PENDAHULUAN
Dalam satu keluarga dapat dilihat adanya kemiripan dan variasi antara satu anggota
keluarga dengan anggota keluarga yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor genetik
pada setiap individu dalam bentuk unit yang diturunkan kepada generasi berikutnya. Faktor ini
telah lama diteliti oleh para ilmuan namun baru pada tahun 1866 Mendel mendokumentasikan
mekanisme penurunan sifat tersebut melalui percobaan pada tanaman kacang ercis Pisum
sativum (Campbell, dkk., 2008).
Dari hasil eksperimennya pada kacang ercis, Mendel menarik kesimpulan bahwa dua
alternatif yang berlawanan untuk sifat tertentu seperti tinggi dan pendek. Konsep ini dikenal
dengan dominan resesif. Mengenai tinggi tanaman pada ercis, tinggi adalah dominan terhadap
pendek sed angkan mengenai warna polong, hijau dominan terhadap kuning. Mendel melihat
adanya konsistensi dalam jumlah tipe parental pada F2. Nampaknya selalu ada rasio pada
perbandingan 3:1. Sumbangan pikiran Mendel tidak berhenti pada pengenalan rasio saja.
Mendel mengadakan hipotesis bahwa sifat-sifat tersebut ditentukan oleh sepasang unit, dan
hanya sebuah unit diteruskan kepada keturunannya oleh setiap induk. Hal ini dikenal dengan
hukum Mendel I (Segregasi bebas) (Agus, Rosana dan Sjafaraenan, 2013).
1.1 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1.2.1 Mahasiswa mampu mencari angka-angka perbandingan sesuai dengan Hukum Mendel.
1.2.2 Mahasiswa membuktikan kebenaran percobaan perbandingan genetika dengan chisquare.
1.2.3 Mahasiswa mampu mengetahui identitas jenis kelamin dan mengetahui suatu penyakit
keturunan.
1.2 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah :
1.3.1 Untuk mendapatkan gambaran tentang kemungkinan gen-gen yang dibawa oleh gamet-
gamet tertentu dan akan bertemu secara acak atau random.
1.3.2 Untuk mengetahui letak barr body dan drumstick berdasarkan ada atau tidaknya barr body
dan drumstick.
1.3.3 Untuk dapat mengetahui penentuan jenis kelamin berdasarkan pada ada tidaknya barr body
dan drumstick.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB IV
4.1Hasil
4.1.1 Praktikum Perbandingan Imitasi Genetik
Jumlah AA Aa Aa Jumlah
Pratikum
1 24 51 25 100
2 26 49 25 100
3 23 53 24 100
4 23 54 23 100
O 96 207 97 400
E 100 200 100 400
D -4 7 -3
d2 16 49 9
d2/e 0,16 0,245 0,09 0,495
= 0,495
4.1.2 Praktikum Pemeriksaan Bar Body
Metode penentuan jenis kelamin yang akan dibahas dalam sub-bab ini adalah metode pengamatan
histologis ada tidaknya barr body. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai barr body, perlu
diketahui bahwasanya barr body merupakan sisa kromosom X yang mengalami inaktivasi pada
saat proses perkembangan. Hal ini mengacu pada pernyataan Meena (2016), yang menyatakan
bahwasanya barr body merupakan kromosom X yang dibentuk dari inaktivasi secara acak dan
kondensasi salah satu dari dua kromosom betina yang pada hakekatnya terdapat pada sel-sel
somatik mamalia betina. Menurut Syafitri (2013), barr body merupakan suatu gambaran badan
kecil yang dapat menimbulkan bintik berwarna dengan pewarnaan inti sel. Sementara itu, mengacu
pada hasil pengamatan yang telah dilakukan, pewarnaan pada apusan epitel rongga mulut
perempuan, baik barr body maupun inti sel menunjukkan warna yang lebih gelap dibanding
dengan bagian sel lainnya. Hal ini dikarenakan adanya kondensasi kromosom pada kedua bagian
tersebut sebagaimana telah disinggung sebelumnya sehingga zat warna yang diserap lebih banyak
daripada bagian sel lainnya. Hal ini dipertegas oleh Verma (2017), yang menyatakan bahwasanya
massa kromatin seks terlihat berwarna kegelapan pada nukleus sel yang tidak mengalami
pembelahan pada genotipe perempuan oleh adanya heterokromatin dari kromosom X yang tidak
aktif.
Berdasarkan pada hasil pengamatan, barr body hanya dapat dijumpai pada sel epitel rongga mulut
perempuan dan tidak demikian dengan sel epitel laki-laki, sehingga dapat disimpulkan bahwa barr
body merupakan kromatin seks yang terkondensasi sebagaimana telah disinggung sebelumnya.
