Anda di halaman 1dari 8

A.

LATAR BELAKANG

Di era modern sekarang ini, tidak ada isu tentang Islam yang sensitif dan sering
dibincangkan serta diperdebatkan melainkan fenomena jihad. Istilah jihad menjadi sangat
familiar di telinga masyarakat Indonesia sejak terjadinya bom Bali. Jihad sangat sering
diperbincangkan dalam buku-buku akademis, media massa, dan wadah informasi lainnya.
Bahkan jihad merupakan salah satu konsep Islam yang paling sering disalahfahami,
khususnya oleh kalangan para ahli dan pemikir Barat. 1 Diskursus jihad merupakan bagian
dari wacana dan pembahasan yang terus menarik untuk di teliti.

Di dalam Kamus Bahasa Indonesia jihad diberi makna agak luas dan mengandung
beberapa makna. Pertama, jihad dapat diartikan usaha dengan segala daya upaya untuk
mencapai kebaikan. Kedua, usaha sungguh membela agama Islam dengan mengorbankan
harta benda, jiwa dan raga, Ketiga perang suci melawan orang kafir untuk mempertahankan
agama Islam. Ketika jihad disandingkan dengan kata akbar sehingga menjadi jihad akbar
yang bermakna literalnya perang besar maka maknanya perang melawan hawa nafsu yang
jahat. Ketika kata jihad disandingkan dengan kata asghar maka maknanya jihad kecil yang
maknanya adalah berperang dengan musuh.2

Kata jihad berasal dari Bahasa Arab al-jihad. Dalam kamus Lisan al-‘Arab disebutkan
bahwa menurut satu pendapat kata ini berakar pada kata jahd yang berarti al-masyaqqah
(letih/sukar). Karena dalam jihad memang terdapat kesulitan dan menyebabkan keletihan.
Ada juga yang berpendapat bahwa jihad berasal dari akar kata juhd yang berarti al-taqah
(kemampuan). Ini karena jihad menuntut kemampuan, dan harus dilakukan sesuai
kemampuan. Dan jihad merupakan bentuk isim masdhar dari kata jahada-yujahidu-jihadan-
mujahadah yang berarti mencurahkan segala kemampuan (bazl al-juhd).
Kata jihad kemudian lebih banyak digunakan dalam arti peperangan (al-qital) untuk
menolong agama dan membela kehormatan umat. Padahal dalam Al-Quran dan sunnah, kata
jihad memiliki banyak makna dan lebih luas dari pada sekedar peperangan. Ada jihad hawa
nafsu, jihad dakwah, dan jihad sabar. Inilah yang diistilahkan oleh Yusuf Qardhawi dengan
jihad sipil (al-jihad al-madani). Namun sayang sekali, banyak orang yang mereduksi makna
jihad itu hanya terbatas pada arti peperangan saja.

1
H.A.R. Sultan Mansur, Jihad, (Jakarta: Panji Masyarakat,1982), hlm. 9.

2
Dendy Sugono (Pemimpin Redaksi), Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,
edisi IV, (Jakarta: Department Pendidikan Nsional, 2008), hlm. 584. di kutip dari buku Hasbi
Amiruddin, Jihad Membangun Peradaban, (Banda Aceh: Perpustakaan Nasional, 2015) , hlm. 9.
1
Jihad secara terminologi adalah pengerahan usaha dan kemampuan di jalan Allah
dengan nyawa, harta, pikiran, lisan, pasukan dan lain sebagainya.3 Mungkin definisi ini lebih
tepat daripada definisi-definsi jihad yang lain, karena dalam definisi ini mencakup seluruh
jenis jihad yang diterangkan oleh al-Qur’an dan Sunnah. Dan dengan demikian tidak
membatasi jihad hanya dalam bentuk peperangan terhadap orang-orang kafir. Karena pada
dasarnya aktifitas hati berupa niat dan keteguhan, maupun aktifitas lisan berupa dakwah dan
penjelasan, aktifitas akal berupa ide kreatif dan pemikiran, serta aktifitas tubuh berupa perang
dan yang lainnya, adalah bagian dari jihad. Di antara dalil yang menunjukkan bahwa jihad
bukan hanya bermakna perang yaitu kata jihad yang disebutkan dalam QS. al-Ankabut
[29]:69

