Ulkus
Pasien Peptikus Rasa tidak enak diperut
UGD
Luka akibat terkena Apendikitis
tembakan Demam
Kelemahan
P3
Penurunan keasadaran
Diare
Primary Surevei
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Chin lift
Pemberian terapi oksigen Periksa tingkat
Jaw thrust Control
kesadaran (GCS)
perdarahn
Intubasi ebdotracheal Periksa adanya
Mempertahnkan
lateralisasi (pupil
voume darah
anisokor dan motoric
Pencegahan yang lebih lemah satu
Exposure sisi)
infeksi
Kesadaran, kegelisahan, Nyeri tekan, nyeri lepas, Nyeri ketok, pekak pada Perhatikan perubahan
kesakita, posisi berbaring. perhatikan daerah inguinal hepar yang bising usus, pada
dan femoral, pada meninggi/letak organ trauma abdomen bising
peritonitis, apendikitis, yang tidak pada usus menurun
trauma abdomen tempatnya
Nyeri yang dilaporkan (skala Kaji sifat, lokasi dan Kemerahan (skala 5) Kaji adanya tanda-tanda
5) progresivitas nyeri dan catat infeksi
Cairan (luka) yang berbau
Mengerang dan menangis Berikan posisi senyaman busuk (skala 5) Perawatan luka dengan
(skala 5) mungkin tehnik aseptic
Demam (skala 5)
Ekspresi nyeri wajah (skala Observasi tanda-tanda vital Kolaborasi dalam
Nyeri (skala 5) pemberian antibiotic
5)
Catat nyeri tekan, nyeri
lepas, gerakan melindungi Malaise (skala 5) Kolaborasi dalam
Ketegangan otot (skala 5)
Peningkatan jumlah sel pemberian LED dan lekosit
Frekuensi nafas normal Kolaborasi dalam
pemberian analgesic, darah putih (skala 5)
Denyut nadi normal spasmolitik, antibiotik
TRIAGE
P1 : P2 : P3 P4
Perubahan pada frekuensi Batuk Perlu penanganan Pasien meninggal
pernapasan terkadang Pasien memegang seperti pelayanan biasa
baik/menurun leher tidak perlu segera,
Gelisah hingga mengalami Gerakan dada waktu tunggu 30 menit,
penurunan kesadaran ritmik pasien biasanya
Pasien tidak dapat Penurunan mampu berjalan
berbicara tekanan darah Ex: luka-luka ringan
SPO2 sianosis
PRIMARY SURVEY
Tindakan:
Tindakan : Melakukan pemeriksaan AVPU
Cek SPO2 normalnya <95%, D (Disability) 1. Alert : pasien sadar penuuh
pemberian oksigen sesuai C teratasi Obstruksi total 2. Verbal: Pasien berespon terhadap suara
tanda gejala: tersedak benda asing 3. Pain: Pasien berespon terhadap stimulasi
dengan indikasi pasien, lanjut D nyeri
pemberian cairan infus (makanan): pasien gelisah hingga 4. Unresponsive : Pasien sama sekali tidak
mengalami penurunan kesadaran berespon
Melihat tanda laserasi : pupil anisokor
Lakukan pemeriksaan Ample :
A : tidak ada alergi makanan/obat
D teratasi lanjut E
M : O2 2 liter/menit, Deksametason IV 3x1 mg dan
Cefotaxime IV 2x500mg
E (Exposure): P : tidak dijelaskan dikasus pasien memiliki riwayat
penyakit apa
Memeriksa mulai dari kepala, Secondary Survey ANAMNESA
cervical, thorax, abdomen, L : tidak dijelaskan dikasus kapan pasien makan terakhir
ekstremitas, log roll E : pada tanggal 8 agustus 2006, pasien memasukkan batu
ke hidung, tidak ada orang lain yang melihat apa yang
dimasukkan, orang tua pasien baru mengetahui ada sesuatu
yang masuk ketika tiba-tiba pasien tercekik, sempat tidak
bisa bernafas
Pemfis :
I: px sianosis, gerakan dada ritmik, px memegang Pemeriksaan penunjang: Penatalaksanaan :
leher,px tdk dpt bicara,px batuk 1. radiologi 1. Perasat Heimlich
P:melihat adanya benjolan, cek TTV 2. pemeriksaan faal paru (Heimlich Maneuver)
3. pemeriksaan gas darah 2. Trakeatomi
P: sonor kanan-kiri
3. Intubasi
A: adanya suara nafas tambahan
RPD: RPS:
1. Asma bronkial 1. Nyeri dada
2. Varises osefagus 2. Batuk di sertai sesak nafas
3. Laringitis adanya edema pada laring
4. PPOK 3. Benda asing
5. Laringokeal yang besar 4. Tumor kista laring
6. Kaji riwayat perokok 5. Trauma daerah larin
7. Kaji riwayat paru sebelumnya
Diagnosa Medis
Obstruksi Jalan Napas
NOC
DIAGNOSA KEPERAWATAN 1.Frekuensi nafas yang efektif dan perbaikan pertukaran gas pada paru
1 Ketidakefektifan bersihan jalan 2.Menyatakan faktor penyebab dan cara adaptif mengatasi faktor-faktor tersebut
nafas
NIC
2. Ketidak eektifan pola napas
1.Monitor frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan
2.Posisikan klien dada posisi semi fowler
3.Alihkan perhatian individu dari pemikiran tentang keadaan ansietas dan ajarkan cara
bernafas efektif
4.Minimalkan distensi gaster
5.Kaji pernafasan selama tidur
6.Yakinkan klien dan beri dukungan saat dipsnea
NOC:
1. Respon alergik: sistemik; tingkat keparahan respon imun hipersensitif sistemik terhadap antigen tertentu dari lingkungan
2. Respon ventilasi mekanis: orang dewasa; pertukaran alveolar dan perfusi jaringan yang dibantu oleh ventilasi mekanis
3. Respon penyapihan ventilasi mekanis: orang dewasa; penyesuaian system pernapasan dan fisiologi terhadap proses pelepasan
