Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Pekommas, Vol. 18 No.

1, April 2015: 1 - 14

Studi Implementasi E-Government di Daerah Perbatasan

The Study of E-Government Implementation in Border Area

Riva’atul Adaniah Wahab, 2)Arsyad


1)

1,2
Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Manado
1,2
Jl. Pomorow No. 76, Manado, 95127, Telp/Fax: 0431-858268
1)
riva002@kominfo.go.id, 2)arsyad@kominfo.go.id

Diterima: 24 Januari 2015 || Revisi: 9 April 2015 || Disetujui: 14 April 2015

Abstrak – Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah secara tidak langsung berdampak pada
perkembangan implementasi e-government di masing-masing pemerintah daerah. Otoritas untuk menentukan
konsep e-government menjadikan masing-masing daerah memiliki tingkat kemajuan implementasi e-
government yang berbeda. Kesenjangan pada umumnya rentan terlihat di daerah perbatasan. Seiring dengan
permasalahan tersebut, tuntutan masyarakat terhadap kualitas penyelenggaraan pemerintahan di semua
bidang datang bertubi-tubi. Hal ini menunjukkan tantangan yang dihadapi pemerintah daerah dewasa ini
semakin menguat. Dalam hal ini, penguatan penyelenggaraan pemerintah daerah adalah solusinya.
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik akan berdampak pada pelayanan publik yang lebih baik sebagai
salah satu wujud good governance. Karenanya, penelitian implementasi e-government perlu dilakukan di
daerah perbatasan dalam rangka mendorong pemerataan implementasi e-government di seluruh wilayah
Indonesia. Penelitian ini menggunaan pendekatan kualitatif studi kasus deskriptif dengan wawancara terbuka
sebagai salah satu teknik pengumpulan datanya. Salah satu tujuannya adalah untuk mengetahui implementasi
e-government di Kabupaten Kepulauan Talaud sebagai salah satu daerah perbatasan di Indonesia, khususnya
konsep G2G. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi G2G e-government di Kabupaten
Kepulauan Talaud masih berada pada tahap 1 yaitu persiapan. Proses dalam implementasinya pun masih
dilakukan secara parsial atau sektoral di masing-masing SKPD. Dalam kondisi ini, model connected
government dapat diterapkan sebagai solusinya.
Kata Kunci: e-government, daerah perbatasan, implementasi e-government, Kabupaten Kepulauan Talaud.

Abstract – The policies of decentralization and regional autonomy indirectly give an impact on the
development of e-government implementation in each local governments. The authority to determine the
concept of e-government makes each region has different level of progress in implementation of e-
government. Generally, gap looks vulnerable in the border areas. Along with this problem, the public
demands on the quality of governance in all areas come repeatedly. Those show that today the challenges
facing local government more intensif. In this case, the strengthening of local government accomplishment is
the solution. Good governance will trigger a better performance in public services as a manifestation of good
governance. Hence, a research of the e-government implementation needs to be done in the border area in
order to encourage the implementation of e-government equity in all regions of Indonesia, especially for
G2G concept. This study uses a qualitative approach with a descriptive case study and open interview as one
of data collection techniques. One of the aims is to study the implementation of e-government in Talaud
Archipelago Regency as one of the border areas in Indonesia. The results show that the G2G e-government
implementation in Talaud Archipelago Regency still occupy the first stage, preparation level. Furthermore,
the processes in the implementation are still done partially or sectoral in each SKPD. In this condition, the
connected government model can be applied as a solution.
Keywords: e-government, border areas, e-government implementation, Talaud Archipelago Regency.

PENDAHULUAN pemerintah yang efektif dan efisien dalam


pelaksanaan tugasnya. Paradigma good governance
Isu good governance semakin berkembang di era
menegaskan pentingnya kesetaraan, kesinergian, dan
reformasi seiring dengan silih bergantinya tonggak
kerjasama hubungan antara pemerintah, pengusaha,
kepemimpinan pemerintahan dan semakin terbukanya
dan masyarakat sipil (Damayanti & Hamzah, 2010: 1-
ruang demokrasi yang memungkinkan keterlibatan
4). Definisi tersebut mengarahkan hakekat good
masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan.
governance sebagai suatu konsep tentang
Secara konseptual, kata good dalam good governance
penyelenggaraan pemerintahan yang melibatkan
mengandung pemahaman aspek fungsional dari
banyak pihak (stakeholders) yang mengandung makna

1
Studi Implementasi E-Government di Daerah Perbatasan… (Riva’atul Adaniah Wahab dan Arsyad)

sharing/partnership pengelolaan negara antarsektor untuk meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan


publik yaitu negara/pemerintah, swasta/dunia usaha, pelayanan publik, atau proses kepemerintahan yang
dan masyarakat yang disebut pilar-pilar good demokratis. Dalam pengertian e-gov ada dua hal
governance (Jumiati, 2010: 57). utama yang perlu digarisbawahi, pertama adalah
Sejalan dengan berkembangnya isu good penggunaan TIK sebagai alat bantu dan kedua adalah
governance, revolusi teknologi informasi dan tujuan pemanfaatannya untuk efisiensi
komunikasi (TIK) berpengaruh secara masif dan penyelenggaraan pemerintahan. Efendi dalam Akadun
signifikan dalam penyelenggaraan pemerintahan. (2009) menyatakan bahwa untuk membangun
Terbukanya akses informasi serta perkembangan TIK pemerintah daerah yang good governance perlu
mendorong masyarakat dan pihak swasta lebih dibangun jaringan kerjasama didasarkan atas
memfokuskan perhatiannya dalam penyelenggaraan hubungan (linkage) yang partisipatif, transparan, dan
pemerintahan. Akses masyarakat dan pihak swasta responsif antar pilar-pilar good governance.
terhadap kinerja dan informasi pemerintahan kini Hubungan semacam itu hanya dapat dibangun dengan
menjadi suatu fenomena yang tidak hanya terjadi di menerapkan e-gov (Mardhayati, 2012: 162). Dalam
Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia (Retnowati, pandangan umum, e-gov sejauh ini masih dipahami
2012: 54-55). Dampaknya, pemerintah dituntut untuk sebatas pembuatan situs website pemerintah. Padahal
memperbaiki kinerjanya mengingat masyarakat dan secara luas pemanfaatan TIK dalam pemerintahan bisa
pihak swasta telah terlibat dalam pengawasan berbeda-beda berdasarkan kebutuhan penyelenggaraan
penyelenggaraan pemerintahan. Perbaikan kinerja pemerintahan. Implementasi e-govornment akan
birokrasi atau reformasi birokrasi telah menjadi mentransformasi tatanan birokrasi yang kaku menjadi
sebuah keharusan untuk dapat memberikan kompleks dan dinamis guna memfasilitasi berbagai
performansi penyelenggaraan pemerintahan yang bentuk interaksi dengan pihak lain. Dalam proses ini,
lebih baik. Dalam upaya ini, informasi yang cepat dan pemerintah dapat mengoptimalkan pemanfaatan TIK
akurat semakin menjadi kebutuhan pokok para untuk mengeliminasi sekat-sekat organisasi birokrasi,
pengambil keputusan (decision maker). Kebutuhan serta membentuk jaringan sistem manajemen dan
akan informasi tersebut dapat diakses menggunakan proses kerja yang memungkinkan instansi-instansi
TIK sehingga menjadikannya sebagai komoditi pemerintah bekerja secara terpadu untuk
penting dan katalisator untuk mewujudkan good menyederhanakan akses kesemua informasi dan
governance. Menurut Fadhli (2010), dalam era layanan publik yang harus disediakan.
teknologi penggunaan TIK diklaim dapat Keseriusan pemerintah dalam mendukung
mempercepat proses pembangunan dengan implementasi e-gov jelas tercantum dalam Intruksi
menjanjikan efisiensi, kecepatan penyampaian Presiden No. 3/2003 tentang Kebijakan dan Strategi
informasi, jangkauan yang global, dan transparansi Nasional Pengembangan E-Govovernment. Secara
(Fadhli, 2010: 1-2). Realita yang ada menunjukkan tegas, Inpres ini merumuskan maksud implementasi
bahwa TIK telah mulai diadopsi dan diadaptasi e-gov yaitu untuk mengembangkan penyelenggaraan
sehingga dapat digunakan serta dimanfaatkan dalam kepemerintahan yang berbasis elektronik dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Pemanfaatan TIK rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik secara
dalam penyelenggaraan pemerintah lebih dikenal efektif dan efesien. Karenanya pengembangan e-gov
dengan electronic government (e-government), juga diarahkan untuk mencapai 4 tujuan yaitu
disebut e-gov, digital government, online government, Pembentukan jaringan informasi dan transaksi
atau konteks tertentu transformational government. pelayanan publik yang memiliki kualitas dan lingkup
PBB mendefinisikan e-gov sebagai penggunaan yang dapat memuaskan masyarakat luas serta dapat
TIK dan penerapannya oleh pemerintah untuk terjangkau di seluruh wilayah Indonesia pada setiap
menyediakan informasi dan layanan publik ke saat tidak dibatasi oleh sekat waktu dan dengan biaya
masyarakat (Hermana, 2012), yang menurut Indrajit yang terjangkau oleh masyarakat; Pembentukan
(2005) bertujuan memperbaiki mutu (kualitas) hubungan interaktif dengan dunia usaha untuk
pelayanan publik secara efektif, efisien, dan terbuka meningkatkan perkembangan perekonomian nasional
(Yohana & Yazid, 2013: 3). E-gov dapat diaplikasikan dan memperkuat kemampuan menghadapi perubahan
pada legislatif, yudikatif, atau administrasi publik, dan persaingan perdagangan internasional;