‫نوالانذينن نجانهمدوا نفيننا لنننحهندنيانمهحم مسمبلنننا نوإنان ا ن‬


‫ا لننمنع احلممححنسننينن‬
Artinya: “Orang-orang yang berjihad di jalan kami, pasti akan Kami tunjukkan pada
mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik”.
Firman-Nya, “yang berjihad di jalan kami”, yang dimaksud jihad di sini adalah semua
macam dan jenis jihad, baik berjihad melawan musuh yang lahiriah nyata maupun yang batin
(tidak nampak).4 Begitu universalnya makna jihad ini, Quraish Shihab berpendapat,bahwa
tidak ada satu amalan keagamaan yang tidak disertai jihad dan dengan demikian seorang
mukmin pastilah seorang mujahid. Menurutnya, paling tidak, diperlukan jihad untuk
menghambat rayuan nafsu yang selalu mengajak pada kedurhakaan dan pengabaian tuntunan
agama.5 Ayat ini menunjukkan, bahwa orang yang layak mendapatkan kebenaran adalah orang
yang sungguh-sungguh, dan bahwa orang yang berbuat ihsan dalam melaksanakan perintah
Allah, maka Dia akan membantunya serta memudahkan sebab-sebab hidayah. Ayat ini juga
menunjukkan, bahwa orang yang bersungguh-sungguh mencari ilmu syar’i, maka dia akan
mendapatkan hidayah dan pertolongan dari Allah. Di samping itu, mencari ilmu merupakan salah
satu di antara dua jihad, di mana tidak ada yang melakukannya kecuali manusia-manusia pilihan,
yang pertama yaitu jihad dengan ucapan dan lisan kepada kaum kafir dan munafik, jihad untuk
berusaha mengajarkan agama dan membantah orang-orang yang menyelisihi yang hak,
sedangkan yang kedua adalah jihad fisik (perang).

3
Ibid ., hal. 4

4
Al-Baidawi, Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’awil, jilid I, hal:324

5
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Cet. Ke-13(Bandung: Mizan,1996), hal. 495
2
Islam mendorong umatnya untuk berjihad di jalan Allah, mengarungi lautan
peperangan dan samudra bahaya dalam rangka meninggikan kalimat Allah. Islam juga
memberikan semangat kepada umatnya untuk berani menghadapi berbagai bahaya dan
halangan serta tantangan dalam rangka mencari keridhaan Allah, memperoleh kemuliaan
berupa kematian sebagai seorang syahid dengan penuh kebesaran dan kebahagiaan, karena
Allah telah menyediakan balasan yang tak ternilai bagi para mujahid di jalan-Nya. Ada
pahala besar, surga yang penuh kenikmatan, keutamaan dan kemuliaan dari sisi-Nya.

Makna jihad seakan dipahami secara sederhana sebagai bentuk perang atas nama
agama untuk memusnahkan kezaliman di dunia. Paradigma pemikiran jihad dilakukan oleh
gerakan perjuangan Islam di Palestina, Hamas dan al-Qaidah.6 Mereka memperlakukan kaum
Yahudi, Nasrani, dan tokoh-tokoh Islam yang bekerja sama dengan kepentingan Israel dan
Amerika adalah musuh yang harus dimusnahkan. Berbagai siasat pertempuran dijalankan
agar dapat menghancurkan lawan-lawannya, termasuk dengan mengorbankan diri. Serangan-
serangan balasan yang dilakukan warga Palestina, seringkali dengan melakukan aksi bom
bunuh diri. Membalas serangan musuh dapat diperbolehkan, namun di sisi lain tindakan
bunuh diri dilarang agama.7

Bom merupakan sebuah senjata modern yang digunakan untuk berperang dan dapat
membunuh banyak nyawa. Bom bunuh diri merupakan sebutan atas tindakan yang dilakukan
seseorang yang meledakkan dirinya dengan menggunakan bom. Bunuh diri / Intihar menurut
bahasa berasal dari kata naharahu yang berarti menyembelihnya, dan Intahara ar-rajulu
berarti seseorang menyembelih diri sendiri.8 Yang dimaksud adalah seseorang melakukan
bunuh diri.Adapun menurut istilah syar’i adalah “ Orang yang membunuh dirinya sendiri
dengan menghilangkan ruhnya, melalui salah satu cara yang mengakibatkan kematian,