dari ventilasi mekanis secara bertahap
4. Status pernapasan: kepatenan jalan napas; jalur napas trakeobronkial bersih dan terbuka untuk pertukaran gas
5. Status respirasi: ventilasi; pergerakan udara kedalam dan keluar paru
6. Status tanda vital; TTV dalam rentang normal
NIC
1. pantau adanya pucat dan sianosis
2. pantau efek obat pada status pernapasan
3. tentukan lokasi dan luasnya krepitasi disangkar iga
4. kaji kebutuhan insersi jalan napas
5. observasi dan dokumentasikan ekspansi dada bilateral pada pasien yang terpasang ventilator
6. pemantauan pernapasan:
a. pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernapasan
b. perhatikan pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot-otot bantu, serta retraksi otot supraklavikuler dan interkosta
c. pentau pernapasan yang berbunyi, seperti mendengkur
d. pantau pola pernapasan
e. perhatikan lokasi trakea
f. auskultasi suara napas
g. pantau peningkatan kegelisahan
h. catat perubahan pada SaO2, SvO2, CO2, akhir tidal dan nila GDA jika perlu
ALGORITMA GADAR IMA
Pasien IMA
Pemfis (khusus):
KELOMPOK 8 :
2. Fajar Bagaskara
P1 P2 P3
Primary Survey
A B C D
Look, Listen & Feel Menghitung RR Mengenali tanda syok Nilai kesadaran dg
(nadi lemah & cepat, AVPU
sianosis, akral dingin,
CRT > 2dtk, tek.darah
Memeriksa adanya Jika tidak adekuat menurun
obstruksi jln nafas lakukan napas buatan
(mouth to mouth,
mouth to pocket mask)
Pasang IV line 2 jalur
Buka jln nafas dg head til dg cairan kristaloid
chin left, oropharingeal,
nasopharingeal, intubasi,
krikotiroidotomi.
1. DPL / USG +
2. Trauma tumpul dg
Ya Balut tekan OK perdarahan keluar dr
lambung rektum
3. Peritonitis
E
4. Trauma tumpul dg
Terdapat perdarahan hipotensi
Secondary Survey
NIC
a. Kaji karakteristik nyeri a. Kaji perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan
R/ mengetahui tingkat nyeri klien keterampilanyang berhasil pada waktu lalu
b. Beri posisi semi fowler R/ koping yang baik akan mengurangi ansietas klien
R/ mengurangi kontraksi abdomen b. Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan
rasa takut dan berikan penanganan
c. Anjurkan teknik menejemen nyeri seperti
R/ mengetahui ansietas, rasa takut klien bisa mengidentifikasi
distraksi
masalah dan untuk memberikan penjelasan kepada klien
R/ membantu mengurangi rasa nyeri dengan c. Jelaskan prosedur dan tindakan dan beri penguatan penjelasan
mengalihkan perhatian mengenai penyakit
d. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai R/ apabila klien tahu tentang prosedur dan tindakan yang akan
indikasi dilakukan, klien mengerti dan diharapkan ansietas berkurang
R/ analgesik membantu mengurangi rasa nyeri d. Pertahankan lingkungan yang tenang dan tanpa stress
e. Manajemen lingkungan yang nyaman R/ lingkungan yang nyaman dapat membuat klien nyaman dalam
R/ lingkungan yang nyaman dapat menghadapi situasi
memberikan rasa nyaman klien e. Dorong dan dukungan orang terdekat
R/ memotifikasi klien
Px Datang IGD
DDATABF==
TRAUMA DADA
B
Dengarkan suara Posisi long spine board Servical colar
Ventilasi Mekanis
TD sistolik jika nadi teraba di:
C Cek nadi
Radialis: 80 mmHg
Femoralis: 70 mmHg
Carotis: 60 mmHg
Pemaparan
V Risiko hipoglikemia Cek gula darah Hipoglikemia berat Dektrose 50%
A 1. Rontgen Dada
M 2. Echnocardiogram Kontrol Lingkungan
3. FAST (Focused
P Assessment Sonography
L in Trauma) 1. Lindungi dari hipotermi
E 4. Sinar X-Ray Thoraks
2. Pertahankan / kembalikan suhu
5. Blood Gas Analysis
6. Pantau EKG normal
3. Gunakan lampu pemanas, selimut,
pelindung kepala, system penghangat
udara, dan berikan cairan IV hangat
1. Nilai ulang px secara regular dan teratur untuk
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Pola Napas
5. Ketidakefektifan Pola Napas
berhubungan dengan
6. Nyeri Akut
Hiperventilasi
7. Kekurangan Volume Cairan
Primary survei
Stabilkan Leher Tahan kepala dan leher pada Servical
colar O2 tambahan volume tidak cukup
posisi netral
Hitung RR masker non rebereather
Kondisi respirasi
Ya Tidak Chin lift / manuver
modifed jaw trust
1. Nasofaring
2. Orofaringeal
3. LMA Alat bantu Intubasi trakea:
4. Pipa Trakea pertukaran udara Ventilator
5. Combitube / : BVM mekanis
cricothyrotomy
Secondary Survey
Anamnesa
Pemeriksaan penunjang
Relaksasi otot : digunakan
- X-ray untuk mengatasi spasme otot
- MRI Penatalaksanaan di IGD (Metaxolone, Methacarbamol,
- Mylogram Chorzazone)
- Elektromiograf Kortikosteroid oral
Analgetik & NSID
Analgetik adjuvant : dipakai
pada HNP kronis
Opioid
Antianxietas : Diazepam
Stroke iskemik Stroke hemoragic
- Nyeri kepala hebat
- Hemiparasis. mendadak.