2
Jurnal Pekommas, Vol. 18 No. 1, April 2015: 1 - 14

Pembentukan mekanisme dan saluran komunikasi University International e-Government Ranking


dengan lembaga-lembaga negara serta penyediaan menempatkan Indonesia pada urutan 40 dari 55 negara
fasilitas dialog publik bagi masyarakat agar dapat dengan nilai 53,05 (Waseda University, 2013: 3).
berpartisipasi dalam perumusan kebijakan negara; Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah
Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja secara tidak langsung berdampak pada perkembangan
yang transparan dan efisien serta memperlancar implementasi e-gov di masing-masing pemerintah
transaksi dan layanan antarlembaga pemerintah dan daerah. Otoritas untuk menentukan konsep e-gov
pemerintah daerah otonom (Presiden Republik berdasarkan Inpres No. 3/2003 menjadikan masing-
Indonesia, 2003). masing daerah memiliki tingkat kemajuan
Para pakar memiliki rumusan yang berbeda-beda implementasi e-gov yang berbeda. Kesenjangan pada
dalam menentukan tahapan-tahapan e-gov. Di umumnya rentan terlihat di daerah perbatasan. Di satu
Indonesia sendiri, proses penerapan pengembangan e- sisi, beberapa pemerintahan daerah kota/kabupaten
gov dalam Inpres No. 3/2003 berada pada butir sudah sangat maju dalam implementasi e-gov.
strategi keenam dengan tahapan sistematik yaitu Ironisnya, di sisi lain, beberapa pemerintahan daerah
Tingkat 1 – Persiapan, meliputi pembuatan situs perbatasan bahkan baru memulai implementasinya
informasi di setiap lembaga, penyiapan Sumber Daya karena keterbatasan yang dimiliki, misalnya sarana
Manusia (SDM) dan sarana akses yang mudah dan prasarana serta kualitas SDM (Manurung, 2011).
misalnya Multipurpose Community Center dan Wilayah perbatasan, terutama yang terdiri dari
Warnet; sosialisasi situs informasi baik untuk internal gugusan pulau-pulau, pada umumnya identik dengan
maupun untuk publik; Tingkat 2 – Pematangan, karakteristik ketertinggalan dan keterisolasian.
meliputi pembuatan situs informasi publik interaktif Kondisi tersebut tidak hanya dibuktikan dengan letak
dan antarmuka keterhubungan dengan lembaga lain; geografisnya tetapi juga pada keterbatasan sarana dan
Tingkat 3 – Pemantapan, meliputi pembuatan situs prasarana vital dalam rangka menggerakkan roda
transaksi pelayanan publik dan interoperabilitas perekonomian. Secara garis besar, salah satu isu yang
aplikasi maupun data dengan lembaga lain, dan muncul seputar daerah perbatasan adalah pengelolaan
Tingkat 4 – Pemanfaatan, meliputi pembuatan aplikasi pembangunan (Faozan, 2006: 23). Asisten Deputi
untuk pelayanan yang bersifat G2G, G2B dan G2C Urusan Daerah Perbatasan Tahun 2011 mencatat
yang terintegrasi (Presiden Republik Indonesia, 2003). kurangnya akses dan media komunikasi serta
Sejak Inpres No. 3/2003 diterbitkan, pemerintah informasi dalam negeri sebagai salah satu
Indonesia secara bertahap melakukan transformasi permasalahan daerah perbatasan pada level nasional
penyelenggaraan pemerintah. Namun, harus diakui (Manurung, 2011). Fungsinya sebagai salah satu
bahwa proses tersebut memerlukan waktu yang cukup beranda depan NKRI, menjadikan sarana dan
lama karena mencakup berbagai sub proses prasarana komunikasi dan informatika di daerah
diantaranya penganggaran, penyediaan sarana perbatasan merupakan suatu keharusan dan sangat
prasarana, serta SDM untuk menjamin kesiapan vital dalam rangka menyediakan akses informasi yang
semua elemen dalam implementasi e-gov. cepat dan benar kepada masyarakat. Kesenjangan
Implementasi e-gov di negara anggota PBB tiap informasi dapat berpotensi menyebabkan konflik
tahunnya diukur melalui Indeks Pengembangan E- kemasyarakatan maupun kenegaraan. Adopsi
Gov atau E-Gov Development Indeks (EGDI) yang penggunaan dan pemanfaatan TIK harus dimulai dari
telah dikembangkan sejak 2003. Indeks ini memiliki pemerintah daerah sebagai leader penggerak
indikator pengukuran yang berbeda tiap tahunnya perekonomian di segala bidang. Tuntutan masyarakat
tergantung dari perkembangan TIK. Berdasarkan terhadap kualitas penyelenggaraan pemerintahan di
survei PBB 2012, Indonesia menempati posisi ke-97 semua bidang datang bertubi-tubi. Hal ini
dunia dengan nilai EGDI 0,4949. Nilai ini sudah menunjukkan tantangan yang dihadapi pemerintah
menunjukkan perkembangan dari nilai EGDI 2010 daerah dewasa ini semakin menguat. Dalam hal ini,
sebesar 0,4877 yang menempati ranking ke 109 dari penguatan penyelenggaraan pemerintah daerah adalah
122 negara. Namun di wilayah ASEAN, Indonesia solusinya (Faozan, 2006: 29). Penyelenggaraan
masih menempati posisi ketujuh dan cenderung pemerintahan yang baik akan berdampak pada
menurun dari 2003 sampai 2010 sebelum naik lagi di pelayanan publik yang lebih baik sebagai salah satu
2012 (Hermana, 2012). Adapun The 2013 Waseda wujud good governance (BPS Kabupaten Kepulauan

3
Studi Implementasi E-Government di Daerah Perbatasan… (Riva’atul Adaniah Wahab dan Arsyad)

Talaud, 2012: 3-8). Oleh karena itu, penelitian dibatasi pada G2G. Pembatasan ini didasarkan pada
implementasi e-gov perlu dilakukan di daerah pandangan bahwa untuk dapat memberikan pelayanan
perbatasan dalam rangka mendorong pemerataan yang baik ke stakeholder lainnya (G2C dan G2B),
implementasi e-gov di seluruh wilayah Indonesia agar perbaikan secara internal pemerintahan harus menjadi
dapat meningkatkan nilai EGDI nasional Indonesia. prioritas. G2G yang dimaksud dalam penelitian ini
Sejak diterbitkannya Inpres No. 3/2003, kajian adalah implementasi e-gov di masing-masing Satuan
terkait e-gov mulai banyak dilakukan. Tahun 2010, Kerja Perangkat Daerah (SKPD) maupun integrasi
Harimurti meneliti pengelolaan teknologi informasi di antar-SKPD. Aspek G2G diadaptasi dari lingkup
pemerintahan (Harimurti, 2010: 85). Tahun 2011, proses tata kelola TIK meliputi perencanaan,
Danu Hariadi juga melakukan penelitian e-gov dengan manajemen, realisasi dan pengoperasian sistem,
fokus pengaruh investasi implementasi e-gov terhadap pemeliharaan sistem, serta monitoring dan evaluasi.
pelayanan kependudukan, investasi swasta, dan PDRB Pengambilan data dilakukan di salah satu daerah
di Kabupaten Sragen. Hasilnya menunjukkan bahwa perbatasan Provinsi Sulawesi Utara dalam wilayah
investasi implementasi e-gov berpengaruh positif kerja Balai Pengkajian dan Pengembangan
terhadap pelayanan kependudukan, investasi swasta, Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Manado yaitu
dan PDRB di Kabupaten Sragen (Hariadi, 2011: vi). Kabupaten Kepulauan Talaud. Pembangunan e-gov di
Tahun 2012, Mardhayati menganalisis perencanaan daerah ini dipandang urgen untuk dilakukan melihat
pengembangan e-gov untuk pelayanan publik di Kota Kabupaten Kep. Talaud merupakan kabupaten terluar
Solok. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa (paling dekat dengan negara tetangga) dari tiga
perencanaan pengembangan e-gov di Kota Solok gugusan kabupaten kepulauan (Kabupaten Kep.
merupakan perencanaan yang top down dalam bentuk Sitaro, Kabupaten Kep. Sangihe, dan Kabupaten Kep.
Masterplan Pengembangan Sistem e-Gov Pemerintah Talaud) di perbatasan Provinsi Sulawesi Utara.
Kota Solok Tahun 2010-2014. Namun, masterplan Karakteristik yang cenderung terisolasi dari aspek
belum sesuai dengan peta tahapan yang telah dibuat geografis (disebabkan keterbatasan akses transportasi)
(Mardhayati, 2012). Penelitian-penelitian sebelumnya dan kesulitan dalam pengembangan daerah
dominan terfokus pada perencanaan dan implementasi menjadikan penelitian dengan fokus dan lokus ini
terhadap berbagai bidang kepemerintahan dalam dirasa sangat menarik dan penting.
konteks G2C dan G2B. Adapun fokus yang dibahas Berdasarkan latar belakang penelitian maka
dalam penelitian ini yaitu implementasi e-gov pada masalah yang dikaji dalam dalam penelitian ini yaitu
tataran G2G dalam rangka perbaikan penyelenggaraan bagaimana implementasi G2G e-gov di Kabupaten
pemerintahan yang menjadi dasar implementasi e-gov Kep. Talaud? Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk
pada konteks G2C dan G2B yang lebih baik. Lokasi mengetahui implementasi G2G e-gov di Kabupaten
penelitian terdahulu berada di wilayah barat Indonesia Kep. Talaud. Implementasi yang dimaksud juga
dan berbatasan darat dengan provinsi lainnya yang termasuk faktor pendukung dan penghambat serta
dapat dijangkau melalui jalur darat dari ibukota model implementasi e-gov yang dapat diterapkan di
provinsi. Adapun lokasi penelitian yang dipilih adalah Kabupaten Kep. Talaud. Hasil penelitian ini
daerah perbatasan di wilayah timur Indonesia yang diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain
hanya dapat dijangkau dengan transportasi udara bagi Kemkominfo khususnya Direktorat E-
maupun laut. Daerah yang jaringan jalan dan angkutan Government-Direktorat Jenderal Informasi dan
perhubungan daratnya masih sangat terbatas Komunikasi Publik (Dirjen IKP) agar dapat
cenderung mengalami kesulitan dalam pengembangan mengetahui perkembangan implementasi e-gov oleh
daerahnya, terutama untuk daerah di wilayah timur pemerintah daerah perbatasan, khusunya konsep G2G.
Indonesia (Bappenas, 2004: 19-23). Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan juga dapat
Cakupan e-gov sangat luas dimana meliputi menjadi referensi model implementasi G2G e-gov di
Goverment-to-Citizen (G2C), Governement-to- pemerintah daerah perbatasan. Adapun konsep
Business (G2B), dan Government-to-Government penelitian yang digunakan dapat dilihat melalui
(G2G). Dalam penelitian ini, masalah yang dibahas Gambar 1.

