Kajian Telaah Kritis Penetapan Kawasan Strategis Dalam RPJMN Dan RTRWN PDF
Kajian Telaah Kritis Penetapan Kawasan Strategis Dalam RPJMN Dan RTRWN PDF
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas perkenan-Nyalah pelaksanaan kajian Telaah Kritis
Penetapan Kawasan Kawasan Strategis Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) dan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) selesai dilaksanakan
dengan baik. Kajian ini ditujukan untuk menelaah ketepatan penetapan kawasan strategis
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN) yang akan menjadi masukan bagi perencanaan pembangunan
tersebut ke depan.
Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kawasan strategis
merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh
besar terhadap tata ruang di wilayah sekitarnya, kegiatan lain di bidang yang sejenis dan
kegiatan di bidang lainnya, dan/atau peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pengaturan
kawasan strategis dimuat baik dalam RPJMN 2015-2019 maupun RTRWN dan dimaksudkan
untuk mengurangi kesenjangan pembangunan wilayah antara Kawasan Barat Indonesia dan
Kawasan Timur Indonesia. Selain itu penetapan kawasan strategis juga bertujuan untuk
meningkatkan daya saing.
Dalam RPJMN 2015-2019, penetapan kawasan strategis difokuskan pada percepatan
pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah, terutama di Luar Jawa
(Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua) dengan memanfaatkan potensi dan
keunggulan daerah. Pendekatan ini pada intinya merupakan integrasi dari pendekatan
sektoral dan regional. Terdapat 15 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), 14 Kawasan Industri
baru, 4 Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) dan pusat-pusat
pertumbuhan lainnya di wilayah pinggiran yang menjadi sasaran pengembangan kawasan
strategis di dalam RPJMN 2015-2019.
Sedangkan dalam RTRWN, terdapat 76 kawasan strategis dalam lingkup nasional yang
ditetapkan tidak hanya sebatas dari sudut kepentingan ekonomi melainkan juga dari sudut
kepentingan pertahanan dan keamanan, sosial, budaya, pendayagunaan sumber daya alam
dan/atau teknologi tinggi, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Hingga akhir
tahun 2015, hanya 13 Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional (RTR KSN) yang
telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden (Perpres).
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3 KSN Perbatasan Provinsi Sulawesi Utara, KEK Bitung, dan KI Bitung
Kebijakan Survey
Literatur
Lapangan
Rekomendasi Sintesa 1
Kriteria KSN
Aksesibilitas
Fisik Konektivitas
Kebijakan dan Sosial Budaya Kelembagaan
Lingkungan Perekonomian
Infrastruktur
Kriteria KSN
berdasarkan Sintesa 3
Tipologi
Tipologi Tipologi
Perkotaan Perbatasan
Gambar 5 Kedudukan RTR KSN dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang Nasional
Maka berdasarkan peraturan tersebut, secara tidak langsung dapat diketahui pula
bahwa aspek berkaitan dengan pembiayaan dan program dalam kelembagaan KSN dapat
ditentukan berdasarkan pertimbangan atas keterkaitannya dengan kewenangan pemerintah
sektor atau pemerintah daerah. Sedangkan stakeholders kelembagaan KSN, yang
dimaksudkan dapat berupa terdiri stakeholder lain (non pemerintah) seperti halnya sektor
privat, akademisi, maupun kelompok masyarakat tertentu, sejauh mana stakeholde tersebut
berkaitan erat dengan kepentingan pengelolaan KSN.
Tabel 7 Kriteria KSN
No Kriteria KSN Eksisting Kriteria KSN Potensi
1 Kriteria berdasarkan kebijakan
a. Tercantum dalam RTRW Nasional a. Tercantum dalam RTRW Provinsi dan
b. Tercantum dalam RPJP Nasional RTRW Kabupaten/Kota terkait sebagai
c. Tercantum dalam RPJM Nasional Kawasan Strategis
d. Tercantum dalam kebijakan b. Tercantum dalam RPJP Provinsi dan RPJP
sektoral pada level nasional Kabupate/Kota
e. Telah memiliki Peraturan Presiden c. Tercantum dalam RPJMD Provinsi dan
f. Arah pengembangan KSN telah RPJMD kabupaten/kota terkait
sesuai dengan arahan kebijakan d. Tercantum dalam kebijakan sektoral
terkait dalam tingkat provinsi dan
kabupaten/kota
e. Telah memiliki RDTR dan PZ level provinsi
atau kabupaten/kota
f. Arah pengembangan KSP/ KSK telah sesuai
dengan arahan kebijakan terkait
Dalam menentukan fokus sinkronisasi diperlukan tujuan dan tema KSN yang
menyangkut subtansi inti KSN yang bersangkutan. Keberadaan muatan inti KSN yang
tersinkronisasi pada dokumen RTRW menjadi interface antara dokumen RTRW yang menjadi
rujukan secara umum dengan dokumen KSN yang menjadi rujukan secara khusus, terutama
bagi kementerian lembaga terkait. Selanjutnya, subtansi yang akan disinkronisasikan adalah
subtansi yang belum terakomodasi di RTRW. Kemudian disesuaikan dengan tingkat
kedalaman, skala dan nomenklaturnya.
A. Kebijakan NAWACITA
Amanat dalam Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan empat poin penting dalam
pembangunan Indonesia, yaitu : Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah;
memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; serta ikut memelihara
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, keadilan sosial dan perdamaian abadi.
