiliki 10 target yang ingin

dicapai secara global. Inti dari target tersebut adalah menjadikan kota dan

permukiman inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan. Salah satu cara untuk

merealisasikan pembangunan kota yang berkelanjutan berbasis ramah lingkungan

adalah dengan mengurangi penggunaan semen pada pekerjaan konstruksi dengan

memanfaatkan sumber daya terbarukan yang dapat mengganti fungsi semen.

Atmaja dkk., (2017), produksi semen yang dihasilkan oleh pabrik akan

mengahsilkan emisi Karbon dioksida dengan rata-rata 0,77 ton CO2 per ton

semen. Angka ini sangat besar melihat pembangunan yang terjadi di Indonesia

hampir semua menggunakan beton sebagai pilihan utama sehingga membuat

1
konsumsi semen semakin meningkat yang berdampak pada polusi udara yang

dihasilkan oleh industri semen itu sendiri.

Seiring dengan perkembangan teknologi, untuk mengurangi penggunaan

semen para pakar teknologi beton mulai melakukan riset pembuatan beton dengan

memanfaatkan ikatan geopolimer. Geopolimer dapat didefinisikan sebagai

material yang dihasilkan dari geosintesis aluminosilikat polimerik dan alkali-

silikat yang menghasilkan kerangka polimer SiO4 dan AlO4 yang terikat secara

tetrahedral (Davidovits, 1994).

Geopolimer terbuat dari bahan utama limbah industri fly ash yang kaya

dengan unsur Alumina (Al) dan Silika (Si). Unsur Silika dan Alumina yang

terkandung dalam abu terbang dilarutkan dengan larutan yang bersifat alkalis

yang disebut larutan alkalin. Larutan alkalin yang digunakan adalah campuran

antara Natrium Hidroksida (NaOH), Natrium Silikat (Na2SiO3) dan Air Distilat

(H2O) yang masing-masing komponen memiliki peran penting dalam sintesis.

Sintesis beton geopolimer sangat tergantung pada kondisi bahan awal yaitu sifat

dan komposisi abu layang, kosentrasi larutan alkalin dan proses

geopolimerisasinya (Van Jaarsveld dkk., 2002).

Fly ash merupakan material yang memiliki ukuran butiran yang halus,

berwarna keabu-abuan dan diperoleh dari hasil pembakaran batu bara. Pada

intinya fly ash mengandung unsur kimia antara lain Silika (SiO2), Alumina

(Al2O3), Fero Oksida (Fe2O3) dan Kalsium Oksida (CaO), juga mengandung

unsur tambahan lain yaitu Magnesium Oksida (MgO), Titanium Oksida (TiO2),

2
Alkalin (Na2O dan K2O), Sulfur Trioksida (SO3), Pospor Oksida (P2O5) dan

Carbon (Wardani, 2008).

Produksi batu bara pada tahun 2017 menurut Kementrian Energi dan Sumber

Daya Mineral mencatat produksi batu bara sebanyak 461 juta ton. Menurut

penelitian, dari pembakaran batu bara dihasilkan sekitar 5% polutan padat yang

berupa abu (fly ash dan bottom ash), di mana sekitar 10-20% adalah bottom ash

dan sekitar 80-90% fly ash dari total abu yang dihasilkan (Wardani, 2008).

Melihat dari jumlah produksi dan limbah fly ash yang dihasilkan dari pembakaran

batu bara membuat fly ash menjadi salah satu pilihan bahan baku geopolimer yang

efektif untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan dan ramah

lingkungan.

Beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan terhadap mortar berbasis fly

ash, salah satunya yaitu pemelitian yang dilakukan oleh Azmy pada tahun 2017

tentang Pengaruh Umur Curing Terhadap Kuat Tekan Mortar Geopolimer Tanah

Laterit Yang Mengandung Sodium Thiosulfate dengan memvariasikan molaritas

NaOH yakni 10 M dan 12 M. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Nilai

persentase peningkatan kuat tekan mortar geopolimer dengan konsentrasi 10 M ke

12 M pada umur 3, 7, dan 28 hari masing-masing sebesar 160.31 %, 148.78 %,

dan 86.72 %.

Kemudian Ekaputri dan Triwulan,(2013) melakukan penelitian dengan judul

Sodium sebagai Aktivator Fly Ash, Trass dan Lumpur Sidoarjo dalam Beton

Geopolimer dengan variasi Naoh 8 M, 10 M, 12 M dan 14 M dengan

3
perbandingan Na2SiO3 : NAOH yakni 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5. Kesimpulan dari

penelitian ini adalah Semakin tinggi perbandingan berat Na2SiO3 dan larutan

NaOH tidak selalu menghasilkan kuat tekan dan kuat belah yang tinggi pula,

sedangkan semakin tinggi molaritas yang digunakan, maka semakin tinggi pula

kuat tekan dan kuat belah yang dihasilkan. Beton geopolimer yang menggunakan

molaritas 14 M menghasilkan kuat tekan yang lebih besar jika dibandingkan

dengan beton geopolimer dengan molaritas yang lebih rendah.

Dalam campurannya, sumber Silika dan Alumina direaksikan dengan larutan

alkali sebagai aktivatornya. Untuk itu, diperlukan komposisi aktivator yang tepat

sehingga bisa membentuk pasta geopolimer untuk mengikat agregat menjadi

beton geopolimer. Aktivator yang umumnya digunakan adalah campuran Na 2SiO3

dan NaOH dengan konsentrasi 8 M sampai 14 M. Perbandingan antara Na2SiO3

dan NaOH bisa diambil antara 0,4 sampai 2,5 (Hardjito dkk., 2004).

Dari beberapa penelitian yang sudah ada terdapat beberapa parameter yang

mempengaruhi kuat tekan mortar geopolimer antara lain jenis prekursor yang

digunakan, suhu curing, konsentrasi NaOH dan rasio NaOH:Na 2SiO3, dan rasio

air/prekursor. Namun, hingga saat ini belum ditemukan mix design komposisi

optimal yang dapat menghasilkan kuat tekan beton geopolimer yang tinggi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian yang akan dilakukan

dengan judul “Pengaruh Aktivator terhadap Kuat Tekan Mortar Geopolimer

Berbasis Fly Ash Batu Bara PLTU Sulawesi Selatan”.

4
I.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana komposisi aktivator (molaritas dan modulus alkali) yang

digunakan pada mortar geopolimer berbasis fly ash batu bara Pembangkit

Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sulawesi Selatan (Sul-Sel) terhadap nilai kuat

tekan optimum umur 28 hari ?


2. Bagaimana kuat tekan mortar geopolimer dengan fly ash yang dihasilkan

dari PLTU yang berbeda ?

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yakni :

1. Untuk komposisi aktivator (molaritas dan modulus alkali) yang digunakan

pada mortar geopolimer berbasis fly ash batu bara Pembangkit Listrik Tenaga

Uap (PLTU) Sulawesi Selatan (Sul-Sel) terhadap nilai kuat tekan optimum

umur 28 hari.
2. Untuk mengetahui kuat tekan mortar geopolimer dengan fly ash yang

dihasilkan dari PLTU yang berbeda.

I.4 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Fly ash yang digunakan adalah fly ash hasil pembakaran batu bara PLTU A,

dan PLTU B.
2) Molaritas NaOH yang digunakan yaitu NaOH 6 M, 10 M, dan 14 M
3) Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 28 Hari
4) Modulus alkali yang digunakan yaitu 1,5 ; 2 ; 2,5

5
II BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Penelitian Terdahulu Tentang Mortar Geopolymer

S. Ilkentapar, dkk (2017) telah meneliti pengaruh durasi curing panas dan

waktu istirahat setelah curing panas pada karakteristik kekuatan dan karakteristik

transport alkali aktivator berbasis abu terbang. Material yang digunakan yaitu, abu

terbang kelas F, pasir, air dan larutan aktivator. Mortar dioven pada suhu 75ᵒC,

selama 4 jam, 1, 2, 3, dan 7 hari. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kuat

tekan yang signifikan dari curing panas selama 4 jam hingga 7 hari. Dimana kuat

tekan setelah curing panas 4 jam yaitu 4,41 Mega Pascal (MPa), curing panas 1

hari 33,84 MPa, curing panas 2 hari 50,50 MPa, curing panas 3 hari 63,32 MPa,

dan curing panas 7 hari 73,57 MPa.

6
Yuwono and Wardhono, (2017) telah meneliti Pengaruh Suhu Pemanasan

Terhadap Kuat Tekan Mortar Geopolimer Berbahan Dasar Abu Terbang Dengan

Molaritas 8 M Dan 10 M. Material yang digunakan yaitu, abu terbang, Pasir, Air,

dan larutan aktivator NaOH dengan variasi 8 M dan 10 M dengan menerapkan

variasi suhu (40°C, 50°C, 60°C dan 80°C). Hasil dari penelitian ini menunjukan

nilai kuat tekan maksimal pada mortar geopolimer berbahan dasar abu terbang

dengan molaritas 8 M dan 10 M didapat pada usia 28 hari dengan suhu pemanasan

80ºC dan lama pemanasan 6 jam. Pada konsentrasi molaritas 8 M, 80ºC dengan

lama pemanasan 6 jam didapat nilai kuat tekan paling tinggi yaitu sebesar 49,73

MPa. Sedangkan untuk konsentrasi molaritas 10 M, 80ºC dengan lama pemanasan

6 jam didapat nilai kuat tekan yaitu sebesar 60,98 MPa. Nilai kuat tekan maksimal

didapat pada konsentrasi molaritas 10 M.