- Disatria - Gangguan lihatan.
- Disfagia - Kelainan saraf otak.
Pasien masuk IGD - Pusing - Penurunan kesadaran.
- Retinopati - Resiko kejang
Trombosis serebral
pusing, perubahan kognitif, atau Hipertensi, riwayat stroke 1. Nyeri kepala
kejang.
sebelumnya, diabetes 2. Mual
Embolisme serebralembolisme 3. Muntah
Afasia, kehilangan kesadaran. mellitus, penyakit
4. Kejang sampai tidak sadar
Iskemia sereebral jantung,anemia, riwayat
Hemoragi serebral
5. kelumpuhan separuh badan
trauma kepala, kontrasepsi 6. gangguan fungsi otak yang
- Hemoragi ekstradural
Robekan arteri tengah dan arteri oral yang lama, penggunaan lain.
meninges lain. obat-obatan anti koagulan, 7. latargi, tidak responsif, dan
- Hemorogi subaraknoid koma.
kebocoran aneurisme. aspirin, vasodilator.
TRIASE
Manifestasi klinis
PRIMARY SURVEY
A Paten, lanjut B Paten, lanjut C Paten, lanjut DPaten, lanjut
PENATALAKSANAAN PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN
- Bebaskan jalan nafas dengan - Berikan terapi oksigen sesuai PENATALAKSANAAN
cara head tilt chin lift atau indikasi. - Pasang infus, dan pertahankan
dengan cara jaw thrust. - Lakukan pemeriksaan patensi infus yang sudah dipasang
- Oropharingeal airwayatau - Pengkajian GCS/ AVPU
oksimetri. oleh pelayanan medik
- Lakukan Pengkajian Fungsi
bisa dengan set intubasi, bila kedaruratan. Serebral meliputi: Status Mental,
intubai gagal lakukan - Lakukan pemasangan kateter pada fungsi intelektual, Kemampuan
krikotiroidotomi. pasien yang tidak sadar. Bahasa, Lobus Frontal, Hemisfer.
- Lakukan suction bila perlu - Berikan TPA (tissue - Pengkajian sistem motorik.
- Pemeriksaan Refleks Profunda.
plasminogen activator). - Pemeriksaan Refleks Patologis.
- Observasi peningkatan TIK.
Pemberian TPA.
- Usia > 18 tahun.
- Awitan gejala < 3 jam.
komplikasi - Dosis : 0,9 mg/kg BB IV dosis maksimal Lakukan kembali pemeriksaan EXPOSURE
90 mg. head to toe (kepala sampai
10%= IV selama 1 menit, sisa= 60 kaki)
menit.
- Ttv 15 menit/ 2 jam.
- Diazepam 10 mg iv
3. motorik respon 2. verbal respon Pemeriksaan tingkat kesadaran: Sc
pelan, dapat ditambah
hingga kejang Menurut perintah (6) Berorientasi baik (5) 1. Eye Open ore:
berhenti. Dapat melokalisir rangsang sensorik di Bingung (bisa membentuk kalimat tapi Spontan membuka
kulit (5) Mata 4
- Phenitoin bolus 10-18 arti keseluruhan kacau) (4)
Menolak rangsang nyeri pada anggota
Bisa membentuk kata tapi tidak bisa Terhadap suara
mg/kgBB encerkan gerak (4) 3
Menjauhi rangsang nyeri (3) membentuk kalimat (3) membuka mata
dengan aqua streril 20 Bisa mengeluarkan suara tapi tidak Terhadap nyeri
Ekstensi spontan (2) 2
ml iv pelan, dilanjut 8 Tidak ada gerakan (1) ada arti (2) membuka mata
mg/kgBB. Suara tidak ada (1) Menutup mata segala 1
jenis rangsang
SECONDARY SURVEY ANAMNESA
B2 (Blood)
60 menit. syok hipovolemik, tekanan darah >
Pemasangan alat-alat monitoring 200 mmHg.
= 3 jam.
B3 (Brain)
Akan tetapi bagian yang paling Sakit kepala hebat, penurunan kesadaran.
penting dalam rencana ini adalah
perawat yang akan
mengimplementasikannya. B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami
inkontinensia urine
B5 (Bowel)
kesulitan menelan, nafsu makan menurun,
mual, muntah.
B6 (Bone)
NOC NIC gangguan kontrol otor volunter pada salah
satu sisi tubuh d pat menunjukkan
kerusakan pada neuron motor atas pada
klien tidak gelisah, klien tidak Kaji factor penyebab dari situasi/keadaan sisi yang berlawanan dari otak.
individu/penyebab koma/penurunan perfusi jaringan dan
mengeluh nyeri kepala,mual mual
kemungkinan penyebab peningkatan TIK.
dan muntah, GCS :4,5,6, tidak Monitor tanda tanda vital tiuap 4 jam.
Pengkajian fungsi serebral
terdapat papiledema, TTV dalam Evaluasi pupil
Saraf I olfaktorius.
Monitor temperature dan pengaturan suhu lingkungan.
batas normal. SarafII optikus.
Pertahankan kepal/leher pada posisi yang netral, usahakan Disfungsi persepsi visual karena
dengan sedikit bantal. Hindari penggunaan bantal yang gangguan jaras sensori primer di
tinggi pada kepala. antara mata dan korteks visual.
Berikan periode istirahat antara tindakan perawatan dan Saraf III, IV, dan VI.
batasi lamanya prosedur. sisi otot-otot okularis
didapatkan penurunan
Observasi tingkat kesadaran dengan GCS kemampuan.
Monitor hasil laboratorium sesuai dengan indikasi Saraf V.
seperti protrombin, LED penurunan kemampuan
koordinasi geraka megunyah
Kolaborasi
Saraf VII.
otot wajah tertarik ke bagian sisi
Pemberian O2 sesuai indikasi
yang sehat
Berikan cairan intravena sesuai dengan yang
Saraf VIII
diindikasikan
Saraf XI.