4
Jurnal Pekommas, Vol. 18 No. 1, April 2015: 1 - 14

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian

Pemanfaatan TIK memiliki kontribusi dalam dibutuhkan untuk memastikan adanya perbaikan
rangka mewujudkan good governance di Kabupaten berkesinambungan (continues improvement).
Kep. Talaud. Pemanfaatan TIK secara maksimal
bergantung pada ketersediaan infrastruktur, METODOLOGI PENELITIAN
kepemimpinan dalam organisasi, dan SDM yang Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
mumpuni dalam penggunaannya. Implementasi G2G atau naturalistik karena dilakukan pada tempat atau
e-gov di Kabupaten Kep. Talaud diharapkan dapat kondisi yang alamiah (natural setting) dan peneliti
mendorong terwujudnya good governance di daerah tidak membuat perlakuan. Pendekatan ini juga disebut
tersebut. Aspek implementasi G2G e-gov yang dikaji metode interpretive karena data hasil penelitian lebih
mengacu pada Inpres No.3/2003 dan Permen Kominfo berkenaan dengan interpretasi terhadap data lapangan
No. 41/2007 dalam penelitian ini yaitu: serta data yang terkumpul (Sugiyono, 2012: 7-8).
1. Perencanaan: Proses ini berkaitan dengan Pendekatan kualitatif sesuai digunakan jika tujuan
identifikasi kebutuhan dan formulasi inisiatif- utama dari studi adalah menggambarkan situasi,
inisiatif e-gov sebagai landasan implementasi fenomena, permasalahan, atau kejadian (Widi, 2010:
untuk memastikan bahwa rencana e-gov di semua 57).
level SKPD Kabupaten Kep. Talaud sinergis dan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif studi
konvergen dengan rencana skala nasional sampai kasus. Umumnya teknik penelitian ini digunakan
ke level paling bawah. untuk pembuatan rencana dan pengambilan
2. Manajemen: Proses ini berkaitan dengan keputusan. Teknik deskriptif juga digunakan untuk
pengelolaan e-gov di masing-masing SKPD memberikan gambaran secara sistematis tentang
Kabupaten Kep. Talaud meliputi manajemen proses yang sedang berlangsung. Dengan
belanja/anggaran, organisasi, dan SDM. menggunakan teknik penelitian ini, peneliti
3. Realisasi dan pengoperasian sistem: Proses ini menghimpun informasi, data, atau fakta terkini
berkaitan dengan pemilihan, penetapan, mengenai implementasi e-gov di daerah perbatasan
pengembangan/akuisis sistem, serta manajemen khususnya di Kabupaten Kep. Talaud. Dengan
proyek e-gov di masing-masing SKPD Kabupaten demikian, peneliti dapat memperoleh gambaran secara
Kep. Talaud. Sedangkan pengoperasian terkait sistematis proses implementasi e-gov yang sedang
dengan operasional e-gov masing-masing SKPD berlangsung di daerah tersebut dengan tujuan melalui
Kabupaten Kep. Talaud untuk memberikan gambaran yang diperoleh dapat digunakan sebagai
jaminan tingkat layanan dan keamanan sistem yang referensi dalam pengembangan konsep atau
dioperasikan. pengambilan keputusan terkait kebijakan e-gov di
4. Pemeliharaan sistem: Proses ini berkaitan dengan Kabupaten Kep. Talaud (Widi, 2010: 47-52).
pemeliharaan aset-aset e-gov untuk mendukung Data primer penelitian bersumber dari hasil
pengoperasian sistem yang optimal di masing- pengamatan langsung dan wawancara dengan
masing SKPD Kabupaten Kep. Talaud. informan penelitian. Adapun data sekunder bersumber
5. Monitoring dan evaluasi: Proses ini berkaitan dari literatur-literatur ilmiah seperti buku, hasil
dengan monitoring dan evaluasi semua aspek penelitian, majalah, artikel, dokumen, jurnal ilmiah,
maupun proses e-gov di masing-masing SKPD dan sumber literatur lainnya yang terkait dengan fokus
Kabupaten Kep. Talaud. Proses ini dibutuhkan penelitian. Data penelitian diperoleh dengan

