Anda di halaman 1dari 7

AGRITECH, Vol. 36, No.

2, Mei 2016

PEMODELAN PROSES PENGERINGAN MEKANIS TEPUNG KASAVA


DENGAN MENGGUNAKAN PNEUMATIC DRYER:
HUBUNGAN KAPASITAS OUTPUT DENGAN VARIABEL PROSES
PENGERINGAN
Modelling on Mechanical Cassava Flour Drying Process by Using Pneumatic Dryer:
Correlation of Output Capacity and Drying Process Variables

Yus Witdarko1, Nursigit Bintoro2, Bandul Suratmo2, Budi Rahardjo2


1
Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Musamus, Jl. Kamizaun, Mopah lama, Merauke 99611
2
Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Jl. Flora No. 1, Bulaksumur, Yogyakarta 55281
Email: buluhbulan@gmail.com

ABSTRAK

Pada proses pengeringan, kapasitas output (Qo) merupakan salah satu parameter penting yang perlu diketahui.
Parameter ini dapat dipakai untuk mengevaluasi efektivitas kinerja proses pengeringan. Pada metode pengeringan
secara pneumatik, penentuan kapasitas output mesin pengering secara teoritis, masih relatif komplek. Diperlukan cara
perhitungan yang lebih sederhana untuk dapat memprediksi kapasitas output mesin pengering pneumatik. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menghubungkan secara matematis antara nilai Qo dengan beberapa variabel proses
pengeringan pneumatik tepung kasava dengan menggunakan metode analisis dimensi. Hasil analisis data memberikan
hubungan antara nilai Qo dengan variabel-variabel proses pengeringan sebagai berikut:

( ) ( ) ( ) ( )
(( )) (( )) (( )) ((
Persamaan tersebut mempunyai nilai koefisien determinasi yang cukup besar, sehingga dapat digunakan untuk
memprediksi adalah
kapasitas output
. pada pengeringan pneumatik. Hasil uji sensitivitas menunjukkan bahwa dimensionless
product yang paling berpengaruh terhadap nilai adalah
adalah .. yang mencapai 11,53%.

Kata kunci: Tepung kasava, pneumatic drying, analisis dimensi, kapasitas output
(
( ) ( ) ABSRACT ( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( )
In the drying process, output capacity (Qo) is one of(( important parameter
)) which should be
(( known because
)) it can be ))
((adalah ((
.
used to evaluate the effectiveness of drying process performance. Theoritically, determination of the output capacity
adalah
of the .drying machine
adalahin pneumatic
. drying is still relatively complex. So, a simple calculation method to predict
wasof the pneumatic drying machine is required. The main objective of this research was to formulate
output capacity
a mathematical relationship between Qo value andwas various pneumatic drying variables of cassava flour by applying
was
dimensional analysis. The results showed relationship between Qo value and the drying process variables as follows:

( ) ( ) ( ) ( ) (
( ) ( ( ) ) ( ) ( ) (1)
This equation has a quite high coefficient of determination,((and potentially usable
)) for predicting the output capacity in
was
pneumatic drying. Sensitivity analysis indicated that the dimensionless product which had the largest effect on was
( ) (2)
was that reached 11.53%.
(( ))
Keywords: Cassava flour, pneumatic drying, dimensional analysis, output capacity
( ( ) ) (1) (3)
(( )) (
( )( (1) 233
) (2)
( ) (4)
(( )) (
( ) ( ) (2) (3)
AGRITECH, Vol. 36, No. 2, Mei 2016

