Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Keluarga Berencana

2.1.1 Definisi KB
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan
jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah
mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan
(Sulistyawati, 2013).

2.1.2 Tujuan Program KB

Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga


kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara
pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013).
Tujuan program KB lainnya yaitu untuk menurunkan angka kelahiran yang
bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakan kebijakaan yang
dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan, menunda, dan menghentikan)
maksud dari kebijakaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak
akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan
melahirkan pada usia tua (Hartanto, 2002).

2.1.3. Ruang Lingkup

Program KB Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai


berikut:

a. Keluarga berencana

b. Kesehatan reproduksi remaja

c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga

d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas


e. Keserasian kebijakan kependudukan

f. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)

g. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.

2.1.4. Definisi Kontrasepsi

Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya


kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen
(Wiknjosastro, 2007). Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur
oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang
telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014).

2.1.5. Efektivitas (Daya Guna) Kontrasepsi

Menurut Wiknjosastro (2007) efektivitas atau daya guna suatu cara


kontrasepsi dapat dinilai pada 2 tingkat, yakni:

a. Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan suatu


cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan, apabila kontrasepsi tersebut digunakan dengan mengikuti
aturan yang benar.
b. Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan kontrasepsi
dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh
faktorfaktor seperti pemakaian yang tidak hati-hati, kurang disiplin
dengan aturan pemakaian dan sebagainya.

2.1.6. Memilih Metode Kontrasepsi

Menurut Hartanto (2002), ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan


dalam memilih kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang baik ialah kontrasepsi
yang memiliki syarat-syarat sebagai berikut:

a. Aman atau tidak berbahaya

b. Dapat diandalkan

c. Sederhana
d. Murah

e. Dapat diterima oleh orang banyak

f. Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi).

Menurut Hartanto (2002), faktor-faktor dalam memilih metode


kontrasepsi yaitu:

a. Faktor pasangan

1) Umur

2) Gaya hidup

3) Frekuensi senggama

4) Jumlah keluarga yang diinginkan

5) Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu

6) Sikap kewanitaan

7) Sikap kepriaan.

b. Faktor kesehatan

1) Status kesehatan

2) Riwayat haid

3) Riwayat keluarga

4) Pemeriksaan fisik

5) Pemeriksaan panggul.

2.1.7. Macam-macam Kontrasepsi


a. Metode Kontrasepsi Sederhana

Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi


sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode
kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi (MAL),
Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode
Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal
dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat
yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida (Handayani, 2010).

b. Metode Kontrasepsi Hormonal


Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu
kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan
yang hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi
terdapat pada pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon
yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant (Handayani,
2010).
c. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu
AKDR yang mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan
yang tidak mengandung hormon (Handayani, 2010). AKDR yang
mengandung hormon Progesterone atau Leuonorgestrel yaitu
Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20 mengandung
Leuonorgestrel (Hartanto, 2002).
d. Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode
Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering
dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong
atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan
antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama
vasektomi, vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas
deferens sehingga cairan sperma tidak dapat keluar atau ejakulasi
(Handayani, 2010).
2.2 Intra Uterine Devices (IUD)
2.2.1 Pengertian
Pengertian IUD adalah salah satu alat kontrasepsi modern
yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan,
dan masa aktif fungsi kontrasepsinya), diletakkan dalam kavum
uteri sebagai usaha kontrasepsi, menghalangi fertilisasi, dan
menyulitkan telur berimplementasi dalam uterus (Hidayati, 2009).
Pengertian AKDR atau IUD atau Spiral adalah suatu benda
kecil yang terbuat dari plastic yang lentur, mempunyai lilitan
tembaga atau juga mengandung hormone dan di masukkan ke
dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang (Handayani,
2010).
Alat Kontrasepsi dalam rahim (AKDR) merupakan alat
yang dipasang di dalam uterus melalui kanalis servikalis. AKDR
ada yang diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga
ataupun mengandung hormon (Gilly Andrews, 2010).
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah
dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur dengan sel
sperma yang mengakibatkan kehamilan, sehingga kontrasepsi
adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan cara
mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi, melumpuhkan sperma
atau menghalangi pertemuan sel telur dengan sel sperma
(Wiknjosastro, 2003).
2.2.2 Jenis
Jenis - jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain :
a. Copper-T
Menurut Imbarwati,(2009). IUD berbentuk T, terbuat dari
bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi
lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini
mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup
baik. Menurut ILUNI FKUI ( 2010). Spiral jenis copper T
(melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara
menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim
dan dapat dipakai selama 10 tahun.
b. Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif
untuk 1 tahun dan dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat
Copper-7. Menurut Imbarwati (2009). IUD ini berbentuk
angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan.
Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm
dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan
200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada
IUD Copper-T.
c. Multi load
Menurut Imbarwati (2009), IUD ini terbuat dari plastik
(polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk
sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah
3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas
permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah
efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar,
small, dan mini.
d. Lippes loop
Menurut Imbarwati (2009), IUD ini terbuat dari polyethelene,
berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung. Untuk
memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya Lippes
loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang
bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B
27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang
kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih).
Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah.
Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi
perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus,
sebab terbuat dari bahan plastik.
2.2.3 Cara Kerja
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
3. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi kemapuan sperma
untuk fertilasi
4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
(Buku Paduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi BKKBN,2011)
Sampai sekarang belum ada yang yakin begaimana mekanisme
kerja AKDR dalam mencegah kehamilan.Ada yang berpendapat
bahwa AKDR sebaga benda asing yang menimbulkan reaksi radang
setempat, dan leukosit yang akan dikeluarkan dapat melarutkan
blastosis atau sperma. Mekanisme kerja AKDR yang dililiti kawat
tembaga mungkin berbeda. Tembaga dalam konsentrasi kecil yang
dikeluarkan ke dalam rongga uterus selain menimbulkan reaksi
radang seperti pada AKDR biasa, juga menghambat khasiat
anhidrase karbon dan fosfatase alkali. AKDR yang mengeluarkan
hormon juga menebalkan lendir serviks sehingga menghalangi
sperma.