6
Dalam bahasa Arab Hamas berarti “semangat” akronim untuk gerakan perlawanan Islam (Harakah al-
muqawwamah al-Islamiyah). Dalam hal ini, Hamas merupakan organisasi politik di Palestina yang bergerak
melawan penindasan Israel terhadap rakyat Palestina, selengkapnya baca: Robert Dreyfuss “Militan Islam dalam
Bingkai Israel” dalam “Devil’s Game Orchestra Iblis 60 Tahun Perselingkuhan Amerika-Religious Extremist,
(terj). Team SR-Ins Publishing (Yogyakarta: SR-Ins publishing 2007), hlm. 241-270. Sementara itu, Al-Qaidah
adlah gerakan yang bersifat aliansi dan mempunyai hulu yang sama, yaitu menginginkan sebuha tatanan yang
sama: yaitu menginginkan sebuah tatanan sistem kenegaraan yang bernama “al-khilafah al-Islamiyah”, sebagai
sebuah ending dari terbentuknya daulah Islamiyah yang merupakan tujuan yang sama sekali tidak pernah dapat
ditawar-tawar lagi, baca: A. Maftuh Abegebriel “ Al-Qaidah; Arabits or Islamist” dalam Negara Tuhan The
Thematic Encyclopedia (Yogyakarta: SR-Ins publishing 2004), hlm. 556-690
7
An-Nisa’: (4): 29.

8
ibid, hlm 18., Lihat, Ibnu Mandhur, Lisanul Arab, Juz 5 : 195 - 197
3
dikarenakan tertimpa musibah yang tidak kuat ia tanggung, atau tertimpa ujian yang ia tidak
sabar menghadapinya.”9 Imam al-Qurtubi mendefinisikan ; Intihar adalah seseorang yang
membunuh diri sendiri dengan sengaja, untuk menghilangkan kerakusan terhadap dunia dan
harta sampai mendorongnya pada bahaya yang membawa pada kehancuran, atau mungkin
saja dikatakan pada ayat “ Dan janganlah kamu membunuh dirimu dalam keadaan panik atau
marah”.10
Bunuh diri atau intihar adalah tindakan yang dilarang oleh agama. Diri manusia pada
hakekatnya hanyalah barang titipan yang diberikan Allah. Oleh karena itu titipan itu tidak
boleh diabaikan.11 Dalam melakukan aksi tersebut para pelaku telah mempersiapkan diri
dengan baik. Tindakan inipun tidak dapat dilakukan oleh semua orang, hanya orang – orang
tertentu saja yang dapat melakukannya.
Mengorbankan diri atau al-Mughammarah bisa berarti as-syiddah ( kekerasan ). Al-
Mughammir berarti orang yang terjun dalam kekerasan atau hal-hal yang mencelakakan.
Maka al-Mughammir (orang yang berkorban) ialah orang yang menceburkan dirinya dalam
bahaya, atau orang yang berani mengarungi kerasnya kematian (Syuja’ Mughammir).12
Aksi-aksi dalam masa perang saat ini, dengan menggunakan bahan peledak seperti
bom, dengan berbagai cara penggunaannya baik dengan bantuan alat maupun dilakukan
secara manual, dengan mengikatkan pada tubuh maupun kendaraan yang dikendarai.
Sehingga si pelaku itu sendiri ikut menjadi korban bahkan mati. Dari hal ini muncul sebutan
aksi bom bunuh diri. Meskipun bagi para pelaku berniat untuk menaklukkan musuh dengan
kesiapan mengorbankan diri sendiri, dan ia pun sadar bahwa kemungkinan besar ia akan
terbunuh.13 Aksi bom ini dapat pula diistilahkan dengan al– ‘Amaliyyat al- Isytisyhadiyyah,
yang secara umum berarti aksi-aksi perlawanan yang dilaksankan oleh pelakunya karena
mengharap syahid.14
Dikisahkan dalam sebuah hadits, dari Abu Bakar bin Abu Musa al-Asy’ari r.a.,
mengatakan ; Pernah aku mendengar bahwa ayahku saat itu ia tengah berhadap-hadapan
dengan musuh berkata ; Telah bersabda Rasulullah SAW;
“ Bahwasannya pintu – pintu surga berada dibawah naungan pedang “ (HR Muslim)

9
MT. Al-Qadah, op cit, hlm 18., lihat, Al-Ali, Ibrahim, Filisthin al-Muslimah, edisi ke 10, tahun 1995, hal 51

10
Al – Qurtubi, Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, Juz 5, hlm 156 - 157

11
Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, PT Bina Ilmu, Surabaya, 1990, hlm 452