5
Studi Implementasi E-Government di Daerah Perbatasan… (Riva’atul Adaniah Wahab dan Arsyad)

menggunakan teknik pengumpulan data yaitu terdiri negara lain mengarahkan peneliti untuk fokus kepada
dari 1) Wawancara terbuka, dimana peneliti secara implementasi e-gov di Kabupaten Kep. Talaud
langsung mengajukan pertanyaan kepada informan dijadikan referensi untuk mendukung proses persiapan
mengenai implementasi e-gov di Kabupaten Kep. pengumpulan data di lapangan. Analisis data pada saat
Talaud (Sugiyono, 2012: 140), 2) Observasi, dimana pengumpulan data dilakukan peneliti pada saat
peneliti mengumpulkan data melalui pengamatan wawancara dimana peneliti melakukan analisis
langsung mengenai implementasi e-gov di Kabupaten terhadap jawaban yang diwawancarai (Sugiyono,
Kep. Talaud. Dalam hal ini, peneliti berperan sebagai 2012: 245-246). Dalam penelitian ini, pertanyaan
pengamat non-partisipatif yang tidak terlibat langsung yang diajukan adalah terkait dengan implementasi e-
dalam implementasi e-gov di Kabupaten Kep. Talaud gov di Kabupaten Kep. Talaud. Dalam proses
(Sugiyono, 2012: 145), 3) Studi Dokumentasi melalui wawancara, peneliti menemukan adanya keterlibatan
studi sumber-sumber tertulis atau dokumen beberapa instansi dalam implementasi e-gov di
implementasi e-gov khususnya di Indonesia, daerah- Kabupaten Kep. Talaud sehingga untuk mendapatkan
daerah lain, maupun di luar negeri, baik yang data yang kredibel perlu untuk melakukan wawancara
diperoleh sendiri maupun diperoleh dari informan dengan pihak-pihak tersebut (snowball). Analisis
penelitian yang dapat dijadikan referensi. Informan setelah pengumpulan data menggunakan Model Miles
dalam penelitian ini diperoleh melalui gabungan dan Huberman dimana data kualitatif dianalisis secara
teknik snowball dan purposive sampling berdasarkan interaktif. Adapun aktivitas dalam analisis data model
fokus serta tujuan penelitian. Karena fokus ini terdiri dari 1) Penyederhanaan data/data reduction.
implementasi adalah G2G maka informan yang Reduksi data dilakukan dengan memfokuskan
dilibatkan dalam penelitian ini adalah pejabat di implementasi e-gov di Kabupaten Kep. Talaud
lingkungan instansi pemerintah Kabupaten Kep. meliputi perencanaan, manajemen, realisasi dan
Talaud yang dianggap kompeten dalam memberikan pengoperasian, pemeliharaan, sampai pada monitoring
informasi yaitu Kepala Sub Bagian (Kasubbag) dan evaluasinya. 2) Penyajian data/data display. Data
Umum dan Kepegawaian BAPPEDA, Kepala Bidang disajikan dalam bentuk teks naratif implementasi e-
(Kabid) Pendataan dan Penetapan DPPKAD, Kabid gov di Kabupaten Kep. Talaud. 3) Pengambilan
Kominfo Dishubkominfo, Kepala Bagian (Kabag) kesimpulan/ conclusion drawing dan
Pembangunan dan Infrastruktur Sekretariat Daerah verifikasi/verification. Data yang diperoleh
(Setda), Kabag Humas Setda, Kabid Program Dinas difokuskan untuk menjawab rumusan masalah terkait
Kependudukan dan Catatan Sipil (Capil), Sekretaris implementasi e-gov di Kabupaten Kep. Talaud, faktor
Badan (Sekda) Litbang Daerah (Litbangda), dan pendukung dan penghambat, serta menemukan model
pengelola provider Internet di Kabupaten Kepulauan G2G e-gov yang dapat diterapkan di Kabupaten Kep.
Talaud CV. Porodisa Net. Dalam pengumpulan data, Talaud (Sugiyono, 2012: 246-253).
peneliti berperan sebagai instrumen penelitian yang
memilih informan penelitian sebagai sumber data, HASIL DAN PEMBAHASAN
melakukan pengumpulan data, penilaian kualitas data, Implementasi G2G E-Government di Kabupaten
menganalisis data, menafsirkan data, dan membuat Kepulauan Talaud Saat Ini
kesimpulan atas temuan penelitian (Sugiyono, 2012:
305-306). Adapun alat bantu yang digunakan antara Perencanaan Sistem
lain panduan wawancara, alat rekam, dan kamera. Umumnya, perencanaan implementasi program
Analisis data dalam penelitian kualitatif terdiri dari pemerintahan dituangkan dalam bentuk regulasi
tiga tahap yaitu sebelum memasuki lokasi penelitian, kebijakan, rencana induk (renduk), masterplan, atau
selama di lokasi penelitian, dan setelah selesai di blueprint (Pemerintah Kabupaten Demak, 2010: 132).
lokasi penelitian. Analisis data sebelum memasuki Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasubbag
lokasi penelitian dilakukan terhadap data hasil studi Umum dan Kepegawaian BAPPEDA, Kabag
pendahuluan atau data sekunder yang akan digunakan Pembangunan dan Infrastruktur Setda, serta Kabid
untuk menentukan fokus penelitian. Pada tahapan Kominfo Dishubkominfo diketahui bahwa
awal analisis data, literatur terkait dengan model- perencanaan e-gov di Kabupaten Kep. Talaud belum
model implementasi e-gov di daerah lain maupun di ada. Proses perencanaan e-gov yang akan dibuat

6
Jurnal Pekommas, Vol. 18 No. 1, April 2015: 1 - 14

dalam bentuk masterplan e-gov Kabupaten Kep. belanja TIK seperti koneksi Internet akan dilakukan
Talaud saat ini baru mencapai tahap perencanaan secara terintegrasi dan terstruktur melalui satu pintu.
pengembangan infrastruktur TIK sebagai bagian dari Selain anggaran pemerintah daerah, pengembangan
e-gov. Perencanaan tersebut telah dituangkan dalam sarana dan prasarana TIK di Kabupaten Kep. Talaud
rencana strategis (renstra) Dishubkominfo Kabupaten juga mengandalkan anggaran dari pemerintah pusat,
Kep. Talaud tahun 2014-2019 sebagai tindak lanjut misalnya bantuan dari Kementerian Komunikasi dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Informatika (Kemenkominfo) dalam bentuk Media
(RPJMD) 2014-2019 di tingkat SKPD. Adapun Centre yang saat penelitian sedang dalam proses
perencanaan e-gov telah melalui tahap diskusi pengadaan.
bersama antara BAPPEDA, Dishubkominfo, dan Pembangunan dan pengembangan e-gov secara
Bagian Pembangunan dan Infrastruktur Setda khusus dan TIK secara umum di Kabupaten Kep.
Kabupaten Kep. Talaud. Masa transisi dari RPJMD Talaud diserahkan kepada Dishubkominfo Kabupaten
2009 – 2014 ke 2014 – 2019 sebagai tindak lanjut Kep. Talaud dengan bantuan dari BAPPEDA dalam
hasil pemilihan kepala daerah (bupati) baru pembuatan masterplan-nya. Dalam kasus ini, mindset
merupakan momentum yang dapat digunakan untuk pemimpin SKPD harus diarahkan pada fokus yang
merekomendasikan penyusunan rencana implementasi sama yaitu pembangunan dan pengembangan
e-gov. Pada kenyataannya di lapangan, momentum ini implementasi e-gov (e-leadership). Ego sektoral perlu
dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah sebagai dihilangkan untuk mewujudkan e-gov yang solid,
langkah awal. Buktinya adalah dalam penyusunan terintegrasi, dan terstruktur. Minimnya penganggaran
RPJMD yang baru, isu pengembangan sarana dan untuk implementasi e-gov menunjukkan bahwa
prasarana TIK sebagai induk dari implementasi e-gov mindset pemimpin SKPD belum menempatkan
telah terdaftar sebagai salah satu fokus pembahasan. implementasi e-gov sebagai hal yang penting dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Salah satu kekuatan
Manajemen Sistem
pembangunan dan pengembangan e-gov ke depannya
Hasil wawancara menginformasikan bahwa dari
adalah dukungan dari kepala daerah yang baru. Bupati
aspek belanja, minimnya anggaran menjadi faktor
baru saat ini dipandang memiliki visi dan misi untuk
penghambat utama dalam mengimplementasikan
menguatkan keterlibatan TIK dalam pembangunan
pembangunan dan pengembangan e-gov, secara
dan pengembangan Kabupaten Kep. Talaud (e-
khusus, dan sarana serta prasarana TIK secara umum.
leadership). Aksi nyata ditunjukkan dengan instruksi
Kabid Kominfo Dishubkominfo menambahkan bahwa
untuk menyegerakan penggunaan media centre dan
2013, anggaran untuk TIK Dishubkominfo sebagai
penambahan infrastruktur TIK di Kabupaten Kep.
penanggung jawab utama pembangunan TIK di
Talaud.
Kabupaten Kep. Talaud hanya memungkinkan untuk
Hasil wawancara dengan Kasubbag Umum dan
pengembangan dan pembangunan e-gov direalisasikan
Kepegawaian BAPPEDA dari aspek manajemen
secara bertahap dan bukan dalam tempo yang singkat,
SDM, menunjukkan bahwa saat ini program dan
termasuk penyusunan masterplan atau grand design.
pemanfaatan anggaran bidang kominfo dari
Sebagai contoh, dari 33 SKPD Kabupaten Kep.
pemerintah daerah maupun pusat mayoritas
Talaud, tidak semuanya menganggarkan sewa
difokuskan pada pembangunan infrastruktur belum
jaringan internet yang merupakan salah satu kunci
kepada pembangunan SDM. Data Dishubkominfo
implementasi e-gov. Melalui wawancara dengan
Kabupaten Kep. Talaud menunjukkan bahwa
Kabid Programnya, diketahui bahwa Dinas
masyarakat melek TIK di Kabupaten Kep. Talaud,
Kependudukan dan Capil baru akan menganggarkan
70% usia 45 ke bawah, 20% usia 45-55 tahun, dan
sewa jaringan dan pengadaan infrastruktur TIK untuk
10% di atas 55 tahun. Persentase usia 45 ke bawah
mendukung e-gov di tahun 2015. Penganggaran ini
mayoritas dari kalangan siswa SMP – SMA dan ada
dilakukan secara internal dan belum mengacu pada
pula aparatur pemerintah daerah. Meski belum
kerjasama dengan Dishubkominfo. Lain halnya
menjadi fokus utama, upaya pembangunan SDM
dengan Bagian Humas Setda Kabupaten Kep. Talaud
sudah mulai dilakukan. Namun, program tersebut
yang belum menganggarkan sarana dan prasarana
masih terkonsentrasi pada peningkatan literasi TIK
untuk implementasi e-gov, kecuali pengembangan
secara umum seperti pelatihan radio dan belum
SDM TIK. Kedepannya, penganggaran beberapa
dikhususkan pada literasi TIK dalam kaitannya

