Anda di halaman 1dari 11

BAB II

DASAR TEORI

2.1 PERENCANAAN PEMBANGUNAN


Perencanaan pembangunan adalah satu usaha agar proyek dapat dilaksanakan dengan mutu
yang baik, biaya yang wajar, manfaat yang sesuai, dan selesai sebelumatau tepat dengan waktu
yang telah ditentukan adalah harus dibuat perencanaan yang sebaik-baiknya sehingga semua pihak
terlibat mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Semmua harus disiapkan dengan
baik, cermat, tepat, dan cepat oleh orang-orang yang ahli dan berpengalaman di dalam bidangnya
masing-masing
2.1.1 Tahapan Suatu Proyek (project stage)
Tahapan suatu proyek dibagi menjadi 4, yaitu : studi kelayakan pendahuluan, studi kelayakan,
perencanaan teknis, dan pelaksanaan konstruksi.

a. Studi Kelayakan Pendahuluan (Pre Feasibility Study)


Pada tahap ini banyak dikumpulkan data, baik dari lingkungan instansinya sendiri
maupun dari instansi lain.
Pengumpulan data tentang : peta topografi, peta geologi, peta tata guna tanah (land
use), temperature, curah hujan, stasiun klimatologi, lokasi alat pengukur debit air dan lain-lain.
Sebagai sumber informasi bisa berasal dari Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pertanian, Badan
Meteorologi, dan lain-lain.
Dari data yang sudah diperoleh dapat disusun rencana peninjauan lapangan guna
mencocokkan sesuai tidaknya, sambil membuat perencanaan pendahuluan
Dengan data yang sudah ada dapat dibuat perkiraan untuk keperluan mendatang lalu
disusun cara untuk memenuhinya, yaitu dengan membangun beberapa proyek, dari beberapa
proyek tersebut dapat disusun urutan-urutan pembangunan, lalu pada tahap ini dilakukan
perhitungan-perhitungan. Laporan yang disusun biasanya disebut Masterplan atau Long Range
Planning.

b. Studi Kelayakan (Feasibility Study)


Merupakan tahap untuk meneliti apakah proyek yang telah diusulkan di dalan tahap
studi kelayakan pendahuluan masih layak untuk dibangun.
Perlu tidaknya suatu proyek dibangun dapat dipandang dari 2 segi, yaitu :

1) Kelayakan (Feasibility)
Suatu proyek yang layak dibangun, diukur dari segi teknis dan ekonomis. Biasanya
diukur dengan analisa BCR atau IRR.
BCR (Benefit Cost Ratio) adalah perbandingan antara keuntungan tahunan yang
diperoleh dengan membangun proyek (annual benefit) dengan pengeluaran biaya
tahunan (annual expenses). Suatu proyek layak dibangun apabila nilai BCR nya > 1.
IRR (Internal Rate of Return) adalah presentase keuntungan yang akan diperoleh
dengan membangun proyek yang anggaranya berasal dari pinjaman di luar perusahaan.
Suatu proyek layak dibangun apabila nilai IRR nya lebih besar disbanding dengan bunga
diskontonya (discount rate).
2) Keinginan Untuk Membangun (desirability)
Di dalam tahap ini mulai dilaksanakan pemetaan topografi, pemetaan udara,
penelitian dan penyelidikan : tanah, geologi, hidrologi, klimatologi, lingkungan hidup, dll.
Termasuk pula menamba atau memasang alat-alat pengukur.
Dengan data dan gambar yang lebih lengkap tersebut memungkinkan untuk
membuat gambar perencanaan yang lebih baik disbanding pada tahap studi kelayakan
pendahuluan.

c. Perencanaan Teknis (Detailed Design, Rancang Bangun, Desain Rinci)