Berdasarkan dasar tersebut, tersusunlah Agenda Pembangunan tahun 2015-2019 untuk
Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian yang terangkum dalam NAWACITA.
Adapun inti dari NAWACITA tersebut adalah sebagai berikut.
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan
rasa aman pada seluruh warga negara;
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelila pemerintah yang
bersih, efektif, demokratis, dan terpecaya;
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan;
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum
yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya;
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia;
Dalam rangka perwujudan pengembangan KSN secara efisien dan efektif, diperlukan
prioritas dalam kawasan strategis. Penentuan bentuk KSN didasarkan pada KSN berbasis
kawasan dan KSN berbasis objek strategis. Dalam PP No 26 Tahun 2008, terdapat 76 (tujuh
puluh enam) KSN yang telah ditetapkan dan tersebar di seluruh Indonesia. Dengan adanya
jangka waktu pemerintahan Presiden Joko Widodo, diharapkan dengan adanya rekomendasi
prioritas KSN dapat mendukung agenda pembangunan kedepan.
Identifikasi tipologi KSN yang telah dilakukan untuk mengetahui rekomendasi
penetapan kawasan strategis nasional, dibutuhkan prioritas. Pembangunannya dari KSN
Perkotaan dan KSN Perbatasan. Dengan mempertimbangkan dukungan kebijakan dan
periode waktu yang dimiliki pada pemerintahan saat ini, dapat membantu memprioritaskan
KSN yang didahulukan pelaksanaannya.
Hasil pada tabel kesimpulan tersebut, dapat diketahui bagaimana kesiapan dari KSN
perkotaan Mebidangro dan Mamminasata dalam pengembangan dan pembangunan KSN
kedepan. Hasil kesimpulan menunjukkan bahwa KSN Mamminasata dapat menjadi prioritas
dalam pembangunan KSN Perkotaan kedepan. Rekomendasi penetapan KSN berdasarkan
kriteria perkotaan, adalah;
1. KSN Mamminasata
2. KSN Mebidangro
Dari penjelasan tabel dapat diketahui bahwa terdapat beberapa hal yang perlu untuk
ditingkakan dan dipenuhi kriterianya. Hal ini untuk melancarkan proses pengembangan dan
pembangunan KSN berikutnya. Berikut ini adalah kesimpulan dari rekomendasi untuk
penetapan KSN Perbatasan. Hasil pada tabel kesimpulan, dapat diketahui bagaimana
kesiapan dari KSN Perbatasan Laut Sulawesi dalam pengembangan dan pembangunan KSN
kedepan dan demi menjaga kedaultan NKRI.
Dari penjelasan tabel dapat diketahui bahwa terdapat beberapa hal yang perlu untuk
ditingkakan dan dipenuhi kriterianya. Hal ini untuk melancarkan proses pengembangan dan
pembangunan KSN perbatasan, baik batas darat maupun laut. Hasil pada tabel kesimpulan,
Hasil pada tabel kesimpulan tersebut, dapat diketahui bagaimana kesiapan dari KSN
perbatasan darat dalam pengembangan dan pembangunan KSN kedepan. Hasil kesimpulan
menunjukkan bahwa KSN Perbatasan Darat Kalimantan dan NTT lebih siap dibandingkan
dengan KSN Perbatasan di Papua. Namun, khusus untuk kasus KSN Perbatasan baik darat
maupun laut disarankan untuk menjadi selalu prioritas negara. Hal ini dikarenakan kawasan
perbatasna sangat berkaitan erat dengan kedaultan negara dan keamanan NKRI. Oleh sebab
itu, perlu adanya peningkatan komponen yang dapat mendukung keberjalanan KSN
Perbatasan melalui pemenuhan kriteria-kriteria perbatasan yang telah dicantumkan.
Alstadt, Brian. 2011. The Relationship of Transportation Access and Connectivity to Local
Economic Outcomes : A Statistical Analysis. Boston, USA.
Benson, Lutz dan Thiemo W.Eser. 2001. Criteria for the Spatial Differentiaion of the EU
Territory : Economic Strength. Study Programme on European Spatial Planning.
Germany.
Eskelinen, Heikki dan Michael Wegener. Criteria for the Spatial Differentiaion of the EU
Territory : Geographical Position. Study Programme on European Spatial Planning.
Germany.
Feiock, R.C. 2005. Institutional Collective Action and Local Governance. Paper presented at
The Innovative Governance Salon, University of Southern California, 25 April 2005.
Fraenkel, Jack R., Norman E. Wallen, dan Helen H. Hyun. 2012. How to Design and Evaluate
Research in Education: Eight Edition. New York: McGraw-Hills
Grigg, S Neil. 1988. Infrastructure Enginering and Management . Canada
Grigg, S Neil. 2010. Infrastructure Finance. John Wiley & Sons. Canada
Kustiwan, Iwan, dan Nia K. Pontoh. 2009. Pengantar Perencanaan Perkotaan. Bandung:
Penerbit ITB.
Sugiyono, Prof. Dr. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Song, Lili, and Marina Van Geenhuizen. Port Infrastructure Investment And Regional
Economic Growth In China : Panel Evidence In Port And Provinces. Transport Policy
36 (2014) 173-183
Winarso, Haryo., et al. 2006. Metropolitan di Indonesia : Kenyataan dan Tantangan dalam
Penataan Ruang. Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan
Umum : Jakarta
Yunus, Hadi Sabari. 2010. Megapolitan: Konsep, Problematika, dan Prospek (Cetakakan II).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.