Anda di halaman 1dari 6

Ada empat isu isu pertanian di Indonesia, persoalan pertanian itu tak hanya terjadi pada lahan

persawahan, melainkan pada lahan kehutanan dan rempah-rempah.

"Masalah pertama adalah permodalan, kedua lahan makin sulit, ketiga teknologi pertanian modern,
keempat persoalan pupuk, dan terakhir soal pemasarannya,"

Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan soft skill bagi para petani di daerah untuk bisa mengatasi
persoalan tersebut.

1. Permodalan

Hingga saat ini muncul berbagai permasalahan yang dihadapi petani Indonesia. Jika dilihat lebih
mendalam soal permasalahan petani, dapat dikatakan bahwa masalah utama petani adalah bagaimana
cara mereka mendapatkan hasil panen yang maksimal. Jika petani tidak bisa mendapat hasil panen yang
maksimal, maka tidak akan didapat pula penghasilan. Padahal penghasilan ini yang nantinya akan dibuat
untuk mencukupi kebutuhan hidup maupun untuk memulai usahataninya kembali. Petani dalam
memulai usahataninya pasti membutuhkan input berupa modal, baik berupa uang maupun sarana
produksi pertanian. Apalagi jika petani mengalami kerugian dalam proses usahataninya, baik karena iklim
ekstrem maupun hama dan penyakit tanaman.

Permodalan adalah permasalahan paling mendasar yang sering dihadapi petani. Modal sering menjadi
kendala seorang petani dalam melakukan usahataninya. Keterbatasan modal juga membuat kuantitas
dan kualitas hasil yang didapat petani tidak maksimal. Permasalahan modal ini juga menjadi penyebab
utama banyaknya petani yang hidup di bawah garis kemiskinan. Menurut data BPS tahun 2016, dari total
27,7 juta orang yang digolongkan miskin di Indonesia, 21,8% di antaranya berprofesi sebagai petani. Ada
sekitar 6,05 juta petani yang hidup di bawah garis kemiskinan. Bahkan pada data pertambahan jumlah
penduduk miskin Indonesia dari tahun 2015-2016, 60% angkanya disumbangkan dari profesi petani atau
sekitar 516.000 jiwa.
2. Lahan sempit

Keterbatasan akses lahan menjadi problem utama peningkatan kesejahteraan masyarakat perdesaan.
Pada tahun 2016, hanya ada 33 persen wilayah Indonesia yang dapat digunakan untuk pertanian, sisanya
67 persen adalah kawasan hutan lindung.

Pemanfaatan lahan pertanian pun terbentur dengan lahan hutan lindung. Karena lahan kategori hutan
lindung di Indonesia tidak dapat dikembangkan menjadi lahan pertanian atau perkebunan.

Jumlah penduduk kian meningkat, sementara luas lahan pertanian makin mengecil. Prahara yang terjadi
pada lahan harusnya menjadi perhatian serius oleh pemerintah sebab pertanian selalu membutuhkan
lahan yang besar.

Dampak yang paling nyata terjadi adalah kelangkaan komoditi pangan, sementara ledakan penduduk
menyebabkan kebutuhan atas pangan meningkat. Pemerintah hanya bisa menargetkan percepatan
produksi pangan, namun melupakan satu problem mendasar petani soal keterbatasan akan lahan
pertanian.

Itulah kenapa soal dasar menyusutnya lahan pertanian dapat menyebabkan dampak begitu besar
terhadap tiap aspek kunci yang mempengaruhi dinamika ekonomi dalam satu negara.

Lahan sempit mengakibatkan kemiskinan. kemiskinan di perkotaan dan perdesaan harus dilihat secara
berbeda. Kondisi geografis, demografis, dan struktur ekonomi daerah sedikit banyak mempengauhi
tingkat kesejahteraan masyarakat. Apalagi ukuran kemiskinan selalu dipandang dari faktor ekonomi yang
diukur dari tingkat pendapatan (income) atau tingkat pengeluaran konsumsi masyarakat.

Di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, ukuran kemiskinan dilihat dari tingkat pemenuhan
kebutuhan dasar. Muncul konsep garis kemiskinan yang mengacu pada rata-rata pengeluaran per kapita
per bulan.

Persoalan keterbatasan lahan pertanian pun juga menyebabkan pesatnya laju urbanisasi terjadi di
perdesaan, hal ini disebabkan oleh rendahnya kepemilikan lahan dan produktifitas yang berujung pada
tergerusnya kesejahteraan petani.

Mereka tidak punya pilihan selain migrasi ke kota-kota besar.


Kondisi ini digambarkan oleh Gerry Van Klinken, peneliti dari Belanda sebagai bentuk deagrarianisasi
atau suatu bentuk hilangnya ketergantungan masyarakat perdesaan terhadap pertanian dan memilih
bergantung terhadap birokrasi negara di perkotaan, jalan itu terpaksa diambil oleh masyarakat
perdesaan guna mengamankan pendapatan ekonomi mereka.

Dari sekitar lima juta petani yang pindah ke perkotaan, awalnya rata-rata mengusahakan lahan 1.000
meter, sementara dari lahan tanam 1.000 meter, petani padi hanya dapat memperoleh maksimal 2,5 ton
sekali panen. Itupun masih bisa jadi masalah karena infrastruktur pendukung pengolahan pascapanen
masih terbatas.

