Anda di halaman 1dari 9

Judul Jurnal : Dimensi Teknik Sipil: Jurnal

Keilmuan dan Penerapan Teknik


Sipil 7 (1): pp. 30-35
Judul Artikel : Harapan dan Realita Sistem
Manajemen Mutu ISO 9000
dalam Penerapannya di
Perusahaan Kontraktor
Penulis : Connie Susilawati, Ferryanto Salim
dan Thahjadi Soesilo
Tebal : 9 halaman
Tahun Terbit : 2005
Penerbit : Pusat Penelitian Universitas Kristen
Petra

Sebagai pengantar sebelum meninjau review lebih lanjut dari jurnal, perlu
diketahui beberapa latar belakang yang sangat terkait dan mendasar. Review tetap
disajikan dalam bentuk bagian-bagian seperti halnya dengan jurnal yang asli.

1. PENDAHULUAN
Negara Indonesia merupakan salah satu anggota negara berkembang yang ada
di Asia Tenggara. Sebagai negara berkembang, banyak sektor pembagunan
pendukung yang juga terus mengalami kemajuan dan perkembangan. Salah satunya
adalah ekonomi. Perkembangan masa kini yang paling tren di dunia ekonomi
adalah pasar bebas. Pasar bebas merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan baik
individu maupun kelompok dagang yang bebas tanpa adanya hambatan dari
pemerintah. Maksud hambatan ini adalah aturan-aturan terikat dari pemerintah.
Sedangkan maksud dari bebas adalah setiap individu ataupunn kelompok bebas
memutuskan aturannya sendiri untuk berdagang. Dengan adanya hal tersebut,
tentunya sangat membuka peluang bagi mereka untuk bersaing besar besaran.
Aktivitas pasar bebas memang sangat membuka peluang untuk bersaing,
tetapi perlu diketahui persaingan yang mampu menembus dunia hanya mampu
dilakukan oleh mereka-mereka yang telah memperhatikan standar mutu bagi setiap
produk yang mereka tawarkan. Oleh karena itu, demi mendukung aktivitas yang
mana mampu mendorong kemajuan negara maka setiap perusahaan dan industry
berlomba-lomba untuk mendapatkan sertifikasi ISO 9000. Sertifikasi ini membantu
mereka dalam urusan penjaminan mutu produk dan juga proses kerja di dalam
industry tersebut. Salah satunya, adalah industry atau perusahaan konstruksi.
Namun, perlu diketahui pula, bahwa tidak semua atau hanya sebagian perusahaan
saja yang telah menerapkan ISO 9000 ini dengan benar. Menanggapi hal tersebut
penulis jurnal yang merupakan mahasiswa dan alumni Universitas Kristen Petra
mencoba untuk melalukan penelitian terkait dengan kenyataan dan ekspektasi
mengenai penggunaan ISO 9000 di lapangan.
Menindalanjuti hal diatas, penulis yang merupakan mahasiswa dan alumni
jurusan Teknik Sipil mencoba menggali informasi mengenai peerapan ISO 9000
pada perusahaan konstruksi yang berdomisili di sekitar Surabaya dan Gresik.
Adapun tujuan penelitian mereka adalah untuk mengetahui alasan, hambatan,
perbedaan antara harapan dan realita, dan prioritas utama ISO 9000 yang harus
diterapkan oleh perusahaan. Tujuan tersebut sangat relevan dengan permasalahan
umum dalam kehidupan sehari-hari terutama tentang ekspektasi dan kenyataan. Hal
ini memang perlu diketahui bahkan dipantau guna kebaikan kinerja dan agar
pemenuhan target tercapai. Selain itu penerapan ISO 9000 dalam dunia industri
juga mempengaruhi tindakan pelanggan. Seperti yang dikatakan penulis bahwa
perusahaan berusaha memenangkan persaingan dengan meningkatkan mutu
produk/jasa, sehingga dapat memberikan kepuasaan pelanggan. Pernyataan
tersebut memiliki keterkaitan dengan pendapat Siagalan (2013) mengenai mutu.
Menurutnya, mutu merupakan suatu keadaan dinamik yang diasosiasikan pada
produk, jasa, lingkungan, hingga konsumen sebagai suatu upaya untuk mencapai
apa yang telah ditargetkan sebelumnya sehingga mampu memenuhi permintaan dan
harapan pasar dunia.

