Anda di halaman 1dari 2

1.

PEMERIKSAAN PENUNJANG TRAUMA URETRA


Tindakan khusus yang dilakukan terhadap trauma uretra adalah :
 Businasi (dilatasi) dengan busi logam yang dilakukan secara hati- hati.
Tindakan yang kasar tambah akan merusak uretra sehingga menimbulkan luka
baru yang pada akhirnya menimpulkan striktura lagi yang lebih berat.
Tindakan ini dapat menimbulkan salah jalan (false route)
 Laboratorium untuk pemeriksaan pelengkap pembedahan. Selain itu beberapa
dilakukan untuk mengetahui adannya tanda tanda infeksi melalui pemeriksaan
urinalisis dan kultur urine.
 Uroflowmetri adalah pemeriksaan untuk menentukan kecepatan pancaran urin.
Volume urine dikeluarkan pada waktu miksi dibagi dengan lamannya proses
miksi. Kecepatan pancaran urine normal pada pria adalah 20 ml/detik dan
pada wanita 25 ml/detik. Bila kecepatan pancaran kurang dari harga normal
menandakan adannya obstruksi.
 Radiologi adalah diagnosis pasti dibuat dengan uretrografi sehingga dapat
melihat trauma pada uretra Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai
panjang sriktura adalah dengan sistouretrografi yaitu memasukan bahan
kontras secara antegrad dari buli buli dan secara retrograde dari uretra.

2. PENATALAKSANAAN
Penanganan yang bisa dilakukan untuk trauma uretra antara lain :
 Pemasangan kateter
 Pembedahan
Pembedahan bisa dilakukan pada trauma yang menyebabkan kerusakan pada
uretra.
Kemungkin trauma uretra dapat diminimalkan dengan menggunakan kateter
yang ukurannya tepat. Kateter terlebih dahulu dilumasi secara adekuat sehingga
dapat dimasukan kedalam uretra dengan mudah dan lancar. Penyisipan kateter
ini dilakukan sejauh mungkin kedalam kandung kemih untuk mencegah trauma
jaringan uretra pada saat balon retensi pada kateter dikembangkan.manipulasi
kateter paling sering menjadi penyebab kerusakan mukosa kandung kemih pada
pasien yang mendapat kateterisasi.
Dengan demikian infeksi akan terjadi tanpa terelakan ketika urin mengenai
mukosa yang rusak itu.Kateter harus difiksasi dengan tepat untuk mencegahgerakan
kateteryang menyebabkan regangan atau tarikan pada uretra atau yang membuat kateter
terlepas tanpa sengaja, perhatian harus diberikan untuk memastikan agar setiap pasien
yang berada dalam kondisi kebingungan tidak melepaskan kateter tanpa disadari pada
saat balon retensi masih mengembang karena kejadian ini akan menyebabkan
perdarahan dan trauma yang cukup luas pada uretra.
Pada pasien laki-laki ,selang drainase (bukab kateter) diplester disebelah lateral pada
pasien untuk mencegah penekanan uretra pada sambungan penoskrotal yang akhirnya
dapat menyebabkan pembentukan fistula uretrokutaneus.
Pada pasien wanita, selang drainase yang dihubungkan dengan kateter diplester pada
paha pasien untuk mencegah tekanan dan tarikan pada kandung kemih.(Bruner and
suddarth, 2002)

Anda mungkin juga menyukai