Saraf XII
terdapat deviasi pada satu sisi
Angiografi serebral
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskular.
Lumbal pungsi
bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan adanya hemoragi pada subaraknoid/ TIK.
Peningkatan jumlah protein proses inflamasi.
CT scan
hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
MRI
area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
USG Doppler
adanya penakit arteriovena
EEG
Dampak dari jaringan yang infark.
Pasien Luka Bakar
PRIMARY SURVEY
Tanda dan gejala
Kulit memerah Melepuh Luka bakar berwarna putih bahkan hitam seperti
Menjadi putih bila ditekan Kulit berwarna merah daging
Sedikit bengkak dan lunak Epidermis retak Kulit retak dengan bagian lemak yang nampak
Nyeri tekan dan sakit Nyeri hebat karena kerusakan saraf Edema
Kesemutan Nadi ↑, RR ↑ Tidak terdjadi rasa nyeri, karena saraf sudah rusak
Rasa nyeri mereda bila didinginkan Permukaan luka basah Bila mengenai seluruh wajah z; edema laring
Tidak terjadi ↓ kesadaran Edema Terjadi ↓ kesadaran: lidah jatuh kebawah
(terjadi karena sengatan matahari, Sensitif terhadap udara yang dingin Syok hipovolemik, sianosis
terkena api dengan intensitas Tidak terjadi ↓ kesadaran (terjadi karena terbakar nyala api, cairan mendidih
rendah) (terjadi karena tersiram air mendidih, dalam waktu lama, tersengat arus lietrik, atau karena
terbakar oleh nyala api) inhalasi)
Derajat 3 Derajat 2 & 1 Derajat 2 Derajat 3 & 1 Derajat 3 Derajat 2 & 1 Derajat 3 Derajat 2 & 1 Derajat 3 Derajat 2
&1
↓ kesadaran
Edema laring Airway Paten Derajat 3
Lidah jatuh ke Tidak bisa diobservasi
Disability Paten Tidak Lebih
belakang Tanda: karena terjadi ↓ Tanda: Cukup
parah dari
Luka bakar Nyeri hebat karena kesadaran Syok hipovolemik irigasi
dengan derajat 3
karena inhalasi kerusakan saraf : ↑ Edema
RR Terjadi perdarahan air ± 20 Cek Lebih parah
banyak : luka bakar menit AVPU
berwarna putih
seperti daging
sianosis
Tindakannya: Tindakannya: Tindakannya: Tindakannya: Tanda: Tanda:
Lepaskan pakaian, Berika O2 100% Tetap berika O2 Berika cairan sesuai Luka bakar Kulit melepuh dan
sepatu, atau seua atau pasang 100% untuk BB, sesuai dengan berwarna putih memerah
bahan yang ventilator mencegah adanya rumus: bahkan hitam Terdapat nyeri tekan
terkontaminasi dengan komplikasi Tidak terjadi
sumber luka bakar nyeri tekan,
Paang endotrakeal tube % luka bakar x BB x 4 karena saraf
atau trakeostomi sudah hilang Lakukan balut bidai
Lanjut ke tetapi tidak diatas luka
RUMUS
& berikan agen-agen
Circulation Hari 1 : separuh diberikan BAXTER
analgesik
dalam 8 jam, separuhnya
Lanjut Ke Breathing
dalam 16 jam selanjutnya Berikan agen-
Hari 2 : ½ dari hari ke 1 agen analgesik
% luka bakar x BB x 1 cc
Hari 3 : ½ dari hari ke 2
Nacl/ Laruran Koloid
Lanjut Ke Disability
Exposure Paten
SECONDARY SURVEY ANAMNESA Biodata
Keluhan utama
RPS
RPD
Keadaan Umum RPK
PEMFIS
TTV Pola ADL
PENGKAJIAN
Pemeriksaan kepala dan leher Riwayat psikososial
(kepala dan rambut, mata, Sirkiulasi
Bagian tubuh mana yang terkena luka bakar? hidung, mulut, telinga, leher) Integritas ego
Pemeriksaan thorax/dada Eliminasi
Berapa lama kontak dengan bahan yang membakar?
Abdomen Makanan/cairan
Bagaimana luka bakar terjadi? Urogenital Neurosensori
Muskuloskeletal Nyeri/kenyamanan
Lokasi yang menyebabkan terjadinya luka bakar Pemeriksaan neurologi Pernafasan
(misalnya : ruang tertutup)
Pemeriksaan kulit keamanan
Luas dan kedalaman luka bakar (% luas yang terbakar)
RPD RPD
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Rawat inap semua pasien dengan luka bakar >10% permukaan
1. LED : mengkaji hemokonsentrasi
2. Elektrolit serum : mendeteksi ketidakseimbangan cairan
tubuh; yang meliputi wajah, tangan, kaki, perineum, melewati sendi;
3. Gas Darah Arteri (GDA) & sinar X : mengkaji fungsi pulmonal, luka bakar yang melingkar dan yang tidak bisa berobat jalan.
khususnya pada cedera inhalasi asap Periksa apakah pasien mengalami cedera saluran respiratorik
4. BUN & kreatin : mengkaji fungsi ginjal karena menghirup asap (napas mengorok, bulu hidung terbakar),
5. Urinalisis : menunjukkan mioglobin & hemokromogen o Luka bakar wajah yang berat atau trauma inhalasi mungkin
menandakan kerusakan otot polos luka bakar ketebalan penuh & memerlukan intubasi, trakeostomi
luas o Jika terdapat bukti ada distres pernapasan, beri oksigen
6. Bronkoskopi : membantu memastikan cedera inhalasi asap Resusitasi cairan (diperlukan untuk luka bakar permukaan tubuh >
7. Koagulasi : memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat 10%). Gunakan larutan Ringer laktat dengan glukosa 5%, larutan
menurun pada luka bakar masif garam normal dengan glukosa 5%, atau setengah garam normal
8. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi dengan glukosa 5%.