Lebih lanjut, hasil pengamatan tersebut menunjukkan adanya satu buah barr bodi pada masing-
masing sampel epitel rongga mulut tiga orang perempuan yang berbeda. Hal ini dapat diterangkan
berdasarkan pada hipotesis Lyon yang meninjau fenomena tersebut berdasarkan pada asal muasal
barr body tersebut. Menurut Suryo (2011), pada orang normal, banyaknya seks kromatin dalam
sebuah sel adalah sama dengan jumlah kromosom X dikurangi dengan satu. Syafitri (2013),
menyatakan bahwasanya barr body dapat ditemukan pada sekitar 40% sel wanita. Lebih lanjut,
Elrod (2007), menyatakan bahwasanya pada wanita normal akan memiliki barr body pada inti sel
karena memiliki dua kromosom X, sedangkan pada pria tidak memiliki barr body karena kromatin
X-nya hanya satu.
Salah satu cara yang dapat digunakan dalam menentukan dan menganalisis jenis kelamin
adalah dengan menggunakan metode pengamatan drumstick. Penentuan jenis kelamin dengan
menggunakan metode ini memiliki akurasi yang cukup tinggi, namun perlu juga memerhatikan
beberapa faktor yang dapat memengaruhi hasil pemeriksaan. Sebelumnya, perlu diketahui
lebih lanjut mengenai drumstick itu sendiri. Menurut Tupakula (2014), drumstick terdiri dari
massa kecil inti dengan diameter sekitar 1,5µ, melekat pada tubuh nukleus dengan rata-rata
variasi batang tipis dan kejadian drumstick bervariasi antara 1% sampai 17% dengan rata-rata
2,9%. Drumstick, sebagaimana telah dibuktikan dalam praktikum, terdapat pada bagian inti sel
darah putih neutrophil. Metode yang demikian dikenal sebagai leukosit tes yang pertama kali
diperkenalkan oleh Davidson dan Smith pada tahun 1954. Menurut Verma (2017), leukosit tes
ditujukan untuk mendiagnosis seks kromatin berdasarkan pada identifikasi informasi khusus
dalam inti.
drumstick merupakan suatu tambahan pada nukleus netrophil yang dipisahkan dengan inti
utama atau dapat pula diartikan sebagai tonjolan kecil dekat inti neutrophil. Berdasarkan pada
hasil pengamatan, baik pada sampel darah laki-laki maupun perempuan, bagian inti dari
masing-masing neutrophilnya menunjukkan adanya tonjolan di dekat inti neutrophil. Akan
tetapi, dilihat dari bentuknya, terdapat perbedaan antara sampel darah laki-laki dan perempuan.
Menurut Verma (2017), drumstick pada perempuan dideskripsikan sebagai tambahan pada
nukleus neutrophil yang dipisahkan dari lobus inti utama. Sementara itu, pada sampel darah
laki-laki terdapat suatu bentukan yang bentuknya berbeda dengan yang telah dideskripsikan
sebelumnya. Hal ini dapat disimpulkan bahwasanya drumstick hanya terdapat pada perempuan
dan tidak demikian dengan laki-laki. Pernyataan tersebut didasarkan pada kenyataan
bahwasanya drumstick sebagaimana barr body merupakan seks kromatin. Seks kromatin,
sebagaimana telah diketahui hanya di dapati pada perempuan, karena merupakan sisa dari
kromsom X yang terinaktivasi. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Brahimi (2011), yang
menyatakan bahwasanya konfirmasi kromosom X yang tidak aktif terdapat pada drumstick.
Lebih lanjut, Tupakula (2014) menyatakan bahwasanya kromatin seks mencapai 1µ gumpalan
kromatin yang biasanya terlihat pada nukleus perempuan pada beberapa jaringan epitelium
kornea, mukosa buccal, oral dan epitelium vagina, fibroblast, dan lain sebagainya dan sebagai
drumstick pada apusan darah.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Tes imitasi genetis yang telah dilakukan, diproleh hasil bahwa ternyata kemungkinan atau
peluang yang dimiliki tiap gen itu berbeda. Dan setiap kemungkinan gen itu memiliki
peluang, namun presentase peluang tiap gen itu berbeda.
2. Terdapat gambaran tentang gen-gen yang diperoleh dari gamet-gamet yang dipilih secara
acak atau random dan hasil yang diperoleh sesuai dengan teori Hukum Mendel atau tidak
melenceng dari apa yang telah ditetapkan dan telah nonsignifikan.
3. Penentuan dan identifikasi jenis kelamin yang sederhana khususnya pada manusia, dapat
dilakukan dengan pemeriksaan barr body dan drumstick. Pada jenis kelamin wanita
ditemukan barr body berupa struktur gelap pada tepi nucleus sel somatik dan drumstick
berupa tonjolan berbentuk gendering pada membrane nucleus neutrofil. Munculnya barr
body dan drumstick disebabkan oleh adanya inaktivasi kromosom X.
DAFTAR PUSTAKA
W.A. Newman Dorland. Kamus Kedokteran Dorland.-Ed 31-. Jakarta: EGC; 2010.
Devi A, Endah W, Et Al. Buku Panduan Praktikum Modul Celluler & Molecular Basis Of
Inheritance Semester I. Jakarta: PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2012.