(Ari Sulistyawati,2013)

2.2.4 Keunmtungan dan Kerugian


1. Keuntungan
b. Sebagai kontrasepsi efektifitasnya tinggi. Sangat efektif
0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama
( 1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan)
c. AKDR dapat efektf seger setelah pemasangan
d. Metode jangka panjang ( 10 tahun proteksi dari CuT-380A
dan tidak perlu diganti-ganti)
e. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
f. Tidak mempengaruh hubungan seksual\
g. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu
takut untuk hamil
h. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR
(CuT-380A)
i. Tidak mempanguruhi kualitas dan volume ASI
j. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah
abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
k. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih
setelah haid terakhir)
l. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
2. Kerugian
a. Efek samping yang umum terjadi
 Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan
pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan
 Haid lebih lama dan banyak
 Perdarahan (spotting) antar menstruasi
 Saat haid lebih sakit
b. Komplikasi lain
 Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari
setelah pemasangan
 Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya
yang memungkinkan penyebab anemia
 Perforasi inding uterus (sangat jarang apabila
pemasangan benar)
c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
d. Tidak baik digunakan oleh perempuan dengan IMS atau
perempuan yang sering berganti pasangan
e. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan
dengan IMS memakai AKDR. PRP dapat memicu
infertilitas.
f. Prosedur medis, termasuk pemeriksan pelvik diperlukan
dalam pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut
selama pemasangan
g. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera
setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang selama
1-2 hari.
h. Klien tidak bisa melepas AKDR sendiri. Petugas
kesehatan terlatih yang boleh melepas AKDR
i. Mungkin AKDR keluar dari uetrus tanpa diketahui
j. Perempuan harus memeriksakan benang AKDR sewaktu-
waktu. Untuk melakukan ni perempuan harus memasukan
jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau
melakukan ini.
(Buku Paduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi BKKBN,2011)
2.2.5 Mekanisme Kerja

a. Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui


secara pasti, ada yang berpendapat bahwa AKDR sebagai
benda asing yang menimbulkan reaksi radang setempat,
dengan sebutan leukosit yang dapat melarutkan blastosis
atau seperma. Mekanisme kerja AKDR yang dililiti kawat
tembaga mungkin berlainan. Tembaga dalam konsentrasi
kecil yang dikeluarkan ke dalam rongga uterus juga
menghambat khasiatanhidrase karbon dan fosfatase alkali.
AKDR yang mengeluarkanhormon juga menebalkan lender
sehingga menghalangi pasasi sperma (Prawirohardjo, 2005).
b. Sampai sekarang mekanisme kerja AKDR belum diketahui
dengan pasti, kini pendapat yang terbanyak ialah bahwa
AKDR dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan
endometrium yang disertai dengan sebutan leukosit yang
dapat menghancurkan blastokista atau sperma. Sifat-sifat
dari cairan uterus mengalami perubahan – perubahan pada
pemakaian AKDR yang menyebabkan blastokista tidak
dapat hidup dalam uterus. Walaupun sebelumnya terjadi
nidasi, penyelidik-penyelidik lain menemukan sering adanya
kontraksi uterus pada pemakaian AKDR yang dapat
menghalangi nidasi. Diduga ini disebabkan oleh
meningkatnya kadar prostaglandin dalam uterus pada wanita
(Wiknjoastro, 2005).
c. Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan
sexual terjadi) AKDR mengubah transportasi tuba dalam
rahim dan mempengaruhi sel elur dan sperma sehingga
pembuahan tidak terjadi. Sebagai kontrasepsi darurat
(dipasang setelah hubungan sexual terjadi) dalam beberapa
kasus mungkin memiliki mekanisme yang lebih mungkin
adalah dengan mencegah terjadinya implantasi atau
penyerangan sel telur yang telah dibuahi ke dalam dinding
rahim
d. Menurut Saefuddin (2003), mekanisme kerja IUD adalah:
1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba
falopi
2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum
uteri.
3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum
bertemu walaupun AKDR membuat sperma sulit ke
dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi
kemampuan sperma untuk fertilisasi.
4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur ke dalam
uterus.
2.2.6 Persyaratan Pemakaian
a. Yang dapat menggunakan
1. Usia reproduktif
2. Keadaan nulipara
3. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4. Ibu menyusui yang menginginkan menggunakan
kontrasepsi
5. Setelah melahirkan dan menyusui bayinya
6. Risiko rendah terkena IMS
7. Tidak menghendaki metode hormonal
8. Tidak menyukai untuk menginga-ingat minum pil setiap
hari
9. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari
senggama\\\
10. Pada umumnya ibu apat menggunakan AKDR Cu dengan
aman dan efektif.
AKDR dapat digunakan pada ibu dalam segala
kemungkinan keadaan misalnya :
 Perokok
 Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila
tidak terlihat adanya infeksi
 Sedang memakai antibiotika atau antikejang
 Gemuk ataupun kurus
 Sedang menyusui
11. Begitu juga ibu dalam keadaan di bawah ini dapat
menggunakan AKDR
 Penderita tumor jinak payudara
 Penderita kanker payudara
 Tekanan darah tinggi
 Varises di tungkai atau di vulva
 Penderita penyakit jantung
 Penderita diabetes, pernah stroke, hati atau empedu,
malaria. Skistosomiasis (tanpa anemia), penyait tiroid,
epilepsi, nonpelvik TBC
 Setelah kehamilan ektopik
 Setelah pembedahan pelvik
b. Yang Tidak Diperkenankan Menggunakan AKDR
1. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)
2. Perdarahan vagina yang tidak diketehui (sampai dapat
devaluasi)
3. Sedang menderita infeksi alat genetal (servisitis,vaginitis)
4. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita
PRP atau abortus septik
5. Kelaianna bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak
rahim yang dapat mempangaruhi kavum uteri
6. Penyakit trofoblas yang ganas
7. Diketahui menderita TBC pelvik
8. Kanker alat genetal
9. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
(Buku Paduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi BKKBN,2011)
2.2.7 Waktu Penggunaan AKDR
a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien
tidak hamil.
b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid
c. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah
4 minggy pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila
menggunakan metode amenorea latasi ( MAL). Perlu diingat
angka ekspulsi tinggi pada pemasangan segera atau selama 48
jam pascapesalinan
d. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari)
apabila tidak ada gejaal infeksi
e. Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak
dilindungi
(Buku Paduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi BKKBN,2011)
Bidan harus meyakinkan bahwa klien tidak sedang hamil
dan klien bebas dari infeksi vagina atau uterus saat akan memasang
AKDR. Beberapa dokter lebih menyukai pemasangan AKDR
selama klien dalam periode menstruasi karena akan menghilangkan
resiko pemasangan AKDR ke dalam uterus yang dalam keadaan
hamil, namun klien rentan terkena infeksi. Bidan/dokter harus
benar-benar yakin tentang riwayat hubungan seksual dan
pengunaan kontrasepsi klien sebelum membuat keputusan untuk
memasang AKDR pada saat menstruasi atau beberapa hari
kemudian.
(Ari Sulistyawati,2013)
2.2.8 Efek Samping AKDR dan Penanganan

