Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDALUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap individu adalah unik dan memiliki perbedaan
b a i k d a r i s i f a t , k a r a k t e r , kecerdasan, maupun lainnya. Tidak ada dua
individu yang sama persis, tiap individu berbeda antara satu dengan yang
lainnya. Perbedaan pada individu merupakan suatukarunia dari Allah SWT
yang karena perbedaan tersebut dapat menghasilkan karakter d a n
kecerdasan luar biasa pada setiap individu. Oleh karena itu
s e b a g a i s e o r a n g pendidik, guru diharapkan mampu untuk mengenali dan
memahami perbedaan padasetiap sisa didiknya agar tahu bagaimana
cara untuk menangani setiap perbedaan t e r s e b u t k e a r a h y a n g
baik. Perbedaan individu penting untuk dipahami
karenakarakteristik individu ya n g berbeda seringkali
menimbulkan permasalahan
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana variasi individu menurut intelegensi?
2. Bagaimana variasi individu menurut gaya belajar?
3. Bagaimana variasi individu menurut kepribadian dan tempramen?
4. Bagaimana mengenai pendidikan multikultural?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui variasi individu menurut intelegensi
2. Untuk mengetahui variasi individu menurut gaya belajar
3. Untuk mengetahui variasi individu menurut kepribadian dan tempramen
4. Untuk mengetahui mengenai pendidikan multikultural

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. VARIASI INDIVIDU
Variasai individu sebagai mana kita ketahui setiap individu yang dilahirkan di
dunia ini memiliki perbedaan.dalam kemampuan potensial, gaya belajar,
kepribadian dan tempramen.
1. Intelegensi
Inteligensi berasal dari kata inteleg artinya pikiran.Binet dan Simon
mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan mengarahkan pikiran atau
tindakan, mengubah arah tindakan bila tindakan telah dilaksanakan, dan
mengkritik diri sendiri.Dengan inteleg orang dapat menimbang, menguraikan,
menghubungkan pengertian satu dengan yang lain, dan menari kesimpulan.1
Intelegensi menurut Ormrod (2009) bahwa intelegensi yaitu kemampuan
mengaplikasikan secara fleksibel pengetahuan dan pengalaman yang telah
diperoleh untuk menghadapi tugas-tugas baru yang lebih menantang. Individu
dikatakan berperilaku inteligen adalah apabila seseorang yang melakukan
sesuatu secara efektif dengan bantuan minimal atau bahkan tanpa bantuan
sama sekali dari orang lain disekitar mereka.
Sedangkan inteligensi menurut Santrock (2009) sebagai kemampuan
yang terampil dalam menyelesaikan masalah serta kemampuan untuk
menyesuaikan diri dan belajar dari pengalaman hidup. Penjelasan tersebut di
atas menunjukkan bahwa intelegensi sebagai kemampuan potensial individu
dalam menyesuaikan diri dan menyelesaikan masalah yang dihadapi sehari-
hari sesuai tugas perkembangannya.2

1
Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta :PT. Pustaka Insan
Madani,2012), hlm.81
2
Faizah, Ulifah Rahma, dan Yulierzar Perwira Dara, Psikologi Pendidikan (Aplikasi teori di
Indonesia), (Malang: Universitas Brawijaya Press, 2017), hlm. 96

2
Macam – macam konsep dasar inteligensi dalam memahami dan
mengembangan individu

a. Konsep Inteligensi ‘G’ dari Spearman


Spearman menyatakan bahwa setiap individu memiliki kemampuan
inteligensi umum ‘G’ dan intelegensi khusus ‘G ’.
Konsep ‘G’ (general/umum) menurut Spearman (Ormrod,2009)adalah
kemampuan bernalar yang sifatnya alamiah dan tunggal untuk
menyelesaikan berbagai tugas yang dihadapi. Psikolog komtemporer
menduga bahwa kemampuan umum ini melandasi pemrosesan informasi
yang berlangsung cepat dan efisien.
Selanjutnya konsep ‘s’ (spesifik/khusus)adalah kemampuan khusus
yang digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas spesifik.3
b. Konsep Fluid dan Crystal Intelligences dari Cattel
Pemrosesan informasi menurut Cattel (Ormrod, 2009)terdapat dua
komponen yang berbeda dari inteligensi umum. Fluid Intelligence
merupakan kemampuan memperoleh pengetahuan secara cepat dan dapat
beradaptasi secara efektif terhadap situasi baru. Fluid Intelligence ini
berkaitan dengan tugas-tugas yang lebih baru, khususnya tugas-tugas
yang membutuhkan pengambilan keputusan yang cepat dan bersifat non
verbal serta tergantung pada faktor-faktor biologis yang diturunkan.
Sedangkan crystal intelligensi yaitu akumulasi pengetahuan dan
keterampilan dari berbagai pengalaman, sekolah, lingkungan dan budaya.
Crystal intelligence lebih diperlukan untuk menangani tugas-tugas yang
sudah sering (rutin) dihadapi, khususnya yang sangat dipengaruhi oleh
bahasa dan pengetahuanyang sebelumnya telah dimiliki. Crystal