Alhasil, laju deagrarianisasi penduduk desa di penjuru Indonesia


mencapai 4 persen per tahun, salah satu yang tertinggi di dunia. Bahkan
diperkirakan pada 2025, 65 persen penduduk desa akan
berpindah ke kota. Angka ini diperkirakan akan mencapai 85
persen pada 2050.

Untuk meningkatkan kesejahteraan petani di desa dengan akses lahan yang terbatas dan menghambat
laju deagrarianisasi, salah satu upaya yang bisa dilakukan sementara adalah melalui klasterisasi usaha.
Artinya, usaha tani dikelompokkan berdasarkan produk tani yang dihasilkan.

Jika kemudian kondisi seperti ini terus diabaikan oleh pemerintah, maka kita tak akan mampu
menghindari krisis pangan akan melanda negeri agraris.

3. Teknologi Pertanian

Teknologi pertanian terbaru di Indonesia bisa dikatakan


berkembang cukup pesat. Tentu saja teknologi ini telah
menarik perhatian berbagai kalangan, bahkan tidak hanya orang-orang yang bergerak di bidang
pertanian saja, orang-orang awam juga penasaran dengan teknologi penemuan pertanian terbaru itu.

Fenomena baru ini terjadi berkat kontribusi besar dari lingkungan universitas, pemerintah, bahkan
perusahaan swasta. Tiga lingkaran itu (universitas, pemerintahan dan perusahaan swasta) berlomba-
lomba mengembangkan tekonologi pertanian menjadi lebih baik.

Meskipun beragam alat teknologi pertanian terbaru sudah dengan mudah ditemukan, anda juga masih
bisa menemukan alat-alat tradisional seperti ani-ani, cangkul, sabit, garu, dan beberapa alat lainnya.
Alat-alat yang membantu para petani tersebut sudah dari zaman dulu menjadi barang yang sangat
bermanfaat untuk kehidupan petani. Namun, jika dibandingkan dengan alat-alat yang canggih sekarang
ini, alat tradisional tersebut tentu akan kalah dalam segi kecepatan, kualitas, dan lain-lain.

Manfaat teknologi Pertanian

1. Memperoleh Benih Unggul Teknologi pertanian terbaru tidak lepas dari perusahaan penghasil
benih, dengan melibatkan alat teknologi penghasil benih modern diharapkan akan menghasilan produk
benis yang modern. Misalnya seperti jagung hibrida sebagai benih yang terproduk dengan bantuan
perkembangan teknologi pertanian. Karakter jagung hibrida ini nantinya memiliki kualitas yang baik,
kualitas tonggol yang unggul, dan biji jagung yang semakin banyak.

2. Menghasilkan Pupuk Kimia Terbaik

Perusahaan pupuk kimia dan obat pertanian kini menggunakan teknologi modern untuk menghasilkan
kualitas pupuk kimia dan obat pertanian terbaik. Dengan menggunakan pupuk tersebut, tentu kualitas
hasil panen pun akan semakin meningkat. Omset petani akan bertambah, konsep pemerintah tentang
memanusiakan petani akan segera terwujud, derajat petani akan naik, dan petani akan naik kelas sosial
di masyarakat.

3. Adanya Alat Pertanian Modern

Alat pertanian memiliki pengaruh besar dalam produktivitas produk yang dihasil dari bertani.
Penggunaan alat yang canggih pun akan berpengaruh pada kegiatan bercocok tanam, sehingga
pekerjaan menjadi lebih cepat yang tentunya hasil panin pun akan lebih banyak. Selain lebih cepat,
tenaga yang digunakan pun tidak akan sebesar penggunaan alat yang tradisional jika dilakukan dengan
teknologi pertanian terbaru.

4. Meningkatkan pendapatan petani

Dengan adanya teknologi yang berperan penuh dalam pertanian, tentu akan berpengaruh juga pada
pendapatan petani. Seperti halnya penggunaan benih unggul yang akan menghasilkan padi yang
berkualitas serta jumlah yang dihasilkan dari setiap tungkai nya pu akan lebih banyak dari biasanya.
Dengan demikian hasil panen yang didapatkan dari penggunaan benih unggul akan meningkatkan nilai
jual dari biasanya.

5. Meningkatkan kemampuan petani


Melalui teknologi pertanian yang paling baru, tentu akan menghasilkan alat yang canggih dan modern
untuk kegiatan bercocok tanam. Secara otomatis kemampuan petani akan mengalami perubahan,
adanya alat modern memberikan tuntutan baru bagi petani untuk bisa menggunakannya.

4. Pemasaran

Pemasaran Hasil Pertanian atau Tata niaga Pertanian


merupakan serangkaian kegiatan ekonomi berturut-turut yang
terjadi selama perjalanan komoditas hasil-hasil pertanian mulai dari
produsen primer sampai ke tangan konsumen (FAO pada tahun 1958).

Pemasaran hasil pertanian berarti kegiatan bisnis dimana menjual produk berupa komoditas pertanian
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen, dengan harapan konsumen akan puas dengan
mengkonsumsi komoditas tersebut. Pemasaran hasil pertanian dapat mencakup perpindahan barang
atau produk pertanian dari produsen kepada konsumen akhir, baik input ataupun produk pertanian itu
sendiri.
Dari penjelasan di atas di ambil dari beberapa sumber yang ada di internet. Hal ini di buat untuk
keperluan tugas. Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai