Anda di halaman 1dari 8

KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

A. Pengertian Dan Klasifikasi Kewajiban Jangka Pendek

Secara umum, kewajiban adalah kewajiban masa kini perusahaan yang timbul dari peristiwa
masa lalu, yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi (SAK ETAP 2009, 2.12). Jenis kewajiban
masing-masing perusahaan yang berbeda sehingga menimbulkan jenis kewajiban yang berbeda
pula. Kewajiban dapat dikelompokkan ke dalam kewajiban jangka pendek (kewajiban lancar)
dan jangka panjang. Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang akan dibayar satu siklus
operasional atau kurang dari satu tahun pada tanggal neraca, sedangkan kewajiban jangka
panjang mencakup semua kewajiban selain dari kewajiban jangka pendek. Menurut (SAK ETAP
2009, 4.8) suatu kewajiban dikategorikan sebagai kewajiban jangka pendek apabila :

1. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasional


perusahaan;
2. Dimiliki untuk diperdagangkan;
3. Kewajiban akan diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode
pelaporan; atau
4. Perusahaan tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian kewajiban,
setidaknya 12 bulan setelah akhir periode pelaporan.

Kewajiban jangka pendek berhubung langsung dengan kegiatan operasional perusahaan


sehingga perusahaan harus selalu memperhatikan kondisi kesehatan keuangan dalam
operasionalnya dan salah satu kondisi tersebut adalah tingkat likuiditas. Likuiditas adalah rasio
antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek (utang lancar), sehingga kewajiban jangka
pendek yang dimiliki oleh perusahaan harus selalu dikaitkan dengan aset lancar dimana aset
lancar tersebut digunakan sebagai alat untuk membayar hutang. Oleh karena itu, pengendalian
terhadap aset lancar sangat dibutuhkan dalam rangka kelancaran pembayaran kewajiban jangka
pendek.

Kewajiban dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Jika dilihat dari hubungannya dengan
transaksi usaha, kewajiban dapat dipisahkan ke dalam utang usaha dan utang-non usaha. Utang
usaha adalah utang yang timbul dari transaksi perusahaan. Contohnya yakni transaksi pembelian
barang secara kredit. Bagi perusahaan dagang, utang ini sering disebut dengan utang dagang,
sedangkan utang non-usaha adalah utang yang timbul dari transaksi yang bukan dari usaha,
seperti utang kepada bank, utang pajak, dan utang bunga. Selanjutnya, jika ditinjau dari ada
tidaknya surat perjanjian (promes), kewajiban jangka pendek dipisahkan kedalam utang wesel
dan utang tanpa wesel. Utang wesel adalah utang yang disertai dengan janji tertulis, misalnya
dengan surat wesel atau surat promses. Utang wesel dapat berasal dari transaksi usaha mauooun
dari transaksi non usaha. Contoh dari transaksi tersebut yakni membeli barang dagang dari
pemasok dengan menerbitkan promses atau perusahaan meminjam dana ke bank dengan
menerbitkan wesel.

Ditinjau dari kepastian timbulnya, kewajiban jangka pendek dibedakan ke dalam utang yang
sudah pasti (determinable liability) dan utang kontinjensi (contigent liability). Utang yang sudah
pasti adalah utang yang keberadaannya sudah pasti dan tidak tergantung pada kondisi di masa
yang akan datang. Utang kontinjensi adalah utang potensial yang belum pasti atau yang timbul
saat ini yang tidak diakui karena tidak memenuhi salah satu kedua kondisi berikut.

a. Kemungkinan perusahaan akan diwajibkan untuk mentransfer manfaat ekonomi pada saat
penyelesaian.
b. Jumlah kewajiban dapat diestimasi secara andal. Misalnya, utang perusahaan yang mungkin
timbul karena gugatan oleh pihak lain dalam perkara pelanggaran hak paten.

Berdasarkan penjelasan tersebut, utang yang termasuk dalam kategori kewajiban jangka pendek
adalah utang yang akan di lunasi dalam jangka waktu satu tahun atau kurang, pada tanggal
neraca Utang tersebut antara lain utang usaha, pendapatan diterima dimuka, biaya yang masih
harus dibayar, dan kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu satu
tahun. Selanjutnya akan dibahas mengenai masing-masing dari jenis kewajiban jangka pendek.

B. Transaksi Utang Usaha (Account Payable)

Dalam kegiatan operasionalnya, banyak perusahaan yang tidak memproduksi sendiri produk
yang dijualnya. Produk tersebut seringkali diperoleh dengan cara membeli secara kredit kepada
pihak lain. Apabila hal ini dilakukan, perusahaan memiliki utang kepada pihak lain (kreditur).
Utang Uang ini dinamakan utang usaha. Utang usaha adalah kewajiban yang timbul dari
kegiatan operasional perusahaan kepada pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu
pendek. Utang tersebut biasanya tidak disertai dengan pinjaman secara tertulis, bahkan sering
kali timbulnya utang piutang ini hanya didasarkan atas saling mempercayai antara pihak kreditur
dan debitur.

Untuk perusahaan dagang, barang dagangan sering kali dibeli secara kredit dari pemasok.
Barang kemudian disimpan sementara waktu dan kemudian dijual kembali kepada pelanggan.
Dalam transaksi kredit, perusahaan (debitur) biasanya akan segera melunasi utang usahanya
karena dalam transaksi tersebut vendor (kreditur), memberikan termin pembayaran atau
persyaratan pembayaran yang meringankan.

C. Transaksi Utang Wesel

Untuk memberikan kepastian hukum dalam bisnis, transaksi utang piutang yang dilakukan antar
perusahaan sering kali disertai dengan perjanjian secara tertulis. Bagi pihak debitur, surat
perjanjian tertulis dinamakan utang wesel (wesel bayar). Utang wesel adalah kewajiban yang
harus dibayar oleh perusahaan (debitur) dengan didukung oleh bukti tertulis secara formal dalam
bentuk wesel atau promses. Surat perjanjian (wesel atau promses) harus dituliskan secara detail
terkait dengan hal-hal pinjaman –besarnya pinjaman, tanggal pelunasan pinjaman, dan tingkat
bunga (jika ada). Dengan adanya bukti tertulis ini, pihak kreditur merasa aman karena transaksi
dilindungi dengan surat formal (wesel atau promses) dan lebih terjamin pembayarannya. Utang
wesel (wesel bayar) biasanya diterbitkan untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek dan sering
kali disertai dengan pembayaran bunga. Jangka waktu penerbitan wesel bayar sangatlah
beragam. Apabila utang wesel (wesel bayar) memiliki jangka waktu pembayaran satu tahun atau
kurang, wesel tersebut dikategorikan sebagai kewajiban jangka pendek, sedangkan apabila
jangka waktu pembayaran di atas satu tahun, wesel termasuk dalam kategori kewajiban jangka
panjang.

Pada umumnya perusahaan (debitur) menerbitkan wesel bayar untuk transaksi operasional yaitu
untuk membeli barang dagang atau meminjam dana ke bank dan/atau ke lembaga keuangan
lainnya. Surat perjanjian (wesel atau promses) tersebut juga digunakan untuk mengganti status
dari utang usaha ke dalam wesel. Wesel dibayar terdiri atas dua kategori, utang wesel berbunga
(interest bearing notes) dan utang wesel tidak berbunga atau utang wesel yang didiskonto
(discount notes). Utang wesel berbunga merupakan utang wesel yang secara eksplisit
menyatakan dalam wesel bahwa terdapat suku pada saat jatuh tempo, sehingga perusahaan harus
membayar utang tersebut sebesar nilai nominal ditambah dengan bunga yang telah disepakati.
Lain halnya dengan utang wesel tanpa bunga (utang wesel yang didiskonto) , utang wesel tanpa
bunga merupakan wesel dimana tidak secara eksplisit menyatakan adanya bunga dalam wesel
tersebut. Namun, bunga sebenarnya telah ditetapkan di dalamnya dan secara otomatis
mengurangi besarnya nilai nominal wesel yang diterbitkan oleh perusahaan (debitur). Oleh
karena itu, pada saat jatuh tempo, perusahaan membayar utang wesel sebesar nilai nominalnya.

D. Utang Wesel Berbunga

Ketika utang wesel berbunga dalam kategori kewajiban jangka pendek diterbitkan, ia dicatat ke
dalam akun Utang Wesel pada kolom kredit sebesar nilai nominalnya dan pada saat jatuh tempo
akun tersebut dihentikan (ditutup). Penutupan akun tersebut yakni dengan mencatatnya di kolom
debit sebesar nilai nominalnya dan dicatat pula di kolom debit akun Beban Bunga wesel. Untuk
lebih memahami mengenai transaksi timbulnya utang wesel berbunga, selanjutnya akan dibahas
satu contoh.

E. Transaksi Utang Pajak

Di Indonesia, semua badan atau perorangan yang termasuk dalam kategori wajib pajak, memiliki
kewajiban untuk melakukan pembayaran pajak setiap tahunnya. Hal ini sesuai dengan
perundang-undangan yang mengatur tentang perpajakan. Wajib pajak tersebut dapat mencakup
wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan. Perusahaan sebagai Pengusaha Kena Pajak
(PKP), apabila melakukan kegiatan transaksi atas barang dan/atau jasa kena pajak, harus
memenuhi/membayar kewajiban perpajakan terhadap Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Perusahaan juga harus menghitung, menyetor, dan melaporkan kegiatan operasionalnya secara
periodik (akhir tahun) guna mengetahui besar kewajibannya terhadap Pajak Penghasilan Badan
(PPh Badan). Di lain pihak, karyawan perusahaan sebagai wajib pajak yang telah memenuhi
persyaratan perpajakan juga wajib membayar pajak secara periodik melalui pemotongan yang
dilakukan oleh bendahara perusahaan yang disebut dengan Pajak Penghasilan (PPh Pasal 21)
karyawan. Selanjutnya akan dibahas mengenai masing-masing jenis pajak tersebut (PPN, PPh
Badan, PPh Pasal 21).

F. Transaksi Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Aktivitas perusahaan dagang secara rutin adalah membeli barang dagang dari pemasok dan
menyimpan barang tersebut untuk kemudian menjualnya kembali kepada pelanggan. Menurut
undang-undang No. 42 tahun 2009 tentang pajak pertambahan nilai barang dan jasa serta pajak
penjualan atas barang mewah, transaksi atas barang dan /atau jasa kena pajak dikenakan PPn
sebesar . Apabila perusahaan (sebagai wajib pajak) melakukan transaksi penjualan barang
dan/atau jasa kena pajak, perusahaan harus memungut pajak pertumbuhan nilai (PPN) kepada
pelanggan—PPN ini dinamakan PPN Keluaran (PPN-K). Tarif yang dikenakan atas barang
dan/jasa kena pajak tersebut adalah sebesar 10% dari dasar pengenaan pajak atas barang dan/atau
jasa kena pajak. Demikian juga, apabila perusahaan melakukan transaksi pembelian barang
dan/atau jasa kena pajak, perusahaan dipungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) oleh pihak
pemasok (penjual)—pajak ini dinamakan PPN Masukan (PPN-M). tarif yang dikenakan juga
sebesar 10% dari dasar pengenaan pajak atas barang dan/atau jasa kena pajak. Secara periodik
(setiap akhir bulan), perusahaan harus melakukan perhitungan terhadap PPN yang harus disetor
ke kas negara. Besarnya nilai PPN tersebut adalah sebesar selisih antara PPN Keluaran (PPN-K)
dan PPN Masukan (PPN-M). Selanjutnya akan dibahas mengenai contoh transaksi pembelian
barang dan/atau jasa kena pajak.

G. Utang Wesel Tanpa Bunga (Utang Wesel Yang Didiskonto)

Pada saat menerbitkan utang wesel tanpa bunga, kas yang diterima oleh perusahaan adalah
sebesar nilai nominal dikurangi dengan diskonto. Selisih antara kas yang diterima dan nominal
wesel tersebut dicatat ke dalam akun Diskonto Utang Wesel. Diskonto utang wesel kemudian
diamortisasi sebagai beban bunga sepanjang jangka waktu wesel melalui jurnal penyesuaian.
Penerbitan utang wesel dicatat dengan mengkredit akun Utang Wesel sebesar nominalnya. Pada
saat jatuh tempo, akun tersebut ditutup dengan mencatatnya di kolom debit sebesar nilai
nominalnya pula. Contoh mengenai transaksi utang wesel tanpa bunga akan dibahas selanjutnya.

H. Transaksi Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan)

Perusahaan sebagai wajib pajak harus patuh terhadap undang-undang perpajakan, dengan cara
menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) kepada negara sebagai bukti telah
membayar Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan) sebagaimana tercantum dalam undang-undang
No. 36 tahun 2008. Pajak penghasilan badan adalah pajak yang dikenakan kepada badan
(perusahaan) atas laba yang diperoleh atau terima selama satu tahun. Perhitungan Pajak
Penghasilan badan adalah berdasarkan laba menurut undang-undang perpajakan dan bukan laba
menurut standar akutansi keuangan. Menurut undang-undang perpajakan, pajak penghasilan
badan dapat dibayar pada masa empat bulan tahun berikutnya yaitu tanggal 25 April. Apabila
pajak tersebut dibayar sesuai dengan undang-undang tersebut, perusahaan harus mengakui
adanya kewajiban pajak (utang pajak) penghasilan yang belum dibayar, pada akhir periode
akutansinya (31 Desember).

I. Transaksi Pajak Penghasilan Karyawan (PPh Pasal 21)

Perusahaan sebagai wajib pajak memiliki kewajiban pajak atas karyawannya yang dinamakan
pajak penghasilan karyawan (PPh Pasal 21) sebagaimana diatur dalam undang-undang No. 36
tahun 2008 tentang pajak, tetapi hanya sebatas pada penghasilan kena pajak. Penghasilan kena
pajak dihitung dari penghasilan kantor dikurangi dengan pengurangan yang diperbolehkan
menurut undang-undang perpajakan. Pengurangan tersebut yakni seperti biaya jabatan, iuran
dana pensiun kepada lembaga pensiun yang disetujui menteri keuangan, iuran Jaminan Hati Tua
kepada lembaga BPJS Ketenagakerjaan, kemudian dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKTP).

J. Transaksi Utang Garansi

Strategi perusahaan untuk meningkatkan penjualan barang atau jasa dari tahun ke tahun
sangatlah beragam. Salah satu jenis strategi tersebut adalah memberikan garansi kepada
pelanggan, seperti memberikan jaminan reparasi gratis, jaminan pengganti suku cadang gratis,
dan sebagainya. Dalam praktiknya, banyak skali perusahaan yang memberikan garansi terhadap
produk atau jasa yang dijual untuk memastikan jaminan kualitas produk atau jasa kepada
pelanggan. Apabila hal ini mengakibatkan beban dimasa yang akan datang, estimasi atas beban
garansi seharusnya dibuat dan dicocokkan dengan pendapatan periode berjalan. Di lain pihak,
apabila garansi tersebut sangta memungkinkan untuk dilakukan dan dapat diestimasi secara
andal, perusahaan harus mengakuinya sebagai utang garansi (kewajiban Garansi). Kewajiban ini
dikategorikan sebagai kewajiban jangka pendek dalam neraca (SAK ETAP 2009, 18.6). Artinya,
utang garansi muncul karena perusahaan memberikan jaminan garansi kepada pelanggan di masa
yang akan datang dan beban yang timbul atas garansi tersebut berupa beban garansi.

K. Transaksi Utang Deviden

Salah satu agenda dalam Rapat Umum Saham (RUPS) biasanya adalah membagi deviden kepada
para pemegang saham. Deviden adalah laba perusahaan (perseroan) yang dibagikan kepada para
pemegang saham. Pada saat dewan direksi mengumumkan secara resmi mengenai pembagian
deviden (SAK ETAP 2009, 19.19), perusahaan mencatatnya ke dalam akun Saldo Laba kolom
debit dan kolom kredit akun Utang deviden. Jenis deviden yang dibagikan oleh perusahaan yaitu
berupa kas dan juga yang berupa aset non-kas. Apabila berupa non-kas, deviden yang dibagikan
dicatat di kolom debit akun Saldo Laba sebesar nilai wajar aset yang diserahkan. Dalam rangka
pelaporan keuangan, apabila sampai dengan tanggal pembuatan laporan keuangan dan utang
deviden belum dibayarkan kepada pemegang saham, utang deviden tersebut disajikan dalam
neraca sebagai kewajiban jangka pendek.

L. Transaksi Utang Kontinjensi

Sebelumnya sudah dibahas bahwa kategori utang yang ditinjau dari kepastian timbulnya
dibedakan menjadi utang yang sudah pasti (determinabe liability) dan utang kontinjensi
(congtigent liability). Utang yang sudah pasti adalah utang yang keberadaannya sudah pasti dan
tidak tergantung pada kondisi di masa yang akan datang. Hal tersebut sudah dibahas pada
bagian-bagian sebelumnya, sedangkan pada bagian ini akan membahas mengenai utang
kontinjensi—transaksi yang terjadi pada periode lalu dan akan menimbulkan suatu kewajiban
yang masih tergantung pada terjadinya peristiwa dimasa yang akan datang. Kewajiban potensial
(utang kontinjensi) tersebut belum muncul pada tanggal penyusunan neraca, sehingga ada
tidaknya suatu kewajiban akan tergantung pada peristiwa di masa yang akan datang. Apabila
utang kontinjensi sangat mungkin untuk terjadi di masa yang akan datang dapat diestimasi secara
andal, utang kontinjensi tersebut harus dicatat sebagai kewajiban dan disajikan dalam laporan
keuangan.

M. Transaksi Kewajiban Jangka Panjang Yang Masuk Kategori Kewajiban Jangka Pendek

Pembahasan pada bagian ini adalah mengenai sebagian dari kewajiban jangka panjang yang akan
jatuh tempo dan akan dibayar pada periode yang akan datang atau maksimum satu tahun
sehingga kkewajiban jangka panjang ini memiliki sifat seperti kewajiban jangka pendek. Dapat
dikatakan karena kewajiban tersebut dilunasi menggunakan aset lancar. Oleh karena itu juga
perusahaan harus terus memantau hubungan kewajiban jangka pendek (Utang Lancar) dengan
aset lancar. Hubungan antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek sangat penting karena
hubungan tersebut digunakan untuk mengevaluasi kemampuan liquiditas perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendekya.

N. Penilaian dan pelaporan Kewajiban Jangka Pendek

Kewajiban jangka pendek memiliki beragam jenis. Keberagaman jenis kewajiban jangka pendek
tersebut akan membawa konsekuensi dalam penilaian-penilaian masing-masing dari jenis
kewajiban menjadi berbeda-beda. Dalam penyajian jangka pendek di neraca tidak adak ada
ketentuan mengenai urutan atas jenis kewajiban tersebut. Namun, apabila perusahaan
menggunakan liquiditas dalam urusan jenis kewajibannya.

Penyajian kewajiban ini dalam neraca yakni urutan pertamanya adalah kewajiban yang tingkat
pastinya tinggi untuk dibayar (utang wesel). Urutan berikutnya yakni, utang usaha dan baru
kemudian utang-utang yang bersifat defferal dan accrual. Terakhir adalah utang yang tingkat
pastinya rendah yaitu utang kontinjensi.
UTANG WESEL JANGKA PANJANG

A. Pengertian Utang Wesel Jamgka Panjang

Utang wesel adalah utang dengan surat berharga yang berisi mengenai perintah tanpa bersyarat
dari pihak penerbit wesel kepada pihak lain untuk membayar sejumlah uang pada waktu yang
telah ditentukan. Wesel biasanya digunakan sebagai instrument utang bagi perusahaan kecil dan
menengah atau perusahaan yang tidak berbentuk perseroan. Sementara utang wesel jangka
panjang adalah utang wesel yang pelunasannya lebih dari satu periode akutansi (lebih dari satu
tahun) dan biasanya bernilai cukup besar. Apabila utang wesel tersebut memiliki nilai yang
cukup besar pelunasannya wesel biasanya dengan angsuran beberapa kali dalam jangka waktu
yang cukup lama, pada tahapan ansuran wesel jangka panjang, besar nilainya angsuran
mencakup nilai pembayaran sebagian pokok pinjaman ditambah sebagian bunga wesel. Utang
wesel jangka panjang sifatnya hampir sama dengan utang obligasi, keduanya memiliki tanggal
jatuh tempo lebih dari satu tahun dan memiliki tingkat bunga.

B. Pengertian Dan Klarisifikasi Kewajiban Jangka Panjang

Pengertian kewajiban disini adalah kewajiban masa kini entitas (perusahaan) yang timbul dari
peristiwa masa lalu dan penyelesaiannya diharapkan dapat mengakibatkan harus keluar sumber
daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi. Berdasarkan pengertian kewajiban tersebut ada
tiga karakteristik yang melekat dalam kewajiban :

1. Kewajiban terada pada saat sekarang


2. Akan terjadi arus kas keluar dimasa mendatang
3. Transaksi yang menimbulkan kewajiban tersebut telah terjadi di masa lalu.

Ditinjau dari waktu penyelesaian, kewajiban dapat dibedakan kedalam kewajiban jangka pendek
dan jangka panjang. Pengertian dan karakteristik kewajiban jangka pendek sebenarnya telah
dibahas pada bab 6 kewajiban-kewajiban yang tidak termasuk dalam kategori kewajiban jangka
pendek akan masuk dalam kategori kewajiban jangka panjang. Berdasarkan penjelasan tersebut
kewajiban jangka panjang adalah semua kewajiban perusahaan yang masa jatuh temponya lebih
dari satu periode akutansi atau lebih dari satu siklus operasi normal perusahaan dan
pelunasannya menggunakan sumber daya yang tidak dikategorikan sebagai aset lancar.
Perusahaan membutuhkan sejumlah dana besar untuk merealisasikan hal tersebut. Dana besar ini
pada umumnya dibutuhkan oleh perusahaan untuk merealisasikan rencana strategis yang bersifat
jangka panjang, seperti membeli mesin atau aset tetap baru, memperluas pabrik, akuisisi, afiliasi,
dan sebagainya. Aset tetap (aset tidak lancar) tersebut memberikan manfaat jangka panjang
sehingga dan yang diperlukan untuk investasi aset tetap sebaiknya diperoleh melalui kewajiban
jangka panjang dalam hal ini, perusahaan memiliki dua pilihan yakni menari kewajiban jangka
panjang (semisal wesel, obligasi atau hipotek) atau menambah modal sendiri dengan
mengeluarkan saham. Bab ini akan fokus membahas tentang pemenuhan dana dengan menarik
kewajiban jangka panjang.
C. Angsuran Utang Wesel Jangka Panjang

Pada umumnya, pelumasan utang wesel yang bersifat jangka panjang dilakukan dengan cara
angsuran periodik. Besarnya nilai angsuran terdiri dari sebagian angsuran pokok pinjaman dan
bunga wesel yang telah menjadi beban sampai dengan saat pembayaran angsuran, besarnya nilai
angsuran utang dapat ditentukan dalam dua cara : 1. Besarnya nilai angsuran utang tidak
sama setiap periode angsuran, dengan cara ini, besarnya nilai angsuran utang setiap periode
angsuran berbeda antar periode yang satu dengan periode yang lain. Besarnya angsuran nilai
utang terdiri dari bunga wesel yang telah menjadi beban sampai dengan periode angsuran
ditambah dengan sebagian angsuran pokok pinjaman. Besarnya nilai sebagian angsuran pokok
pinjaman akan sama untuk setiap periode pembayaran angsuran. Tetapi besar nilai bunga wesel
yang dibayar akan berbeda antara periode angsuran yang lain. Hal tersebut terjadi karena, besar
nilai pokok utangnya semakin lama semakin menurun sehingga besarnya bunga wesel yang
harus dibayar juga semakin menurun. 2. Besarnya nilai angsuran utang sama setiap periode
angsuran pada nilai angsuran utang yang besarnya tidak sama setiap periode angsuran, nominal
pembayaran setiap angsuran wesel berbeda. Dengan rincian yakni angsuran pokok pinjaman
tetap sama, tetapi nilai bunga weselnya berbeda lain halnya dengan cara pembayaran wesel yang
nominal angsurannya sama. Pada setiap periode pembayaran, nominal angsuran utang weselnya
adalah sama meskipun demikian komposisi antara angsuran pokok pinjaman dan bunga wesel
didasarkan pada setiap periode pembayaran utang adalah berbeda. Metode perhitungan angsuran
utang tersebut didasarkan pada konsep nilai dari uang (time value of money) yang menggunakan
rumus-rumus perhitungan dengan konsep nilai sekarang (presend value) tersebut dapat diperoleh
dari berbagai literature buku keuangan sehingga perhitungan angsuran utang secara periodik
menjadi lebih mudah.

Anda mungkin juga menyukai