7
Studi Implementasi E-Government di Daerah Perbatasan… (Riva’atul Adaniah Wahab dan Arsyad)

dengan implementasi e-gov. Dinas Kependudukan dan Infrastruktur Setda menambahkan bahwa dalam
Capil juga pernah memfasilitasi pelaksanaan perencanaan e-gov ke depan, pemerintah Kabupaten
pendidikan dan pelatihan operator e-KTP. Kep. Talaud sudah mengajukan permohonan domain
Pengkaderan operator diagendakan untuk menjamin ke Pengelola Nama Domain Internet Indonesia
keberlangsungan proses pengoperasian sistem. Dalam (PANDI) sebagai langkah awal aktivasi kembali
perencanaan Bagian Humas Setda Kabupaten Kep. website tersebut. Perencanaan pembangunan website
Talaud, akan direkrut tenaga-tenaga non-PNS untuk yang sedang dilakukan telah melalui proses analisis
menangani website yang sedang dalam proses kebutuhan untuk memprediksi kebutuhan-kebutuhan
pengaktifan kembali. Ini menunjukkan bahwa SDM layanan.
aparatur pemerintahan di Kabupaten Kep. Talaud, Hasil wawancara dengan Kabid Pendataan dan
khususnya Bagian Humas Setda masih kurang. Penetapan DPPKAD serta Kabag Pembangunan dan
Pelatihan terkait TIK di lingkungan aparatur Setda Infrastruktur Setda juga memberikan informasi bahwa
Kabupaten Kep. Talaud belum pernah sama sekali. beberapa tahun yang lalu dalam pengelolaan keuangan
Secara umum, aparatur pemerintahan Kabupaten Kep. ada Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA)
Talaud berada pada e-literasi level 2 yaitu individu yang dikoordinir oleh DPPKAD. Sistem ini
telah berkali-kali menggunakan teknologi informasi memungkinkan proses penyelenggaraan keuangan
dan komunikasi untuk membantu aktivitasnya sehari- daerah yang berdasar pada Standar Akuntansi
hari dan telah memiliki pola keberulangan dalam Pemerintahan menjadi lebih akuntabel karena sudah
penggunaannya. Untuk dapat mengimplementasikan terkomputerisasi. Kondisi yang sama dengan realisasi
e-gov secara profesional, SDM perlu dibina sehingga website juga terjadi pada pengelolaan SIMDA, dalam
berada pada e-literasi level 4 dimana individu telah kurun waktu kurang dari satu tahun, implementasi
sanggup meningkatkan secara signifikan (dapat SIMDA terhenti karena tidak adanya SDM yang dapat
dinyatakan secara kuantitatif) kinerja aktivitas mengelola. DPPKAD juga memiliki Sistem Informasi
kehidupannya sehari-hari melalui pemanfaatan dan Manajemen Objek Pajak (SISMIOP) yang
informasi dan teknologi (Harahap, 2010: 135-136). petugasnya belum ada. Kondisi ini menyebabkan
pengambilan data objek pajak dilakukan secara
Realisasi dan Pengoperasian Sistem
manual di masing-masing kecamatan sehingga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem
dibutuhkan waktu yang panjang untuk dapat
penyelenggaraan pemerintahan berbasis TIK dalam
merampungkannya. Kabag Pembangunan dan
rangka manifestasi e-gov sudah mulai
Infrastruktur Setda menambahkan implementasi e-gov
diimplementasikan di beberapa SKPD secara sektoral,
yang masih berjalan pelaksanaannya adalah Layanan
meskipun belum ada regulasi atau masterplan yang
Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik (LPSE)
jelas, salah satunya adalah website. Berdasarkan hasil
atau e-procurement yang dilaksanakan oleh Setda.
wawancara dengan Kabag Humas Setda Kabupaten
Dinas Kependudukan dan Capil juga menjalankan
Kep. Talaud, diketahui bahwa beberapa tahun yang
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)
lalu, Pemerintah Kabupaten Kep. Talaud juga
yang memungkinkan database e-KTP terhubung ke
memiliki website. Namun, saat ini website tersebut
Kementerian Dalam Negeri. Selain menggunakan
sudah tidak aktif karena tidak adanya operator yang
dukungan Internet via Very Small Aperture Antenna
dapat mengelola. Tidak tersedianya media yang dapat
(VSAT), pengoperasian aplikasi ini juga
mengakomodir diseminasi informasi program
menggunakan jaringan provider lokal di Kabupaten
pemerintah, membuat mereka menjalin kerjasama
Kep. Talaud. Jaringan ini seharusnya terhubung
dengan Radio Republik Indonesia (RRI) dan Manado
dengan kecamatan lain di Kabupaten Kep. Talaud
Post sebagai corong informasi. Pesan dikirim secara
untuk memudahkan proses integrasi data.
manual via layanan teks. Salah satu kendala metode
Ketersediaan dan kondisi jaringan sangat
ini adalah proses hak jawab yang biasa dilakukan
mempengaruhi kinerja aplikasi ini. Kendala yang
melalui media cetak terhambat atau tidak real time
muncul adalah kualitas jaringan yang tidak memadai.
karena proses pengiriman berita terlambat dan
Putusnya jaringan internet sering berdampak pada
sebagainya. Jika saja website Bagian Humas Setda
offline-nya komunikasi dengan pemerintahan pusat
aktif, proses diseminasi informasi dapat lebih
maupun pemerintah kecamatan sehingga rentan terjadi
sederhana dan cepat. Kabag Pembangunan dan
8
Jurnal Pekommas, Vol. 18 No. 1, April 2015: 1 - 14

masalah pada database seperti duplikasi data atau pengembangan infrastruktur e-gov yang terintegrasi
kehilangan data saat pengiriman secara manual. dan terstruktur dengan baik merupakan kunci
Selain Dinas Kependudukan dan Capil serta implementasi e-gov yang lebih baik. Jika rencana
DPPKAD, beberapa SKPD saat ini telah memiliki belanja TIK satu jalur (one window) terealisasi,
infrastruktur TIK dasar untuk mengimplementasikan website Kabupaten Kep. Talaud akan dapat diaktifkan
e-gov seperti jaringan internet. Kekurangannya, kembali dan dimaksimalkan fungsinya. Konsep G2G
pembangunan jaringan tersebut tidak melalui akan dapat diakomodir melalui portal yang
koordinasi dengan Dishubkominfo sebagai terintegrasi dengan semua SKPD. Manajemen
pengemban tugas dalam pembangunan dan bandwidth juga dimungkinkan sehingga kebutuhan
pengembangan TIK dan e-gov di Kabupaten Kep. semua SKPD dapat terpenuhi. Satu hal yang menarik
Talaud. Saat ini, pasokan bandwidth jaringan internet dalam realisasi dan pengoperasian sistem e-gov di
di Kabupaten Kep. Talaud hanya ditangani oleh satu Kabupaten Kep. Talaud adalah keinginan besar satu-
provider internet. Hasil wawancara dengan CV. satunya provider internet di daerah ini untuk ikut
Porodisa Net menunjukkan bahwa sebanyak 20 SKPD terlibat dalam pembangunan e-gov. Namun,
menyewa bandwidth dengan kapasitas berbeda-beda penawaran win-win-solution yang pernah diajukan
secara terpisah sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan oleh provider tersebut ternyata tidak direspon dengan
tugas. Keterbatasan penyedia secara langsung baik oleh birokrasi terdahulu. Memanfaatkan
berpengaruh terhadap ketersediaan bandwidth yang momentum kepemimpinan baru, proposal ini akan
dapat digunakan di masing-masing SKPD. kembali diajukan dan diharapkan dapat mendapat
Pengembangan dan manajemen jaringan internet respon yang lebih baik dari pemimpin yang baru.
secara parsial atau sektoral sejatinya akan berdampak
Pemeliharaan Sistem
pada pemborosan sumber daya misalnya anggaran dan
Data hasil wawancara dengan Kasubbag Umum
bandwidth. Kondisi ini berdampak pada tidak
dan Kepegawaian BAPPEDA, Kabag Pembangunan
terpenuhinya kebutuhan bandwidth jaringan Internet
dan Infrastruktur Setda, serta Kabid Pendataan dan
di beberapa SKPD dikarenakan monopoli. Provider
Penetapan DPPKAD menunjukkan bahwa
Internet tersebut juga menambahkan informasi bahwa
pemeliharaan sistem pendukung implementasi e-gov
minat penggunaan jaringan Internet sangat tinggi
masih bersifat sektoral atau terpisah. Dalam rangka
namun karena sumber daya yang terbatas beberapa
memelihara keberlangsungan konektivitas antara
permintaan ditolak karena trafik jaringan yang sudah
SKPD dengan pemerintah pusat dan SKPD dengan
padat.
SKPD lainnya, beberapa SKPD telah merencanakan
Selain pembangunan jaringan yang parsial,
anggaran pemeliharaan sistem pendukung e-gov.
database pemerintahan juga masih tersimpan secara
Dinas Kependudukan dan Capil telah memasukkan
parsial di masing-masing SKPD. Jika ditelaah,
program pemeliharaan sarana dan prasarana TIK
database pemerintahan dapat digunakan oleh banyak
dalam anggaran tahun 2015. Penganggaran ini sangat
SKPD, misalnya data kependudukan yang selain dapat
vital untuk meningkatkan kinerja Dinas
digunakan oleh Dinas Kependudukan dan Capil juga
Kependudukan dan Capil Kabupaten Kep. Talaud.
dapat digunakan oleh BAPPEDA, Dinas Pendidikan,
Beberapa SKPD juga bekerjasama dengan pihak
Pemuda, dan Olahraga, atau Dinas Kesehatan
ketiga yaitu penyelenggaran jasa internet (provider)
Kabupaten Kep. Talaud. Sharing database selama ini
yang juga menyediakan jasa pemeliharaan sarana dan
masih dilakukan secara manual (datang langsung ke
prasarana TIK, serta jasa lainnya. Salah satu bentuk
Dinas Kependudukan dan Capil). Pelaporan database
kerjasama dengan pihak ketiga dalam pemeliharaan
juga masih manual. Saat ini pelaksanaan sharing
sarana dan prasarana TIK adalah kegiatan rutin scan
database masih mungkin dilakukan karena lokasi
antivirus seminggu sekali dan perawatan lainnya di
SKPD Kabupaten Kep. Talaud berdekatan (berada
DPPKAD. Perawatan ini bertujuan untuk menjaga
dalam satu kompleks perkantoran) sehingga dapat
keberlangsungan proses e-gov di SKPD tersebut,
dijangkau dengan mudah tanpa perlu mengeluarkan
terlebih lagi menjaga database keuangan yang
anggaran yang besar. Kekurangannya, dibutuhkan
menjadi salah satu tugas penting instansi tersebut.
waktu yang cukup lama untuk
Keterlibatan pihak ketiga dalam pemeliharaan sistem
mengimplementasikannya karena harus berpindah dari
memerlukan pengawasan ketat dari SKPD yang
satu SKPD ke SKPD lain. Pembangunan dan