PENDAHULUAN Berbagai macam parameter dalam proses pengeringan


perlu untuk diketahui guna mengevaluasi kinerja proses
Dalam proses produksi tepung kasava, pengeringan pengeringan tersebut. Pada proses pengeringan umumnya
merupakan bagian yang sangat vital untuk memperoleh parameter-parameter seperti kebutuhan panas udara pengering,
hasil dengan kualitas dan kuantitasyang baik. Untuk itu, efisiensi pemanasan, efisiensi pengeringan, coefficient of
diperlukan pengaturan mesin pengering yang tepat untuk performance, dan kapasitas kerja merupakan parameter-
mendapatkan hasil penepungan yang sesuai dengan standar parameter yang perlu diketahui. Menurut Mujumdar (1987),
yang dikehendaki. Pada proses produksi tepung kasava parameter utama yang digunakan dalam desain pneumatic
maupun pati kasava telah banyak diaplikasikan metode drying antara lain ukuran diameter partikel, kadar air awal
pengeringan secara pneumatik (pneumatic drying). dan akhir dari bahan yang dikeringkan, temperatur udara
Pneumatic drying adalah proses pengeringan yang pengering, konduktivitas panas, dan kapasitas output
memanfaatkan media udara sebagai pembawa panas dan pengeringan yang diinginkan. Kapasitas kerja (output) proses
bahan yang dikeringkan dengan proses yang terjadi dalam pengeringan menunjukkan kemampuan kerja dari suatu mesin
waktu singkat. Metode pengeringan ini relatif sederhana pengering. Pada suatu industri pertanian yang dalam proses
dalam operasi, sedikit membutuhkan tempat, sesuai untuk produksinya melibatkan pengeringan, maka kapasitas kerja
pengeringan bahan makanan yang peka terhadap panas, mesin pengering akan menentukan kecepatan proses produksi
dan sistim kontrol umumnya dapat merespon dengan secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan proses pengeringan
sangat cepat terhadap perubahan kondisi operasional umumnya memakan waktu yang paling lama. Oleh karena itu,
proses pengeringan. Pengeringan tepung secara pneumatik sangat penting untuk mengetahui metode perhitungan untuk
dilakukan di dalam saluran pipa pengering sehingga tepung menentukan kapasitas kerja proses pengeringan tersebut.
yang dihasilkan bersih dan bebas dari kotoran. Menurut Dalam praktik, kapasitas kerja proses pengeringan
Pelegrina dan Crapiste (2001), pengeringan pneumatik secara ditetapkan dengan cara mengukur banyaknya bahan yang
luas digunakan dalam industri makanan untuk mendapatkan dikeringkan dibagi dengan lama waktu proses pengeringan
produk berkualitas tinggi, khususnya biji-bijian, tepung, yang dibutuhkan untuk mengeringkan bahan tersebut. Sudah
sayur, dan buah-buahan. Nugroho dkk. (2012) berpendapat barang tentu hal ini akan dapat dilakukan setelah operasional
pneumatic (flash) dryer merupakan mesin pengering yang proses pengeringan tersebut dilakukan. Untuk kepentingan
memanfaatkan udara panas berkecepatan tinggi dalam proses perancangan kapasitas kerja mesin pengering itu sendiri,
pengeringan bahannya. Mujumdar (1987), juga menyatakan maka diperlukan persamaan-persamaan teoritis yang dapat
bahwa aliran panas konveksi antara gas dan partikel sangat digunakan untuk memprediksi atau menghitung kapasitas
tinggi mengakibatkan waktu proses pengeringan bahan kerja mesin agar hasil rancangan mesin pengering sesuai
sangat cepat. Pendapat tersebut didukung juga oleh Dhankhar dengan kebutuhan. Mao dkk. (2009), berpendapat bahwa
(2014), yang menyatakan bahwa pengeringan berlangsung dalam beberapa dekade terakhir, istilah seperti ”kapasitas
dalam hitungan detik sehingga dikelompokkan sebagai pengeringan” atau ”kemampuan pengeringan” telah muncul
tipe pengering singkat (kurang dari 1 menit). Lebih lanjut dalam kepustakaan. Namun hasil-hasil kajiannya belum ada
dikemukakan bahwa bahan basah bercampur dengan udara metode yang disepakati untuk mengevaluasi pengeringan
pengering dan mengalir bersama melalui saluran pengering atau suatu teknik untuk memperkirakan nilainya. Metode
dimana tingkat perpindahan panas tinggi sehingga produk evaluasi harus memperhatikan dua faktor yaitu kadar air
cepat kering. Selanjutnya Kilfoil (2013), mengemukakan dan kondisi dasar untuk menjaga lingkungan pengujian pada
bahwa gerakan mengalirnya bahan (partikel) ini disebabkan kondisi konstan.
oleh gaya dari udara pengering yang diberikan ke bahan. Sampaio dkk. (2007), melakukan penelitian pengeringan
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa pengering pneumatik natural coffee dan Parchment coffee dengan sistim pneumatik.
mempunyai kemampuan yang tinggi dan sesuai diterapkan Salah satu hasil penelitiannya untuk natural coffee, dari kadar
pada industri-industri pengolahan produk pertanian. air awal 24,6±1,8% wb yang dikeringkan menjadi kadar air
Namun demikian terdapat juga beberapa kelemahan 11,9±1,3% wb dengan suhu 60 oC, dari berat bijian awal 136
dari pengering pneumatik ini. Menurut Canavas dkk. (2005), kg memerlukan waktu 11,5 jam untuk menurunkan berat
keterbatasan sistem pneumatic drying antara lain konsumsi bijian akhir menjadi 116 kg sehingga dapat dihitung bahwa
daya tinggi dan bahan kohesif seringkali sulit untuk ditangani kapasitas kerja berdasarkan output bahan adalah 10,09 kg/
dalam saluran pipa pengering. Menurut Dhankhar (2014), jam. Adapun untuk parchment coffee, dari kadar air awal
pneumatic drying tidak cocok digunakan pada bahan yang 33,9±2,1% wb dikeringkan menjadi kadar air akhir 12,0±1,5%
mudah lengket dan bahan yang berminyak. wb dengan suhu pengering 60 oC dari berat bijian awal 232
kg memerlukan waktu 14,0 jam untuk menjadi berat bijian

