Anda di halaman 1dari 13

1.

1 DEFINISI
Diare akut adalah sebuah penyakit di saat tinja atau feses berubah menjadi lembek
atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam dan berlangsung paling
lama 3-5 hari.

1.2 ETIOLOGI
Etiologi diare berdasarkan port d entry terdiri dari 2 faktor sebagai berikut :
a) Enteral : Infeksi yang disebabkan oleh virus seperti Rotavirus,dan Adenovirus. Infeksi
bakteri seperti Salmonella, Shigella, E.coli, Yersinia, Campylobacter. Infeksi parasit,
protozoa seperti Entamoeba Hystolitica, infeksi jamur, dan intoksikasi makanan
b) Parenteral : ISPA, ISK, OMA, dll.

1.3 EPIDEMIOLOGI
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi.
Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun
2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare
301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik
menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar
Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun
2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang
(CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang,
dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33
kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.)

Salah satu langkah dalam pencapaian target MDG’s (Goal ke-4) adalah
menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada 2015.
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset
Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab
utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata
laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan
kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat.

1.4 PATOGENESIS

Ketidakseimbangan pengangkutan air dan elektrolit adalah faktor yang penting


pada patogenesis diare akut. Peningkatan pengeluaran cairan dapat disebabkan oleh sekresi
yang meningkat akibat infeksi, peningkatan tekanan onkotik, dan peningkatan motilitas
usus.
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare
non inflamasi dan Diare inflamasi. Diare Inflamasi disebabkan invasi bakteri dan
sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir
dan darah. Gejala klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti mulas sampai nyeri
seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada
pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau darah, serta
mikroskopis didapati sel leukosit. Pada infeksi bakteri paling tidak
ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan penurunan absorbsi di
usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin yang
menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri yang invasif mengakibatkan perdarahan atau
adanya leukosit dalam feses.
Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang mengakibatkan
diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan abdomen biasanya
minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul,
terutama pada kasus yang tidak mendapat cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara
rutin tidak ditemukan leukosit.
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi menjadi
kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan motilitas. Diare osmotik terjadi
bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang
menarik air dari plasma sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat
akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium.
Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang
berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang
dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu, asam lemak
rantai pendek, atau laksantif non osmotik. Beberapa hormon intestinal seperti gastrin
vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik.
Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus
maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau
bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel
disease (IBD) atau akibat radiasi. Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang
mengakibatkan waktu tansit usus menjadi lebih cepat. Hal ini terjadi pada keadaan
tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes melitus.
1.5 MANIFESTASI KLINIS
Frekuensi buang air besar yang bertambah dengan bentuk dan konsistensi yang
lebih lembek atau cair, dengan atau tanpa lendir dan darah. Selain itu dapat juga disertai
dengan gejala lain seperti anoreksia, demam, muntah, atau kembung. Manifestasi dari
komplikasi seperti dehidrasi, gangguan elektrolit, dan tanda-tanda gangguan gas darah
seperti asidosis juga dapat ditemukan. Pada diare dengan infeksi, beberapa perbedaan
manifestasi klinis berikut ini dapat membantu untuk membedakan jenis patogen yang
menyebabkan diare :