Efek Samping/ Penanganan


Permasalahan
Amenorea Periksa apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan lepas
AKDR, lakukan konseling dan selidiki penyebab amenorea
apabila dikehendaki. Apabila hamil, Jelaskan dan sarankan
untuk melepas AKDR apabila tadinya terlihat dan kehamilan
kurang dari 13 minggu. Apabila benang tidak terlihat, atau
kehamilan lebih dari 13 minggu, AKDR jangan dilepaskan.
Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan
kehamilannya tanpa melepaskan AKDR, jelaskan adanya resiko
kemungkinan terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi serta
perkembangan kehamilan harus lebih diamati dan diperhatikan.
Kejang Pastikan dan tegaskan adanya PRP dan penyebab lain dari
kekejangan. Tanggulangi penyebabnya apabila ditemukan.
Apabila penyebabnya tidak ditemukan, beri analgesik untuk
sedikit meringankan. Apabila klien mengalami kejang yang
berat, lepaskan AKDR dan bantu klien untuk memilih alat
kontrasepsi lain.
Perdarahan Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan kehamilan
vagina yang ektopik. Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan
hebat dan tidak berkelanjutan serta perdarahan hebat, lakaukan konseling dan
teratur pemantauan. Beri ibuprofen (800mg, 3xsehari selama 1
minggu) untuk mengurangi perdarahan dan berikan tablet besi
(1 tablet setiap 1 hari selama 3 bulan). AKDR memungkinkan
dilepas apabila klien menghendaki. Apabila klien memakai
AKDR selama lebih dari 3 bulan dan diketahui menderita
anemi (Hb<7g/%) anjurkan untuk melepas AKDR dan bantulah
memilih metode lain yang sesuai.
Benang yang Pastikan adanya kehamilan atau tidak. Tanyakan apakah AKDR
hilang terlepas. Apabila tidak hamil dan AKDR tidak terlepas, berikan
kondom. Periksa talinya didalam saluran endoserviks dan
kavum uteri (apabila memungkinkan peralatan dan tenaga
terlatih) setelah masa haid berikutnya. Apabila tidak ditemukan
rujuklah ke dokter, lakukan X-ray atau pemeriksaan ultrasound.
Apabila tidak hamil dan AKDRyang hilang tidak ditemukan,
pasanglah AKDR baru atau bantulah klien menentukan metode
lain.
Adanya Pastikan pemeriksaan untuk IMS. Lepaskan AKDR apabila
pengeluaran ditemukan menderita atau sangat dicurigai menderita gonorhoe
cairan dari atau infeksi klamidial, lakukan pengobatan yang memadai. Bila
vagina/dicurigai PRP, obati dan lepas AKDR sesudah 48 jam. Apabila AKDR
adanya PRP dikeluarkan, beri metode lain sampai masalah teratasi.
Sinkop Atur wanita pada posisi Trendelenburg (pindahkan bantal dari
vasovagal bawah kepalanya dan tempatkan di bawah panggul dan naikkan
(Pusing) kedua kakinya), pastikan jalan napasnya terbuka, dan upayakan
agar ia tetap hangat. Apabila diperlukan beri bau-bauan sedap
(garam-garaman berbau). Apabila sinkop bertambah berat dan
memerlukan tindakan darurat, berikan atropin intramuskular
sebanyak 0,4 sampai 0,5 mg. Atropin berfungsi sebagai
stimulan pernapasan dan sirkulasi.
Penyakit Berikan terapi antibiotik secepatnya dan kemudian lepas
Inflamasi AKDR-nya. Klien harus diberi metode kontrasepsi alternatif.
Pelvik (PID) Apabila seorang klien mempertimbangkan kemungkinan
menggunakan AKDR yang lain, maka seorang tenaga kesehtan
perlu mengkaji riwayat apapun yang akan menempatkannya
pada resiko terjangkit infeksi lain. Pemasangan AKDR lain
tidak boleh dilakukan selama sedikitnya tiga bulan setelah
keberhasilan terpai PID, bahkan dalam keadaan yang paling
ringan sekalipun. Wanita tersebut dianjurkan menggunakan
kontrasepsi yang berbeda.
(Buku Paduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi BKKBN,2011)