234
AGRITECH, Vol. 36, No. 2, Mei 2016

( ) ( ) ( )
akhir 166 kg atau kapasitas output 11,85 kg/jam. Penelitian- Tabel 1. Independen dan dependen variabel pada analisis
penelitian tersebut di atas tidak memberikan solusi persamaan dimensi kapasitas output
matematis untuk memprediksi kapasitas output dari proses
pengeringan secara pneumatik. adalah Nama
. Variabel Simbol Satuan Dimensi

Karena kompleknya parameter-parameter yang a. Kapasitas output bahan Qo Kg/s MT-1


terlibat dalam penentuan kapasitas kerja mesin pengering b. Kecepatan udara pengering Vu m/s LT-1
pneumatik, maka banyak sekali kesulitan yang akan dihadapi c. Diameter pipa Dp m L
untuk menentukan kapasitas pengeringan pneumatik secara d. Panjang pipa Pp m L
analitik. Untuk menyederhanakan permasalahan tersebut, (e. Gravitasi ) (g m/s2 ) LT-2 ( )
penelitian ini akan menggunakan analisis dimensi untuk ( f. Kapasitas
) input bahan( )Qi ( Kg/s) MT-1)
(
memformulasikan persamaan matematis untuk menentukan g. Diameter partikel Dpr m L
kapasitas proses pengeringan secara pneumatik. h. Densitas partikel ρpr Kg/m 3
ML-3
Analisis dimensi merupakan analisis yang sederhana was
adalah .

tetapi mempunyai kemanfaatan besar yang memungkinkan Dengan menggunakan metode analisis dimensi maka
peneliti mempunyai pengalaman merancang skala kecil, dihasilkan lima dimensionless product sebagai berikut:
tidak mahal namun secara simulasi tidak sukar dilaksanakan
( )
dalam laboratorium. Menurut Lam (2004), di dalam masalah- ( )( ) ( ) ( )
(1)
masalah diluar teknik elektonik, ada tiga dimensi dasar satuan
fisik yaitu massa (M), panjang (L), dan waktu (T). Teori was
π-Buckingham menyatakan bahwa bila terdapat sejumlah ”n” ( ) (2)
variabel (dependent dan independent) dalam suatu persamaan
yang berdimensi homogeny dan bila variabel-variabel tersebut
mengandung ”m” dimensi dasar (M, L, T), maka variabel- ( ( ) ) (3) (1)
variabel tersebut dapat disusun menjadi ”m-n” kelompok tak
berdimensi (dimensionless product) dan kelompok-kelompok ( ) (2)