Jodjana dkk., (2014) telah meneliti Pemanfaatan Campuran Lumpur

Sidoarjo Dan Fly Ash Dalam Pembuatan Mortar Geopolimer Mutu Tinggi.

Material yang digunakan yaitu abu terbang, Lumpur sidoarjo, pasir, air, dan

larutan aktivator. Komposisi perbandingan sodium silikat dan larutan NaOH

adalah 1,5, 2, 2,5 dan komposisi molaritas NaOH 8M dan 10 M. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan Kualitas mortar geopolimer dipengaruhi dari kadar

molaritas NaOH dan perbandingan antara NaOH dan sodium silikat. Semakin

tinggi molaritas larutan NaOH akan meningkatkan kuat tekan mortar geopolimer.

Hal ini dapat dilihat dari penggunaan larutan NaOH 10M pada pasta geopolimer

memiliki hasil kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan

larutan NaOH 8 M.

7
Apsari and Wardhono, (2017) telah meneliti Pengaruh Penambahan Variasi

Molaritas NaOH Terhadap Kuat Tekan Dan Kuat Lekat Mortar Geopolimer

Berbahan Dasar Abu Terbang Pada Aplikasi Spesi Bata Merah. Material yang

digunakan abu terbang tipe C, Pasir, air dan larutan aktivator. Variasi aktivator

yang digunakan yaitu 6 M, 8 M, 10 M, 12 M, 14 M, 15 M. Hasil dari penelitian

ini yaitu Penambahan molaritas NaOH pada pembuatan mortar geopolimer

berbahan dasar abu terbang berpengaruh terhadap kuat tekan maupun kuat lekat

mortar geopolimer berbahan dasar fly ash. Adapun kadar optimum yang

digunakan yaitu 12 molar dengan hasil kuat tekan sebesar 23,21 MPa dan 0,89

MPa untuk kuat lekat spesi pada pasangan bata.

Azmy, (2017) telah meneliti Pengaruh Umur Curing Terhadap Kuat Tekan

Mortar Geopolimer Tanah Laterit Yang Mengandung Sodium Thiosulfate.

Material yang digunakan abu terbang tipe F, Laterit Yang Mengandung Sodium

Thiosulfate, Air dan Larutan Aktivator. Molaritas NaOH yang digunakan yaitu 10

M dan 12 M dengan komposisi aktivator Sodium Thiosulfate (Na2S2O3) dan

Natrium Hidroxide (NaOH) dengan rasio 1,5. Hasil dari Penelitian ini adalah

Nilai persentase peningkatan kuat tekan mortar geopolimer dengan konsentrasi 10

M ke 12 M pada umur 3, 7, dan 28 hari masing-masing sebesar 160,31 %, 148,78

%, dan 86,72 %.

Alexandre S. de Vargas, dkk (2011) telah meneliti pengaruh perbandingan

Na2O/SiO2, suhu curing dan umur curing pada kuat tekan. Material yang

digunakan yaitu abu terbang kelas F, air, NaOH, dengan perbandingan abu

terbang/agregat 1:3. Rasio Na2O/SiO2 yang digunakan yaitu 0,2, 0,3, dan 0,4.

8
Suhu curing selama 24 jam pada suhu 50, 65 dan 80ᵒC. Hasil yang diperoleh

menunjukkan mortar yang dibuat dengan menggunakan konsentrasi Na2O/SiO2

0,40 M dengan suhu curing 80ᵒC memiliki kuat tekan yang paling baik yaitu 22,5

MPa pada umur 180 hari.

II.2 Teori Geopolymer

Pada tahun 1980-an, Professor Joseph Davidovits menemukan sebuah

perekat alternatif pengganti semen yang dikenal dengan geopolimer. Pembuatan

material geopolimer menggunakan bahan yang banyak mengandung unsur-unsur

silikon dan alumunium. Unsur-unsur tersebut banyak ditemukan pada limbah

industri, seperti abu terbang.

Geopolimer adalah polimer anorganik tersintesis yang berkembang

sebagai rantai polimer tiga dimensi selama reaksi kimia yang terjadi dibawah

kondisi basa. Komposisi kimia dari bahan sumber dan cairan alkali mengatur

perkembangan mikrostruktur dan sifat mekanik dari produk akhir geopolimerisasi.

Geopolimer berbasis abu terbang adalah bahan pengikat alternatif yang muncul

dengan dampak lingkungan yang rendah dan meningkatkan potensial

keberlanjutan konstruksi beton (Nath dan Sarker, 2017). Geopolimer merupakan

produk geosintetik dimana reaksi pengikatan yang terjadi adalah reaksi

polimerisasi. Dalam reaksi polimerisasi, Silika (Si) dan Alumunium (Al)

mempunyai peranan yang penting dalam ikatan polimerisasi. Geopolimer

dikategorikan sebagai material ramah lingkungan karena pembuatan bahan dasar

geopolimer membutuhkan jumlah energi yang rendah jika dibandingkan dengan

9
produksi semen portland yang menghasilkan CO2 dalam jumlah besar (Pan dkk,

2009). Geopolimer mirip dengan zeolit dalam komposisi kimia namun berbeda

karena struktur mikronya yang amorf. Geopolimer dibentuk oleh reaksi

polimerisasi alumina dan silikat yang berasal dari bahan sumber pada pH tinggi

dengan adanya logam alkali silikat terlarut. Telah ditunjukkan sebelumnya bahwa

geopolimerisasi dapat mengubah berbagai macam limbah alumina-silikat menjadi

bahan bangunan dengan sifat kimia dan fisik yang sangat baik, seperti ketahanan

terhadap api dan lingkungan asam (Xu dan Van Deventeer, 2000).

Bahan yang dapat digunakan untuk membuat geopolimer dapat diperoleh

dari fly ash. Abu terbang atau yang disebut juga fly ash adalah limbah atau hasil

pembakaran dari batu bara. Limbah pembakaran batu bara terdiri dari jenis yaitu

abu terbang (fly ash) dan abu berat (bottom-ash). Pada Gambar II.1 menunjukkan

jenis material dan proses pembentukan geopolimer.

Alkali Aktivator
Bahan dasar:
Sodium Silikat
Fly Ash
Pottasium Silicat
Slag
NaOH/KOH
Clav

Geopolimer

Penambahan unsur Penambahan Penambahan batu,


tertentu abu/pasir halus pasir, dan air

Gelas Pasta Geopolimer Beton Geopolimer

Keramik
Kristalin 10
Gambar II.BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Jenis material dan proses
pembentukan material
(Balaguru dkk.,1997)
Sementara itu mortar geopolimer dengan bahan dasar abu terbang masih

sedikit informasi tentang geopolimer ini. Selain sebagai solusi alternatif

mengurangi pemakaian semen, tetapi juga sebagai satu cara yang bernilai

ekonomis mengurangi penumpukan limbah abu terbang. Ini kaya akan kandungan

Silika dan Alumina yang diperlukan untuk proses geopolimerisasi.

II.3 Penyusun Geopolimer

Material utama untuk pembentukan geopolimer yang memiliki ikatan

Alumino-Silikate harus kaya akan I (Si) dan Aluminium (Al). Ini bisa berarti

material alam seperti kaolin, dan lempung dimana formula empirisnya

mengandung Si, Al, dan Oksigen (Davidovits, 1994). Atau material buatan seperti

fly ash, silica fume dan slag. Namun, diantara material buatan yang juga

merupakan limbah, fly ash dan slag merupakan material yang paling potensial

sebagai bahan dasar beton geopolimer (Hardjito et all, 2005).

11
II.3.1 Fly Ash (Abu Terbang)

Abu terbang (fly ash) didefinisikan sebagai butiran halus hasil residu

pembakaran batu bara atau bubuk batu bara. Ukuran butirannya yang sangat halus,

sangat baik untuk mengisi rongga yang terdapat di dalam beton. Fly ash bersifat

pozzolan, yaitu bahan yang mengandung silica reaktif, dapat bereaksi dengan

kapur membentuk Calcium Silikat Hidrat, yang bersifat keras dan tidak mudah

larut dalam air. Komposisi dari fly ash sebagian besar terdiri dari Silikat Dioksida

(SiO2), Alumunium (Al2O3), Besi (Fe2O3) dan Kalsium (CaO), serta Magnesium,

Potassium, Sodium, Titanium, Sulfur, dalam jumlah yang kecil. Komposisi fly ash

tersebut tergantung dari jenis batu bara (ASTM C618 (ASTM, 1995:304)).

Menurut Acosta, 2009, Abu terbang merupakan limbah padat hasil dari

proses pembakaran di dalam furnace pada PLTU yang kemudian terbawa keluar

oleh sisa-sisa pembakaran serta di tangkap dengan mengunakan elektrostatik

precipitator. Fly ash merupakan residu mineral dalam butir halus yang dihasilkan

dari pembakaran batu bara yang dihaluskan pada suatu pusat pembangkit listrik.