Kulit memerah Melepuh Luka bakar berwarna putih bahkan hitam seperti
Menjadi putih bila ditekan Kulit berwarna merah daging
Sedikit bengkak dan lunak Epidermis retak Kulit retak dengan bagian lemak yang nampak
Nyeri tekan dan sakit Nyeri hebat karena kerusakan saraf Edema
Kesemutan Nadi ↑, RR ↑ Tidak terdjadi rasa nyeri, karena saraf sudah rusak
Rasa nyeri mereda bila didinginkan Permukaan luka basah Bila mengenai seluruh wajah z; edema laring
Tidak terjadi ↓ kesadaran Edema Terjadi ↓ kesadaran: lidah jatuh kebawah
Sensitif terhadap udara yang dingin Syok hipovolemik, sianosis
Tidak terjadi ↓ kesadaran
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NYERI AKUT
NIC :
NOC :
1. Manajemen nyeri :
1. Tidak menunjukkan ekspresi nyeri pada
wajah Teknik relaksasi
2. Tidak merintih kesakitan Pengaturan posisi
3. Skala nyeri 1-3 Kompres dingin / irigasi
4. Mampu mengenali nyeri 2. Pemberian analgesik
5. Mampu menggunakan tindakan pencegahan
NIC :
NOC :
1. Perawatan luka :
1. Terjadi pembentukan jaringan parut
Debridemen pada lukabakar derajat 3
2. Tidak ada lepuh atau maserasi pada kulit
2. Pemberian obat :n
3. Eritema kulit atau disekitar minimal
Analgesik
4. Terjadi penyatuan kulit
Antibiotik
PRIMARY SURVEY
1. Nafas cepat, dangkal, tersendat 1. Sakit pada paha dan pangkal paha
2. Nyeri tajam pada daerah fraktur yang 1. Sakit (nyeri)
2. Tidak dapat berdiri
bertambah ketika nafas dan batuk 2. Lemah 3. Lemah
3. Jika ada luka terbuka di atas fraktur 3. Edema 4. Memar dilipat paha dan kantong buah
dapat terdengar suara udara yang 4. Lebam zakar
diisap masuk ke dalam rongga dada 5. Kehiangan fungsi
4. Gejala perdarahan dalam dan syok 6. Terdapat perubahan bentuk
7. Perdarahan jika ada luka
8. Syok hipovolemik
9. Luka terbuka
10. Perih pada tulang yang menonjol
Gambaran secara umum pasien fraktur yang ada di IGD
1. Aspirasi
2. Obstruksi jalan nafas
3. Nyeri
4. Edema
P1
5. Memar atau ekimosis
6. Spasme otot
7. Perdarahan
8. Penurunan sensasi
9. Krepitus
P2
10. Denyut atau pulsasi bagian distal menghilang
11. Hipertensi/hipotensi
12. Takikardi
13. Syok hipovolemi P1
14. CRT ˃2 dtk
15. Pucat
16. Nafas dangkal/cepat
17. Suara nafas ronchi
18. Akral dingin
19. Sianosis
20. Hilang kesadaran
21. Kehilangan fungsi
A B C D E
Jika ada sumbatan /obstruksi jalan nafas
Tahan kepala dan leher Respirasi tidak efektif Bag Valve mask
pada posisi netral PERHATIAN
1. Pertahankan posisi pipa
Cervical collar Pertahankan jalan nafas efektif Intubasi trakea trakea
2. Pasien terintubasi:
Long supine board Trauma toraks Ventilator mekanis pastikan posisi pipa
benar, verifikasi ulang
bila dibutuhkan
Dengarkan suara spontan Tutup luka dada selama
3. Perhatikan gerakan
proses pengisapan
simetris naik turunnya
dinding dada
4. Auskultasi daerah perut
ADA TIDAK dan paru-paru
5. Perhatikan saturasi
Turunkan tekanan Stabilisasi bagian- oksigen melalui
Buka jalan nafas dengan pneumotoraks bagian yang fail
polseoximeter
chin lift/manuver modified
jaw thrust
Masukkan pipa
Pertahankan jalan nafas
dada
A
M
FULL SET OF VITAL SIGN P
Pasien mungkin mengalami trauma dada FIVE INTERVENSION
1. Pasang Monitor jantung HEAD TO TOE E
harus dicatat denyut nadi radial dan
2. Pasang nasogastrik tube/orogastrik
apikalnya; nilai TD pada kedua lengan, suhu, tube (jika ada indikasi) L
saturasi oksigen 3. Pasang folley kateter (jika ada
indikasi
4. Pemeriksaan laboratorium
RPD RPS
1. ICU
(Untuk menjaga kestabilan
hemodinamik)
2. OK Pemeriksaan Penunjang
3. ORIF (Open Reduction and Internal 1. Rontgen (menentukan lokasi/luasnya fraktur)
Fixation) 2. Scan tulang, tomografi, CT scan/MRI (memperlihatkan fraktur, mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak)
4. OREF (Open Reduction and External 3. Arteriogram (dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai)
Fixation) 4. Hitung darah lengkap (peningkatan SDP adalah respon stres normal pasca trauma)
5. Kreatinin
6. Profil koagulasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
Cairan dan Elektrolit
1. Kekurangan volume cairan NOC
2. Nyeri 1. Asupan dan haluaran adekuat
3. Syok hipovolemik 2. Dapat mempertahankan keseimbangan elektrolit
4. Resiko infeksi NIC
5. Gangguan mobilitas fisik 1. Pantau TD, frekuensi jantung, tekanan vena sentral,
6. Kerusakan integritas kulit tekanan kapiler pulmonalis, cairan IV
2. Pertimbangkan kehilangan cairan yang tidak disadari
dan nilai haluaran
3. Pantau nilai lab
4. Ganti elektrolit parenteral
5. Pantau EKG
Kelompok 6:
1. Saskia Widutami (15.145)
2. Yusmi Wahdaniyah (15.117)
3. Anisah Bela Herzi Y. (15.089)
4. Fania Elsa F. (15.120)
5. Bayu Ajie Santoso (15.065)
- Mengeluh tertahan BAK atau kencing keluar sedikit sedikit.