tak derdimensi tersebut disebut sebagai kelompok π (Kute ( ) (4)


dkk., 2014). ( ) (3)
.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghubungkan ( ) (5)
secara matematis kapasitas output dengan beberapa variabel ( ) . . (4)
proses pengeringan pneumatik dengan menggunakan metode
. .
analisis dimensi. Adanya hubungan matematis sederhana ini ) dimensionless product tersebut dapat disusun (5)
( Kelima
.
akan sangat membantu para perancang dalam mengkonstruksi dalam
( bentuk hubungan
) fungsional
( sebagai berikut:
) ( . ) ( )
.
mesin pengering pneumatik maupun operator mesin pengering
untuk meningkatkan operasional proses pengeringan yang ( . ) ( ). ( ) ( ) ( ) (6) (6)
.
lebih efisien. . ,
. . .
Untuk keperluan pelaksanaan penelitian dan .
menjamin .
(7)
independensi masing-masing .dimensionless
, , product, . maka
METODE PENELITIAN
perlu dilakukan
., , perubahan-perubahan terhadap beberapa
.
Pada penelitian ini analisis dimensi digunakan untuk dimensionless product tersebut. Untuk , agar pangkatnya
bulat, maka dikwadratkan .. .
sehingga menjadi , ..
mencari hubungan kuantitatif antara sifat-sifat fisik tepung . .
yang dikeringkan degan beberapa variabel mesin pengering Untuk .dikalikan dengan ,, kemudian .dipangkatkan dua
serta proses pengeringannya. Hubungan yang akan dicari sehingga menjadi . Sedangkan pada dipangkatkan
adalah hubungan matematis antara kapasitas output proses
, , . . .
empat .
kemudian dikalikan. dengan , , , selanjutnya ,. dikalikan
pengeringan dengan variabel-variabel proses pengeringan dengan , menjadi , yang baru yaitu .. Perubahan
.
pneumatik dan sifat bahan yang dikeringkan. Tabel 1 ,
pada , yaitu dikalikan dengan ,
kemudian dipangkatkan
.
, . ,
menyajikan beberapa variabel yang diduga mempunyai
sehingga menjadi . . Pada penelitian ini diameter dan
hubungan dengan nilai kapasitas output proses pengeringan . ,
panjang , pipa tetap (constant) sehingga dapat . , dikeluarkan
tepung kasava secara pneumatik. . .
.
dari persamaan,, sehingga kelompok dimensionless product
.
,
yang baru . adalah. sebagai berikut:
. ,
.
. .
, .
, ,.
.
.
, 235
,
. ,
. .

. .
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) (6)
AGRITECH, Vol. 36, No. 2, Mei 2016

Untuk mengurangi kandungan air dalam kasava, maka


(7) (7)
parutan yang diperoleh dikempa dengan mesin penekan
(8) lagi secara manual
hidrolik. Hasil pengempaan dihancurkan
(8) (8)
menjadi tepung basah. Hasil tepung(8) basah tersebut diayak
dengan ayakan mesh 30 dan 50 dan 100 untuk mendapatkan
variasi ukuran diameter tepung basah
(9) yang berbeda-beda.
(9) (8)
Tepung hasil pengayakan (9)
tersebut
(9) dikeringkan dengan
pneumatic dryer yang telah dikonstruksi dalam dua kali
(10) proses untuk memenuhi standart (10)
kadar air tepung kasava
(10)
(9) dalam SNI
seperti yang diberikan (10) 01-2997-1996, bahwa
kadar air akhir maksimal 12%wb. Gambar 1 menunjukkan
Dalam( bentuk
) ( ) hubungan
( ) fungsional dapat ditulis (11)kasava menjadi tepung
(( )) (( )) (( )) bagan alir selengkapnya
(10) dari umbi
(11)
sebagai berikut (11)
yang dikeringkan.