Beberapa data yang sudah diperoleh pada tahap sebelumnya dievaluasi dan ditambah
dengan penelitian dan penyelidikan yang lebih lengkap dan jelas .
Karena datanya sudah lengkap dan jelas maka sudah tidak ada alternative lagi, semua
sudah pasti. Pelelangan dapat dilakukan setelah biaya pembangunan tersedia dan jelas
sumbernya.
Tahap ini berakhir sesudah ditetapkan pemenang pelelangan dan surat perjanjian
pemborongan ditandatangani oleh pemberi tugas dan kontraktor pelaksananya.

d. Pelaksanaan Konstruksi (Construction)


Sesudah surat perjanjian pemborongan ditandatangani, mulailah tahap pelaksanaan
konstruksi. Di dalam tahap ini termasuk pula pengujian bangunan dan instalasinya.
Tahap ini berakhir setelah pekerjaan diserahkan untuk terakhir kali kepada pemberi
tugas bersamaan dengan selesainya masa pemeliharaan.

2.1.2 Manfaat (tujuan) Proyek


Seperti telah diuraikan di dalam bagian 2, proyek bendungan mempunyai beberapa manfaat,
sehingga sebelum membangun proyek perlu diteliti secara mendalam manfaat apa sajakah yang
dapat dikaitkan.

2.1.3 Lokasi dan Denah Proyek


Karena bendungan merupakan salah satu bagian dari proyek secara keseluruhan aka letaknya
juga dipengaruhi oleh bangunan-bangunan lain seperti : gedung sentral (untuk proyek PLTA),
bangunan pelimpah, bangunan pemasukan, bangunan pengeluaran, dll.
Sehingga kita harus memperhatikan faktor-faktor yang dipengaruhi oleh bangunan-bangunan
lain. Dengan demikian lokasi proyek dan denahnya dapat ditentukan pada tahap studi
kelayakan, akan tetapi as bendungan masih dalam bentuk beberapa alternative.
Pada tahap perencanaan teknis dilaksanakan penelitian dan penyelidikan yang lebih mendalam
dan intensif, baik dalam pemetaan topografi, geologi,dan hidrologi. Sehingga dapat membuat
perencanaan yang lebih jelas dan lengkap yang memungkinkan untuk memilih as bendungan.

2.1.4 Tinggi Bendungan


Merupakan beda tinggi tegak antara puncak dan bagian terbawah dari pondasi bendungan.
Untuk menentukan tinggi bendungan secara optimal harus memoerhatikan tinggi ruang bebas
dan tinggi air untuk operasi waduk.
2.1.5 Tinggi Ruang Bebas (Tinggi Jagaan, Freeboard)
Tinggi ruang bebas adalah jarak vertikal antara puncak bendungan dengan permukaan bawah
bendungan pada saat tinggi air paling tinggi.
a. Permukaan Air Tertinggi Pada Waktu Banjir (TWL)
Pada waktu terjadi banjir, permukaan air bendungan sedikit demi sedikit akan naik
hingga mencapai permukaan tertinggi (FSL).
Tinggi ruang bebas :
ts = H1 + Ha
Keterangan :
ts = tinggi ruang bebas
H1 = selisih antara TWL dengan FSL
Ha = angka keamanan

b. Permukaan Air Tertinggi Sebagai Akibat Tinggi Gelombang Angin dan lain-lain
Angin dapat menimbulkan gelombang yang menyebabkan permukaan air bendungan
naik. Ada beberapa macam gelombang akibat angina dan tinggi gelombang yaitu:
1) Tinggi Gelombang Angin (hw1)
Menurut rumus Zuiderzee (Belanda)
Apabila terjadi angina yang bertiup secara terus-menerus dan teratur kea rah
bendungan maka akan timbuk gelombang angina (wind set up) yang tingginya dapat
dihitung:
𝑉 2 .𝐹
S= 𝑘.𝑑
cos A

Keterangan : S = tinggi gelombang angin (m)


V = kecepatan angin di atas air (km/jam)
F = fetch yaitu jarang normal dari tepi waduk didepan bendungan
dengan bendunganya sendiri (km), makin jauh nilainya makin besar
d = dalamnya waduk rata-rata (m)
A = sudut antara angina dengan fetch (°)
k = angka koefisien biasanya diambil 62.