- Tampak benjolan pada perut sebelah bawah dengan disertai
nyeri yang hebat
- Terlihat batu di meatus uretra eksternum
- Terlihat fistel atau abses di uretra.
- Terlihat darah keluar dari uretra akibat cedera uretra.
- Pemeriksaan foto polos perut menunjukkan bayangan buli buli
penuh, terlihat bayangan batu opak di uretra atau buli buli.
- Pemeriksaan uretrografi tampak adanya struktur uretra dari
suatu trauma uretra.
- Supra vesikal berupa - Riwayat pembesaran prostat. - Nyeri pada daerah setempat. TRIASE
kerusakan pada pusat miksi di - Terdapat batu di meatus uretra - Mual, muntah.
medullaspinalis. eksternum. - Edema.
- Vesikalberupa kelemahan otot - Keluarnya urine sedikit demi sedikit.
detrusor.
- Intravesikal berupa
pembesaran prostat, kekakuan
lehervesika, batu kecil dan
tumor. P1
- pembesaran prostat,kelainan
patologi uretra, trauma,
disfungsi neurogenik kandung
kemih. P2
-
P3
PRIMARY SURVEY
SECONDARY SURVEY
ANAMNESA
M:natibiotik, misalnya PS 8:1 - Riwayat pembesaran prostat. - Nyeri pada daerah setempat.
.
atau ampisilin 4 x 250-500 - Terdapat batu di meatus - Mual, muntah.
uretra eksternum. - Edema. PEMFIS
mg/hari, Estrogen-misalnya
dietistillbestrol 3x 100 mg - Keluarnya urine sedikit demi
sedikit. - Inspeksi: terlihat pembesaran
untuk 10 hari pertama. pada daerah abdomen bagian
bawah.
P:Riwayat pembesaran prostat.
Terdapat batu di meatus uretra - Palpasi: terdapat nyeri tekan.
eksternum. - Perkusi: terdengar suara
L:tidak diketahui. pekak.
E: waktu terjadinya.
Pengobatan kausal beberapa penyebab retensi urine
a) Fimosis : sirkumsisi
b) Infeksi : antibiotic yang sesuai
Diagnosa Keperawatan
c) Trauma : lihat trauma saluran kemih
d) Striktur :
Konservatif
Retensi urine berhubungan dengan kelemahan otot detrusor, blockade
Operatif
Urethral plasty- dilakukan pada striktur di
Intervensi : daerah prostat
KU IGD
Trauma benda tumpul.
Kecelakaan kerja.
Kecelakaan rumah tangga
Kecelakaan olahraga
Trauma tembak dan pecahan bom
1. Nadi lemah 7. Obstruksi Jalan Napas
Trauma benda tajam
2. Akral dingin 8. Kejang
3. Perdarahan Serebral 9. Pucat
4. Hiperkapnea 10. Kehilangan kesadaran
5. Kontusio 11. Syok neurogenik Cedera Kepala
6. Edema Otak 12. Amnesia Berat P1
1. Kontusio 6. Bradikardi
2. Sakit Kepala
3. Muntah Proyektil Cedera Kepala
4. Amnesia Sedang P2
5. Terdapat trauma sekunder
1. Sakit Kepala
2. Komosio
3. Amnesia
Cedera Kepala
4. Muntah Ringan P3
5. Peningkatan suhu
PRIMARY SURVEY
Stabilkan
Kepala dan Tahan Kepala dan
Posisi Long
A
Servical
Leher, Jangan Leher Pada Posisi
Colar Spine Board
Ditekuk Netral
a. Orophangieal airway
b. Nasopharingeal airway
c. Bila intubasi gagal
lakukan krikotiroidotomi
Airway Paten
Trauma Tulang
Belakang Indikasi:
Volume tidal
O2 tambahan Reservoir 10/12 L/m
cukup
1. Breathing (B1)
A: Riwayat Alergi 2. Blood (B2) CT Scan: Mengidentifikasi adanya
3. Brain (B3) hemoragik, menentukan ukuran
M: Riwayat obat-obatan
4. Blader (B4) ventrikuler ataupun pergeseran
P: Riwayat Penyakit 5. Bowel (B5) jaringan otak
6. Bone (B6) Angiografi serebral: Menunjukkan
L: Makanan dan minum kelainan sirkulasi serebral, seperti
terakhir yang pergeseran jaringan otak akibat
dikonsumsi edema, perdarahan, trauma
X-Ray: Mendeteksi perubahan
E: Kejadian terakhir
struktur tulang (frakttur),
perubahan struktur garis
(perdarahan/edema), fregmen
Riwayat Kesehatan. tulang
a. Kapan cedera terjadi?
Analisa Gas Darah: Mendeteksi
b. Apa penyebab cedera?
ventilasi atau masalah pernapasan
c. Apakah peluru kecepatan tinggi?
(oksigenasi) jika terjadi
d. Apa objek yang membentur?
peningkatan tekanan intrakranial
e. Bagaimana proses terjadinya cedera kepala? Apakah klien jatuh?
Elektrolit: Untuk mengoreksi
f. Dari mana arah datangnya pukulan? Bagaimana kekuatan pukulan?
keseimbangan elektrolit sebagai
g. Apakah klien kehilangan kesadaran?
akibat peningkatan tekanan
h. Berapa lama durasi dari periode sadar?
intrakranial
i. Dapatkah klien dibangunkan?