2. PEMBAHASAN
Sangat penting bagi suatu industri untuk terus melakukan peningkatan
dalam pengolahan standarisasi mutu produk atau jasa mereka. Salah satunya adalah
dengan menerapkan ISO 9000 sebagai standar sistem manajemen mutu. ISO 9000
merupakan suatu organisasi global yang terdiri dari badan-badan standarisasi
nasional dan beranggotakan kurang lebih 140 negara. Bersifat organisasi non
pemerintah, tetapi perannya terutama dalam penetapan standarisasi membuatnya
lebih berpengaruh pada lingkup pemerintah (Siagalan, 2013). Melihat pengaruhnya
yang cukup signifikan pada lingkup pemerintah baik sektor ilmu pengetahuan,
teknologi, dan sektor lainnya membuat ISO 9000 menjadi suatu standart yang
memiliki banyak keuntungan jika mampu di implementasikan dalam industri.
Susilawati, dkk menuliskan bahwa keuntungan mendapat sertifikasi ISO adalah
memperoleh raputasi yang lebih baik, tingkat kesadaran akan perlunya menjaga
kualitas, prosedur dan tanggung jawab menjadi lebih jelas dan seterusnya. Selain
itu Marlissa (2013:8) menambahkan juga bahwa pentingnya standar kualitas
(standar mutu) bagi manufaktur atau produsen adalah pengembangan dan
persediaan produk menjadi lebih efisien. Hal ini dikarenakan kualitas pada dasarnya
menjadi kesepakatan antara keinginan pasar dan manfaktur, sehingga produksi
masal lebih murah bisa dilakukan. Kemudian, dengan adanya kesamaan presespsi
secara global tentang adanya standarisasi ini membuat perdagangan menjadi lebih
adil.
Begitu banyak keuntungan yang diperoleh dari penerapan ISO 9000.
Tentunya hal ini sangat diharapkan untuk berjalan lancar sehingga seluruh
keutungan dan manfaat penerapan ISO 9000 benar-benar mampu dinikmati baik
dari sudut pandang industri maupun konsumen. Namun, apalah daya dalam
kenyataan yang ada masalah penghambat masih sering ditemui pada perusahaan –
perusahaan yang telah menerapkan ISO 9000. Hambatan ini sangat mempengaruhi
tindakan konsumen pada perkembangan ke depan. Marlissa (2013: 30) menyatakan
bahwa dalam kenyataan ada pelaku konstruksi yang bersetifikat ISO tetapi tetap
mengecewakan. Selain itu, ada perusahaan yang telah menerapkan ISO 9000
bertahun-tahun tetapi bukanlah manfaat peningkatan efisien yang didapat
melainkan sebaliknya. Hal inilah yang mungkin diakibatkan oleh masalah dan
hambatan yang terjadi secara internal.
Kendala terjadi baik dalam proses maupun setelah proses sertifikasi.
Masalah utama dalam penerapan adalah proses pengecekan dokumen yang terlalu
banyak sehingga tidak dapat dikelola dengan baik, seta mendapatkan komitmen
dari pihak manajemen dan juga para karyawan. Masalah pengecekan data
merupakan sautu hal yang penting dalam proses sertifikasi. Namun, jika dalam hal
ini sudah terjadi masalah maka, perlu penelaahan kembali pada tahap persiapan.
Pasalnya, Marlissa (2013: 30) berpendapat bahwa tahap persiapan yang perlu
diutamakan adalah permasalahan keputusan dan komitmen manajemen puncak.
Peran manajemen mutu sangat dibutuhkan untuk mengingatkan pimpinan puncak
dikarenakan komitmen dimulai dari mereka dalam hal permasalahan fungsi mutu
dan produksi. Komitmen harus benar-benar dipegang oleh mereka dalam urusan
sistem penjaminan mutu tersebut. Jika tidak, maka akan berdampak pada batas
waktu yang telah ditetapkan. Hal ini dapat diartikan jika suatu pekerjaan tidak
dilakukan dengan komitmen maka waktu pengerjaan yang telah ditetapkan akan
terbuang sia-sia. Akibatnya, hasil pekerjaan tersebut tetap tidak mampu
merepresentasikan mutu yang seharusnya menjadi acuan selama proses bekerja.
Walaupun, durasi pengerjaan dilakukan begitu lama, hasil tetap akan sia-sia.
Meninjau hal tersebut, maka pekerjaan yang demikian akan mempengaruhi
tingkat kepuasan pencapaian hasil kinerja dilihat dari sudut pandang kelompok
pengguna ISO (industri). Namun, jika ini berlanjut dan tidak dibenahi tentunya akan
berdampak pada kepuasaaan konsumen. Dalam jurnal ini, dilakukan pengukuran
dan analisa data yang diperoleh dari kelompok pengguna sistem manajemen mutu
ISO 9000 sehingga dapat dicapai kepuasan perusahaan pengguna ISO tersebut.
Perusahaan pengguna ISO merupakan pelanggan ISO dan untuk melakukan
pengukuran perlu diketahui terlebih dahulu pengertian kepuasan pelanggan.
Menindaklanjuti hal diatas, sebelum pada pembahasan terkait manajemen ISO
9000, dalam penelitian jurnal yang berkaitan dengan industri manufaktur, terutama
terkait dengan masalah ‘’Harapan Dan Realita Sistem Manajemen Mutu ISO 9000
Dalam Penerapannya Di Perusahaan Kontraktor’’, penggunaan kepuasaan
pelanggan sebagai indikator sangatlah relevan dan sudah tepat digunakan oleh
peneliti. Selain itu, kepuasaan yang dimaksud juga merupakan indikator yang
mampu merepresentasikan kualitas. Hal ini dapat dilihat dari prespektif segi
konsumen ataupun perusahaan.
Terkait dengan kualitas, dalam industri manufaktur menurut Roberta Russel
(2009), membagi prespektif kualitas sebagai berikut:

