Anda di halaman 1dari 21

Tugas : Individu ( Final )

Mata kuliah : Kesehatan Reproduksi I


Dosen : Dr. Andi Maryam, SKM., M.kes

MAKALAH
KESEHATAN REPRODUKSI

OLEH

NAMA : NURHIDAYA

NIM : P2MK.16.01.04.018

PRODI S-2 KESMAS


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang senantiasa
menganugerahkan kesabaran dan kekuatan kepada penulis dalam
menyelesaikan makalah ini. Salam dan shalawat kepada Nabi Besar
Muhammad SAW, yang telah membawa ajaran yang memuliakan
manusia dan memberi petunjuk jalan menuju pada kebahagiaan abadi.
Dalam penulisan makalah ini, penulis berusaha memberikan yang
terbaik, namun penulis juga menyadari bahwa di dalamnya masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif (membangun).
Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari berbagai
kesulitan dan hambatan dari persiapan hingga penyelesaiannya. Namun
berkat bantuan dan dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak,
sehingga terwujudlah makalah ini.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini tentunya masih
terdapat kekurangan untuk itu saran dan kritik yang konstruktif dari
pembaca sangat diharapkan oleh kami sebagai bahan perbaikan di
kemudian hari.

Makassar, 25 Juli 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i


DAFTAR ISI ........................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 2
C. Tujuan .................................................................................. 2
D. Manfaat ................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 4
A. Isu-isu terkait kesehatan Seksual Laki-laki .......................... 4
1. Fungsi seksual laki-laki ..................................................... 4
2. Fase-fase aktivitas seksual ............................................... 6
3. Mitos-mitos seksual .......................................................... 8
4. Client-oriented dalam pelayanan kespro ........................... 10
5. Beyond familly planning .................................................... 11
B. Indikator Pemakaian Kontrasepsi, quality of care, dan
Konsep beyond familly planning .......................................... 12
1. Indikator dalam pemakaian kontrasepsi ............................ 12
2. menghitung contraceptive continuation rate ..................... 12
3. Quality of care in familly playying ...................................... 13
BAB III PENUTUP................................................................................ 14
A. Kesimpulan ......................................................................... 14
B. Saran .................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi
sekarang ini sangat mendukung dalam kehidupan manusia di Indonesia
bahkan di dunia, penemuan yang setiap waktu terjadi dan para peneliti
terus berusaha dalam penelitiannya demi kemajuan dan kemudahan
dalam beraktivitas.
Ilmu kedokteran khususnya ilmu kesehatan pun begitu cepat
bekembang mulai dari peralatan ataupun teori sehingga mendorong para
pengguna serta spesialis tidak mau ketinggalan untuk bisa memiliki dan
memahami wawasan serta ilmu pengetahuan tersebut.
Terkait ilmu kesehatan dalam hal ini, yaitu kesehatan reproduksi
banyak sekali teori-teori serta keilmuan yang harus dimiliki oleh para
pakar atau spesialis kesehatan reproduksi. Wilayah keilmuan tersebut
sangat penting dimiliki demi mengemban tugas untuk bisa menolong para
pasien yang mana demi kesehatan, kesejahteraan dan kelancaran pasien
dalam menjalanakan kodratnya sebagai perempuan.
Kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus secara global
sejak dikemukakannya isu tersebut dalam Konferensi Internasional
tentang Kependudukan dan Pembangunan International Conference on
Population and Development (ICPD) di Cairo, Mesir pada tahun 1994. Hal
penting dalam konferensi tersebut adalah disepakatinya perubahan
paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan
pembangunan, yaitu dari pendekatan pengendalian populasi dan
penurunan fertilitas/keluarga berencana menjadi pendekatan yang
terfokus pada kesehatan reproduksi. Dengan perubahan paradigma
tersebut, pengendalian kependudukan menjadi bergeser ke arah yang
lebih luas, yang meliputi pemenuhan kebutuhan kesehatan reproduksi
bagi laki-laki dan perempuan sepanjang siklus hidup, termasuk hak
reproduksi, kesetaraan gender, martabat dan pemberdayaan perempuan.
ICPD Cairo menekankan bahwa setiap negara harus berusaha untuk
membuat pelayanan kesehatan reproduksi dapat terjangkau oleh semua
orang pada umur yang sesuai, melalui sistem pelayanan kesehatan dasar
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya sebelum tahun 2015.
Untuk itu, penulis dalam makalah ini bermaksud ingin memberikan
beberapa penjelasan tentang kesehatan reproduksi. Mudah-mudahan
makalah ini bermanfaat untuk seluruh pembaca khususnya para
perempuan.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Jelaskan tentang fungsi seksual laki-laki !
2. Jelaskan tentang fase-fase aktivitas seksual !
3. Jelaskan tentang mitos-mitos seksual !
4. Jelaskan tentang client-oriented dalam pelayanan kespro !
5. Jelaskan konsep beyond familly planning !
6. Jelaskan indikator dalam pemakaian kontrasepsi !
7. Bagaimana menghitung contraceptive continuation rate ?
8. Jelaskan quality of care in familly playying !

C. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui tentang fungsi seksual laki-laki
2. Mengetahui tentang fase-fase aktivitas seksual
3. Mengetahui tentang mitos-mitos seksual
4. Mengetahui tentang client-oriented dalam pelayanan kespro
5. Mengetahui konsep beyond familly planning
6. Mengetahui indikator dalam pemakaian kontrasepsi
7. Mengetahui cara menghitung contraceptive continuation rate
8. Mengetahui quality of care in familly playying
D. MANFAAT
Kita dapat belajar bersama dan dapat memahami akan pentingnya
pengetahuan tentang kesehatan ibu dan anak secara umum.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Isu-isu Terkait kesehatan Seksual Laki-laki


1. Fungsi seksual laki-laki
a. Fungsi reproduksi
Pada saat ini , umumnya satu keluarga menginginkan dua anak.
Pandangan ini tak jarang menyebabkan terbatasnya peranan
hubungan seksual dalam kehidupan mereka. Bagi pasangan dengan
gangguan kesuburan hal ini akan dapat menyebabkan gangguan
dalam kehidupan sesual mereka. Setelah memiliki jumlah anak yang
dikehendaki, mereka sulit untuk melakukan hubungan seksual hanya
atas dasar rekreasi belaka
b. Rekreasi
Hubungan seksual sering dikaitkan dengan satu kenikmatan belaka
sehingga sejumlah hal tabu seputar kenikmatan seksual menjadi
lebih bersifat satu khayalan dibanding kenyataan.
c. Ikatan pasangan
Menikmati aktivitas seksual menurunkan ketegangan hubungan
pasangan seksual, dan dapat menguatkan ikatan batin antara
keduanya. Seseorang dengan jenis perilaku kekerasan tertentu,
seperti sering melakukan kekerasan terhadap anaknya amat sulit
menikmati kehidupan seksualnya.
d. Jatidiri seksualitas
Seseorang sering memakai aktivitas seksual untuk meyakinkan
kemampuan seksualitas dirinya. Hal ini sering terlihat pada masa
remaja, namun tak jarang pola ini berlanjut terus atau berulang saat
yang bersangkutan menderita ketegangan emosional.
e. Kepercayaan diri
Kepuasan seksual dapat memperbaiki rasa percaya diri seseorang
dan sebaliknya ketidak mampuan untuk memperoleh kepuasan
seksual akan dapat meruntuhkan rasa percaya diri. Seseorang yang
sulit memperoleh kepuasan seksual dalam pekerjaan akan
cenderung untuk punya sifat memaksa dan hal ini justru akan
berakibat buruk dalam kinerja nya.
f. Mendapatkan kekuatan
Sejumlah orang melihat hubungan seksual sebagai satu cara untuk
memperlihatkan dominasi dan memiliki satu tujuan tertentu. Hal ini
dapat dilaksanakan pada aktivitas sanggama itu sendiri atau melalui
kekuatan lain yang dapat memungkinkan satu aktivitas seksual dapat
berlangsung atau justru tidak dapat berlangsung.
g. Pelampiasan perasaan
Pada beberapa orang, rasa marah tidak sesuai dengan gairah
seksual, namun pada sejumlah orang lain rasa marah dapat
memperkuat gairah seksual dan mereka menggunakan aktivitas
seksual yang kasar dan tak lazim untuk melampiaskan rasa
marahnya. Perkosaan dan penyalahgunaan seksual adalah salah
satu bentuk kekerasan dan bukan semata mata hasrat seksual.
h. Mengurangi kecemasan dan ketegangan emosional
Orgasme sering digunakan sebagai satu sarana pelepasan
ketegangan emosional terutama pada yang terbiasa melakukan
masturbasi. Mereka sering melakukan hal tersebut saat mengalami
ketegangan emosional. Seseorang yang terbiasa dengan
menggunakan masturbasi sebagai sarana pelepasan ketegangan
emosional akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian dengan
kehidupan seksualnya setelah menikah.
i. Pengambilan resiko
Resiko aktivitas seksual beragam mulai dari rasa takut ketahuan
sampai menderita infeksi HIV. Untuk sejumlah orang, unsur-unsur
resiko tersebut justru dapat menambah kenikmatan mereka.
j. Materi
Prostitusi adalah bentuk yang jelas dari aktivitas seksual untuk
memperoleh keuntungan dan hal ini sering merupakan akibat dari
kemiskinan. Pernikahan, sampai masa ini masih sering dilandasi