2) Tinggi Gelombang di Atas Angin (hw2)


Stevenson telah menemukan rumus yang kalau dijadikan sistem metrik menjadi:
4
hw = 0,34 √𝐹 + 0,76 -√𝐹

Keterangan : hw = tinggi gelombang di atas gelmbang angina (m)


F = fetch (km)

3) Tinggi Gelombang Akibat yang Merambat ke Sebelah Hulu Bendungan (hw)


𝑉2
hw3 =
2𝑔

Keterangan : hw3 = tinggi gelombang yang merambat ke hulu (m)


V = kecepatan angina (m/detik)
g = percepatan gravitasi bumi = 9,78 m/detik2

4) Tinggi Gelombang Akibat Gempa Bumi (he)


Seichi Sato telah menemukan rumus sebagai berikut:
𝑘.𝑡
he = 2𝜋 √𝑔. 𝐻𝑜

Keterangan : he= tinggi gelombang sebagai akibat gempa bumi (m)


k = koefisien gempa bumi (0,10-0,30)
t = waktu terjadinya gelombang gemoa bumi (detik)
Ho = dalamnya bendungan rata-rata

5) Tinggi Keamanan Sebagai Akibat Tipe Bendungan (hi)


Bendungan urugan kurang stabil terhadap bahaya limpahan air yang melewati
puncak bendungan, oleh karena itu tinggi ruangan bebasnya dibuat lebih tinggi 1 m di
atas untuk bendungan beton. Jadi apabila bendungan beton perlu 2m maka untuk
bendungan urugan perlu 3m.

6) Tingi Keamanan Terhadap Macetnya Pembukaan Pintu Air Bangunan Pelimpah (ha)
Membuat anggapan-anggapan tentang lama dan kapan pintu air bangunan
pelimpah macet tentu tidak mudah, oleh karena itu biasanya diambil berdasakan
pengalaman yaitu ha diambil = 0,50 m.

7) Tinggi Gelombang Sebagai Akibat Risiko Longsor Tebing ke Dalam Bendungan (hs)
𝑉
hs = 𝐴

Keterangan : hs= tinggi gelombang sebagai akibat longsornya tanah (m)


V = volume tanah yang tidak stabil (m3)
A = luas bendungan (m2)

c. Standar Minimal Tinggi Ruang Bebas

The Japanese National Commite on Large Dams (JANCOLD) telah menyusun standar
minimal tinggi ruang bebas seperti tabel 6.1. Didalam standar ini maka yang diambil sebagai
permukaan air tertinggi adalah FSL dan bukan TWL.

Tabel 6.1 Standar ruang bebas menurut JANCOLD.

Nomor Tinggi Bendungan Bendungan Beton Bendungan Urugan


(m)
1. <50 1m 2m
2. 50-100 2m 3m
3. >100 2,50 m 3,50 m
2.1.6 Tinggi Air Untuk Operasi Waduk
Merupakan beda tinggi antara permukaan air tertinggi pada waktu bendungan penuh air
dengan permukaan air terendah bendungan untuk operasi.
FSL atau Full Supply Level adalah permukaan air tertinggi pada waktu bendungan penuh untuk
operasi.
MOL atau Minimum Operating Level adalah permukaan air terendah bendungan untuk dapat
dioperasikan, jadi di bawah permukaan air ini bendungan tidak boleh dioperasikan. Hal ini untuk
mencegah hanyutnya lumpur dan pasir halus yang dapat merusak saluran air dan atau turbin air di
gedung sentral.

2.1.7 Menentukan Tipe Bendungan


Seperti telah diuraikan didalam pasal 2.9, terdapat faktor yang memperngaruhi pemilihan tipe
bendungan. Yang sering dijumpai adalah ketidaksamaan dari masing-masing faktor terhadap
tipe yang harus dipilih. Dalam hal ini harus dicari alternative yang memungkinkan untuk dipilih.
Dengan membandingkan semua alternative dapat dipilih salah satu yang paling menguntungkan
atau yang paling kecil risiko kerugiannya. Dan inilah tipe bendungan yang dicari.