2.2.9 Petunjuk Bagi Klien Mengenai AKDR


a. Kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6 minggu
pemasangan AKDR
b. Selama bulan pertama menggunakan AKDR, periksalah
benang AKDR secara rutin terutama setelah haid
c. Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa
keberadaan benang setelah apabila mengalami:
 Kram/kejang di perut bagian bawah
 Perdarahan (spotting) diantara haid atau setelah senggama
 Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami
tidak nyaman selama melakukan hubungan seksual
d. Copper T-380 A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan,
tetapi dapat dilakukan lebih awal apabila diinginkan
e. Kembali ke klinik apabila:
 Tidak dapat meraba benang AKDR
 Merasakan bagian yang keras dari AKDR
 AKDR terlepas
 Siklus terganggu/meleset
 Terjadi pengeluaran cairan vagina yang mencurigakan
 Adanya infeksi
(Buku Paduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi BKKBN,2011)
2.2.10 Rencana Penatalaksaan pada Penggunaan AKDR
a. Memberitahu tentang wanita angka keefektifan AKDR,
memberi informasi produk, membahas efek samping dan
komplikasi yang mungkin terjadi, dan memintanya
menandatangani surat persetujuan dalam brosur yang
disediakan oleh pabrik
b. Melakukan pengkajian riwayat kesehatan secara umum,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan pelvik, serta
memeriksakan laboratorium, yang meliputi tes kehamilan, Pap
smear, pengambilan kultur klamidia dan gonorea, serta
mpemeriksaan kadar hemoglobin/hematokrit
c. Melakukan skrinning terhadap penyimpangan dan semua
kontraindikasi saat akan melakukan pemasangan AKDR
d. Memilih AKDR yang tepat bagi wanita
e. Memasang AKDR
f. Memberi pendidikan kesehatan kepada wanita tentang cara
memeriksa AKDR yang dimilikinya
g. Memberi pengarahan kepada wanita tentang AKDR yang
dimilikinya dan tentang perawatan lanjutan
h. Membuat jadwal dan mengatur rencana kunjungan ulang
i. Mengatur kemungkinan efek samping dan masalah yang akan
terjadi berkaitan dengan AKDR
j. Melepas AKDR jika ada indikasi
Pemasangan AKDR memerlukan dua kali kunjungan.
Kunjungan pertama terdiri dari empat komponen pertama
dalam rencana penatalaksanaan dan kunjungan ini merupakan
kunjungan sebelum pemasangan AKDR. Selama kunjungan
pertama, setelah klien memutuskan ingin memasang AKDR,
bidan perlu melakukan pengkajian riwayat kesehatan
menyeluruh, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan pelvik,
sedangkan hasil dari pemeriksaan laboratorium dapat
digunakan menyingkirkan kontraindikasi sebelum pemasangan
AKDR. Setelah hasil pemeriksaan laboratorium diperoleh,
kunjungan kedua dilakukan untuk melakukan prosedur
pemasangan AKDR. (Varney, Helen, 2007)

2.2.11 Kunjungan Ulang Setelah Pemasangan IUD

Kunjungan ulang setelah pemasangan IUD Menurut BKKBN


(2003):
a. 1 minggu pasca pemasangan
b. 2 bulan pasca pemasang
c. Setiap 6 bulan berikutnya
d. 1 tahun sekali
e. Bila terlambat haid 1 minggu
f. Perdarahan banyak dan tidak teratur

Menurut Prawirohardjo (2008), pemeriksaan sesudah IUD dipasang


dilakukan pada:
a. 1 minggu pasca pemasangan
b. 3 bulan berikutnya
c. Berikutnya setiap 6 bulan
2.2.12 Pemeriksaan Pada Saat Kunjungan Ulang
Menurut Varney, Kriebs dan Gegor (2006), Setelah IUD
dipasang seorang klien wanita, ia harus diarahkan untuk
menggunakan preparat spermisida dan kondom pada bulan
pertama. Tindakan ini akan memberi perlindungan penuh dari
konsepsi karena IUD menghambat serviks, uterus, dan saluran
falopii tempat yang memungkinkan pembuahan dan penanaman
sel telur dan ini merupakan kurun waktu IUD dapat terlepas
secara spontan. Klien harus melakukan kunjungan ulang
pertamanya dalam waktu kurang lebih enam minggu.
Kunjungan ini harus dilakukan setelah masa menstruasi
pertamanya pasca pamasangan IUD. Pada waktu ini, bulan
pertama kemungkinan insiden IUD lebih tinggi untuk terlepas
secara spontan telah berakhir. IUD dapat diperiksa untuk
menentukannya masih berada pada posisi yang tepat. Selain itu,
seorang wanita harus memiliki pengalaman melakukan
pemeriksaan IUD secara mandiri dan beberapa efeksamping
langsung harus sudah diatasi. Kunjungan ulang member
kesempatan untuk menjawab pertanyaan dan member semangat
serta meyakinkan klien. Diharapkan, hal ini membuahkan hasil
berupa peningkatan jumlah pengguna IUD. Data-data terkait
IUD berikut dapat diperoleh pada kunjungan ulang ini.