oleh keinginan untuk memperoleh satu bentuk perlindungan dan
bukan semata mata ikatan emosional komitmen untuk hidup
bersama.
2. Fase-fase aktivitas seksual
Baik pria atau wanita, keduanya memiliki rangkaian fisiologis
terkait respons aktifitas seksual. Siklus respon seksual merujuk pada
urutan perubahan fisik dan emosional yang terjadi ketika seseorang
menjadi terangsang dan berpartisipasi dalam aktiftas seksual termasuk
hubungan seksual dan masturbasi. Secara umum, siklus respon
seksual terdiri dari fase perangsangan, plateau, orgasmik, dan,
resolusi.
a. Fase perangsangan (excitement phase)
Fase ini terjadi karena adanya rangsangan fisik seperti sentuhan
atau kecupan dan psikologis seperti fantasi sehingga terjadi ereksi
pada pria atau lubrikasi pada vagina wanita. Pada wanita, puting
payudara menjadi keras dan klitoris menjadi tebal.
b. Fase plateau
Fase ini juga disebut orgasmic platform. Pada fase ini, rangsangan
seksual mencapai derajat tertinggi yaitu sebelum mencapai ambang
batas yang diperlukan untuk terjadinya orgasme (periode singkat
sebelum orgasme). Bila rangsangan berlangsung terus, testis
menjadi lebih besar, sementara itu vagina bagian bawah menjadi
mengecil dan payudara wanita menjadi mengeras.
c. Fase orgasmik
Orgasme adalah perasaan kepuasan seks yang bersifat fisik dan
psikologik dalam aktifitas seks sebagai akibat pelepasan
memuncaknya ketegangan seksual (sexual tension) setelah terjadi
fase rangsangan yang memuncak pada fase plateau. Pada pria,
mereka akan mengalami perasaan ejakulasi yang tak terhindarkan
hingga akhirnya terjadi ejakulasi. Sementara itu, fase orgasmik pada
wanita ditandai dengan kontraksi di dinding sepertiga bagian bawah
vagina.
d. Fase resolusi
Pada fase resolusi, terjadi pengaliran darah keluar dari area
genital sehingga badan kembali dalam keadaan rileks. Resolusi
ditandai dengan perasaan senang dan lega serta reaksi pengeluaran
keringat di seluruh badan.
Meski sama-sama memiliki persamaan dasar, respon seksual
pada wanita terdapat beberapa perbedaan dengan pria. Pada
umumnya, wanita memiliki fase plateau yang cukup lama
dibandingkan dengan pria. Selain itu, wanita juga dapat mengalami
fase orgasmik yang berulang kali dengan interval fase resolusi yang
pendek. Sedangkan pada pria, mereka akan mengalami fase
resolusi yang cukup lama setelah fase orgasmik. Semakin tua usia
pria, biasanya semakin lama fase resolusi tersebut. Mengetahui
bagaimana tubuh merespon dalam setiap fase dari siklus dapat
meningkatkan hubungan Anda dan pasangan serta membantu
memahami penyebab masalah seksual dalam rumah tang
e. Fase hasrat seksual
Hasrat seksual adalah tingkatan umum dari satu ketertarikan dalam
masalah seksual. Fase ini di modulasi oleh hormon yang juga
berpengaruh terhadap keterarikan seksual pada masa pubertas.
Modulator utama pada laki dan perempuan adalah hormon
testosteron
f. Fase gairah seksual
Fase ini terdiri dari 3 komponen : Komponen Sentral, Komponen
Genital, dan Komponen Perifer
1) Komponen Sentral. Merupakan repon terhadap rangsangan
seksual yang dapat berbentuk sentuhan, visual, khayalan internal,
atau dari satu bentuk hubungan tertentu. Rangsangan bekerja
pada kortek serebri ( gambar dibawah ). Area serebrum yang
terlibat adalah sistem Limbik. Sistem ini terdiri dari pusat eksitasi
yang melibatkan endorfin sebagai satu neurotransmiter dan pusat
inhibisi yang sangat erat hubungannya dengan pusat untuk rasa
cemas dan nyeri.
2) Komponen Genital. Jalur spinal yang pasti menuju ke arah genital
masih tidak diketahui dengan pasti namun nampaknya dekat
dengan jalur spinothalamik untuk sensasi temperatur dan rasa
nyeri. Respon genital adalah berupa vasokongesti dan perubahan
neuromuskuler. Dilatasi arteriol dikendalikan oleh jalur
parasimpatik pada S 2,3,4 melalui nervus erigentes. Selain itu