2.1.8 Menentukan Volume Total Bendungan


Ada beberapa pengertian yang harus diketahui terlebih dahulu, yaitu :
Active storage (useful storage, usable storage, working storage, volume bendungan aktif)
adalah volume yang dapat digunakan untuk memenuhi satu atau lebih tujuan pembangunannya
(pengairan, PLTA, pengendalian banjir, dll).
In active storage (volume tidak aktif) adalah volume yang terletak dibagian terbawah dari
bangunan pengeluaran dengan permukaan air terendah untuk operasi.
Dead storage (volume mati) volume yang terletak di bagian terbawah dari bangunan
pengeluaran
Flood storage (volume banjir) adalah sebagian dari volume aktif yang digunakan untuk
mengontrol (meredam) banjir yang terjadi
Reservoir capacity (gross storage, gross reservoir, storage capacity, kapasitas, volume total)
adalah volume total yang meliputi active storage, in active storage, dan dead storage.

a. Berdasarkan Data Topografi


Setelah lokasi dan as bendungan ditentukan maka perlu menghitung volume total
waduk.

b. Berdasarkan Data Hidrologi Dengan Garis Massa Debit


Data debit air, baik yang diukur secara langsung di sungai maupun yang diperoleh dari
curah hujan dan dikonversikan ke debit air, disusun dalam sebuah tabel. Makin panjang data
pengukuran, hasilnya semakin baik dan untuk itu diambil sekurang-kurangnya 30 tahun.

c. Garis Massa Waktu (Duration Mass Curve)


Untuk menentukan karakteristik sungai dapat diperhatikan susunan garis massa debit
yang waktunya dinyatakan dengan presentase. Untuk keperluan itu data debit disusun mulai
dari yang terndah sampai dengan yang tertinggi. Kemudian dicari berapa kali debit yang
bersangkutan terjadi di sungai.
2.1.9 Penggunaan FEM dan Komputer Untuk Perencanaan
Seperti diuraikan di bagian 3 : bendungan urugan untuk menghitung stabilitas konstruksi
bendungan perlu dilakukan perhitungan. Untuk mempersingkat waktu perhitungan telah
dikembangkan cara penggunaan FEM dan computer.

a. FEM (Finite Element Method, cara elemen terbatas)


Banyak digunakan untuk perencanaan bendungan yang tinggi terutama untuk :
perhitungan stabilitas konstruksi, penurunan tubuh bendungan (settlement) dan analisis
jaringan aliran air (flow net analysis) di dalam tubuh, di bawah pondasi dan abutmen
bendungan.
Adapun prinsip perhitungan adalah : memecahkan persoalan yang rumit dan sukar,
dengan cara membagi-baginya menjadi bagian-bagian kecil sehingga menjadi lebih
sederhana untuk penyelesaiannya.
Cara perhitungan FEM dilakukan dengan tahap demi tahap yang meliputi 6 tahap
sebagai berikut :
1) Pembagian struktur continuum menjadi elemen
Continuum dibagi menjadi elemen-elemen. Jumlah, tipe, ukuran, dan pengaturan
elemen-elemen serta titik buhulnya ditentukan. Vector gaya pada tiap-tiap titik buhul
digambar dan dicari resultannya.
2) Pemilihan model perpindahan (displacement mocel)
Penyelesaian perpindahan dari continuum pada waktu menerima beban, tidak dapat
diperkirakan secara pasti. Maka cara penyelesaian dilakukan dengan membuat
perkiraan (asumsi), sehingga beberapa besaran dapat diketahui. Kemudian dapat
dilakukan perhitungan dititik buhul berikutnya.
3) Matriks kekakuan elemen dan vektor gaya
Dari model perpindahan yang diperkirakan, matriks kekakuan dan vector gaya dari
elemen e dapat diperoleh dengan menggunakan keadaan keseimbangan
4) Kumpulan dari persamaan elemen untuk mendapatkan persamaan keseimbangan
keseluruhan
Karena struktur continuum terdiri dari elemen yang sangat banyak maka matriks
kekakuan dan vector gaya masing-masing dikumpulkan dan dimasukkan dalam
persamaan keseimbangan dengan menggunakan rumus
⃗ = 𝑃⃗
[𝐾] 𝑂