Fly ash terdiri dari bahan inorganik yang terdapat di dalam batu bara yang telah

mengalami fusi selama pembakarannya. Bahan ini memadat selama berada di

dalam gas-gas buangan dan dikumpulkan menggunakan presipitator elektrostatik.

Karena partikel-partikel ini memadat selama tersuspensi di dalam gas gas

buangan, maka partikel-partikel fly ash umumnya berbentuk bulat. Partikel-

partikel fly ash yang terkumpul pada presipitator elektrostatik biasanya berukuran

(0,074 – 0,005 mm). Bahan ini terutama terdiri dari Silikon Dioksida (SiO2),

Aluminium Oksida (Al2O3) dan Besi Oksida (Fe2O3).

12
II.3.1.1 Kandungan Fly Ash

Fly ash batu bara mengandung unsur kimia antara lain Silika (SiO2),

Alumina (Al2O3), Fero Oksida (Fe2O3) dan Kalsium Oksida (CaO), juga

mengandung unsur tambahan lain yaitu Magnesium Oksida (MgO), Titanium

Oksida (TiO2), Alkalin (Na2O dan K2O), Sulfur Trioksida (SO3), Pospor Oksida

(P2O5) dan Carbon.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat fisik, kimia dan teknis dari fly

ash adalah tipe batu bara, kemurnian batu bara, tingkat penghancuran, tipe

pemanasan dan operasi, metoda penyimpanan dan penimbunan (Wardani, 2008).

Tabel BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Komposisi dan Klasifikasi Fly Ash

Komponen Bituminus Subbituminus Lignit


SiO2 20 – 60 40 – 60 15 – 45
Al2O3 5 – 35 20 – 30 20 – 25
Fe2O3 10 – 40 4 – 10 4 – 15
CaO 1 – 12 5 – 30 15 – 40
MgO 0–5 1–6 3 – 10
SO3 0–4 0–2 0 – 10
Na2 0–4 0–2 0–6
K2O 0–3 0–4 0–4
Sumber : Wardani, 2008

13
II.3.1.2 Klasifikasi Fly Ash

Menurut American Standard Testing And Material (ASTM) C618 fly

ash dibagi menjadi 3 kelas yaitu fly ash kelas F, fly ash kelas C dan fly ash kelas

N. Perbedaan utama dari kedua fly ash tersebut adalah banyaknya unsur Kalsium,

Silika, Aluminium, dan Kadar Besi dalam fly ash.

a. Fly ash kelas F merupakan fly Ash yang diproduksi dari pembakaran batu

bara antrachite atau bituminous, mempunyai sifat pozzolanic dan untuk

mendapatkan sifat cementitious harus diberi penambahan quick lime,

hydrated lime, atau semen. Fly Ash kelas F memiliki kadar kapur yang rendah

(CaO < 10%).


b. Fly ash kelas C merupakan fly ash yang diproduksi dari pembakaran batu

bara lignite atau subbituminous yang mempunyai sifat pozolanic serta self

cementing (kemampuan untuk mengeras dan menambah kekuatan apabila

bereaksi dengan air tanpa penambahan kapur). Fly ash kelas C biasanya

memiliki kadar kapur (CaO) > 10%.


c. Fly ash kelas N adalah hasil pembakaran yang dapat digolongkan antara lain

tanah diatomic, opaline chertz, shales, tuff dan abu vulkanik, yang mana biasa

diproses melalui pembakaran atau tidak melalui proses pembakaran. Selain

itu juga mempunyai sifat pozzolan yang baik.

Kebutuhan abu terbang sebagai bahan geopolimer menurut Shindunata

(2006), abu terbang kelas F yang merupakan hasil produksi industri lebih

diutamakan pada penggunaan beton geopolimer karena memiliki kandungan

Amorphous Alumino-Silicate yang banyak dan memiliki kelecakan (workability)

yang besar. Selain itu, Diaz dkk (2010) mengemukakan, meskipun silikat dan

14
alumina merupakan bahan utama pada reaksi geopolimer, kandungan CaO yang

besar dan persentase jumlah partikel abu terbang kurang dari 5 µm dapat

mempengaruhi sifat geopolimer. Mereka menyarankan kandungan CaO yang lebih

besar dari 20% tidak direkomendasikan untuk geopolimer karena mempercepat

pengerasan.

II.3.2 Alkali Aktivator

Alkali aktivator mempunyai fungsi dalam menghasilkan geopolimerisasi

dan mempercepat reaksinya (Olivia, 2011). Cairan alkali aktivator yang paling

umum digunakan dalam proses geopolimer adalah kombinasi dari Natrium

Hidroksida (NaOH) atau Kalium Hidroksida (KOH) dan natrium silikat atau

kalium silikat.

Na2SiO3 berfungsi untuk mempercepat reaksi polimer. Natrium Silikat

terdapat dalam dua bentuk, yaitu berupa padat dan larutan. Untuk campuran beton

lebih banyak digunakan dalam bentuk larutan. Natrium Silikat atau yang lebih

dikenal dengan nama waterglass, pada mulanya digunakan sebagai campuran

dalam pembuatan sabun (Djedjen Achmad.,2012).

NaOH berfungsi untuk mereaksikan unsur-unsur silikon (Si) dan

aluminium (Al) yang terkandung dalam abu sehingga menghasilkan ikatan

polimer yang kuat. Ion OH- pada NaOH merupakan elemen penting pada tahap

awal proses geopolimerisasi. Ion ini diperlukan untuk meningkatkan reaksi

pemutusan rantai silica dan alumina. Ketika konsentrasi ion OH- tinggi, maka

rantai Si-Al akan terputus sangat cepat. kemudian membentuk ikatan Si-OH dan

Al-OH dalam jumlah besar. Konsentrasi NaOH dapat menentukan hasil akhir dari

15
pengujian geopolimer, dimana kuat tekan akan meningkat seiring meningkatnya

konsentrasi NaOH (Wiyono dkk.,2012).

Glukhovsky, dkk (1980) mengklasifikasikan alkali aktivator dalam enam

group berdasarkan komposisi kimianya (Pacheco-Torgal dkk, 2008):

1. Caustic Alkalis: MOH

2. Non-Silicate weak acid salts: M2CO3, M2SO3, M3PO4, MF dan lain-lain.

3. Silicates: M2O.nSiO2

4. Aluminates: M2O.nAl2O3

5. Alumino-Silicates: M2O.nAl2O3.(2-6)SiO2

6. Non-silicate strong acid salts: M2SO4

Sodium Silikat dan Sodium Hidroksida dapat digunakan sebagai alkali

aktivator (Hardjito dkk.,2004). Sodium Silikat dapat berfungsi untuk mempercepat

reaksi polimerisasi yang terjadi pada beton ataupun mortar geopolimer, sedangkan

Sodium Hidroksida berfungsi untuk mereaksikan unsur – unsur Al dan Si yang

terkandung dalam abu terbang sehingga dapat menghasilkan ikatan polimer yang

kuat.

II.3.3 Molaritas

Molaritas atau kemolaran merupakan satuan kepekatan atau konsentrasi

dari suatu larutan. Konsentrasi larutan (concentration of a solution) adalah jumlah

zat terlarut yang terdapat di dalam sejumlah pelarut tertentu atau terhadap jumlah

larutan tertentu. Salah satu satuan konsentrasi yang umum dalam kimia dan

memang akan kita gunakan sekarang ini adalah molaritas (M).

16
Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan (Raymond

Chang, 2005). Harga kemolaran dapat ditentukan dengan menghitung mol zat

terlarut. Rumus molaritas dapat dilihat pada Persamaan II.1 dan Persamaan II.2.

..............................................................(II.1)

Dimana :

M = Molaritas

N = Jumlah mol

V= Volume Larutan

Jika yang diketahui bukan mol melainkan gram zat terlarut, dapat

digunakan Persamaan II.2 :

.......................................(II.2)

Dimana :

m = Massa ( gr )

Ar = Massa atom relatif

Untuk benda uji abu terbang geopolimer, menurut beberapa peneliti

konsentrasi aktivator yang digunakan (terhadap molaritas NaOH) merupakan

parameter utama dan parameter yang sangat penting pada pembuatan mortar dan

beton geopolimer berbasis abu terbang. Peningkatan konsentrasi NaOH juga

meningkatkan kuat tekan geopolimer mortar dan beton (Somna dkk 2011, Assi

dkk 2016, Ryu dkk 2013). Selain konsentrasi larutan aktivator, umur dan suhu

17
curing geopolimer adalah variabel lain yang berpengaruh. Namun untuk variabel

yang lebih efektif yaitu konsentrasi aktivator harus hadir selama geopolimerisasi

karena konsentrasi NaOH memiliki efek lebih besar terhadap nilai kekuatan

daripada umur dan suhu curing (Bakharev, 2005).

II.3.4 Agregat Halus

Menurut SNI 03 – 2834 – 2002 agregat halus adalah pasir alam sebagai

hasil desintegrasi secara alami dari batu atau pasir yang dihasilkan oleh industri

pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5,0 mm. Ukuran agregat

halus (pasir) sangat penting peranannya dalam mendapatkan campuran mortar dan

beton, pasir terdiri dari butiran-butiran yang tajam dan keras. Butiran-butiran

agregat yang baik harus kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh

cuaca (Adam, 2014).