diduga adanya keterlibatan dari jalur simfatis thorakal.
Neurotransmiter lokal yang terkait adalah VIP – vasoactive
intestinal polypeptide , satu vasodilator poten yang berada di penis
dan vagina.
3) Komponen Perifer Gairah seksual menyebabkan :
1. Peningkatan tekanan darah sistolik dan distolik ( kadang hanya
bersifat transien )
2. Flushing generalisata pada seluruh kulit
3. Denyut nadi bertambah atau berkurang
4. Perubahan frekuensi pernafasan
5. Dilatasi pupil
g. Fase plateau
Bila gairah seksual sudah sempurna maka sampailah pada fase
plateu dimana pasangan dapat memperpanjang kenikmatan
sanggama sebelum sampai pada fase orgasme. Bila fase ini
berkepanjangan maka sanggama akan justru menyakitkan baik pada
pria ataupun pada wanita.
h. Orgasme
Orgasme melibatkan perubahan pada genital, muskular dan sensoris
serta respon kardiovaskular dan pernafasan
i. Fase resolusi
Hal hal yang terjadi Fase gairah Seksual secara berangsur angsur
mereda. Pada pria, ereksi penis secara bertahap berkurang dan
kembali ke ukuran semula. Pada wanita, bila tidak terjadi orgasme
maka ketegangan atau kongesti organ panggul memerlukan
beberapa jam untuk mereda dan terasa sangat tidak menyenangkan.
Pada pria dan wanita terdapat perasaan santai yang menyenangkan
namun dengan intensitas dan durasi pada pria dan wanita yang tidak
sama.
j. Fase refrakter
Satu interval dimana stimulasi tidak menghasilkan respon. Pada pria
hal ini dapat berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam
tergantung usia. Beberapa wanita tidak mengalami fase refrakter dan
sejumlah wanita dapat memperoleh orgasme yang multiple ( 14%)
3. Mitos-mitos seksual
a. Bebas hamil bila sperma dikeluarkan di luar vagina.
Fakta: semua pria pasti mengalami pra-ejakulasi (pra-semen), yaitu
suatu kondisi keluarnya cairan dari kelenjar cowper pada saat pria
ereksi (terangsang). Karena cairan ini terkadang bisa mengandung
sedikit sperma, jadi, meski ejakulasi dilakukan di luar vagina,
kemungkinan hamil tetaplah ada—proses pra-ejakulasi ini tetap
memberi kesempatan bagi sperma (dengan kondisi prima) untuk
membuahi sel telur.
b. Semakin besar penis, wanita akan semakin puas.
Fakta: sebagian besar wanita justru lebih memilih penis yang keras
dan bebas ejakulasi dini. Bagaimanapun, performa pria di atas
ranjang jauh lebih penting untuk memuaskan kita para wanita,
bukan? Tak sedikit kasus penis besar justru melukai serviks wanita,
dan micropenis (penis kecil) justru memberi kepuasan ekstra, karena
disertai posisi dan 'treatment' yang oke.
c. Libido wanita jauh lebih rendah daripada pria.
Fakta: sama seperti pria, wanita juga memiliki gairah seksual yang
tak kalah menggebunya. Hanya saja, pada saat-saat tertentu libido
wanita menurun, dan hal ini biasanya disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah stres, lelah, dan pengalaman seks yang
buruk di masa lalu.
d. Bercinta saat haid membebaskan Anda dari kehamilan.
Ingat, seks yang dilakukan saat mendekati akhir menstruasi tetap
bisa menyebabkan kehamilan pada wanita dengan siklus menstruasi
pendek (21 hari). Karena sperma mampu hidup hingga 72 jam di
saluran reproduksi wanita, maka besar pula kemungkinan sperma
tersebut untuk membuahi sel telur wanita pada saat terjadi ovulasi.
e. Hanya pria yang mengalami mimpi basah.
Fakta: meski lebih banyak dan sering terjadi pada pria, mimpi basah
sebetulnya juga dialami oleh 75% wanita. Delapan puluh lima persen
diantaranya bahkan mencapai orgasme saat tidur, dan dikenal
dengan instilah sleep-gasm.
f. Wanita etnis tertentu seksnya hebat
Fakta: Salah! Secara fisik, tidak ada perbedaan pada vagina karena
berbeda etnis. Banyak mitos seputar kehebatan seputar kehebatan
seksual wanita dari etnis tertentu yang beredar luas di masyarakat,
dan ini jelas tidak benar. Mitos itu diantaranya menyebutkan adanya
perbedaan vagina dari etnis tertentu, yang membuat aktivitas