12
MT. Al Qadah, op cit, hlm 15 – 16.

13
ibid

14
MT. Al Qadah, op cit., hlm 17., lihat; Al Takruri, Al-‘Amliyyat al-Istisyhadiyyah fil mizan al-Fiqhi, hlm 35
4
Maka tiba-tiba datanglah seorang yang kusut penampilannya, dan berujar; Wahai Abu Musa,
benarkah engkau mendengar ucapan ini dari Rasulullah SAW ? Ayahku menjawab; Tentu saja
! Orang tersebut lantas kembali menghampiri kawan-kawannya dan mengatakan; Sekarang
kuucapakan salam terakhir kepadamu. Ia lantas merobek sarung pedangnya dan
membuangnya, kemudian dengan pedangnya ia menerjang musuh, menyerang, hingga ia
sendiri terbantai.15
Firman Allah SWT.
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka
dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang dijalan Allah, lalu membunuh
atau terbunuh, (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-
Qur’an “ ( QS. At=Taubah ; 111 )16
Logika dalil (Wajhuddilalah) adalah perang dijalan Allah mempunyai resiko besar
pada kematian. Akan tetapi meskipun demikian, Allah memerintahkannya dan
memberikanpahala surga bagi yang melaksanakannya, dikarenakan sasaran dari perang
tersebut adalah mencegah orang kafir agar tidak menyakiti kaum muslimin.17

Adapun modus operandi bom bunuh diri adalah dengan membawa bom atau bahan
peledak yang diikatkan pada tubuh maupun dibawa dalam mobil yang ditumpangi, kemudian
meledakkannya di daerah musuh atau di wilayah yang dikuasai oleh lawan. Seperti halnya
yang terjadi di Palestina, di mana Israel merampas tanah warga Palestina dan mengusir
mereka dari wilayah Palestina. Perseteruan yang selalu diupayakan jalan damai oleh dunia
itu, masih saja terjadi pertumpahan darah. Hal ini disebabkan agresi Israel yang membabi
buta. Israel sering melakukan penyerangan terhadap warga sipil.

Meskipun demikian, menyalahkan pelaku bom bunuh diri atas konflik Israel Palestina
merupakan penistaan terhadap keadilan. Karena aksi tersebut merupakan bentuk perlawanan
sekelompok masyarakat yang terusir dari tanah dan terenggut hak dan kebebasanya demi
mempertahankan apa yang tersisa dari kehormatan dan harga diri mereka. Namun, yang
menjadi pertimbangan adalah bom bunuh diri bukan hanya ditujukan kepada tentara
melainkan juga kepada penduduk sipil, hal ini jelas-jelas bertentangan dengan ajaran Islam.18
15
Muhammad Sodiq Sholih, Kesyahidan Menggapai Taman Surga Tertinggi, Absolut, Yogyakarta, 2002, hlm 44
–45. lihat, Sahih Muslim, hadits No; 1902.
16
DEPAG RI, Al Quar’an dan Terjemahannya, CV Toha Putra, Semarang, hlm 299.

17
MT. Al Qadah, op cit., hlm 23

18
Menurut aturan Islam, perempuan dan anak-anak tidak boleh diserang. Apabila dilakukan tindakan
penyerangan sesuai syari’at, lalu timbul korban di kalangan penduduk sipil dan mereka terbunuh secara tidak
5
Kondisi serupa juga terjadi di Irak belakangan ini, terutama pasca invasi Amerika
Serikat dan sekutunya. Di mata mereka jihad tidak lagi dimaknai sebagai jihad di jalan Allah,
akan tetapi telah mengalami pergeseran makna. Hal ini dapat dilihat pada komposisi
sosiologis yang berkenaan dengan pihak mana yang wajib diperangi, kemudian
memposisikan jihad sebagai salah satu konsep perjuangan dalam menghadapi musuh yang
mereka sebut dengan istilah kafir.19

Di mata mereka jihad tidak lagi dimaknai sebagai jihad di jalan Allah, akan tetapi
telah mengalami pergeseran makna. Hal ini dapat dilihat pada komposisi sosiologis yang
berkenaan dengan pihak mana yang wajib diperangi, kemudian memposisikan jihad sebagai
salah satu konsep perjuangan dalam menghadapi musuh yang mereka sebut dengan istilah
kafir. Kasus bom Bali misalnya, merupakan salah satu contoh peranan kalangan
fundamentalisme Islam di Indonesia. Mereka beranggapan bahwa Bali tidak hanya sebagai
tempat maksiat, akan tetapi juga memposisikan bagi mereka yang datang ke pulau Bali
dikategorikan dengan orang kafir.20 Ditambah lagi teror bom yang menyerang 3 gereja di
Surabaya yang lebih mirisnya dilakukan oleh satu kelurga yang sudah buta fikirannya
mengenai makna dari kata jihad. Tidak pernah terlintas mengapa ada warga senekat itu, lagi
pula tidak ada alasan melakukan aksi tragis tersebut, karena permasalahan di Indonesia tidak
seberat penderitaan yang dialami rakyat Palestina,21 yang mana di Palestina bom bunuh diri
merupakan senjata terakhir dalam melawan penindasan Israel. Aksi bom bunuh diri atau
dapat disebut aksi bom syahid banyak terjadi di Palestina. Dalam hal ini muncul persoalan,