9
Studi Implementasi E-Government di Daerah Perbatasan… (Riva’atul Adaniah Wahab dan Arsyad)

dilayani mengingat penanganan sistem oleh pihak dalam kelembagaan TIK. Kemampuan itu diperlukan
ketiga rentan akan terjadinya kebocoran data. untuk memanfaatkan TIK sebagai strategi
Karenanya, dalam pemeliharaan sistem, ketersediaan pembangunan. Menurut Kearney (1990), suksesnya
SDM kompeten di internal masing-masing SKPD implementasi e-gov ditunjang enam kunci yaitu
adalah penting. SDM inilah yang akan bertanggung dukungan manajemen level atas, kualitas staf TIK,
jawab menangani masalah yang terjadi dalam sistem kualitas pengguna, kerjasama antara TIK dan
e-gov SKPD-nya. Pemeliharaan sistem melalui pengguna, pelatihan, dan aplikasi yang sesuai
penyediaan SDM yang kompeten sangat penting kebutuhan. Adapun Heeks dan Schware menyatakan
dalam menjaga keberlanjutan sistem e-gov. Bagian bahwa kegagalan implementasi e-gov di banyak
Humas Setda Kabupaten Kep. Talaud misalnya, negara adalah karena mekanisme organisasi yang
berencana merangkul aparatur SKPD untuk mengelola tidak solid. Meski organisasi menentukan strategi
website yang tentunya dapat memperkuat proses e-gov implementasi e-gov, namun hanya diposisikan sebagai
terutama diseminasi program pemerintahan. faktor tambahan (Harimurti, 2010: 86). Secara lebih
spesifik, Rubino-Hallman dan Hanna (2006)
Monitoring dan Evaluasi
menekankan bahwa implementasi e-gov adalah sebuah
Beberapa SKPD telah memiliki agenda monitoring
tranformasi besar dan melatih perubahan manajemen.
dan evaluasi sendiri atas penggunaan dan pemanfaatan
Karenanya keberadaan pemimpin yang kompeten
TIK di organisasinya. Kabag Pembangunan dan
dalam memberdayakan organisasi untuk mengatasi
Infrastruktur Setda memberikan informasi bahwa
hambatan dalam proses dan perubahan organisasi. Isu
Bagian Infrastruktur dan Pembangunan Setda
yang berkembang di masyarakat adalah bahwa daerah
memiliki agenda evaluasi TIK di lingkungannya
perbatasan saat ini menjadi fokus pemerintah pusat
secara manual. Hasil evaluasi biasanya diserahkan
dan menjadi perhatian berbagai pihak (Faozan, 2006:
langsung kepada Dishubkominfo sebagai referensi
23). Namun dalam kenyataannya, jumlah bantuan
monitoring dan evaluasi TIK di lingkungan
yang mengalir ke Kabupaten Kep. Talaud sebagai
pemerintahan Kabupaten Kep. Talaud. Hasil
salah satu daerah perbatasan masih sangat minim.
monitoring dan evaluasi diharapkan dapat digunakan
Oleh karena itu, pembangunan e-gov tidak dapat lagi
sebagai data dalam merumuskan program bidang TIK
disandarkan pada bantuan pemerintah pusat tetapi
seperti penganggaran belanja infrastruktur, SDM,
harus atas inisiasi pemegang kekuasaan tertinggi
maupun bantuan TIK lainnya. Dalam menangani
pemerintah daerah (bupati). Fukuyama (2004)
proses ini, Balitbangda dapat dilibatkan. Pelaksana
menyatakan bahwa kekurangan visi dan kemampuan
tunggal perlu ditetapkan untuk menjamin standar
kepemimpinan serta organisasi merupakan potret
penilaian monitoring dan evaluasi yang sama di
pengembangan e-gov di negara tertinggal.
masing-masing SKPD.
Menanggapi pentingnya kepemimpinan dalam
Kurangnya SDM yang berkompeten dalam
implementasi e-gov, hasil wawancara menunjukkan
melaksanakan monitoring dan evaluasi di Kabupaten
bahwa di Kabupaten Kep. Talaud dukungan
Kep. Talaud menjadi hambatan tersendiri. Menurut
manajemen level atas merupakan kunci utama dalam
Kabid Kominfo Dishubkominfo, stakeholder seperti
implementasi e-gov. Komitmen bupati yang baru
Relawan TIK Kabupaten Kep. Talaud dalam
dilantik dan Dishubkominfo sebagai pengemban tugas
perencanaan ke depan akan dilibatkan dalam tugas ini
pembangunan dan pengembangan di Kabupaten Kep.
dan diharapkan dapat membantu proses monitoring
Talaud cukup kuat untuk dapat mendorong
dan evaluasi secara menyeluruh di Kabupaten Kep.
implementasi e-gov di daerah ini. Aksi nyata
Talaud.
komitmen tersebut sudah dapat dilihat melalui
Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi tanggapan terhadap isu pengembangan TIK sebagai
G2G E-Government di Kabupaten Kepulauan kunci implementasi e-gov yang dibahas sebagai
Talaud
bagian dari RPJMD baru. Mindset e-leadership bupati
TIK mengintegrasikan sumber daya e-gov seperti ini diharapkan dapat menular kepada seluruh
organisasi, proses, dan SDM. Riwayat inisiasi e-gov pimpinan SKPD di lingkungan Pemerintahan
menunjukkan bahwa hambatan utama Kabupaten Kep. Talaud sehingga manifestasi e-gov
implementasinya adalah kurangnya kepemimpinan