a. Riwayat
1) Masa menstruasi (dibandingkan dengan menstruasi
sebelum menggunakan IUD)
a) Tanggal
b) Lamanya
c) Jumlah aliran
d) Nyeri
2) Diantara waktu menstruasi (dibading dengan sebelum
menggunakan IUD)
a) Bercak darah atau perdarahan: amanya, jumlah
b) Kram: lamanya, tingkat keparahan
c) Nyeri punggung: lokasi, lamanya, tingkat keparahan.
d) d) Rabas vagina: lamanya, warna, bau, rasa gatal, rasa
terbakar saat berkemih (sebelum atau setelah urine
mulai mengalir.
3) Pemeriksaan benang
a) Tanggal pemeriksaan benang yang terakhir
b) Benang dapat dirasakan oleh pasangan
selamamelakukan hubungan seksual
4) Kepuasaan terhadap metode yang digunakan (baik pada
wanita maupun pasangannya)
5) Setiap obat yang digunakan: yang mana, mengapa
6) Setiap kunjungan ke dokter atau keruang gawat darurat
sejak pemasangan IUD: mengapa
7) Penggunaan preparat spermisida dan kondom: kapan,
apakah ada masalah
8) Tanda-tanda dugaankehamilan jika ada indikasi
b. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui adanya nyeri
tekan pada bagian bawah abdomen
2) Pemeriksaan untuk mengetahui adanya nyeri tekan
akibat CVA, jika diindikasikan untuk diagnose banding
3) Tanda-tanda kemungkinan kehamil, jika ada indikasi.
c. Pemeriksaan pelvic
1) Pemeriksaan speculum
a) Benang terlihat
b) Panjang benang: pemotongan benang bila ada indikasi
c) Rabas vagina: catat karakteristik dan lakukan kultur
dan apusan basah bila diindikasikan.
2) Pemeriksaan bimanual
a) Nyeri ketika serviks atau uterus bergerak
b) Nyeri tekan pada uterus
c) Pembesaran uterus
d) Nyeri tekan pada daerah sekitar
e) Tanda-tanda kemungkinan kehamilan bila
diindikasikan d. Laboratorium
1) Hemoglobin atau hematokrit
2) Urinalis rutin sesuai indikasi untuk diagnosis banding
3) Kultur serviks dan apusan basah, jika ada indikasi
4) Tes kehamilan, jika ada indikasi
Apabila hasil pemeriksaan diatas memuaskan,
maka klien akan mendapatkan jadwal untuk melakukan
pemeriksaan fisik rutinnya. Pada kunjungan tersebut
bidan akan melakukan hal-hal seperti mengkaji riwayat
penapisan umum yaitu pemeriksaan fisik dan pelvic, pap
smear, kultur klamedia dan gonorea, tes laboratorium
rutin lain dan pengulangan kunjungan ulang IUD seperti
dijelaskan diatas. Pengarahan supaya klien
memeriksakan IUD nya, kapan harus menghubungi bila
muncul masalah atau untuk membuat perjanjian sebelum
kunjungan tahunnya dapat ditinjau kembali bersama
klien selama kunjungan ulang ini.

2.1 Konsep Manajemen Kebidanan Aseptor IUD


No. Register :
Masuk tanggal/jam :
Di rawat di ruang :
I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Biodata
 Nama Istri / Suami :Untuk mengetahui identitas.
 Umur :Untuk mengetahui umur pasien,
menentukan konseling dan resiko.
 Pendidikan :Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
yang digunakan sebagai dasar dalam memberikan asuhan.
 Pekerjaan :Untuk menggetahui status ekonomi dan
aktifitas ibu.
 Alamat :Untuk mengetahui tempat tinggal pasien
sehingga memudahkan kunjungan rumah.
2. Alasan Datang
a. ingin menunda, mengatur, mengakhiri kehamilan
b. karena biaya hidup yang makin lama makin tinggi
c. karena alasan kesehatan ibu
d. karena repot mengurusi banyak anak
e. karena pengalaman keluarga, tetangga, teman bahwa keluarga
kecil lebih enak
f. karena motivasi dari petugas kesehatan
3. Keluhan Utama
Kondisi ibu saat ini sehingga ibu ingin menggunakan KB
4. Riwayat Haid
a. Menarche adalah terjadi haid yang pertama kali. Menarche
terjadi pada usia pubertas, yaitu sekitar 12 – 16 tahun.
b. Siklus haid pada setiap wanita tidak sama. Siklus haid yang
dianggap normal adalah 28 hari.
c. Lamanya haid. Biasanya antara 2 - 5 hari, ada yang 1 – 2 hari
diikuti darah sedikit – sedikit dan ada yang sampai 7 – 8 hari.
d. Keluhan yang diarasakan
e. Keputihan, warnanya, bau, gatal / tidak.
f. HPHT untuk mengetahui kapan haid terakhir ibu dan untul
memastikan tidak ada kehamilan
5. Riwayat Pernikahan

Meliputi berapa kali menikah, berapa tahun menikah, umur


pertama menikah dan jumlah anak yang dimiliki.

6. Riwayat Kehamilan, Persalinan , dan Nifas yang Lalu


 Riwayat kehamilan sebelumnya : untuk mengetahui apakah
adakah komplikasi dan apakah ibu pernah mengalami
kehamilan ektopik.
 Riwayat persalinan meliputi tempat,penolong, cara, usia
kehamilan, dan penyulit : untuk mengetahui adakah
komplikasi yang mempengaruhi sistem reproduksi.
 Jumlah anak yang hidup.
 Umur anak yang terkecil
7. Riwayat Kesehatan
 Kesehatan lalu
Untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita
penyakit menular, kronis maupun turunan (TBC,
hepatitis,IMS, HIV/AIDS), menurun (Diabetes mellitus,
asma, hipertensi), dan menahun (jantung, ginjal).
 Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui apakah ibu sedang menderita
suatu penyakit menular ataupun kronis pada saat itu seperti
(TBC, hepatitis,IMS, HIV/AIDS).

 Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui apakah anggota keluarga dari
pasien ada yang menderita penyakit menular seperti
hepatitis dan penyakit keturunan.
8. Riwayat KB

Pernah ikut KB / tidak, apa macamnya, berapa lama, ada


keluhan apa tidak, setelah persalinan rencananya ibu mengunakan
KB apa. Untuk menentukan KB yang sesuai

9. Pola Kebiasaan Sehari-hari


a. Istirahat : waktu istirahat malam ± 7-8 jam/ hari Istirahat
siang ± 2 jam/ hari.
b. Aktivitas : kegiatan yang dilakukan oleh ibu sehari- hari.
c. Nutrisi : kebiasaan ibu makan berapa kali/ hari minum
berapa gelas / hari.
d. Eliminasi : meliputi berapa kali ibu BAB dan berapa kali ibu
BAK
e. Kebersihan / personal hygiene : meliputi berapa kali ibu
mandi, ganti pakaian dan ganti pakaian dalam
f. Kebiasaan : kebiasaan ibu apakah ibu mengkonsumsi
merokok, minum alkohol dan kecanduan narkoba
10. Data Psikososial

Untuk mengetahui keyakinan pasien mengenai hal-hal yang


berkaitan. meliputi : pengetahuan dan respon pasien terhadap
semua metode/alat kontrasepsi dan/atau kontrasepsi yang
digunakan saat ini, keluhan/kondisi yang dihadapi saat ini, jumlah
keluarga di rumah, respon keluarga terhadap metode/alat
kontrasepsi dan/atau kontrasepsi yang di gunakan saat ini,
dukungan keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga dan
pilihan tempat mendapatkan pelayanan KB.
B.DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Kesadaran umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis / somnolen / apatis
c. Tanda-tanda vital :
TD : 110 / 70 – 120 / 80 mmHg
N : 80 – 100 x / menit
R : 16 – 24 x / menit
S : 365 – 3720C
d. Berat badan sekarang
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi

Muka :Pucat atau tidak, flek atau tidak.


Mata :Simetris atau tidak, konjungtiva pucat
atau tidak sklera ikterus atau tidak.
Dada :Puting menonjol atau tidak,
hiperpigmentasi areola mammae atau tidak.
Abdomen :Untuk mengetahui adanya tanda-tanda
kehamilan.
Genetalia :Terdapat condiloma akuminata ada /
tidak, terdapat keputihan atau tidak, ada flek atau tidak
Ekstermitas : Atas : Pergerakan bebas atau tidak,
oedema atau tidak.
Bawah: Pergerakan bebas atau tidak,
oedema atau tidak, varices atau tidak.
b. Palpasi
Leher : Teraba pembesaran kelenjar tyroid dan
vena jugolaris atau tidak.
Dada : Ada benjolan abnormal atau tidak, ada nyeri
tekan atau tidak.
Abdomen : Ada nyeri tekan atau tidak, ada benjolan
abnormal atau tidak.
c. Auskultasi
Dada : Ada ronchi atau wheezing atau tidak.
d. Perkusi :Reflek patella +/-
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Inspekulo
Dinding vagina : tampak keputihan/ tidak, tampak
adanya luka atau lesi/ tidak
Serviks : tampak adanya darah/ tidak,
tampak keputihan/ tidak dan tampak
adanya luka atau lesi / tidak
Porsio : tampak adanya erosi / tidak,
tampak adanya peradangan /
tidak
b. Pemerikasaan Bimanual (VT)
Vulva dan perineum : teraba adanya pembengkakan
kelenjar bartolini /tidak dan adakah
luka pada perineum
Vagina : teraba benjolan pada kavum
douglas/ tidak dan teraba adanya
abses/ tidak
Serviks :ada nyeri tekan/ tidak, ada nyeri
goyang/ tidak, pergerakkan bebas/
tidak
Porsio :ada nyeri tekan/ tidak, ada nyeri
goyang/ tidak
Korpus Uteri :Letak antefleksi/ retrofleksi,
pergerakan bebas/ tidak
Adneksa :teraba adanya pembesaran adneksa/
tidak

II. INTERPRETASI DATA

 Dx : Ny “…” Usia … tahun P…. Ab… dengan Akseptor Baru


KB IUD
 Ds : Ibu mengatakan ingin KB
 Do : Tanda- tanda vital :
Tekanan darah : 110 / 70 – 120 / 180 mmHg
Nadi : 80 – 90 x / menit
Pernafasan : 20 – 30 x / menit
Suhu : 36 – 370C
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
 Ketidakmauan/ ketidakpatuhan
 Gangguan psikologis seperti kekhawatiran, ketakutan
 Gangguan seksual
 Perubahan fisik karena pengaruh hormonal misalnya kegemukan
 Amenorea
 Kejang
 Perdarahan vagina yang hebat dan tidak teratur
 Benang yang hilang
 Cairan vagina/dugaan penyakit radang panggul
IV IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Beberapa data menunjukan situasi emergensi diman bidan
perlu bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi, beberapa data
menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan segera sementara
menunggu instruksi dokter. Mungkin juga memerlukan konsultasi
dengan tim kesehatan lain. Bidan mengevaluasi situasi setiap pasien
untuk menentukan asuhan yang paling tepat. Langkah ini
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.

V. INTERVENSI
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu
R/ Dengan pendekatan therapeutik ibu dapat lebih kooperatif
2. Jelaskan kepada ibu tentang KB IUD merupakan Suatu alat
kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim terbuat dari plastik
halus atau tembaga
R/ ibu mengerti tentang KB IUD pilihannya
3. Jelaskan pada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan
R/ Ibu lebih kooperatif dengan tindakan yang akan dilakukan
4. Melakukan pengkajian dan pemeriksaan terhadap ibu
R/ mengetahui keadaan ibu
5. Anjurkan pada ibu untuk mengosongkan kandung kemih
R/ Membantu ibu lebih tenang.
6. Persiapan alat pemasangan IUD steril
R/ Dengan persiapan alat yang lengkap dan steril dapat
memperlancar pemasangan IUD dan mengurangi resiko terjadinya
infeksi
7. Persiapkan tempat pemasangan IUD
R/ Dengan persiapan tempat yang aman dan nyaman akan
membantu menjaga privasi klien
8. Atur posisi ibu secara litotomi
R/ Posisi litotomi memudahkan dalam melakukan pemasangan
IUD
9. Lakukan pemasangan IUD dengan benar dan hati-hati
R/ Pemasangan IUD dengan benar dan hati-hati dapat menentukan
keberhasilan pemakaian IUD
10. Ajarkan pada ibu cara memeriksa benang IUD
R/ Untuk mengetahui keberadaan IUD apakah masih
terpasang/tidak
11. Ajarkan pada ibu untuk menunggu 15 menit setelah pemasangan
IUD
R/ Untuk mengamati adanya reaksi dari pemasangan IUD
12. Anjurkan pada ibu untuk kontrol 1 minggu lagi
R/ Untuk mengetahui keluhan-keluhan dan reaksi dari pemasangan
IUD pada ibu.
VI. PELAKSANAAN
Tanggal : Jam :
1. Melakukan pendekatan terapeutik pada ibu.
2. Menjelaskan kepada ibu tentang KB IUD merupakan suatu alat
kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim terbuat dari plastik
halus atau tembaga
3. Menjelaskan pada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan
4. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu
sehat dan normal
5. Menganjurkan pada ibu untuk mengosongkan kandung kemih
6. Mempersiapan alat pemasangan IUD steril
7. Mempersiapkan tempat pemasangan IUD
8. Mengatur posisi ibu secara litotomi
9. Melakukan pemasangan IUD dengan benar dan hati-hati
10. Mengajarkan pada ibu cara memeriksa benang IUD
11. Mengajarkan pada ibu untuk menunggu 15 menit setelah
pemasangan IUD
12. Menganjurkan pada ibu untuk kontrol 1 minggu lagi
VII. Evaluasi
Ibu mengerti dan mampu menjelaskan kembali informasi yang sudah
diberikan oleh petugas dan ibu bersedia untuk melakukan kunjungan
ulang.

DAFTAR PUSTAKA

Andrews,Gilly. 2010. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC

BKKBN. 2011. Kajian Implementasi Kebijakan Penggunaan Kontrasepsi IUD.


Jakarta.

Hartanto, H. 2002. Keluarga Berencana Dan Alat Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka


Sinar Harapan.
Hidayati. 2009. Metode dan Tehnik Penggunaan Alat Kontrasepsi.Petunjuk
Praktis Pemasangan Alat Kontrasepsi. Jakarta: Salemba Medika.

Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:


Pustaka Rihama

Nugroho, T dan Utama I.B. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Imbarwati. 2009. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD


pada Peserta KB Non IUD di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.
Semarang: UNDIP

Prawirohardjo S. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifudin, 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Sulistyawati, Ari. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Salemba Medika :


Jakarta.

Varney, Helen. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta. EGC.

Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo. Halaman 214-215.

Anda mungkin juga menyukai