Berdasarkan bagan diatas, dapat disimpulkan bahwa dari masing-masing


prespektif, baik produsen ataupun konsumen, nantinya akan bertemu pada satu titik
‘’fitness for consumer use’’. Dengan kata lain, merupakan standar yang disepakati
bersama, meliputi harapan dan kepuasan dari kedua belah pihak, baik toleransi
maupun spesifikasi yang diinginkan. Sehingga, sangatlah relevan dalam hal ini,
peneliti menyebutkan, bahwa perbandingan antara harapan dan kinerja/hasil yang
dirasakan pelanggan memang terjadi.
Sejalan dengan hal diatas, kualitas dalam industri manufaktur dirasa bukan
hanya memandang produk sebagai sisi utama dalam mendeskripsikan kualitas itu
sendiri. Perlu diperhatikan, dalam beberapa perusahaan nyatanya dan bahkan
wajibnya memperhatikan kualitas proses produksi. Terlebih pada perusahaan
kontraktor. Bahkan, hasil kualitas terbaik adalah kualitas yang diperhatikan ketika
“work ini proses” berjalan. Dengan kata lain, “online monitoring quality”, atau
kualitas yang selalu diperhatikan secara seksama selama proses berlangsung.
Dengan demikian, produk akhir yang dihasilkan adalah prosuk yang bebas cacat,
baik mikro ataupun makro. Selain itu, cacat terlihat dan tidak terlihat. Akibatnya,
tidak ada lagi produk yangdibuang percuma bahkan dilakukan pengerjaan ulang
yang mana sarat akan pemborosan.
Jadi, berdasarkan jurnal penelitian ini, harapan pelanggan merupakan
indikator yang penting yang dapat mengetahui atau merupakan bentuk
implementasi dari keberhasilan suatu perusahaan mencapai kepuasaan. Perlu
diketahui, Kualitas dari produk atau layanan adalah kemampuannya untuk
memenuhi kebutuhan dan harapan dari pelanggan. Bahkan, harapan yang
dimaksudkan bukan hanya untuk mencapai harapan pelanggan, akan tetapi
mungkin dalam beberapa hal mencapai lebih dari yang diharapkan pelanggan.
Di dalam junal, disebutkan bahwa penelitian ini menggunakan metode
pengumpulan data dengan melakukan survei lapangan terhadap sepuluh
perusahaan kontraktor di Surabaya dan Gresik yang telah menerapkan ISO 9000.
Dalam penelitian ini, dipakai kuesioner sebagai alat untuk melakukan survei.
Kuesioner ini dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu:
• Bagian A Alasan perusahaan dalam menerapkan ISO 9000.
• Bagian B Harapan dan realita perusahaan setelah menerapkan ISO 9000
ditinjau dari delapan prinsip manajemen mutu.
• Bagian C Hambatan perusahaan dalam menerapkan ISO 9000.
Berdasarkan kutipan jurnal diatas, mungkin lebih mudah jika review yang
disajikan berikut sesuai dengan 3 variabel diatas. Untuk variable mengenai alasan
perusahaan menerapkan ISO 9000 sudah dijelaskan dalam pendahuluan. Namun,
sebagai pengantar dari review, terlebih dikaji mengenai ISO 9000. ISO 9000 dapat
diartikan sebagai manajemen mutu. Terkait dengan jurnal tersebut, mutu yang
dimaksud diatas adalah bagaimana ISO 9000 mampu menjadi salah satu tolak ukur
dalam mengetahui sebuah mutu perusahaan. Terlebih, pada perusahaan kontraktor.