Keterangan : K = kumpulan matriks kekakuan


⃗ = vector perpindahan titik buhul
𝑂

𝑃⃗ = vektor gaya pada titik buhul untuk struktur yang lengkap


b. Komputer
Dilhat dari penggunaannya di bidang engineering, computer dapat dikelompokkan
menjadi 2 jenis, yaitu :
1) Komputer untuk perhitungan
Intruksi dilakukan dengan menggunakan alat yang berbentuk seperti mesin tik
yang disebut push button on keyboard dan menghasilkan data serta gambar-gambar
yang dapat dilihat pada layar (screen display).
2) Klomputer untuk membuat gambar
Sesudah perhitungan selesai dilakukan, hasilnya digambarkan pada komputer
untuk membuat gambar yang disebut CAD (Computer Aided Design).

2.1.10 Menentukan Debit Banjir Rencana (Design Flood Discharge)


Yang dimaksud dengan debit banjir rencana adalah debit banjir terbesar yang masih dapat
ditahan oleh sesuatu bendungan dengan aman.
Untuk menghitung debit banjir rencana terdapat beberapa macam cara, di antaranya sebagai
berikut :
a. Berdasarkan debit banjir yang pernah terjadi
Sudah tentu di setiap sungai pernah terjadi banjir yang masih kelihatan ada bekas-
bekasnya. Untuk menentukan elevasi tertinggi perlu ditambah beberapa cm sebagai
kelonggaran (spelling) agar lebih aman, besarnya tergantung pada ukuran penmpang sungai.

b. Berdasarkan rumus curah hujan (precipitation)


𝑓.𝑟.𝐴
Q= 3.60

Keterangan : Q= debit banjir terbesar (m3/detik)


f = koefisien limpasan (koefisen pengaliran, run off)
r = intensitas curah hujan rata-rata dalam jangka waktu datangnya
banjir (mm/jam)
A = luas daerah sungai (DAS, KM2)
𝑄𝑒
Koefisien limpasan : f= 𝑄𝑐

Keterangan : Qe = jumlah debit banjir total

Qc = jumlah debit banjir total yang dihitung berdasarkan curah hujan

c. Berdasarkan rumus empiris


Rumus ini tidak cocok dipakai di negara kita karena masih memerlukan penelitian dan
pengalaman lebih lanjut.

d. Berdasarkan teori kemungkinan (probability)


Jadi dengan terjadinya curah hujan terbesar dapat dihitung besarnya kemungkinan debit
banjir terbesar.
e. Berdasarkan teori kemungkinan dan statistik.
Bisa dilihat dari tabel data debit

f. Berdasarkan metode gumbel


−𝑦
P= 𝑐 −𝑒

Keterangan : P = kemungkinan kumulatif


c = bilangan alam
y = variasi berkurang (reduced variated)

g. Berdasarkan hidrograf
Cara ini banyak digunakan untuk menghitung debit banjir terbesar bangunan pelimpah.
Hidrograf adalah grafik yang menunjukkan hubungan antara debit air dan waktu kejadian
banjir.

2.1.11 Ruting Banjir di Dalam Bendungan (Flood Routing)


Salah satu manfaat dari pembangunan bendungan dengan waduknya adalah untuk
pengendalian banjir suatu sungai.

𝑑𝑠
I – O = 𝑑𝑡

Keterangan : I = inflow, debit air yang masuk (m3/detik)


O = outflow, debit air yang keluar (m3/detik)
𝑑𝑠
𝑑𝑡
= debit air yang tertahan di bendungan untuk jangka waktu pendek

2.1.12 Instrumentasi Bendungan


Digunakan untuk memantau sifat-sifat, perubahan dan geraan dari bendungan agar apabila
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dapat dicegah sedini mungkin.