3
Ibid., hlm. 96

3
intelligence ini tergantung pada Fluid intelligence dan pengalaman,
sebagai akibatnya dipengaruhi oleh keturunan maupun lingkungan.4
c. Konsep Triarchic dari Sternberg
Sternberg (Santrock, 2009) menjelaskan bahwa intelligensi konsep
Triarchic terdiri dari 3 bentuk yaitu analitis, kreatif, dan praktis.
Intelligence analisis melibatkan kemampuan kritis mengahadapi tugas
dalam hal analisis, menilai dan mengevaluasi, membedakan dan
membandingkan. Sedangkan intelligence kreatif terdiri atas kemampuan
untuk menghasilkan karya dalam menciptakan, merancang, menemukan,
memulai, dan membayangkan. Intelligensi praktis menekankan
kemampuan untuk melaksanakan tugas yang dihadapi dengan cara
menggunakan, menerapkan, mengimplementasikan, dan mempraktikan.
Selain itu, Sternberg (Ormrod, 2009) menyatakan bahwaperilaku
inteligen melibatkan interaksi ketiga faktor yang bervariasi dari peristiwa
yang satu ke peristiwa yang lain :
1) Konteks lingkungan : peran konteks lingkungan agar dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan, memilih lingkungan yang
sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai keberhasilan.
2) Melibatkan pengalaman sebelumnya : bertujuan untuk menangani
situasi baru berdasar pengalaman yang diperoleh, dan dapat
menangani situasi sehari-hari secara cepat dan efisien.
3) Proses-proses kognitif yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
tugas. Untuk menafsirkan situasi baru, memilah informasi,
mengidentifikasi strategi pemecahan masalah secara
efektif,menggunakan umpan balik secara efektif, dan menerapkan
proses kognitif yang lainnya.5
d. Konsep Inteligensi Majemuk dari Gardner

4
Ibid., hlm. 97
5
Ibid., hlm 98

4
Gardner (Santrock, 2009) menyatakan bahwa individu memiliki
kemampuan yang berbeda-beda, yang relatif independen satu sama yang
lain. Inteligensi memiliki manifestasi yang berbeda-beda dalam budaya-
budaya yang berbeda. Contoh : individu memiliki kemampuan yang
sangat baik dalam mengelola musik, namun rata-rata dengan kemampuan
yang lain.
Dengan adanya perspektf Gardner memberikan pandangan bahwa
melakukan penilaiann terhadap individu tidak hanya berdasar pada salah
satu kemampuan saja, sehingga mendorong para pendidik untuk
menggunakan berbagai metode pengajaran sesuai dengan kemampuan
siswa yang beragam.6
Jenis-jenis konsep awal inteligensi Majemuk Gardner (Ormrod,
2009) dan (Santrock, 2009) :
1. Inteligensi bahasa atauverbal : kemampuan berpikir dengan
menggunakan bahasa secara efektif yang melibatkan adanya
kemampuan berargumentasi dan menulis secara persuasif
(pekerjaan contoh pembicara, penulis, jurnalis).
2. Inteligensi logika-matematika : kemampuan bernalar logis
matematis, yang melibatkan adanya kemampuan merumuskan dan
memecahkan soal matematis, serta dapat menguji hipotesis
(pekerjaan contoh ilmuan, akuntan).
3. Inteligensi spasial atau ruang : kemampuan memperhatikan detail
pada hal yang diamati, dibayangkan dan dimanipulasi berdasar pada
objek visual atau dapat berpikir tiga dimensi (pekerjaan contoh
arsitek, seniman).
4. Inteligensi musik : kemampuan menciptakan, memahami tangga
nada, lagu, ritme (pekerjaan contoh komposer, musisi).