Terkait dengan harapan, disebutkan dalam Jurnal, setelah data yang
didapat telah terkumpul dan peneliti melakukan proses analisa menggunakan dasar
8 prinsip manajemen mutu ISO 9001:2000 sebagai bahan untuk melakukan
pembekalan yang akan dilakukan pada perusahaan, peneliti mengambil
kesimpulan bahwa ada perbedaan yang berarti antara harapan yang diinginkan
oleh perusahaan dengan kenyataan yang ada dalam system manajemen mutu pada
setiap perusahaan pengguna ISO 9000.
Jika review ini dikaitkan dengan review sebelumnya, dalam hal ini terjadi
beberapa hubungan. Pertama, dalam jurnal disebutkan bahwa adanya perbandingan
antara harapan dan kinerja/hasil yang dirasakan pelanggan (Salim, 2005). Harapan
dan kinerja diatas jika dikaitkan dengan mutu yang dimaksud dalam manajemen
ISO 9000, menunjukkan bahwa kemampuan barang ataupun jasa dalam
memuaskan konsumen sesuai dengan kebutuhan yang ditentukan merupakan
penjabaran dari mutu itu sendiri. Sehingga, sangat relevan jika mutu dalam
manajemen ISO 9000 dihubungkan dengan harapan dan kinerja hasil seperti pada
jurnal penelitian ini.
Disamping itu, kedua, karakteristik yang dimaksud sebagai mutu adalah
karakteristik menyeluruh dari barang dan jasa. Dalam review sebelumnya, dari
prespektif kualitas, industri manufaktur dirasa bukan hanya memandang produk
sebagai sisi utama, akan tetapi memperhatikan kualitas dari proses produksi pula.
Hal inilah yang dimaksud dalam mutu manajemen ISO 9000. Yaitu, mutu yang
menyeluruh bukan hanya pada hasil produk, melainkan hasil proses produksi yang
baik.
Sejalan dengan kedua hal diatas, mutu yang dimaksud dalam Manajemen
ISO sendiri dapat dijabarkan dengan beberapa poin penting. Gunadi (2012)
mendeskripsikan mutu sebagai berikut:
• Memenuhi persyaratan konsumen/pelanggan ,
• Sesuai dengan kegunaan ,
• Memuaskan pelanggan pada biaya yang kompetitif ,
• Resultante dari karakteristik produk dan jasa pemasaran, rekayasa, pembuatan dan
pemeliharaan yang membuat produk dan jasa yang digunakan memenuhi harapan
konsumen.
Jika dikaitkan dengan jurnal penelitian ini, menunjukkan bahwa poin-poin
yang dimaksudkan dalam manajemen ISO 9000 secara garis besar sudah
diimplementasikan. Poin tersebut merupakan pondasi utama sebuah perusahaan
yang harus dibangun sebelum mengambil pengelolaan mutu perusahan
menggunakan Manajemen ISO 9000. Tanpa hal diatas, dapat dikatakan manajemen
ISO 9000 yang diterapkan belum maksimal. Bahkan, tidak dapat terlaksana sama
sekali.
Selanjutnya, hasil dari penelitian yang dilakukan, peneliti mendapatkan
data hambatan yang relative besar oleh beberapa responden, sejumlah
perusahaan menganggap bahwa waktu untuk melengkapi penerapan ISO 9000
yang terlalu lama membuat pihak perusahaan merasa enggan dalam memenuhi
proses kelengkapannya. Selain itu juga biaya yang relatif tinggi dalam proses
mendapatkan sertifikat ISO 9000 juga sebagai salah satu alasan paling banyak
dipilih.