10
Jurnal Pekommas, Vol. 18 No. 1, April 2015: 1 - 14

yang terintegrasi dan terstruktur dapat dipercepat Kompetensi dapat dibagi dua kategori yaitu
realisasinya. “threshold” dan “differentiating” menurut kriteria
Percepatan implementasi e-gov dari aspek lain yang digunakan untuk memprediksi kinerja suatu
juga dapat dipengaruhi oleh pembangunan jaringan pekerjaan (Spencer & Spencer, 1993: 15). Threshold
TIK, seperti jaringan internet. Secara umum, faktor competencies adalah karakteristik utama yang
yang dapat mendukung pembangunan jaringan biasanya berupa pengetahuan atau keahlian dasar
internet adalah kondisi geografis daerah. Wilayah seperti kemampuan untuk membaca yang harus
daratan Kabupaten Kep. Talaud sebagian memiliki dimiliki seseorang agar dapat melaksanakan
struktur geografis daerah berbukit. Dalam kondisi ini, pekerjaannya. Tetapi tidak digunakan untuk
konfigurasi jaringan internet harus dibuat sedemikian menentukan apakah seseorang tersebut berkinerja
rupa agar dapat meng-cover dan menghubungkan tinggi atau tidak. Sedangkan differentiating
SKPD. Kaitannya dengan e-government, competencies adalah faktor yang membedakan
keterhubungan jaringan internet antar-SKPD adalah individu yang berkinerja tinggi dan rendah (Fogg,
infrastruktur yang vital untuk dipenuhi. Di Kabupaten 2004: 27). Aparatur pemerintah Kabupaten Kep.
Kep. Talaud, perkantoran hampir semuanya berada Talaud secara umum mayoritas hanya memiliki
dalam satu kompleks perkantoran. Dalam konteks threshold competencies. Kompetensi ini dapat
penyelenggaraan pemerintahan G2G, konfigurasi ini ditingkatkan melalui pelatihan atau bimbingan teknis.
memberikan kemudahan dalam mengakses SKPD – Selain kualitas SDM yang masih rendah, terkotak-
SKPD tersebut. Meski demikian, faktor waktu kotaknya pembangunan dan pengembangan
menjadi kendala dalam implementasinya. Lokasi infrastruktur TIK, termasuk Internet, juga menjadi
perkantoran yang berdekatan ini dapat sangat hambatan dalam implementasi e-gov di Kabupaten
menunjang pembangunan jaringan internet untuk Kep. Talaud. Mutu pelayanan yang efektif, efisien,
keperluan implementasi e-gov. Topologi yang lebih dan terbuka dapat terpenuhi dengan baik jika
sederhana dan kebutuhan anggaran yang lebih kecil implementansi e-gov berbasis pada sistem jaringan
untuk bahan pembangunan jaringan internet adalah TIK yang terintegrasi dan terstruktur. Pengelolaan
dimungkinkan. teknologi secara terintegrasi dan lintas sektoral
Lebih lanjut, sistem jaringan TIK, termasuk dimaksudkan untuk dapat menyederhanakan proses
internet yang saat ini dibangun secara parsial atau bisnis dalam lingkup pemerintahan yang mutlak
sektoral oleh masing-masing SKPD dapat menjadi diperlukan mengingat beragamnya fungsi-fungsi
salah satu aspek pendukung percepatan pembangunan pemerintahan yang kompleks, lintas sektoral, dan
jaringan TIK, termasuk internet. Hasil pengamatan di saling ketergantungan satu sama lain. Tujuan akhir
lapangan menunjukkan bahwa jaringan internet dengan adanya pengelolaan teknologi adalah untuk
maupun TIK secara umum di masing-masing SKPD dapat menjamin tidak ada duplikasi data, mudah
masih sederhana (belum kompleks). Kondisi ini dalam pengelolaannya, cost effective secara
dipandang dapat memudahkan proses rekonfigurasi keseluruhan, aman, dan mudah dikembangkan lebih
untuk mengintegrasikan jaringan TIK dan internet lanjut (Pemerintah Kabupaten Demak, 2010: 137-
yang lebih terstruktur di SKPD-SKPD dalam 138). Implementasi secara parsial pada umumnya
kaitannya dengan implementasi e-government. terkait dengan ego sektoral SKPD. Hambatan ini perlu
Adapun lima hambatan implementasi e-gov diminimalkan agar implementasi e-gov di Kabupaten
menurut Kearney (1990) yaitu kualitas pengguna, Kep. Talaud dapat lebih baik. Pembangunan jaringan
ketersediaan kemampuan TIK, kejelasan pendefinisian TIK secara parsial juga berdampak pada mahalnya
kebutuhan, aplikasi yang sesuai kebutuhan, dan biaya yang digunakan untuk implementasi e-gov.
kesadaran manajerial. Kualitas SDM sebagai operator Padahal pelaksanaannya dapat dilakukan secara
e-gov di Kabupaten Kep. Talaud muncul sebagai salah terkoordinir, terencana sesuai dengan kebutuhan, dan
satu masalah dalam implementasi e-gov. Hasil hasilnyapun dapat lebih baik (Sudarto, 2005).
wawancara menginfomasikan bahwa beberapa Infrastruktur TIK di daerah perbatasan, merupakan
penggunaan aplikasi sistem dalam tataran e-gov suatu keharusan dan menjadi kebutuhan yang sangat
banyak yang terhenti dikarenakan tidak adanya SDM vital. Keterbatasan anggaran pemerintah daerah
yang menanganinya. Kualitas SDM hakikatnya kemudian berdampak pada tidak merata dan
dipengaruhi oleh kompetensi yang dimiliki. maksimalnya program peningkatan infrastruktur TIK

11
Studi Implementasi E-Government di Daerah Perbatasan… (Riva’atul Adaniah Wahab dan Arsyad)

terutama di pulau-pulau perbatasan (Kenda, 2013: 29). Model Implementasi untuk G2G E-Government
Ketersediaan infrastruktur TIK di Kabupaten Kep. Kabupaten Kepulauan Talaud
Talaud masih sangat minim. Per tahun 2013, hanya Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses
terdapat 126 sambungan telepon (BPS Kabupaten pengembangan e-gov di Kabupaten Kep. Talaud
Kepulauan Talaud, 2013: 249-250) dan 21 BTS masih berada pada tingkat 1 yaitu Persiapan yang
(Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika ditandai dengan pembuatan situs informasi tidak
Kabupaten Kepulauan Talaud, 2013: 3). Realisasi isu hanya oleh Humas Sekda tetapi juga di masing-
upaya pemerintah pusat untuk memfokuskan masing SKPD lainnya. Kondisi e-gov Kabupaten Kep.
programnya ke daerah perbatasan seperti Kabupaten Talaud yang masih berada pada tahap persiapan juga
Kep. Talaud belum dapat dilihat secara nyata. Bantuan dibuktikan dengan proses penyiapan SDM dan sarana
dari pemerintah pusat masih tergolong minim. akses e-gov baik internal SKPD maupun antar-SKPD.
Perhatian yang diberikan ke daerah-daerah perbatasan Dalam proses persiapan ini, perlu ditetapkan model
seperti Kabupaten Kep. Talaud ini pun masih belum implementasi e-gov yang dapat diterapkan di
terasa dampaknya. Dari sisi swasta, kondisi geografis Kabupaten Kep. Talaud. Menurut Layne (2001) fase
yang sulit menjadi pertimbangan sulit bagi pihak tertinggi dari perkembangan e-gov adalah horizontal
swasta untuk menginvestasikan infrastruktur TIK di integration yaitu pemanfaatan TIK oleh pemerintah
daerah ini. dimana sebuah sistem telah terintegrasi dengan baik
Selain infrastruktur yang belum memadai, meskipun berjalan pada fungsi ang berlainan. Fase
pembangunan jaringan internet juga menjadi masalah tersebut memunculkan model e-gov terintegrasi yang
tersendiri. Jaringan internet di daerah ini masih lebih dikenal dengan connected government.
terbatas dimana hanya disediakan oleh satu provider. Connected government atau pemerintahan yang
Banyaknya permintaan penggunaan jaringan Internet terkoneksi merupakan sebuah mekanisme kerja baru
tidak dapat diakomodir secara keseluruhan. dalam New Public Management dan budaya baru
Keterbatasan ini menyebabkan minimnya kualitas dalam Public Policy Studi. Connected government
jaringan internet yang dapat didistribusikan ke adalah sebuah inisiatif yang telah diluncurkan sejak
masing-masing SKPD. Isu pembangunan jaringan 2007 untuk memacu penyebaran informasi, integrasi,
Palapa Ring oleh Kemkominfo telah lama menjadi dan interoperabilitas di antara instansi pemerintah,
angin segar bagi pengembangan jaringan internet di serta memperkuat, dan menyatukan semua
Kabupaten Kep. Talaud. Namun, sampai sekarang isu infrastruktur TIK. Mekanisme ini merubah cara kerja
ini belum terealisasi. Dampaknya, provider Internet di birokrat dengan mentransformasikan cara kerja
daerah ini harus berupaya untuk mengembangkan komputer atau TIK, dimana konektivitas, efisiensi,
layanan internet agar dapat memenuhi kebutuhan transparansi, dan sharing informasi menjadi prinsip
implementasi e-gov. Kendala yang kemudian muncul dasar pemerintahan yang terkoneksi. PBB dalam
adalah dari sisi biaya pengadaan infrastruktur. Kondisi Survei E-gov Global periode 2008 menggunakan
geografis Kabupaten Kep. Talaud yang terdiri dari kriteria connected government sebagai indikator
pulau-pulau dan jauh dari ibukota provinsi EGDI. Implementasi connected government masing-
membutuhkan pendanaan yang relatif tinggi untuk masing negara maupun daerah berbeda sesuai dengan
pengembangan jaringan internet. Jaringan internet kebutuhan dan tuntutan pemerintah setempat
yang ada saat ini disupplai (trace root) melalui jalur (Harimurti, 2010: 85).
Singapura yang dilegalkan oleh pemerintah. Jika Connected government juga diterapkan dalam
dianalisis dari letak geografis, trace root melalui strategi baru e-gov Swiss. Dalam implementasinya,
Filipina dapat menjadi solusi karena akses atau jarak Swiss membentuk badan umum untuk
tempuh lebih pendek dibandingkan trace root melalui mengkoordinasikan seluruh kebijakan yang dibuat.
Singapura. Namun, regulasi di Indoensia belum Model ini juga diterapkan Portugal dalam sebuah
memungkinkan untuk menempuh jalur tersebut. strategi yaitu simpleks programme. Melalui Jaringan
Informasi Lingkungan (EIN), Ghana menghubungkan
database Environmental Protection Agency (EPA)
dengan Lembaga Penelitian Kehutanan Ghana
(FORIG). Akses ini berdampak pada pengurangan