sengaja (misalnya karena tidak bisa dibedakan antara mana yang boleh dibunuh dengan mana yang tidak boleh
dibunuh), maka mereka yang terbunuh merupakan bagian dari yang diperangi. Lihat: Abdurrahman Shiddiq,
“Penjelasan Sekitar Jihad dan Isu Terorisme” dalam Solo, 21 Januari 2006.
19
Mukhlas Syarkun dan W. Ghorara. “Dunia Islam dalam Benturan Kepentingan dan Peradaban”, dalam
Negara Tuhan; The Thematic Encyclopaedia (Yogyakarta: SR-InsPublishing 2004), hlm. 481.
20
Pengeboman Bali pada tanggal 12 Oktober 2002, menurut para pelaku adalah termasuk dalam jihad fi
sabilillah. Hal ini didasarkan pada niat atau rencana targetnya, karena yang menjadi sasaran utama adalah
Bangsa penjajah seperti AS dan sekutunya. Dan semakin di perjelas dengan adanya pembantaian terhadap umat
muslim di Afganistan pada bulan Ramadhan 2001 yang disaksikan oleh hampir seluruh umat muslim mereka
membantai kaum lemah dan anak-anak kecil tak berdosa. Oleh karena itu, mereka disebut kaum musyrikin
(kaum kafir) yang wajib diperangi. Imam Samudra, Aku Melawan Teroris (Solo: Jazera, 2004), hlm. 109.
21
Menurut Ba’asyir perjuangan Azhari keliru dalam hal penerapan. Seharusnya taktik pengeboman itu
dilakukan di daerah-daerah konflik seperti Palestina, Irak, Afghanistan, atau di wilayah kafir yang memerangi
umat Islam dan kaum muslimin. Dia juga menambahkan bahwa Indonesia tidak termasuk kategori tersebut
(daerah konflik). Meski begitu, Ba’asyir tetap mendoakan Azhari cs mati syahid, “Ba’asyir Minta Stop
Pengeboman”, Harian Umum Jawa Pos 20 Novmber 2005, hlm. 4.
6
apakah tindakan bom bunuh diri termasuk dalam kategori jihad atau mati konyol, dan dalam
modus apa saja bunuh diri yang diperbolehkan dalam Islam.

Beranjak dari hal tersebut, sudah sepantasnya aksi bom bunuh diri yang berlandaskan
jihad diangkat sebagai salah satu kajian ilmiah dan didiskusikan keabsahannya terutama di
dalam ruang lingkup pemikiran pesantren berbasis kitab kuning melalui penggalian khazanah
fikih syafi’iyah sebagai acuan hukum keagamaan mayoritas umat Islam Nusantara.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Bagaimana pengertian konsep jihad melalui penggalian khazanah fikih syafi’iyah.

b. Bagaimana hukum bom bunuh diri melalui penggalian khazanah fikih syafi’iyah.

C. TUJUAN PENELITIAN

a. Mengungkap makna jihad menurut khazanah fikih syafi’iyah.

b. Merekonstruksi makna jihad menurut khazanah fikih syafi’iyah dalam konteks


analisis wacana aksi bom bunuh diri.

D. MANFAAT PENELITIAN

a. Manfaat Teoritis

Supaya hasil penelitian ini dapat memperkaya khazanah keilmuan Islam terutama
dalam ruang lingkup fikih syafi’iyah tentang bagaimana makna makna jihad dan
hukum bom bunuh diri.

b. Manfaat Praktis

1. Supaya dengan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan kajian dan masukan bagi
peneliti selanjutnya.

2. Supaya dapat menjadi pedoman bagi umat Islam dan Pemerintah tentang
bagaimana makna jihad yang sesungguhnya menurut fikih syafi’iyah

3. Supaya menjadi penambah wawasan tentang bagaimana hukum bom bunuh diri
dalam ruang lingkup fikih syafi’iyah

7
E. KERANGKA KONSEP

JIHAD

FIKIH SYAFI’IYAH

BOM BUNUH DIRI

F. METODELOGI

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan karya ilmiah ini, penulis berpedoman pada Pedoman
PKTIM 2018 dan buku Panduan Penulisan Karya Ilmiah yang diterbitkan oleh Ma’had Aly
MUDI Mesjid Raya Samalanga Kabupaten Bireuen edisi 2015.

Anda mungkin juga menyukai