Rota Salm. Camp. Yersi. Shiga. EPEC ETEC EIEC EHEC


Usia < 2 th semua 1-5 th semua < 6 th < 1 th < 1 th semua semua
Kontak 30 % var 10 % < 10 % > 50 % - - - 20 %
Panas > jarang var jarang 50 % sering jarang jarang var Var
38,5 ℃
ISPA sering - - - sering - - - -
Kejang - jarang - - sering - - - jarang
Muntah var Sering ± 30% ± 40% - sering sering jarang 60%
Nyeri ringan sedang berat kramp berat - - - Berat
perut
Tenesmus - jarang sering - sering - - sering Sering
Diare air Encer Mucoid hijau Mucoid air air Mucoid Mucoid
berlendir air air air air
Darah - jarang sering 25 % > 50 % - - sering sering
Lendir - selalu selalu sering selalu - - sering sering
1.6 DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Anamnesis merupakan faktor penting dalam diagnosis diare akut. Beberapa hal penting
yang harus ditanyakan ketika anamnesis adalah:
 Riwayat diare : onset, lama, frekuensi, sifat diare, darah, lendir, derajat beratnya
 Jenis & jumlah makanan : sebelum dan selama diare
 BAK : frekuensi, jumlah, kapan kencing terakhir
 Gejala GI : mual, muntah, sakit perut, anoreksia
 Gejala sistemik : panas, kesadaran
 Gejala traktus respiratorius : batuk-pilek, sesak nafas
 Obat-obatan : yang dipakai sebelum dan selama diare
 Riwayat keluarga : muntah, diare
2. Pemeriksaan fisik
 Identifikasi dehidrasi : kesadaran, turgor kulit, mata cowong, UUB cekung, air
mata, mukosa mulut kering, produksi urin, frekuensi pernafasan, nadi, tekanan
darah, akral dingin.
 Identifikasi komplikasi : ensefalitis (kesadaran menurun, kejang, tanda neurologis
lain), bronkopneumonia, malnutrisi.
3. Penilaian derajat beratnya penyakit
 Dehidrasi ringan: Rasa haus dan oliguri ringan
 Dehidrasi sedang: Terdapat tanda-tanda pada jaringan seperti turgor kulit menurun,
ubun-ubun besar cekung, dan mata cowong.
 Dehidrasi berat: Terdapat gangguan kesadaran seperti somnolen, sopor hingga
koma dan gangguan pada tanda vital seperti nadi lemah, akral dingin, pernafasan
kussmaul dan kejang.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan apabila ditemukan adanya komplikasi dan untuk
menentukan diagnosis apabila dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik penyebab diare
masih belum dapat ditentukan. Pada pemeriksaan feses lengkap bila ditemukan adanya
leukosit ataupun eritrosit maka menandakan bahwa diare diakibatkan adanya invasi
dari bakteri patogen. Selain itu pada kultur feses dapat ditemukan bakteri patogen.
1.7 TATA LAKSANA
Tatalaksana terpenting dari diare adalah resusitasi cairan. Resusitasi cairan dapat
berupa oral maupun intravena yang harus sesuai dengan derajat dehidrasi yang dialami
oleh penderita diare.
1. Resusitasi cairan dan elektrolit sesuai derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolitnya

Upaya Rehidrasi Oral (URO)

Usia Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Ringan - 3 jam


pertama
(10-20ml/kgBB/setiap
diare) (50ml/kgBB)
Bayi sampai 1 tahun 0.5 gelas 1.5 gelas
Bayi sampai 5 tahun 1 gelas 3 gelas
Bayi > 5 tahun 2 gelas 6 gelas

Terapi Cairan Standar Untuk Segala Usia Kecuali Neonatus

Derajat Kebutuhan Cairan Jenis Cairan Cara/Lama


Dehidrasi Pemberian
Tanpa dehidrasi 10-20 ml/kgBB/diare Larutan rumah Oral sampai diare
tangga atau berhenti
oralit
Sedang 70 ml/kgBB/3jam HSD atau oralit Intravena /3 jam

5 tetes/kgBB/menit
Ringan 50 ml/kgBB/3 jam HSD atau oralit Oral/3 jam

3-4 tetes/kgBB/menit atau

intravena/ 3 jam
Berat 30 ml/kgBB/jam RL Intravena

10 tetes/kgBB/menit
Pada neonatus (<3 bulan) menggunakan cairan D10% 0,18 NaCl, dan pada anak dengan
penyakit penyerta seperti bronkopneumonia dan malnutrisi berat dapat menggunakan HSD. Pada
keadaan hiponatremia menggunakan cairan HSD 320ml/kgBB selama 48 jam. Setelah
melewati resusitasi cepat selama 1-2 jam diberikan cairan HSD secara lambat.