II.3.5 Air

Air diperlukan untuk pembuatan beton dan mortar agar terjadi proses

kimiawi dengan semen untuk membasahi agregat dan untuk melumas campuran

agar mudah saat proses pengerjaan atau biasa dikenal dengan workability. Selain

itu, air merupakan bahan utama selain dari agregat yang digunakan untuk

membuat beton dan mortar. Pada umumnya air minum dapat dipakai untuk

campuran beton maupun mortar. Air yang mengandung senyawa-senyawa yang

berbahaya, yang tercemar garam, minyak, gula, atau bahan-bahan kimia lain, bila

dipakai untuk campuran beton akan sangat menurunkan kekuatannya dan juga

dapat mengubah sifat-sifat dari semen.

18
Selain itu, air yang demikian dapat mengurangi afinitas antara agregat

dengan pasta semen dan mungkin pula mempengaruhi kemudahan pada saat

proses pengerjaan yang dilakukan. Hal ini disebabkan karena karakteristik pasta

semen merupakan hasil reaksi kimiawi antara semen dengan air, maka bukan

perbandingan jumlah air terhadap total (semen, agregat halus, agregat kasar)

material yang menentukan, melainkan hanya perbandingan antara air dan semen

atau biasa dikenal dengan Faktor Air Semen (FAS) pada campuran yang

menentukan. Air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air

setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan

menyebabkan proses hidrasi tidak seluruhnya selesai. Sebagai akibatnya beton

yang dihasilkan akan kurang kekuatannya (Edward G. Nawy,1998:14).

II.4 Konsistensi Flow

Pengujian konsistensi flow bertujuan untuk menentukan jumlah air yang

optimum agar menghasilkan mortar yang mudah dikerjakan. Jumlah air yang

digunakan untuk campuran mortar sangat erat hubungannya dengan sifat

kemudahan untuk dikerjakan. Untuk mengetahui jumlah air yang dibutuhkan

untuk mencapai konsistensi normal dalam suatu mortar perlu dilakukan pengujian

terlebih dahulu. Untuk penentuan konsistensi flow adukan digunakan Persamaan

II.3:

.............................................................(II.3)

19
Dimana :

K = Konsistensi flow adukan (%)

Di = Diameter adukan setelah troun conique diangkat (cm)

D0 = Diameter dalam troun conique (cm)

II.5 Kuat Tekan Mortar Geopolimer

Kuat tekan mortar merupakan kekuatan tekan maksimum yang dapat

dipikul mortar per satuan luas. Kuat tekan mortar geopolimer mengalami

peningkatan seiring dengan bertambahnya umur mortar. Kuat tekan mortar

dihitung dengan membagi kuat tekan maksimum yang diterima benda uji selama

pegujian dengan luas penampang melintang. Berdasarkan SNI 03-6825-2002, kuat

tekan mortar dapat dihitung dengan Persamaan II.4:

........................................................................(II.4)

Dimana :

f’m = Kuat tekan mortar (N/mm2)

P = Beban maksimum (N)

A = Luas penampang yang menerima beban (mm2)

20
III BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini berlangsung dari bulan Mei sampai dengan September 2018

selama kurang lebih 4 (empat) bulan, dari tahap persiapan sampai dengan proses

pengujian. Penelitpian ini dilaksanakan di Laboratorium Bahan dan Beton Teknik

Sipil Universitas Fajar, pengujian XRF di Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin

dan pengujian Kuat Tekan di Laboratorium Teknik Sipil Politeknik Ujung

Pandang.

III.2 Alat dan Bahan

21
III.2.1 Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai

berikut:
a. Timbangan dengan kepekaan 0,1 gram.
b. Satu set alat uji kuat tekan Universal Testing Machine (UTM).
c. Mixer atau mesin pencampur bahan pembuatan mortar
d. Oven atau alat pengering dengan pengaturan suhu
e. Mesin penggetar saringan
f. Saringan
Saringan dengan bentuk lubang bujur sangkar dengan ukuran lubang # no. 1,5,

# no. 4, # no. 8, # no. 16, # no. 30, # no.50, # no.100 dan Pan.
g. Cetakan benda uji
Cetakan benda uji yang digunakan adalah cetakan ukuran 50 x 50 x 50 mm.
h. Alat bantu lainnya
1) Cetok semen, digunakan untuk mengaduk dan memasukkan adukan mortar

geopolimer fly ash ke dalam cetakan.


2) Gelas ukur kapasitas 2000 ml dan kapasitas 50 ml, digunakan untuk

menakar air.
3) Pengaduk, digunakan untuk mengaduk pada saat membuat larutan alkali

aktivator.
4) Cawan atau talam stainless steel, digunakan untuk tempat bahan-bahan dan

mendiamkan larutan alkali aktivator.


5) Kuas, digunakan untuk membersihkan sisa material yang menempel pada

peralatan yang telah digunakan.


6) Stop watch, digunakan untuk mencatat waktu pengadukan.
7) Ember, digunakan untuk tempat air dan sisa adukan.
8) Skop, memindahkan material dari tempat satu ketempat lainnya.

III.2.2 Bahan

Adapun bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:
1) Fly ash
2) Agregat Halus (pasir)
3) Sodium Hidroksida (NaOH)
4) Sodium Silikat (Na2SiO3)

22
5) Air

III.3 Pelaksanaan Penelitian

Sebagai penelitian ilmiah, maka penelitian ini harus dilaksanakan dalam

sistematika yang jelas dan teratur agar diperoleh hasil yang baik dan dapat

dipertanggungjawabkan. Pada penelitian ini, variabel yang diperhatikan adalah

pemberian komposisi abu terbang atau fly ash sebagai bahan pengganti 100%

semen pada campuran mortar geopolimer dan mengetahui nilai kuat tekan mortar

yang dilihat melalui pengujian kuat tekan.

III.3.1 Desain Eksperimen

Benda uji mortar dari kubus dengan ukuran 50mm x 50mm x 50mm

dengan komposisi campuran fly ash.


1) Kelompok eksperimen
Dibuat dari adukan mortar geopolimer bahan dasar fly ash berbentuk kubus

dengan ukuran 50mm x 50mm x 50mm.


2) Kelompok kontrol
Dibuat dari adukan mortar geopolimer bahan dasar fly ash berbentuk kubus

dengan ukuran 50mm x 50mm x 50mm.

III.3.2 Langkah Kerja

a. Tahap I (Tahap persiapan)


Pada tahap ini seluruh bahan dan peralatan yang akan digunakan disiapkan

terlebih dahulu agar penelitian berjalan dengan lancar. Pembuatan cetakan

benda uji juga dilakukan pada tahap ini.

b. Tahap II (Tahap uji bahan)

23
Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap bahan penyusun mortar yaitu pasir

dan Abu Terbang. Dari pengujian tersebut dapat diketahui apakah bahan

tersebut memenuhi syarat atau tidak.


a. Pengujian Pasir yang dilakukan meliputi:

Tabel BAB III METODOLOGI PENELITIAN.2 Pengujian Pasir

No Jenis Pemeriksaan Standar/Metode Uji


1. Kadar Lumpur SNI 03-4428-1997
2. Kadar Organik SNI 03-2816-1992
Berat Jenis dan
3. SNI 03-1964-2008
Penyerapan
4. Analisa Saringan SNI 03-1968-1990
5. Berat Volume SNI 1973:2008
6. Kadar Air SNI-1971-2011

b. Pengujian Abu terbang yang dilakukan dengan cara uji XRF


c. Tahap III (Tahap pembuatan mix design)
Pada tahap ini dilakukan perencanaan pembuatan mortar geopolimer fly ash

dengan mengacu pada peraturan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-6825-

2002 tentang metode pengujian kuat tekan mortar.


d. Tahap IV (Tahap pembuatan benda uji)

Pada tahap ini, pembuatan benda uji dilakukan berdasarkan hasil perhitungan

campuran (mix design), yang harus dilakukan pada tahap ke empat antara lain

sebagai berikut:

1) Pembuatan larutan alkali aktivator (diamkan larutan ± 24 jam)


2) Pembuatan adukan mortar geopolimer fly ash.
3) Pengecoran ke dalam cetakan mortar.
4) Pelepasan benda uji dari cetakan setelah umur 1 hari (24 jam).
e. Tahap V (Tahap curing atau perawatan benda uji)
Pada penelitian ini, perawatan (curing) dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui perkembangan kuat tekan mortar setelah berumur umur yang telah

ditentukan yaitu umur 28 hari.


f. Tahap VI (Tahap pengujian benda uji)

24
Pada tahap ini dilakukan pengujian kuat tekan. Kuat tekan mortar diuji pada

umur 28 hari dengan menggunakan alat Universal Testing Machine (UTM).


g. Tahap VII (Tahap analisis data dan pembahasan)
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data pengujian dan melakukan

perhitungan hasil pengujian kuat tekan mortar geopolimer.


h. Tahap VIII (Kesimpulan)
Pada tahap ini dibuat suatu kesimpulan berdasarkan data yang telah

dikumpulkan dan dianalisis yang berhubungan langsung dengan tujuan

penelitian yang dilakukan.