6
Ibid., hlm. 98

5
5. Inteligensi kinestetik : kemampuan memanipulasi objek dan
menggunakan tubuh secara terampil (pekerjaan contoh atlet, penari).
6. Inteligensi intrapersonal : kemampuan untuk memahami dan dapat
berinteraksi dengan orang lain secara efektif (pekerjaan contoh ahli
kesehatan mental, guru yang berhasil).
7. Inteligensi naturalis : kemampuan mengamati dan
memahami sistem buatan manusia dan alam (pekerjaan contoh ahli
botani, ahli ekologi).7

2. Gaya berpikir dan belajar

Inteligensi merupakan kemampuan, sedangkan menurut Sternberg


(Santrock, 2009) gaya berpikir dan belajar sebagai cara yang disukai
seseorang untuk menggunakan kemampuannya. 8
a. Gaya Impuisif dan Reflektif
Dapat didefinisikan sebagai kecepatan memahami konsep, yang
melibatkan kecenderungan siswa untuk bertindak cepat dan impulsif,
sedangkan gaya reflektif siswa mengambil lebih banyak waktu untuk
merespon dan memikirkan sebuah konsep dalam menentukan ketepatan
jawaban (Kagan dalam Santrock, 2009). Siswa dengan gaya reflektif
memiliki kecenderungan untuk dapat menentukan tujuan belajar,
memiliki standar prestasi, dan pola belajarnya lebih efektif daripada siswa
dengan gaya impulsif. Namun kelemahan siswa reflektif selalu
merenungkan masalah dan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
tugas.
b. Gaya yang mendalam dan permukaan

7
Ibid., hlm. 99
8
Ibid., hlm. 99

6
Gaya ini menurut Marton, Hounsell, Entwstle (Santrock, 2009)
melibatkan sejauhmana siswa-siswa mempelajari materi pelajaran,
dengan cara membantu memahami arti materi secara mendalam (gaya
mendalam) sedangkan gaya permukaan hanya ditunjukan tentang apa
yang perlu dipelajari (gaya permukaan). Siswa yang menggunakan gaya
permukaan akan kesulitan dalam menghubungkan apa yang mereka
pelajari ke dalam kerangka konseptual yang lebih besar, karena siswa
dengan gaya permukaan cenderung belajarnya pasif. Sedangkan siswa
dengan gaya mendalam akan lebih mudah dalam membangun konsep apa
yang mereka pelajari.9
3. Kepribadian dan Temperamen

Kepribadian berdasarkan kesimpulan dari Santrock (2009) menekankan


pada pemikiran, emosi, dan perilaku yang menggambarkan bagaimana cara
individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sedangkan temperamen
merupakan gaya perilaku dan cara khas merespon seseorang.10
a. Kepribadian
Pandangan tentang kepribadian memiliki kompleksibiitas pemaknaan dari
berbagai tokoh, beberapa peneliti lepribadian telah mengidentifikasi ‘lima
besar’ faktor keprribadian yang disebut big five factors of personality.
Dimensi kepribadian ini meliputi terbuka (opennes), berhati-hati
(conscientiousness),ekstravesi (exstraversion), kebaikan (agreeableness),
dan neurotism (neurocitism). Sejumlah penelitian dari De Raad; Lee,
Ashton, & Shin; Mcrae&Costa (Santrock, 2009) mengedepankan faktor-
faktor ini sebagai dimensi kepribadian yang penting.
Kepribadian big five factors of personality ini menurut konsep
interaksi individu- situasi (person-situation interaction) bahwa

9
Ibid., hlm. 100
10
Ibid., hlm. 100

7
karakteristik kepribadian seseorang tidak hanya dilihat dari sifat tertentu,
namun dapat dipengaruhi oleh adanya keterlibatan situasi. Peneliti Ickes,
Snyder, &Garcia (Santrock, 2009) bahwa para siswa kecenderungan
memilih untuk berada dalam situasi tertentu dan menghindari situasi
lainnya. Contoh : siswa introvert dan ekstrovert, dalam kajian interaktif
individu-situasi bahwa siswa ekstrovert aka beradaptasi dengan sangat
baik ketika berkolaborasi dengan orang lain dan siswa introvert akan
dapat menyesuaikan diri dengan sangat baik ketika diminta melakukan
tugas secara independen. Sehingga dengan konsep ini setiap kepribadian
sangat terkait dengan situasi yang terlibat.11
b. Temperamen
Temperamen yang ditunjukkan oleh siswa dapat berbeda-beda yang
ditunjukan dengan cara khas mereka dalam merespon seseorang. Contoh :
ada siswa yang aktif dan pasif, ada yang cerewet dan ada mudah resah.
Klasifikasi temperamen yang paling terkenal disampaikan oleh Chess &
Thomas (Santrock, 2009) terdiri dari 3 kelompok temperamen, yaitu :
1). Anak yang mudah (Easy child)
Pada umumnya berada dalam hati yang positif, dengan cepat
membentuk rutinitas tetap dan mudah menyesuaikan diri dengan
pengalaman yang baru.
2). Anak yang sulit (Difficult child)
Bereaksi secara negatif dan sering menangis, terlibat dalam rutinitas
yang tidak tetap, dan lamban dalam menerima perubahan.
3). Anak yang lamban (slow-to-warm-up-child)
Mempunyai aktivitas yang rendah, agak negatif, dan menunjukan
intensitas suasana hati yang rendah. 12

11
Ibid., hlm. 101
12
Ibid., hlm. 102

8
B. PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Kata ethnic berasal dari kata Yunani yang berarti “bangsa”, sehingga
etnisitas (ethnicity) adalah pola umum karakteristik seperti warisan kultural,
nasionalitas, ras, agama, dan bahasa13 etnis atau suku bangsa adalah suatu
golongan manusia yang anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya
dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap
sama.
sesuatu hal yang terkait dengan kebudayaan kelompok tertentu serta
kebiasaan mereka yang meliputi kepercayaan, tradisi, dan sebagainya atau
hal-hal yang berkaitan dengan seni rupa
Kultur adalah pola perilaku, keyakinan dan semua produk dari
kelompok orang tertentu yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
lainnya sedangkan Edward B. Taylor mengatakan bahwa kebudayaan adalah
kompleks dari keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, adat
istiadat dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang dimiliki oleh manusia
sebagai anggota suatu masyarakat 14
Multikulturalisme mengandung dua pengertian yang sangat kompleks
yaitu ”multi” yang berarti plural, ”kulturalisme” berisi pengertian budaya.
Istilah plural mengandung arti yang berjenis-jenis, karena pluralisme bukan
berarti sekedar pengakuan akan adanya hal-hal yang berjenis-jenis, tetapi juga
pengakuan tersebut mempunyai implikasi-implikasi politis, sosial, dan
ekonomi. Oleh sebab itu, pluralisme berkaitan dengan prinsip-prinsip
demokrasi dalam tata dunia atau masyarakat yang etis.
Pendidikan multikultural adalah “ bidang studi yang didisain untuk
meningkatkan kesetaraan pendidikan bagi seluruh siswa” (Banks & Bank,

13
Santrock, J. W, Psikologi Pendidikan, edisi Kedua, ( Jakarta: Kencana,2007)
hal 177
14
Liliweri, A, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. (Jogjakarta: Pustaka
pelajar, 2003), hlm 107

9
1995,xii). Pendidikan multikultural adalah respons terhadap meningkatnya
keanekaragaman populasi sekolah mapun tubtunan yang semakin tinggi akan
kesetaraan untuk semua kelompok. Meskipun penelaahan terhadap berbagai
pendekatan pendidikan multikultural kiranya berada di luar cakupan teks
psikologi pendidikan
Pendidikan multikultural merupakan proses pengembangan sikap dan
tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran, pelatihan, proses, perbuatan, dan cara-cara
mendidik yang menghargai pluralitas dan heterogenitas secara humanistik.
Pendidikan multikultural mengandung arti bahwa proses pendidikan yang
diimplementasikan pada kegiatan pembelajaran di satuan pendidikan selalu
mengutamakan unsur perbedaan sebagai hal yang biasa, sebagai implikasinya
pendidikan multikultural membawa peserta didik untuk terbiasa dan tidak
mempermasalahkan adanya perbedaan secara prinsip untuk bergaul dan
berteman dengan siapa saja tanpa membedakan latar belakang budaya, suku
bangsa, agama, ras, maupun adat istiadat yang ada.15

15
Anita woolfolk, educational psychology, (Yogyakarta : pustaka pelajar,2009), hlm 239

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Menurut ormrod bahwa perbedaan antar individu terjadi sebagai hasil
interaksi antara pengaruh keturunan dan lingkungan secara simultan, yang
akhirnya menghasilkan invidu yang bervariasi
Dan diharapkan setiap individu mampu hidup dan berkembang dengan
banyaknya variasi individu serta hidup rukun didalamnya

11
DAFTAR PUSTAKA

Faizah, Ulifah Rahma, dan Yulierzar Perwira Dara. 2017. Psikologi Pendidikan
Aplikasi teori di Indonesia. Malang: Universitas Brawijaya Press

Latipah, Eva. 2012. Pengantar Psikologi Pendidikan. Yogyakarta :PT. Pustaka Insan
Madani

Liliwer. 2003. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Jogjakarta: Pustaka pelajar

Santrock. 2007. Psikologi Pendidikan, edisi Kedua. Jakarta: Kencana

woolfolk, Anita. 2009. educational psychology. Yogyakarta : pustaka pelajar

12

Anda mungkin juga menyukai