Trauma kepala ringan: Trauma kepala sedang: Trauma kepala berat:
IGD
1. Perdarahan lewat dubur
2. Nyeri
3. Pembengkakan atau
Perdarahan GIT 4. Penonjolan di daerah dubur
Hemoroid 5. Sekret atau keluar cairan melalui
dubur
6. Rasa tidak puas waktu buang air besar
RPD RPS dan rasa tidak nyaman di daerah
pantat
Perdarahan GIT atas:
1. Nyeri epigastrium 1. Anoreksia, sianosis
2. Dispepsia 2. Anemia
3. Ulkus peptikum 3. Mual muntah
4. Konsumsi alkohol yang tinggi 4. Diare
5. Penggunaan tembakau 5. Demam, BB turun
Perdarahan GIT bawah: 6. Lelah
1. Pembedahan abdomen 7. Ikterus, kadang urin menjadi kecoklatan
2. Perdarahan sebelumnnya 8. Nyeri abdomen
9. Perdarahan GIT
3. penyakit ulkus peptikum
10. Dispnea
4. penyakit radang usus,
11. Instabilitas hemodinamik
12. Kelemahan
13. Gelisah /cemas
TRIAGE
P1
P2
PRIMARY SURVEY
P3
- Sesak napas - Sesak dengan aktivitas ringan atau istirahat. - Nadi lemah/tidak teratur.
- Kelemahan - Tampak sianosis - Takikardi dan bradikardi bisa terjadi
- TD meningkat/menurun.
- Gelisah.
TATALAKSANA - Demam
TATALAKSANA - Kulit pucat atau sianosis.
TATALAKSANA
DISABILITY EXPOSURE
TATALAKSANA
TATALAKSANA
PGA PGB
RPD RPS
RPD RPS
- Hematemesis Hematokezia
- Melena Dx Kep
Terjadi di SCBB.
Terjadi di SCBA, di atas
“merah terang atau
ligament Treitz.
merah marun”
Menunjukkan muntah darah
segar & tidak berubah.
“endapan kopi”
Terjadi di SCBA.
Feses hitam seperti ter dan
lengket Intoleran aktivitas Keletihan
Kekurangan volume
cairan
NOC NIC
Manajemen cairan :
Hidrasi :
1. Timbang BB tiap hari
1. Turgor kulit tidak terganggu
2. Jaga intake dan ukur output pasien
(skala 5) 3. Monitor staus hidrasi pasien
2. Membran mukosa lembab 4. Monitor TTV pasien
3. Intake & output cairan tidak Kolaborasi
terganggu (skala 5) 5. Berikan terapi IV seperti yg
4. Haus tidak ada (skala 5) ditentukan
5. Diare tidak ada (skala 5)
Tingkat kelelahan : Manajemen energi :
1. Kelelahan tidak ada (skala 5) 1. Kaji status fisiologis pasien yg
2. Kehilangan selera makan tidak menyebabkan kelelahan
ada (skala 5) 2. Monitor intake nutrisi pasien
3. Monitor waktu dan lama istirah at
Pemeriksaan lab 3. Sakit kepala tidak ada (skala 5)
pasien
4. Kegiatan sehari – hari tidak
4. Monitor lokasi ketidaknyamanan
terganggu (skala 5) pasien
5. Keseimbangan antara kegiatan & Kolaborasi :
1. Penurunan Hb dan hematokrit istirahat tidak terganggu (skala 5. Konsulkan dengan ahli gizi mengenai
2. Leukositosis dan hiperglikemia ringan
5) cara meningkatkan asupan energi dari
3. Peningkatan kadar BUN
makanan
4. Hipernatremia
5. Hipokalemia
6. Pemanjangan masa protrombin
7. Trombositopenia
8. Hipoksemia
RESUSITASI PEMBEDAHAN
Resusitasi
cairan Awal
Endoskopi Kolonoskopi
Perdarahan PGB
Transfusi darah
Gagal
Gagal
Pencitraan
Pembedahan radionukleotida
Angiografi
GIGITAN BINATANG
Gejala Penanganan awal pada gigitan hewan
Tidak berbisa:
Panik berbisa:
Kepala Berbisa:
pening Hematotoksik: perdarahan di tempat gigitan, paru, Yakinkan korban yang mungkin
Nafas cepat jantung, ginjal, peritoneum, otak, gusi, hematemesis sangat cemas.
Tangan & dan melena, perdarahan kulit (petekie, ekimosis),
kaki kaku Immobilisasi seluruh tubuh pasien
hemoptoe, hematuri, koagulasi intravaskular
diseminata (KID)( VIPERIDAE)
dengan membaringkan dia dalam
General : mual, muntah, nyeri perut, lemah, ngantuk. posisi yang nyaman dan aman dan,
P1
Neurotoksik: hipertonik, fasikulasi, paresis, paralisis terutama, immobilisasi ekstremitas
pernapasan, ptosis oftalmoplegi, paralisis otot laring, yang digigit dengan bidai atau sling.
reflek abdominal, paresthesi, external TRIASE Setiap gerakan atau kontraksi otot
ophtalmoplegia, paralysis facial. P3 meningkatkan penyerapan racun ke
dalam aliran darah dan limfatik.
P2 Hindari gangguan pada luka gigitan
(sayatan, menggosok, , pijat,
PRIMARY SURVEY penerapan herbal atau bahan kimia)
karena ini dapat membuat infeksi,
meningkatkan penyerapan racun dan
meningkatkan perdarahan lokal.