2. Zinc

Tablet zinc diberikan pada setiap anak yang mengalami diare karena diare akan
menyebabkan anak kekurangan zinc, selain itu pemberian zinc dilakukan guna
mempercepat proses penyembuhan.

 Di bawah umur 6 bulan: ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
 6 bulan ke atas: 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari

3. Teruskan ASI-makan

Makanan dan ASI tetap diberikan pada anak diare. Pemberian susu formula diencerkan
atau diganti dengan susu formula khusus diare. Makanan yang diberikan adalah
makanan rendah serat.

4. Probiotik

Probiotik diberikan 1 kapsul atau 1 bungkus perhari. Probiotik berfungsi sebagai


antidiare.

5. Antibiotik

Antibiotik tidak diberikan pada setiap diare, antibiotik hanya diberikan pada diare yang
disebabkan adanya infeksi seperti kolera, shigella, amebiasis, dan giardiasis.
Penyebab Antibiotik First Line Antibiotik Second Line
Kolera Tetracycline Furazolidone

Anak diatas 7 5mg/kgBB/hari dibagi 4x


tahun 50mg/kgBB/hari untuk 3 hari
dengan dosis dibagi menjadi
4x untuk 2 hari
Shigella Trimethoprim (TMP) Trimethoprim (TMP)

Sulfamethoxazole Sulfamethoxazole
(SMX) 10mg/kgBB/hari (SMX) 4
dengan dosis dibagi 2
untuk 5 hari 8mg/kgBB/hari dengan
dosis dibagi 2 untuk 3 hari

Nalidixic
Acid 55mg/kgBB/hari
dengan dosis dibagi
menjadi 4x untuk 5 hari
Amebiasis usus akut Metronidazole Pada kasus yang berat:

30mg/kgBB/hari selama 5- Injeksi intramuskular dalam,


10 hari dehidro emetin
hidrokhlorida 1-1,5
mg/kgBB (maks. 90 mg)
s.d. 5 hari tergantung reaksi
Giardiasis Metronidazole Quinacrine

15mg/kgBB/hari selama 7mg/kgBB/hari selama 5


5 hari hari
Rencana terapi diare menurut WHO
1.8 KOMPLIKASI
Komplikasi diare akut dapat terjadi awal, lambat maupun kronis.
 Komplikasi Awal: Dehidrasi, gangguan keseimbangan air, elektrolit dan asam basa,
intoleransi klinik akut terhadap karbohidrat dan lemak.
 Komplikasi Lambat: Diare berkepanjangan, intoleransi klinis terhadap hidrat arang
yang berkepanjangan.
 Komplikasi Kronis: Sindrom postenteritis, dan diare intraktabel.

1.9 PROGNOSIS

Baik di negara maju maupun di negara berkembang, dengan penanganan diare yang
baik maka prognosis akan sangat baik. Kematian biasanya terjadi akibat dari dehidrasi dan
malnutrisi yang terjadi secara sekunder akibat diare itu sendiri. Apabila terjadi dehidrasi
yang berat maka perlu dilakukan pemberian cairan secara parenteral. Bila terjadi keadaan
malnutrisi akibat gangguan absorbs makanan maka pemberian nutrisi secara parenteral
juga perlu dilakukan karena bila terjadi gangguan dari absorbs makanan maka
kemungkinan untuk jatuh kedalam keadaan dehidrasi yang lebih berat lagi akan semakin
lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA

 A Alpha Fardah, I G M Reza Gunadi Ranuh, Subijianto Marto Sudarmo. Pedoman


Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak Edisi III: Diare. Rumah Sakit Umum
Dokter Soetomo: Surabaya. 2008. Pg. 2-14

 Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Ikatan Dokter Anak Indonesia:
2009. Pg. 58-62

Anda mungkin juga menyukai