2.2 BENDUNGAN
Bendungan adalah penghalang yang dibangun melintang pada aliran sungai, untuk
tujuan menampung genangan air.
2.2.1 Bagian-Bagian Bendungan
Bendungan terdiri dari beberapa komponen, yaitu :
a. Badan Bendungan (body of dams)
Adalah tubuh bendungan yang berfungsi sebagai penghalang air.

b. Pondasi (foundation)
Adalah bagian dari bendungan yang berfungsi untuk menjaga kokohnya bendungan.

c. Pintu Air (gates)


Digunakan untuk mengatur, membuka dan menutup aliran air di saluran baik yang
terbuka maupun tertutup.
d. Bangunan Pelimpah
Adalah bangunan beserta instalasinya untuk mengalirkan air banjir yang masuk ke
dalam waduk agar tidak membahayakan keamanan bendungan.

e. Kanal (canal)
Qdigunakan untuk menampung/menerima limpahan air dari bendungan.

f. Reservoir
Digunakan untuk menampung/menerima limpahan air dari bendungan.

g. Stilling Basin
Memiliki fungsi yang sama dengan energy dissipater.

h. Katup (kelep,valves)
Fungsinya sama dengan pintu air biasa, hanya dapat menahan tekanan yang lebih tinggi.

i. Drainage Gallery
Digunakan sebagai alat pembangkit listrik pada bendungan.
2.2.2
2.3 BENDUNGAN TYPE URUGAN
2.3.1 BENDUNGAN URUGAN
Menurut ICOLD definisi bendungan urugan adalah bendungan yang dibangun dari hasil
penggalian bahan (material) tanpa tambahan lainnya yang bersifat campuran secara kimia, jadi
betul-betul bahan pembentuk bendungan asli.
Didasarkan pada ukuran butiran dari bahan timbnan yang digunakan, secara umum
dapat dibedakan 2 tipe bendungan urugan, yaitu :
a. Bendungan urugan batu (rock fill dam) disingkat dengan istilah bendungan batu
b. Bendungan urugan tanah (earth fill dam) disingkat dengan istilah bendungan tanah
Di dalam kegiatan-kegiatan baik perencanaannya, maupun pelaksanaan
pembangunannya, kedua tipe bendungan tersebut mempunyai banyak persamaan-
persamaan yang cukup nyata.

2.3.2 Klasifikasi Bendungan Urugan


Ditinjau dari penempatan serta susunan bahan yang membentuk tubuh bendungan untuk
dapat memenuhi fungsinya dengan baik, maka bendungan urugan dapat digolongkan dalam 3 tipe
utama, yaitu :
a. Bendungan urugan homogeny (bendungan homogen)
Suatu bendungan urugan digolongkn dalam tipe homogen, apabila bahan yang
membentuk tubuh bendungan tersebut terdiri dari tanah yang hampir sejenis dan gradasinya
hampir seragam.

b. Bendungan urugan zonal (bendungan zonal)


Bendungan urugan digolongkan dalam tipe zonal, apabila timbunan yang membentuk
tubuh bendungan terdiri dari batuan dengan gradasi yang berbeda-beda dalam urutan-urutan
pelapisan tertentu.
Pada bendungan tipe ini sebagai penyangga terutama dibebankan kepada timbunan
yang lulus air (zone lulus air), sedang penahan rembesan dibebankan kepada timbunan yang
kedap air (zone kedap air).
Tipe ini masih dibedakan menjadi 3, yaitu :
1) Bendungan urugan zonal dengan tirai kedap air atau bendungan tirai (front core fill type
dam), ialah bendungan zonal dengan zone kedap air yang membentuk lereng udik
bendungan tersebut.
2) Bendungan urugan zonal dengan inti kedap air miring atau bendungan inti miring
(inclined-core fill type dam), ialah bendungan zonal yang zone kdap airnya terletak di
dalam tubuh bendungan dengan kedudukan miring ke arah hilir.
3) Bendungan urugan zonal dengan inti kedap air tegak atau bendungan inti tegak (central-
core fill type dam), ialah bendungan zonal yang zone kedap airnya terletak di dalam tubuh
bendungan dengan kedudukan vertikal. Biasanya inti tersebut terletak di bidang tengah
dari tubuh bendungan.