A: Muntah B: Pe kemampuan bernafas C: hematuria, hematemesis,
Perdarahan akibat kelumpuuhan otot- pe kesadaran
otot pernafasan
Disability:
Menilai disability
Airway: ada perdarahan di tungkai kiri dengan GCS atau
Memeriksa adanya klien mengalami sesak nafas, Melihat tanda
karena gigitan ular, N = , akral AVPU
obstruksi jalan nafas penggunaan otot bantu Alert : pasien laserasi:
dingin, CRT >2 detik, sianosis
(partial/total) dengan pernafasan, RR = , kesadarannya -Pupil anisokor:
look,listen,feel. pengembangan dada simetris, samnolen menandakan ada
- Look : lihat gerakan Verbal: Pasien perdarahan
dinding dada suara nafas vesikuler.
berespon terhadap
- Listen : dengarkan suara Kontrol perdarahan
suara
nafas Tourniquet dengan pita
Pain: Pasien
- Feel : rasakan hembusan Beri O2 , Lakukan lebar untuk mencegah aliran berespon terhadap
nafas intubasi bila perlu getah bening stimulasi nyeri D teratasi
Bila tidak ada anti bias, Unresponsive : lanjutkan
transportasi secepatnya ke Pasien sama sekali Exposure
Membuka jalan nafas (manual dan dengan alat) tempat diberikannya anti tidak berespon
-Manual dengan head tilt chin lift bias
-Manual Jaw thrust Pasang infus
-Dengan alat oropharingeal
-Dengan alat nasopharingeal
-bila intubasi gagal lakukan krikotiroidektomi
Exposure:
Observasi 2 jam , keracunan: Apakah ada edema
SECONDARY SURVEY ANAMNESA pada ekstermitas
Tanyakan kapan kolaborasi pemberian serum Apakah ada perdarahan
YA
gigitan terjadi, jenis anti bias Ex: serum kuda
ular; warna dan bentuk
Bila alergi serum kuda , maka:
TIDAK
Adrenalin 0,5 mg / IV Balut tekan
Kaji tanda2 langospasme , ABU IV (pelan-pelan)
Pemeriksaan Fisik
bronkospasme , urtikaria , dan Adrenalin 0,5 mg / IM
observasi
hipotensi Hydrokortison 100 mg /IV
Ulangi pemberian anti bias
bila gejala tidak hilang
Kelas 3B
1. Wahyu Mulyati
2. M. Samudra
3. Irene Yuniar Insani
4. Ana wismiati
5. Nova Fransiska
Pasien masuk IGD
Pasien GGK
P1
P1 P2
P2 P3 P4
Pasien mengancam jiwa atau Memerlukan tindakan medis Perlu penanganan Kemungkinan untuk hidup
fungsi vital perlu resusitasi dalam beberapa jam, waktu seperti pelayanan biasa sangat kecil, luka sangat
dan tindakan bedah waktu 0 tunggu 30 menit tidak perlu segera, parah hanya perlu terapi
menit waktu tunggu 60 menit, suportif
pasien biasanya mampu
berjalan
Primary survey
A ( AirWay) B (Breathing): C (Circulation): pasien mengalami D (Disability): E(Exposure):Memeriksa
Pasien mengalami sesak gangguan Pasien mengalami gelisah mulai dari kepala,
1. nadi kuat hingga mengalami cervical, thorax,
nafas
Tidak Ya 2. kulit terlihat pucat penurunan kesadaran abdomen, ekstremitas,
Melakukan pemeriksaan 3. edema pada ekstermitas seluruh log roll
fisik dengan tubuh
A paten lanjut B inspeksi,auskultasi,perkus 4. mual/muntah
i 5. Sulit buang air kecil Tindakan: melakukan Tidak Ya
pemeriksaan AVPU
Tindakan Memberikan
Tindakan: pemberian cairan
oksigen:
desesuaikan dengan berat badan D teratasi lanjut E
1. Udara bebas 21%
dan dilakukan pemberian deuretik
2. Nasal kanul 28-
44% untuk menurunkan terjadinya
3. Face mask 90% peningkatan odem dan dilakukan
pemasangan kateter
Secondary Survey
B teratasi lanjut C
C teratasi lanjut D
ANAMNESA
Penyebab: Tanda gejala: RPD:gagal ginjal akut, infeksi RPS: terjadi penurunan
1. lnfeksi saluran kemih/pielonefritis kronis a. Gangguan kardiovaskuler : Hipertensi, nyeri dada, dan saluran kemih, payah jantung, urine output, edema
sesak nafas penggunaan obat obat (edema ekstremitas,
2. Penyakit peradangan glumerulonefritis
b. Gangguan Pulmoner : Nafas dangkal, kussmaul, batuk nefrotoksik. Kaji adanya riwayat periorbital, pitting
3. Gangguan jaringan penyambung (SLE
c. System hematologi: Anemia penyakit batu saluran kemih, edema), penurunan
poliartemes nodusa, sklerosi sistemik)
d. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam infeksi sistem perkemihan yang kesadaran, perubahan pola
4. Penyakit kongenital danherediter (penyakit dan basa : Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat berulang, penyakit diabetes nafas, perubahan
ginjal polikistik,asidosis tubulus ginjal) juga terjadi kehilangan natrium dan dehidrasi, melitus, dan penyakit hipertensi fisiologis kulit, bau urea
5. Penyakit metabolik (DM) e. Gangguan lntegumen :Kulit berwarna pucat akibat pada nafas.
anemia
Penatalaksanaan
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium : NIC:
2. EKG
1. Kaji adanya edema ekstremitas
3. USG 2. Istirahatkan atau anjurkan klien untuk tirah baring
4. Foto polos abdomen pada saat edema masih terjadi
5. Intra Vena Pielografi (IVP) 3. kaji tekanan darah
6. Renogram 4. Ukur intake dan output
5. Timbang berat badan
6. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal
atau masker sesuai dengan indikasi
Kelebihan volume cairan
Diagnosa keperawatan 7. Kolaborasi: Berikan diet tanpa garam, Berikan
diet rendah protein tinggi kalori, Berikan diuretik
seperti furosemid atau hydrolakton