12
Jurnal Pekommas, Vol. 18 No. 1, April 2015: 1 - 14

biaya perjalanan dan kualitas data yang lebih baik diadaptasi dalam berbagai bentuk antara lain
untuk digunakan dalam pengambilan keputusan pengintegrasian database pemerintahan seperti
(Harimurti, 2010, hal. 90-94). Kota Surabaya kependudukan atau kepegawaian, e-budgeting, e-
memiliki Government Resources Management System project planning, dan sistem perkantoran elektronik.
(GRMS) yaitu sistem pengelolaan sumber daya Rekomendasi yang dapat disampaikan terkait
pemerintahan terintegrasi dalam konteks belanja yang implementasi G2G e-gov di Kabupaten Kep. Talaud
dikembangkan dalam rangka pengelolaan keuangan secara khusus dan daerah perbatasan secara umum
daerah. Sistem ini terdiri dari e-budgeting, e-project antara lain pemerintah daerah Kabupaten Kep. Talaud
planning, e-procurement, e-delivery, e-controlling, perlu membuka peluang dan mengakomodir
dan e-performance. Kabupaten Jembrana kerjasama yang lebih luas dengan pihak ketiga seperti
menggunakan sistem perkantoran elektronik Kantor provider Internet untuk mempercepat implementasi e-
Maya (Kantaya). Adapun Kabupaten Sragen memiliki gov di Kabupaten Kep. Talaud. SDM yang menangani
Sistem Informasi Kepegawaian (SIMPEG) sebagai proses implementasi e-gov di Kabupaten Kep. Talaud
bentuk implementasi model connected government seperti pengoperasian, pemeliharaan, serta monitoring
(Junaidi, 2011:92-93). dan evaluasi sistem harus memiliki differentiating
Berdasarkan beberapa model best practise tersebut, competencies demi menjaga keberlangsungan proses
sebagai langkah awal, model penerapan connected implementasi e-gov. Realisasi program pemerintah
government dalam implementasi e-gov di Kabupaten pusat untuk pembangunan infrastruktur TIK di
Kep. Talaud yang dapat diusulkan untuk diadaptasi wilayah perbatasan seperti Palapa Ring harus
antara lain dalam bentuk pengintegrasian database disegerakan. Kemkominfo sebagai leading sector
pemerintahan seperti kependudukan atau bidang kominfo perlu merumuskan kebijakan
kepegawaian, e-budgeting untuk megakomodir pembangunan jaringan TIK untuk kasus
perencanaan keuangan dan e-project planning untuk khusus/tertentu, misalnya trace root di daerah
perencanaan pembangunan, dan sistem perkantoran perbatasan. Fokus investasi pihak swasta terutama
elektronik seperti Kanyata. Adapun e-budgeting dan yang menyediakan infrastruktur TIK perlu didorong
e-project planning perlu dilakukan satu jalur (one untuk mengarah kepada daerah perbatasan. Direktorat
window) dalam rangka mencegah duplikasi program e-gov Dirjen APTIKA Kemkominfo perlu melakukan
serta menjalin keterhubungan budgeting dan monitoring dan evaluasi rutin implementasi e-gov di
perencanaan pembangunan antar-SKPD, misalnya daerah perbatasan dalam rangka mempercepat
budgeting dan perencanaan pembangunan pemerataan implementasi e-gov di Indonesia. Perlu
infrastruktur TIK sebagai pendukung implementasi e- adanya penelitian yang mengkaji model implementasi
government. G2C e-gov yang dapat diterapkan di daerah
perbatasan, seperti model local government atau open
KESIMPULAN government data.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
UCAPAN TERIMA KASIH
implementasi e-gov di daerah perbatasan Kabupaten
Kep. Talaud dalam tataran G2G masih berada pada Terima kasih diucapkan kepada berbagai pihak
tahap 1 yaitu persiapan meliputi pembuatan situs antara lain pejabat di lingkungan instansi Pemerintah
informasi, penyiapan SDM, dan sarana akses e-gov Kabupaten Kep. Talaud sebagai informan, BPPKI
masing-masing SKPD. Pada tahap tersebut Manado, dan Bapak Drs. N. Kenda, M. Si yang telah
implementasi e-gov perlu didukung dengan komitmen memberikan kesempatan kepada peneliti untuk
kepala daerah yang diwujudkan dalam mindset e- merealisasikan penelitian ini.
leadership. Adapun faktor yang dapat menghambat
implementasinya antara lain kondisi infrastruktur TIK DAFTAR PUSTAKA
yang masih minim di masing-masing SKPD. Terkait Bappenas. (2004). Kebijakan dan strategi umum
konsep e-gov, model connected government perlu pengelolaan kawasan perbatasan. Jakarta: Bappenas.
diterapkan dalam implementasi e-gov di daerah BPS Kabupaten Kepulauan Talaud. (2012). Kepulauan
Talaud dalam angka 2012. Kabupaten Kepaulauan
perbatasan seperti Kabupaten Kep. Talaud. Model Talaud: BPS Kabupaten Kepulauan Talaud.
implementasi connected e-gov tersebut dapat BPS Kabupaten Kepulauan Talaud. (2013). Kepulauan
Talaud dalam angka 2013. Kabupaten Kepulauan

13
Studi Implementasi E-Government di Daerah Perbatasan… (Riva’atul Adaniah Wahab dan Arsyad)

Talaud, Sulawesi Utara, Indonesia: BPS Kabupaten daerah di Indonesia. Simposium Nasional Otonomi
Kepulauan Talaud. Daerah (hal. 89-98). Serang: LAB-ANE FISIB
Damayanti, A., & Hamzah, A. (2010). Pengaruh e- Untirta.
procurement terhadap good governance. Madura. Kenda, N. (2013). Pola komunikasi dalam pemenuhan
Diambil kembali dari http://asp.trunojoyo.ac.id/wp- kebutuhan informasi: Studi kasus pada masyarakat
content/uploads/2014/03/Pengaruh-E-Procurement- Melonguane Kabupaten Kepulauan Talaud. Manado:
Terhadap-Good-Governance-Rieska.M.pdf BPPKI Manado.
Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Manurung, K. (2011). Strategi pembangunan kawasan
Kabupaten Kepulauan Talaud. (2013). Data sarana perbatasan. Tabloid Diplomasi.
dan prasarana telekomunikasi di Kabupaten Mardhayati. (2012). Perencanaan pengembangan e-
Kepulauan Talaud. Kabupaten Kepulauan Talaud: government dalam penyelenggaraan pemerintahan
Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika. dan layanan publik di Kota Solok. Jurnal Ilmiah
Fadhli, M. (2010). Teknologi informasi mempercepat Administrasi Publik, XIII(1), 162-173.
pembangunan daerah. Diambil kembali dari Pemerintah Kabupaten Demak. (2010). Rencana induk e-
http://pkp.parekraf.go.id/oldlook/attachments/11- government Kabupaten Demak 2010-2013. Demak.
6555-0.pdf. Presiden Republik Indonesia. (2003). Instruksi presiden RI
Faozan, H. (2006). Penguatan kapasitas kelembagaan nomor 3 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi
pemerintah daerah sebagai agenda utama optimasi nasional pengembangan e-government. Jakarta.
pengelolaan daerah perbatasan. Jurnal Borneo Retnowati, E. (2012). Keterbukaan informasi publik dan
Administrator, 2(2), 23-35. good governance (Antara das sein dan das sollen).
Fogg, J. M. (2004). The greatest networker in the world. Perspektif, XVII(1), 54-61.
New York : The Three Rivers Press. Spencer, L. M., & Spencer, S. M. (1993). Competence at
Harahap, A. R. (2010). Tingkat pemahaman masyarakat work. New York: Wiley.
terhadap aplikasi komputer dan Internet (Survey Sudarto, Y. (2005). Prospek pembangunan elektronik
terhadap pengunjung warung Internet di 14 kota government untuk pembangunan daerah. e-
wilayah kerja BBPPKI Medan). Jurnal Penelitian Indonesia Initiatives, 2005(1). Diambil kembali dari
Komunikasi dan Pembangunan, 11(1), 127-158. http://www.qjournal.co.id/paper-665-prospek-
Hariadi, D. (2011). Analisis kebijakan implementasi e- pengembangan-elektronik-government-untuk-
government terhadap pelayanan kependudukan dan pembangunan-daerah.html
perekonomian di Kabupaten Sragen. Surakarta: Sugiyono. (2012). Metode penelitian pendidikan:
Universitas Sebelas Maret. Pendekatan kuatitatif, kualitatif, dan R&D.
Harimurti, R. M. (2010). Dinamika pengelolaan teknologi Bandung: Alfabeta.
informasi pemerintahan dan model connected Waseda University. (2013). Waseda University
government sebagai solusi. Jurnal Penelitian international e-government rangking 2013. Tokyo:
Teknologi Informasi dan Komunikasi, 1(2), 85-99. Waseda university.
Hermana, B. (2012). E-Government fot the people: Widi, R. K. (2010). Asas metodologi penelitian: Sebuah
Indonesia? Dipetik 21 April 2014, dari pengenalan dan penuntun langkah demi langkah
http://pena.gunadarma.ac.id/e-government-for-the- pelaksanaan penelitian (Pertama ed.). Yogyakarta:
people-indonesia/ Graha Ilmu.
Jumiati, I. E. (2010). Electronic government: Suatu inovasi Yohana, N., & Yazid, T. P. (2013). Pengelolaan website
peningkatan manajemen publik dalam kerangka pemerintahan Kota Pekanbaru untuk good
good governance. Jurnal Administrasi Publik, 1(1), governance. Temu Alumni Ke-4 Penerima Beasiswa
54-78. Dalam Negeri dan Luar Negeri Kementerian
Junaidi. (2011). Dukungan e-government dalam upaya Komunikasi dan Informatika (hal. 3-28). Padang:
peningkatan kualitas pelayanan publik di era Balitbang SDM Kemenkominfo
otonomi daerah: Kasus best practices dari sejumlah

14

Anda mungkin juga menyukai