c. Bendungan urugan bersekat (bendungan sekat)


Bendungan urugan digolongkan dalam tipe sekat (facing) apabila di lereng udik tubuh
bendungan dilapisi dengan sekat tidak lulus air seperti lembaran baja tahan karat, beton
aspal, dll.

2.3.3 Keistimewaan Bendungan Urugan


a. Karakteristika bendungan urugan
Dibandingkan dengan jenis-jenis lainnya, maka bendungan urugan mempunyai
keistimewaan-keistimewaan sebagai berikut :
1) Pembangunannya dapat dilaksanakan pada hampir semua kondisi geologi dan geografi
yang dijumpai.
2) Bahan untuk tubuh bendungan dapat digunakan batuan yang terdapat disekitar calon
bendungan.

b. Perancangan untuk bendungan urugan


Beberapa aspek terpenting yang perlu dipelajari untuk dapat merealisir gagasan
pembangunan suatu bendungan adalah :
1) Topografi
2) Geologi teknik
3) Pondasi
4) Hidrologi
5) Bahan bendungan
6) Bangunan pelimpah
7) Bangunan penyadap
8) Lain-lain.
2.4 IRIGASI
Irigasi adalah

2.4.1 Dalam perkembangannya, irigasi dibagi menjadi 3 tipe


a. Irigasi Sistem Gravitasi
Merupakan sistem irigasi yang telah lama dikenal dan diterapkan dalam kegiatan usaha
tani. Dalam sistem irigasi ini, sumber air diambil dari sungai waduk, danau, atau dari dataran
tinggi.

b. Irigasi Sistem Pompa


Sumber air yang dapat dipompa untuk keperluan irigasi dapat diambil dari sungai,
misalnya Setasiun Pompa Gambarsari dan Pesanggrahan.

c. Irigasi Pasang-Surut
Suatu tipe irigasi yang memanfaatkan pengempangan air sungai akibat peristiwa
pasang-surut aur laut.

2.4.2 Klasifikasi Jaringan Irigasi Bila Ditinjau Dari Cara Pengaturan


a. Jaringan Irigasi Sederhana
Didalam jaringan irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atau diatur sehingga air
lebih akan mengalir ke saluran pembuang. Persediaan air biasanya berlimah dan kemiringan
berkisar antara sedang dan curam
Kelemahan jaringan irigasi adalah :
1) Ada pemborosan airdan karena pada umumnya jaringan ini terletak di daerah yang
tinggi, air yang terbuang tidak selalu dapat mencapai daerah rendah yang subur.
2) Terdapat banyak pengendapan yang memerlukan lebih banyak biaya dari penduduk
karena tiap desa membuat jaringan dan pengambilan sendiri-sendiri
3) Karena bangunan penangkap air bukan bangunan tetap / permanen, maka umunya
pendek.
b. Jaringan Irigasi Semi Teknis
Salah satu prinsip pada jaringan irigasi teknis adalah pemisahan antara saluran
irigasi/pembawa dan saluran pembuang. Jaringan irigasi teknis memungkinkan dilakukannya
pengukuran aliran, pembagian air irigasi dan pembuangan air lbih secara efisien.

2.4.3 Cara Pemberian Air Irigasi


Untuk mengalirkan dan membagi air irigasi, dikenal 4 cara utama, yaitu :
a. Pemberian air irigasi melalui permukaan tanah
b. Pemberian air irigasi melalui bawah permukaan tanah
c. Pemberian air irigasi dengan pencaran
d. Pemberian air dengan cara tetesan

Anda mungkin juga menyukai