seksualnya berbeda ketimbang wanita dari etnis lain. Secara fisik,
jelas tidak ada perbedaan pada vagina berdasarkan etnis. Kalaupun
terjadi perbedaaan aktivitas seksual, bisa jadi itu dipengaruhi oleh
nilai dan budaya etnis tersebut.
g. Vagina kering lebih oke
Fakta: Vagina kering membuat perempuan tidak nyaman melakukan
hubungan intim. Justru vagina yang kering selama hubungan intim
bisa membuat wanita merasa sakit dan tidak nyaman. Secara
alamiah, vagina akan mengeluarkan cairan. Cairan inilah yang
menjadikan vagina basah selama proses hubungan seks. Vagina
kering justru mengindikasikan bahwa wanita belum siap untuk
melakukan hubungan intim. Mitos ini sangat kuat pengaruhnya,
sehingga kemudian muncul produk-produk jamu dan kesehatan yang
menawarkan jaminan vagina akan tetap kering.
4. Client-oriented dalam pelayanan kespro
Pada tahun 1990, Judith Bruce mengemukakan 6 elemen dasar
yang menjadi sumber utama bagi penelitian mengenai kualitas
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi dari sisi tenaga kesehatan.
Konsep ini kemudian lebih dikenal dengan istilah ”Bruce Framework”.
Yang dimaksud dengan 6 elemen dasar ialah :
a. pilihan terhadap metode layanan, artinya setiap layanan tersedia
bagi pria dan wanita yang ingin merencanakan keluarganya
b. informasi bagi klien, yaitu informasi yang berkualitas tentang
bagaimana cara penggunaan obat dan efek sampingnya
c. keterampilan teknis, yaitu para petugas kesehatan yang
menjalankan aturan secara kompeten agar kondisi tetap stabil
d. hubungan antar pribadi, ialah bagaimana masyarakat berinteraksi
dengan petugas kesehatan. Apakah cukup simpatik dan cukup
waktu untuk bertemu dengan kliennya atau tidak
e. mekanisme untuk mendorong kontinuitas, yaitu klien dapat
dimotivasi agar pengobatannya berlangsung secara
berkesinambungan hingga tuntas
f. pelayanan yang terpadu, yaitu suatu pelayanan yang terorganisir
dan nyaman bagi pasien
Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor
yang dapat berdampak buruk bagi keseshatan reproduksi :
a. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat
pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang perkembangan
seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang
terpencil)
b. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang
berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak
anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang
membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu
dengan yang lain, dsb)
c. Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja,
depresi karena ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga
wanita terhadap pria yang membeli kebebasannya secara materi,
dsb);
d. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi
pasca penyakit menular seksual, dsb).
5. Konsep beyond familly planning
BFP (Beyond Familly planning)adalah kegaitan-kegaitan yang
menjangkau lebih jauh dari keluarga berencana, seperti perbaikan gizi,
peningkatan pendapatan, dan lain sebagainya untuk menunjang
program keluarga berencana. hal ini berkaitan dengan PP no 21 Tahun
1994 tentang pembangunan keluarga sejahtera memberikan landasan
konsep keluarga sejahtera, keluarga berkualitas, dan kualitas keluarga.
Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual,
dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota
dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Sedangkan
keluarga berkualitas adalah keluarga-keluarga yang sejahtera, sehat,
maju, mandiri, mempunyai anak yang ideal, berwawasan ke depan dan
bertanggung jawab. Sementara itu kualitas keluarga adalah kondisi
keluarga yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, social
budaya, kemandirian keluarga, dan mental spiritual serta nilai-nilai
agama yang merupakan dasar untuk mencapai keluarga sejahtera.

B. Indikator pemakaian kontrasepsi, quality of care dan konsep beyond


familly planning
1. Mengetahui indikator dalam pemakaian kontrasepsi
a. Usia reproduksi.
b. Telah memiliki anak,ataupun belum memiliki anak.
c. Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinngi.
d. Menyusui ASI pasca persalinan > 6 bulan.
e. Pasca persalinan dan tidak menyusui.
f. Anemia.
g. Nyeri haid hebat.
h. Haid teratur.
i. Riwayat kehamilan ektopik.
j. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
2. Mengetahui cara menghitung contraceptive continuation rate
Angka yang menunjukkan banyaknya PUS yang sedang memakai
kontrasepsi pada saat pencacahan.
Rumusan :

Kegunaan :
Untuk menetapkan kebijakan pengendalian kependudukan, penyediaan
pelayanan KB serta sterilisasi, pemasangan IUD, persiapan alat dan
obat, serta pelayanan konseling untuk menampung kebutuhan dan
menanggapi keluhan pemakaian kontrasepsi.

Keterangan Tambahan :
Variabel lain untuk menyusun indikator CPR diperoleh dari Sensus
Penduduk, SDKI dan Statistik Pelaporan Khusus dari BKKBN.
Interpretasi :
CPR tahun 2004 sebesar 56,71%, artinya satu diantara dua pasangan
usia subur tahun 2004 sedang memakai suatu cara KB. Perbedaan
CPR di wilayah perkotaan dan perdesaan amat kecil, menunjukkan
bahwa strategi pendekatan program KB di daerah perkotaan dan
perdesaan hampir sama kuatnya.
3. Mengetahui quality of care in familly playying
a. Pilihan metode kontrasepsi
b. Informasi yang diberikan kepada klien
c. Kompetensi provider
d. Hubungan klien
e. Mekanisme follow up dan kontak kembali
f. Konstelasi pelayanan yang tepat
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Fungsi seksual laki-laki yaitu:
a. Fungsi reproduksi,
b. Rekreasi,
c. katan pasangan,
d. Jatidiri seksualitas,
e. Kepercayaan diri,
f. Kepuasan seksual,
g. Mendapatkan kekuatan,
h. Pelampiasan perasaan,
i. Mengurangi kecemasan dan ketegangan emosional,
j. Orgasme,
k. Pengambilan resiko,
l. Materi,
m. Prostitusi
2. Fase-fase aktivitas seksual terdiri dari:
a. Fase perangsangan (excitement phase),
b. Fase plateau,
c. Fase orgasmik
d. Fase resolusi,
e. Fase hasrat seksual,
f. Fase gairah seksual
3. Mitos-mitos seksual
a. Bebas hamil bila sperma dikeluarkan di luar vagina.
b. Semakin besar penis, wanita akan semakin puas.
c. Libido wanita jauh lebih rendah daripada pria.
d. Bercinta saat haid membebaskan Anda dari kehamilan.
e. Hanya pria yang mengalami mimpi basah.
f. Wanita etnis tertentu seksnya hebat Vagina kering lebih oke
4. Client-oriented dalam pelayanan kespro
a. Faktor sosial-ekonomi dan demografi
b. Faktor budaya dan lingkungan
c. Faktor psikologis
5. BFP (Beyond Familly planning) adalah kegaitan-kegaitan yang
menjangkau lebih jauh dari keluarga berencana, seperti perbaikan gizi,
peningkatan pendapatan, dan lain sebagainya untuk menunjang
program keluarga berencana.
6. Mengetahui indikator dalam pemakaian kontrasepsi
a. Usia reproduksi.
b. Telah memiliki anak,ataupun belum memiliki anak.
c. Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinngi.
d. Menyusui ASI pasca persalinan > 6 bulan.
e. Pasca persalinan dan tidak menyusui.
f. Anemia.
g. Nyeri haid hebat.
h. Haid teratur.
i. Riwayat kehamilan ektopik.
j. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
7. Mengetahui cara menghitung contraceptive continuation rate
Rumusan :

8. Mengetahui quality of care in familly playying


a. Pilihan metode kontrasepsi
b. Informasi yang diberikan kepada klien
c. Kompetensi provider
d. Hubungan klien
e. Mekanisme follow up dan kontak kembali
f. Konstelasi pelayanan yang tepat

B. SARAN

Saran bagi Pembaca yang baik, kontribusi nya agar dapat membantu

menyempurnakan Makalah ini, karna Penyusun sadar bahwa masih

banyak kesalahan dalam pembuatan Makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral Bina Gizi dan KIA. 2015. Pedoman Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Terpadu di Tingkat Pelayanan Kesehatan
Dasar. Jakarta: Kementrian Kesehatan
http://ifanascout.blogspot.co.id/2015/05/kesehatan-reproduksi-definisi-
tujuan.html
Lubis, N.L. 2013. Psikologi Kespro, Wanita dan Perkembangan
Reproduksinya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
http://www.geocities.ws/klinikikm/kesehatan-lingkungan/status-
kesehatan.jpg Berdasarkan pendekatan Teori Blum terdapat 4
faktor yang mempengaruhi status kesehatan dalam masyarakat,
yaitu: faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan
kesehatan, dan faktor keturunan.
By Herti Abi Mustofa - Persalinan Jum'at, 07 Oktober 2016 15:49:09
http://www.curhatbidan.com/artikel/id/378/penyebab-utama-
kematian-ibu-saat-melahirkan
https://www.blogdokter.net/2017/04/19/penyebab-kematian-ibu-pasca-
persalinan-yang-paling-sering

Anda mungkin juga menyukai