III.3.3 Perencanaan Campuran (Mix Design)

Desain campuran (mix design) mortar pada penelitian ini mengikuti SNI 03-

6825-2002 untuk mortar jenis OPC dengan menetapkan komposisi mortar yaitu

perbandingan antara binder, pasir dan air adalah 1 : 2,75 : 0,5


1. Benda uji berbentuk kubus dengan ukuran sisi 5 cm.
2. Pasir : fly ash adalah 1 : 2,75
3. Faktor Air Binder (FAB) adalah 0,3
4. NaOH : Na2SiO3 adalah 1 : 1,5, 1 : 2, 1 : 2,5

III.3.4 Pembuatan Benda Uji

Pada penelitian ini, benda uji mortar geopolimer berbahan dasar fly ash

dibuat beberapa sampel berbentuk kubus dan memiliki ukuran 50 x 50 x 50 mm.


50 mm

50 mm

50 mm

25
Gambar BAB III METODOLOGI PENELITIAN.2 Sketsa Bentuk dan

Ukuran Benda Uji

Peroporsi campuran yang digunakan dalam pembuatan benda uji mortar

geopolimer fly ash antara lain:

1. Larutan aktivator NaOH dan Na2SiO3 adalah 6 M, 10 M, 14 M.


2. Perbandingan larutan NaOH dan Na2SiO3 adalah 1 : 1,5, 1 : 2, 1 : 2,5.
3. Perbandingan antara fly ash : pasir adalah 1 : 2,75
4. Faktor Air Binder (FAB) adalah 0,3

Benda uji mortar geopolimer fly ash tersebut, dibuat beberapa jumlah

sampel dengan bahan dasar mortar terdiri dari 2 (dua) fly ash yang berbeda yang

ditinjau dari lokasi pengambilan sampel fly ash tersebut. Jumlah benda uji mortar

geopolimer fly ash dapat dilihat pada Tabel III.2:

Tabel BAB III METODOLOGI PENELITIAN.3 Jumlah Benda Uji Mortar

Geopolimer Bahan Dasar Fly Ash

Jenis Kode Ratio Berat Umur Jumlah


Fly Ash Benda Uji NaOH : Na2SiO3 FA : Pasir FAB (Hari) Benda Uji
1 : 1,5 1:2,75 0,3 28 3
MG.6M 1:2 3
1 : 2,5 3
1 : 1,5 3
A MG.10M 1:2 3
1 : 2,5 3
1 : 1,5 3
MG.14M 1:2 3
1 : 2,5 3
B MG.6M 1 : 1,5 3
1:2 3

26
1 : 2,5 3
1 : 1,5 3
MG.10M 1:2 3
1 : 2,5 3
1 : 1,5 3
MG.14M 1:2 3
1 : 2,5 3
Jumlah Total Benda Uji (Sampel) 54

Keterangan :

MG.6 M : Mortar Geopolimer dengan 6 Molar

MG.10 M : Mortar Geopolimer dengan 10 Molar

MG.14 M : Mortar Geopolimer dengan 14 Molar

A : Fly Ash yang berasal dari PLTU A

B : Fly Ash yang berasal dari PLTU B

Langkah-langkah pembuatan benda uji mortar geopolimer adalah sebagai berikut:

1) Menimbang bahan-bahan yang akan digunakan sesuai mix design yang telah

dibuat sebelumnya.
2) Melarutkan Sodium Hidroksida (NaOH) molaritas 6 M, 10 M, 14 M ke dalam

air dan mengaduk larutan tersebut selama waktu ± 3 menit (NaOH + air).
3) Melarutkan Sodium Silikat (Na2SiO3) ke dalam larutan (NaOH + air) dan

mengaduk larutan tersebut selama waktu ± 3 menit.


4) Melakukan perawatan (curing) dengan cara mendiamkan larutan (NaOH + air

+ Na2SiO3) tersebut selama ±24 jam.


5) Mencampurkan kedua larutan tersebut dengan fly ash dan mengaduknya

sampai homogen dengan perbandingan NaOH : Na2SiO3 adalah 1 : 1,5, 1 : 2,

1 : 2,5.
6) Menambahkan pasir dan terus mengaduk campuran tersebut sampai homogen

dengan perbandingan fly ash : pasir adalah 1 : 2,75.

27
7) Memasukkan adukan mortar geopolimer ke dalam cetakan yang dilapisi

plastik bagian dalamnya. Pada penelitian ini digunakan cetakan berbentuk

kubus dengan ukuran 50 mm x 50 mm x 50 mm yang dibuat dari tripleks.

Adukan dimasukkan ke dalam cetakan dalam 3 lapis dan tiap lapis dipadatkan

agar pemadatannya sempurna. Kemudian permukaan bagian atas dari benda

uji diratakan.
8) Mengulangi langkah 7 untuk benda uji yang lain sampai dengan jumlah yang

telah ditentukan.
9) Masukkan benda uji beserta cetakan kedalam oven dan panaskan pada suhu

85°C selama ±24 jam.


10) Keluarkan benda uji dari oven dan membuka cetakan setelah itu lakukan

curing dengan cara membiarkan terekspos dalam suhu ruang selama kurang

lebih 7 hari.
11) Selanjutnya masuk ke tahap perawatan (curing) yaitu dengan memberikan

perlakuan terhadap benda uji sampai umur kuat tekan masing-masing benda

uji yang telah ditentukan.

III.3.5 Perawatan (Curing)

Perawatan pada mortar perlu dilakukan untuk menghindari panas hidrasi

yang tidak diinginkan pada mortar terutama yang disebabkan oleh faktor suhu.

Sifat fisik, seperti kekuatan mortar juga dipengaruhi oleh jenis alat dan bahan

yang digunakan pada saat perawatan benda uji. Selain itu, metode perawatan yang

dilakukan juga sangat berpengaruh terhadap kuat tekan mortar yang dihasilkan.

Oleh karena itu, waktu dan jadwal proses perawatan harus terlaksana dengan baik.
Metode perawatan (Curing) terhadap mortar geopolimer fly ash pada

penelitian ini dibagi kedalam beberapa tahap yaitu sebagai berikut:

28
1) Tahap pertama, benda uji yang telah dimasukkan dalam cetakan kemudian

disimpan dan dioven pada suhu ±85°C selama ± 24 jam.


2) Tahap kedua, benda uji yang telah dikeluarkan dari oven kemudian dilepas

dari cetakan disimpan dan dibiarkan terekspose diruangan selama ± 7 hari.


3) Tahap ketiga, setalah itu dilakukan proses uji kuat tekan menggunakan

Universal Testing Machine (UTM).


4) Selanjutnya diberikan perlakuan yang sama untuk benda uji umur 28 hari

(tahap keempat dan kelima).

III.3.6 Pengujian Kuat Tekan

Pada pengujian kuat tekan mortar, dilakukan dengan memberikan beban

atau tekanan hingga benda uji tersebut retak dan runtuh. Kuat tekan diuji pada

umur 28 hari menggunakan alat Universal Testing Machine (UTM). Benda uji

untuk pengujian kuat tekan berbentuk kubus dengan ukuran 50 mm x 50 mm x 50

mm (ASTM C579-01). Pada tiap umur pengujian diwakili oleh 3 buah benda uji

dalam satu jenis perawatan (curing).


Adapun langkah-langkah dalam pengujian kuat tekan mortar adalah sebagai

berikut:
1. Menekan tombol power untuk menghidupkan komputer dan alat Universal

Testing Machine (UTM).


2. Tentukan skala dan ukuran benda uji yang akan ditekan yang diatur pada layar

monitor misalnya ukuran benda uji mortar.


3. Meletakkan benda uji pada ruang penekan Universal Testing Machine (UTM),

diatur agar benda uji tepat berada pada posisi ditengah.


4. Lakukan uji kuat tekan dengan menekan start pada layar monitor hingga

hidraulik penekan mendekati benda uji.


5. Tunggu sampai benda uji mengalami keretakan sampai alat penekan tidak

bergerak, artinya benda uji telah hancur.

29
6. Hasil kuat tekan, secara otomatis akan tampil dilayar monitor dalam bentuk

grafik disertai dengan nilai kuat tekan dalam satuan tertentu, diatur sesuai

kebutuhan misalnya dalam satuan N atau Mpa.


7. Catat hasil pembacaan besarnya gaya tekan pada layar monitor atau dengan

cara lain, soft copy hasil pembacaan bisa disalin melalui USB dan kemudian

dihitung secara manual menggunakan rumus yang telah ditentukan.


Sketsa pengujian kuat tekan pada mortar, dapat dilihat pada Gambar III.2:

Hidraulik Penekan

Monitor Benda Uji


Pembacaan Grafik
Plat Landasan

UTM

Gambar BAB III METODOLOGI PENELITIAN.3 Sketsa Pengujian Kuat Tekan

pada Mortar

III.4 Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, pengumpulan data diperoleh dari pengujian yang

dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Fajar yaitu berapa data hasil

pengujian agregat halus dan data hasil pengujian kuat tekan yang dilakukan

30
setelah mortar berumur 28 hari di Laboratorium Teknik Sipil Politeknik Ujung

Pandang.