Namun, dari 15 hambatan yang ada dan dianggap relative besar


perbedaannya lumayan signifikan, sehingga masih banyak perusahaan yang masih
kesulitan dalam penerapan ataupun mendapatkan sertifikat ISO tersebut.

Jadi, menanggapi pendapat tersebut, mungkin untuk saat ini masih


diperlukannya pembekalan kepada pihak perusahaan tentang bagaimana cara
manajemen waktu dan biaya agar ketika proses pelengkapan penerapan ISO dapat
berjalan dengan cepat dan tidak membutuhkan biaya terlalu banyak.

Selain itu, alasan utama dari perusahaan-perusahaan kontraktor di


Surabaya dan Gresik untuk menerapkan ISO 9000:2000 adalah untuk
meningkatkan konsistensi dalam pelaksanaan (rata-rata 5,40) dan memperbaiki
mutu (rata-rata 5,40). Sedangkan alasan yang dianggap kurang penting adalah
adanya tekanan dari konsumen (rata-rata 3,80) dan untuk mengurangi biaya (rata-
rata 4,43.
Dari kutipan jurnal tersebut, perusahaan menyadari dalam mengimbangi
arus globalisasi yang semakin maju dalam segi teknologi dan kualitas, menjadikan
setiap perusahaan berlomba-lomba memberikan yang terbaik dari setiap jasa atau
benda yang ditawarkan. Sehingga, perusahaan menambahkan dalam setiap proses
kontraktor harus berusaha untuk memberikan yang terbaik.
Selain itu, hambatan terbesar perusahaan kontraktor dalam menerapkan
ISO 9000:2000, yaitu waktu yang diperlukan
untuk melengkapi penerapan (rata-rata 4,07). Sedangkan hambatan terkecil,
adalah standar yang kurang
jelas (rata-rata 2,23).
Dalam upaya untuk memberikan pelayanan yang lebih baik perusahaan
menggunakan ISO 9000 : 2000 akan tetapi banyak kendala yang dihadapi. Salah
satunya adalah waktu untuk penerapannya dan standar yang kurang jelas. Karena
ada factor yang membuat prosesnya yang berlarut – larut sehingga ISO yang
seharusnya memberikan dampak untuk membawa perusahaan lebih baik malah
menjadi beban. Dan penyebabnya pun bermacam-macam kurangnya komitmen dari
top manajemen, tidak adanya keterlibatan dari karyawan, kurangnya kordinasi antar
departemen, keterbatasan sumber daya manusiadan kurangnya sosialisasi dan
komunikasi. Dari sekian banya factor. Seharusnya perusahaan sudah mengetahui
setiap tugas yang akan dikerjakan sehingga ISO tidak hanya sebagai logo saja tetapi
bisa menjadikan peruahaan menjadi lebih baik.
Dari hasil jurnal yang teah didapat diketahui bahwa yang menjadi focus
utama adalah focus pelanggan di masa yang akan datang sehingga perusahaan akan
mencoba memaksimalkan dalam segi pelayanan dan hasil untuk membuat
pelanggan merasa puas.

Anda mungkin juga menyukai