III.5 Analisis Data

Analisa data untuk penentuan karakteristik material mortar menggunakan

spesifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI), khususnya untuk spesifikasi agregat

halus dan karakterisasi fly ash. Perancangan (mix design) menggunakan Trial Mix

dan data pada penelitian sebelumnya dan data-data yang diperoleh dari hasil uji

sifat mekanik mortar (kuat tekan) disajikan dalam bentuk Tabel, Gambar untuk

kemudian di analisa dengan menggunakan Microsoft office excel dengan

persamaan linear atau nonlinear. Analisa pada penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui karakteristik agregat campuran mortar dan pengaruh dari variasi

aktivator. Data-data yang diperoleh selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan

suatu kesimpulan dari apa yang menjadi tujuan dalam penelitian, yaitu untuk

mengetahui komposisi yang optimal dari variasi aktivator terhadap kuat tekan

mortar geopolimer berbasis fly ash.

III.6 Bagan Alur Penelitian

Tahap-tahap penelitian dapat dilihat secara skematis dalam bagan alur pada

Gambar III.3:

Mulai

Studi Literatur

Bahan dan Alat


31
Uji Karakteristik
Fly Ash NaOH Na2SiO3 Air Analisa Saringan - Berat
PasirVolume
Kandungan Lumpur - Kadar Air
Experimen dan XRF
Kandungan Organik
Data Eksperimen
Berat Jenis dan Penyerapan

Mix Design
SNI dan Studi Literatur (Penelitian terdahulu)
- Fly ash : Pasir = 1 : 2,75
- NaOH : Na2SiO3 = 1 : 1,5; 1 : 2, 1 : 2,5
- FAB = 0,3
Pembuatan Larutan Aktivator

Penyimpanan selama 24 jam


Pembuatan Benda Uji

Perawatan (Curing)

Pengujian Kuat Tekan 28 hari

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar BAB III METODOLOGI PENELITIAN.4 Bagan Alur Penelitian

32
IV BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Karakteristik Material Penyusun Mortar Geopolimer

IV.1.1 Karakteristik Agregat Halus (Pasir)

Agregat halus yang digunakan pada penelitian ini yaitu pasir sungai dari

Kabupaten Takalar. Pengujian karakteristik agregat halus dilakukan di

Laboratorium Bahan dan Beton Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Fajar.

Pengujian mengacu pada SNI (Standar Nasional Indonesia).

Tabel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.4 Hasil Pengujian Agregat Halus ( Pasir )

Karakteristik Agregat Hasil


No Interval Keterangan
Halus Pemeriksaan
1. Modulus Kehalusan 1,50 – 3,80 3,06 Memenuhi
2. Berat Jenis
a. BJ Nyata 1,6 – 3,3 2,6 Memenuhi
b. BJ Dasar Kering 1,6 – 3,3 2,67 Memenuhi
c. BJ Kering 1,6 – 3,3 2,76 Memenuhi
Permukaaan
3. Penyerapan Air Maks 2% 1,83 % Memenuhi
4. Kadar Lumpur Maks 5% 2,72 % Memenuhi
5. Kadar Organik < No. 3 2 Memenuhi
6. Kadar Air 2% - 5% 3,41 % Memenuhi
7. Berat Volume
a. Kondisi Lepas 1,4 – 1,9 kg/ltr 1,76 kg/ltr Memenuhi
b. Kondisi Gembur 1,4 – 1,9 kg/ltr 1,44 kg/ltr Memenuhi

33
Karakteristik yang ditunjukkan pada Tabel IV.1 untuk agregat halus,

adapun perhitungan hasil laboratorium disajikan pada Lampiran A.

Hasil analisa saringan agregat halus kemudian di plot pada grafik batas

gradasi sehingga diketahui pasir yang digunakan masuk pada gradasi zona 1

sebagaimana terlihat pada Gambar IV.1.

Gambar BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.5 Pasir Zona 1

IV.1.2 Komposisi Fly Ash

Karakterisasi dari sampel fly ash dengan analisis dengan alat XRF (X-Ray

Fluorescence Spectrometer) yang dilakukan di laboratorium FMIPA UNHAS

(Universitas Hasanuddin). Komposisi yang terkandung dalam fly ash dari hasil

XRF dapat dilihat pada Tabel IV.2.

Tabel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.5 Komposisi Fly Ash

Jenis Fly SiO2 Al2O3 Fe2O3 CaO BaO K2O TiO2 ZrO2
Ash
A 35,88 9,23 29,20 23,52 0,27 1,03 0,71 0,02
B 41,45 11,06 25,28 16,19 0,14 1,35 1,05 3,16

34
Dari hasil pengujian sampel fly ash yang dilakukan di laboratorium FMIPA

UNHAS, komposisi kimia fly ash terlihat bahwa unsur Silikat (SiO2), Alumunium

(Al2O3), Ferum (Fe2O3) dan Kapur (CaO) merupakan unsur yang paling dominan,

dengan demikian fly ash dari limbah hasil pembakaran batu bara untuk PLTU di

Sulawesi Selatan dapat digunakan sebagai bahan pengganti semen, sebagaimana

dalam SNI 15-2049-2004 yaitu klinker semen portland terdiri dari empat unsur

oksida yang utama yaitu Kapur, Silika, Alumina, dan Oksida Besi.

IV.2 Mix Design Mortar Geopolimer

Komposisi campuran pembuatan beton geopolimer dengan faktor air

binder 0,3 untuk fly ash A dan 0,6 untuk fly ash B dari binder, dengan variasi

molaritas NaOH yaitu 6 M, 10 M, dan 14 M, kebutuhan agregat 1 : 2,75 ( fly ash :

pasir ), dan komposisi perbandingan aktivator NaOH : Na 2SiO3 ( 1: 1,5 ; 1 : 2 ; 1 :

2,5 ). Benda uji berbentuk kubus denga dimensi 5 cm x 5 cm x 5 cm

Dari perhitungan perancangan campuran (mix design), diperoleh

kebutuhan bahan untuk 3 sampel dalam 1 x adukan seperti pada Tabel IV.3.

35
Tabel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.6 Hasil Perhitungan Mix Design

Mortar Geopolimer

Nama Fly ash Pasir Air NaOH Na2SiO3 F.A.B Kadar


Sampel ( gr ) ( gr ) ( ml ) ( gr ) ( gr ) Aktivator
(%)
A.6.1,5 255 701,25 76,50 18,36 27,54 0,3 48,00
A.6.2 255 701,25 76,50 18,36 36,72 0,3 51,60
A.6.2,5 255 701,25 76,50 18,36 45,90 0,3 55,20
B.6.1,5 210 577,50 126,00 30,24 45,36 0,6 96,00
B.6.2 210 577,50 126,00 30,24 60,48 0,6 103,20
B.6.2,5 210 577,50 126,00 30,24 75,60 0,6 110,40
A.10.1,5 255 701,25 76,50 30,60 45,90 0,3 60,00
A.10.2 255 701,25 76,50 30,60 61,20 0,3 66,00
A.10.2,5 255 701,25 76,50 30,60 76,50 0,3 72,00
B.10.1,5 210 577,50 126,00 50,40 75,60 0,6 120,00
B.10.2 210 577,50 126,00 50,40 100,80 0,6 132,00
B.10.2,5 210 577,50 126,00 50,40 126,00 0,6 144,00
A.14.1,5 255 701,25 76,50 42,84 64,26 0,3 72,00
A.14.2 255 701,25 76,50 42,84 85,68 0,3 80,40
A.14.2,5 255 701,25 76,50 42,84 107,10 0,3 88,80
B.14.1,5 210 577,50 126,00 70,56 105,84 0,6 144,00
B.14.2 210 577,50 126,00 70,56 141,12 0,6 160,80
B.14.2,5 210 577,50 126,00 70,56 176,40 0,6 177, 60

IV.3 Kuat Tekan Mortar Geopolimer

IV.3.1 Hasil Pengujian Kuat Tekan Mortar Geopolimer

Berdasarkan SNI-03-6825-2002, pengujian kuat tekan yaitu memberi

beban monoton secara terus menerus dengan laju yang konstan pada benda uji di

antara dua batang pembebanan yang akan menciptakan tegangan tekan. Pada

pengujian kuat tekan posisi benda uji yang berbentuk kubus pada saat dibebani

yaitu dalam keadaan berdiri/tegak. Tegangan tekan yang dialami benda uji lama

kelamaan akan menyebabkan benda uji runtuh/hancur. Sehingga, kuat tekan

36
adalah tegangan tekan pada pembebanan maksimum yang menyebabkan benda uji

mengalami runtuh/hancur.

Pengujian kuat tekan mortar geopolymer berbahan dasar fly ash pada

penelitian ini menggunakan 3 buah benda uji untuk masing-masing mix design.

Cetakan benda uji yang digunakan berbentuk kubus dengan ukuran 5x5x5 cm

yang diuji pada umur 28 hari. Dari pengujian tegangan yang dilakukan dengan

alat Compression Testing Machine (UTM) didapatkan beban maksimum, yaitu

pada saat mortar hancur menerima beban tersebut (Pmaks). Dari data tersebut

kemudian diolah sehingga didapatkan nilai kuat tekan mortar (f’m) dengan

menggunakan persamaan II.4 . Perhitungan selengkapnya untuk mencari kuat

tekan mortar dapat dilihat pada Lampiran C.

Tabel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.7 Hasil Pengujian Kuat Tekan

Mortar Fly Ash A

Kuat
Kuat
Kode No Berat Luas Beban Tekan
Tekan
Sampel sampel (Kg) (mm2) (kN) Rata-Rata
(Mpa)
(Mpa)
1 290 2500 3,30 1,32
A.6.1,5 2 225 2500 5,00 2,00 1,69
3 290 2500 4,40 1,76

37
1 280 2500 12,00 4,80
A.6.2 2 275 2500 10,40 4,16 4,57
3 285 2500 11,90 4,76
1 275 2500 11,90 4,76
A.6.2,5 2 280 2500 9,20 3,68 4,04
3 290 2500 9,20 3,68
1 270 2500 42,80 17,12
A.10.1,5 2 270 2500 47,70 19,08 18,33
3 275 2500 47,00 18,80
1 285 2500 40,40 16,16
A.10.2 2 280 2500 44,90 17,96 17,44
3 285 2500 45,50 18,20
1 270 2500 21,40 8,56
A.10.2,5 2 260 2500 20,80 8,32 8,27
3 255 2500 19,80 7,92
1 280 2500 40,10 16,04 15,91
A.14.1,5 2 280 2500 40,90 16,76
3 280 2500 37,30 14,92
1 290 2500 29,80 11,92
A.14.2 2 285 2500 31,00 12,40 12,72
3 285 2500 34,60 13,84
1 290 2500 32,60 13,04
12,36
A.14.2,5 2 290 2500 29,10 11,64
3 285 2500 31,00 12,40

Tabel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.8 Hasil Pengujian Kuat Tekan

Mortar Fly Ash B

Kuat Kuat Tekan


Kode No Berat Luas Beban
Tekan Rata-Rata
Sampel sampel (Kg) (mm2) (kN)
(Mpa) (Mpa)
1 250 2500 5,06 2,24 2,81

38
B.6.1,5 2 250 2500 7,60 3,04
3 250 2500 7,90 3,16
1 250 2500 15,50 6,20
B.6.2 2 245 2500 12,40 4,96 5,53
3 250 2500 13,60 5,44
1 255 2500 18,10 7,24
B.6.2,5 2 250 2500 17,30 6,92 6,83
3 260 2500 15,80 6,32
1 255 2500 12,20 4,88
B.10.1,5 2 250 2500 11,40 4,56 4,41
3 260 2500 9,50 3,80
1 235 2500 8,60 3,44
B.10.2 2 235 2500 8,00 3,20 3,27
3 245 2500 7,90 3,16
1 245 2500 12,70 5,08
B.10.2,5 2 245 2500 10,40 4,16 4,72
3 245 2500 12,30 4,92
1 265 2500 6,60 2,64
B.14.1,5 2 265 2500 6,10 2,44 2,52
3 265 2500 6,20 2,48
1 265 2500 7,10 2,84
B.14.2 2 270 2500 8,00 3,20 2,97
3 270 2500 7,20 2,88
1 235 2500 6,40 2,56
2,84
B.14.2,5 2 225 2500 7,00 2,80
3 230 2500 7,90 3,16

Dari hasil pengujian kuat tekan yang dilakukan di laboratorium PNUP

yang dapat dilihat pada Tabel IV.4 dan Tabel IV.5. Dari Tabel IV.4 dan Tabel IV.5

terlihat bahwa nilai optimum rata – rata kuat tekan mortar geopolimer umur 28

hari yang menggunakan fly ash limbah PLTU yaitu :

1. Kuat tekan rata – rata optimum mortar geopolimer basis fly ash A pada

umur 28 hari terjadi pada komposisi aktivator dengan konsentrasi NaOH

10 M dan Modulus alkali 1,5 yaitu sebesar 18,33 Mpa.

39
2. Kuat tekan rata – rata optimum mortar geopolimer basis fly ash B pada

umur 28 hari terjadi pada komposisi aktivator dengan konsentrasi NaOH

6 M dan Modulus alkali 2,5 yaitu sebesar 6,83 MPa.

IV.3.2 Kuat Tekan Mortar dari Fly Ash PLTU yang Berbeda

Nilai kuat tekan rata – rata mortar geopolimer baik berbasis fly ash A dan

B dengan komposisi akttivator yang bervariasi dapat dilihat pada Tabel IV.6

Tabel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.9 Kuat Tekan Rata – rata Mortar

Geopolimer

Kuat tekan rata – rata umur 28 hari


No Molaritas Modulus (MPa)
Alkali
`A B
1 1,5 1,69 2,81
6 2 4,57 5,74
2,5 4,04 6,83
2 1,5 18,32 4,41
10 2 17,44 3,27
2,5 8,27 4,72
3 1,5 15,89 2,71
14 2 12,88 2,97
2,5 12,49 2,84

Perbandingan kuat tekan mortar geopolimer yang menggunakan basis Fly

ash A dan B dapat disajikan pada Gambar IV.2

40
Gambar BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.6 Gafik Perbandingan Kuat

Tekan Mortar Sampel Fly Ash A Dan B


Gambar IV.2 memperlihatkan bahwa pada konsentrasi NaOH 10 M dan

14 M mortar geopolimer berbasis fly ash A memiliki kuat tekan lebih tinggi

daripada mortar geopolimer berbasis fly ash B. Sedangkan pada konsentrasi

NaOH 6 M, kuat tekan mortar geopolimer berbasis fly ash B lebih tinggi dari kuat

tekan mortar geopolimer berbasis fly ash A. Hal ini menunjukkan bahwa mortar

geopolimer berbasis fly ash A sebaiknya menggunakan NaOH 10 M dan 14 M

dengan mengasilkan kuat tekan antara 8,27 -18,33 MPa, sedangkan mortar

geopolimer berbasis fly ash B sebaiknya menggunakan NaOH 6 M dengan

modulus akali 2-2,5 dengan mengasilkan kuat tekan antara 5-6,83 MPa.

IV.4 Kuat Tekan Mortar Geopolimer Berdasarkan Variasi Aktivator

Pengaruh aktivator terhadap kuat tekan mortar pada penelitian ini

menggunakan variabel yaitu variasi konsentrasi NaOH dan modulus alkali.

41
IV.4.1 Kuat Tekan Mortar Geopolimer Berdasarkan Variasi Molaritas

NaOH

Hasil pengujian kuat tekan pada Tabel IV.7 menunjukkan kuat tekan

mortar geopolimer berdasarkan variasi konsentrasi NaOH

Tabel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.10 Kuat tekan rata – rata mortar

berdasarkan variasi Molaritas pada umur 28 hari

Kuat tekan rata – rata umur 28 hari


No Molaritas Modulus (Mpa)
Alkali
A B
1 1,5 1,69 2,81
6 2 4,57 5,74
2,5 4,04 6,83
2 1,5 18,32 4,41
10 2 17,44 3,27
2,5 8,27 4,72
3 1,5 15,89 2,71
14 2 12,88 2,97
2,5 12,49 2,84

Perbandingan kuat tekan antara mortar geopolimer berbasis fly ash A dan

fly ash B berdasarkan Konsentrasi NaOH 6 M disajikan Gambar IV.3

Gambar BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.7

Kuat tekan mortar variasi 6 M

42
Pada variasi NaOH 6 M, Mortar fly ash B memiliki kuat tekan lebih tinggi

dari mortar fly ash A. Kuat tekan rata – rata tertinggi pada mortar fly ash A yaitu

pada modulus alkali 2 sebesar 4,57 Mpa sedangkan pada mortar fly ash B yaitu

pada modulus alkali 2,5 sebesar 6,83 Mpa.

Perbandingan kuat tekan antara mortar geopolimer berbasis fly ash A dan

fly ash B berdasarkan Konsentrasi NaOH 10 M disajikan Gambar IV.4

Gambar BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.8 Kuat tekan

mortar
Padavariasi
gambar10 M
IV.4 dapat dilihat bahwa Mortar fly ash A memiliki kuat

tekan lebih tinggi dari mortar fly ash B. Kuat tekan rata – rata tertinggi pada

mortar fly ash A yaitu pada modulus alkali 1,5 sebesar 18,32 Mpa sedangkan pada

mortar fly ash B yaitu pada modulus alkali 2,5 sebesar 4,72 Mpa.

Perbandingan kuat tekan antara mortar geopolimer berbasis fly ash A dan

fly ash B berdasarkan Konsentrasi NaOH 14 M disajikan Gambar IV.5

43
Gambar BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.9 Kuat tekan

rata – rata mortar variasi 14 M


Pada gambar IV.5 dapat dilihat bahwa Mortar fly ash A memiliki kuat

tekan lebih tinggi dari mortar fly ash B. Kuat tekan rata – rata tertinggi pada

mortar fly ash A yaitu pada modulus alkali 1,5 sebesar 15,89 Mpa sedangkan pada

mortar fly ash B yaitu pada modulus alkali 2 sebesar 2,97 Mpa.

IV.4.2 Kuat Tekan Mortar Geopolimer Berdasarkan Variasi Modulus Alkali

Tabel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.11 Hasil Pengujian Kuat Tekan

Rata – rata mortar berdasarkan Variasi modulus alkali pada Umur 28 Hari

Kuat tekan rata – rata umur 28 hari


No Modulus Molaritas (Mpa)
Alkali A B
6 1,69 2,81
1 1,5 10 18,33 4,41
14 15,91 2,52
6 4,57 5,53
2 2 10 17,44 3,27
14 12,72 2,97
6 4,04 6,83
3 2,5 10 8,27 4,72
14 12,36 2,84

44
Perbandingan kuat tekan antara mortar geopolimer berbasis fly ash A dan

fly ash B berdasarkan modulus alkali 1,5 disajikan Gambar IV.6

Gambar BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.10 Kuat tekan rata – rata

mortar
Padavariasi modulus
variasi alkali
modulus 1,5 1,5 dapat dilihat bahwa Mortar fly ash A
alkali

memiliki kuat tekan lebih tinggi dari mortar fly ash B pada konsentrasi NaOH 10

M dan 14 M. Kuat tekan rata – rata tertinggi pada mortar fly ash A dan fly ash B

yaitu pada konsentrasi NaOH 10 M sebesar masing – masing 18,32 Mpa dan 4,41

Mpa.

Perbandingan kuat tekan antara mortar geopolimer berbasis fly ash A dan

fly ash B berdasarkan modulus alkali 2 disajikan Gambar IV.7

45
Gambar BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.11 Kuat tekan rata – rata

mortar
Padavariasi modulus
variasi alkali
modulus 2 2 dapat dilihat bahwa Mortar
alkali fly ash A

memiliki kuat tekan lebih tinggi dari mortar fly ash B pada konsentrasi NaOH 10

M dan 14 M. Kuat tekan rata – rata tertinggi pada mortar fly ash A yaitu pada

konsentrasi NaOH 10 M sebesar 17,44 Mpa sedangkan pada mortar fly ash B kuat

tekan rata – rata tertinggi yaitu pada konsentrasi NaOH 6 M sebesar 5,74 Mpa.

Perbandingan kuat tekan antara mortar geopolimer berbasis fly ash A dan

fly ash B berdasarkan modulus alkali 2,5 disajikan Gambar IV.8

Gambar BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.12 Kuat tekan rata –

rata mortar variasi modulus alkali 2,5

46
Pada variasi modulus alkali 2,5 dapat dilihat bahwa Mortar fly ash A

memiliki kuat tekan lebih tinggi dari mortar fly ash B pada konsentrasi NaOH 10

M dan 14 M. Kuat tekan rata – rata tertinggi pada mortar fly ash A yaitu pada

konsentrasi NaOH 14 M sebesar 12,49 Mpa sedangkan pada mortar fly ash B kuat

tekan rata – rata tertinggi yaitu pada konsentrasi NaOH 6 M sebesar 6,83 Mpa.

47
V BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengujian kuat tekan mortar

dengan variasi molaritas NaOH yaitu 6 M, 10 M, 14 M dan modulus alkali yaitu

1,5; 2; 2,5, maka diperoleh kesimpulan :

1. Kuat tekan rata – rata optimum umur 28 hari pada mortar geopolimer

dengan basis fly ash A menggunakan komposisi aktivator dengan

konsentrasi NaOH 10 M dan modulus alkali 1,5 yaitu sebesar 18,33 Mpa

dan dengan basis fly ash B menggunakan komposisi aktivator dengan

konsentrasi NaOH 6 M dan Modulus alkali 2,5 yaitu sebesar 6,83 MPa .

2. Mortar geopolimer berbasis fly ash A sebaiknya menggunakan NaOH 10

M dan 14 M dengan mengasilkan kuat tekan antara 8,27 -18,33 MPa,

sedangkan mortar geopolimer berbasis fly ash B sebaiknya menggunakan

NaOH 6 M dengan modulus akali 2-2,5 dengan mengasilkan kuat tekan

antara 5-6,83 MPa.

V.2 Saran

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh aktivator terhadap

kuat tekan untuk mengetahui karakteristik sifat mortar geopolimer dan

mendapatkan formula komposisi yang optimum.

48
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara kuat tekan

dengan fly ash yang berbeda untuk mengetahui karakteristik sifat mortar

geopolimer.

49
VI DAFTAR PUSTAKA

Acosta, D. 2009. Pemanfaatan Fly Ash (Abu Terbang) Dari Pembakaran Batu
Bara Pada Pltu Suralaya Sebagai Bahan Baku Pembuatan Refraktori Cor.
Adam, N. 2014. Pengaruh Penambahan Natrium Klorida (Nacl) Terhadap Waktu
Ikat, Kuat Tekan Mortar Dan Pasta. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Hasanudin, Makasar.
Apsari, D. N. P. & Wardhono, A. 2017. Pengaruh Penambahan Variasi Molaritas
Naoh Terhadap Kuat Tekan Dan Kuat Lekat Mortar Geopolymer Berbahan
Dasar Abu Terbang Pada Aplikasi Spesi Bata Merah. Rekayasa Teknik
Sipil, 2.
ASTM C 579 – 01. 2012. Standard Test Methods for Compressive Strength of
Chemical-Resistant Mortars,Grouts, Monolithic Surfacings, and Polymer
Concretes.
ASTM C 618-05. 2005. Standard Specification for Coal Fly Ash and Raw or
Calcined Natural Pozzolan for Use in Concrete
Atmaja, Dharma, I. G., Haryono & Eko. 2014. Analisis Landscape Capacity
Industri Semen Di Pulau Jawa. Universitas Gadjah Mada.
Azmy, U. 2017. Pengaruh Umur Curing Terhadap Kuat Tekan Mortar Geopolymer
Tanah Laterit Yang Mengandung Sodium Thiosulfate.
Badan Standardisasi Nasional. 2002. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-
68252002 Metode Pengujian Kekuatan Tekan Mortar Semen Portland
untuk Pekerjaan Sipil. Jakarta : Dewan Standardisasi Nasional
Badan Standardisasi Nasional. 2002. Standar Nasional Indonesia (SNI)
0328342002 Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal.
Jakarta : Dewan Standardisasi Nasional
Badan Standardisasi Nasional. 2002. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-4428-
1997 Metode uji bahan Plastis Pasir dengan setara pasir. Jakarta : Dewan
Standardisasi Nasional
Badan Standardisasi Nasional. 2002. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1968-
1990 Metode Pengujian Tentang Analisis Saringan Agregat Halus Dan
Kasar. Jakarta : Dewan Standardisasi Nasional
Badan Standardisasi Nasional. 2002. Standar Nasional Indonesia (SNI) 1973:2008
Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton.
Jakarta : Dewan Standardisasi Nasional

50
Badan Standardisasi Nasional. 2002. Standar Nasional Indonesia (SNI) 1971-2011
Cara Uji Kadar Air Total Agregat Dengan Pengeringan. Jakarta : Dewan
Standardisasi Nasional.
Balaguru, P., Kurtz, S. & Rudolph, J. 1997. Geopolymer For Repair And
Rehabilitation Of Reinforced Concrete Beams. St Quentin, France,
Geopolymer Institute, 5.
Chang, R. 2005. Kimia Dasar Konsep - Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1, Jakarta,
Erlangga.
Davidovits, J. Properties Of Geopolymer Cements. First International Conference
On Alkaline Cements And Concretes, 1994. Scientific Research Institute
On Binders And Materials Kiev State Technical University, Ukraine, 131-
149.
Ekaputri, J. J. & Triwulan, T. 2013. Sodium Sebagai Aktivator Fly Ash, Trass Dan
Lumpur Sidoarjo Dalam Beton Geopolimer. Journal Of Civil Engineering,
20, 1-10.
Hardjito, D., Wallah, S. E., Sumajouw, D. M. & Rangan, B. 2004. Factors
Influencing The Compressive Strength Of Fly Ash-Based Geopolymer
Concrete. Civil Engineering Dimension, 6, Pp. 88-93.
Jodjana, A., Djoewardi, A. C. & Hardjito, D. 2014. Pemanfaatan Campuran
Lumpur Sidoarjo Dan Fly Ash Dalam Pembuatan Mortar Geopolimer
Mutu Tinggi. Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil, 3.
Olivia, M. 2011. Durability Related Properties Of Low Calcium Fly Ash Based
Geopolymer Concrete. Curtin University.
Pacheco-Torgal, F., Castro-Gomes, J. & Jalali, S. 2008. Alkali-Activated Binders:
A Review: Part 1. Historical Background, Terminology, Reaction
Mechanisms And Hydration Products. Construction And Building
Materials, 22, 1305-1314.
Van Jaarsveld, J., Van Deventer, J. & Lukey, G. 2002. The Effect Of Composition
And Temperature On The Properties Of Fly Ash-And Kaolinite-Based
Geopolymers. Chemical Engineering Journal, 89, 63-73.
Wardani, S. P. R. 2008. Pemanfaatan Limbah Batubara (Fly Ash) Untuk
Stabilisasi Tanah Maupun Keperluan Teknik Sipil Lainnya Dalam
Mengurangi Pencemaran Lingkungan.
Wiyono, D., Vianthi, A. & Hardjito, D. 2012. Durabilitas Mortar Geopolymer
Berbasis Lumpur Sidoarjo. Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil, 1.

51
Yuwono, L. S. & Wardhono, A. 2017. Pengaruh Suhu Pemanasan Terhadap Kuat
Tekan Mortar Geopolymer Berbahan Dasar Abu Terbang Dengan
Molaritas 8 M Dan 10 M. Rekayasa Teknik Sipil, 3.

52
VII LAMPIRAN

53
54
1

Anda mungkin juga menyukai