( ( ) () ) ( )( ) ( ) ( (11)
) Alat (11) (12)
(( )) (( )) (( )) (( )) (12)
Sebuah mesin pengering(12)
pneumatik didesain dan
( ) ( ) ( ) ( ) (12) dibuat dengan menggunakan
(12) sumber pemanas gas LPG.
Mesin dirancang sehingga memungkinkan untuk melakukan
pengaturan-pengaturan pada beberapa bagiannya untuk dapat
Bahan
Umbi kasava putih sebagai bahan penelitian utama
diperoleh dari pasar Telo dan pasar Colombo, Yogyakarta.
Kasava kemudian dikupas,dicuci, dan diparut dengan mesin.

Umbi kasava

Pemarutan
Mesin Pemarut
n=3000 rpm

Pengepressan
Mesin Hidrolik Manual
P = 50 kg/cm2; t = 600 s; mt b= 1000 g

Pengayakan
Mesin Tyler; Mesh = 30, 50, 100
mtb = 250 g; t = 600 s

Pengeringan siklus 1Mesin Pneumatik (Flash Dryer)


mtb = 250 g; Pp = 9 m; Dp=0,1015 m; Tu = 160 oC
Qi = 0,0371 kg/s; 0,0509 kg/s; 0,0616 kg/s ;
Vu = 17,12 m/s; 18,10 m/s; 19,29 m/s;
Dpr = 181,1 μm;264,4 μm;366,6 μm

Penimbangan Bahan Kering


Timbangan Analisis

Pengeringan siklus 2 Mesin Pneumatik (Flash Dryer)


Pp = 9 m; Dp=0,1015 m; Tu = 160 oC
Qi = 0,0371 kg/s; 0,0509 kg/s; 0,0616 kg/s;
Vu = 17,12 m/s; 18,10 m/s; 19,29 m/s;
Dpr = 181,1 μm; 264,4 μm; 366,6 μm

Penimbangan Bahan Kering


Timbangan Analisis

Gambar 1. Diagram alir penelitian kapasitas output tepung kering Gambar 2. Peralatan pengering mekanis tipe pneumatik (flash drying)

236
8.5E-11 Qi2/Dp5.g.rpr2 Qi /Dp .g.rpr 6.0E-06

Q
6.0E-06 1.1E-05 1.6E-05 2.1E-05 8.5E-11
8.9E-11Qi2/Dp5.g.rpr2 6.0E

8.5E-11
6.0E-06 1.1E-05 1.6E-05 2.1E-05
AGRITECH, Vol. 36, No.Qi2,
2/DMei
p .g.rpr
5 2016
2

memenuhi keperluan data untuk analisis dimensi. Kecepatan Gambar 2 menunjukkan hubungan antara
pemasukan bahan, suhu udara pengering, dan kecepatan dengan dengan rentang variasi dari 6,866x10-6 –
aliran udara pengering dapat divariasi. Bahan tepung kasava 1,911x10 . Dapat dilihat bahwa naiknya nilai
-5
akan
basah hasil pengempaan yang telah dipisahkan ukurannya mengakibatkan nilai menurun atau secara garis
sesuai dengan keperluan dimasukkan lewat inputhopper dan besarnya output dari proses pengeringan menurun. Naiknya
i
tepung kasava kering keluar pada ujung outlet dari cyclone. nilai i dapat disebabkan oleh naiknya nilai kapasitas
i
Gambar peralatan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2. input (Qi­1). Kenaikkan Q­1 ini akan mengakibatkan jumlah
bahan yang masuk ke dalam mesin pengering peri satuan
Prosedur Penelitian waktu semakin besar, yang akan mengakibatkan semakin
Dalam pelaksanaan penelitian pengeringan dimulai besar beban terhadap i laju aliran udara pengering sehingga
dengan menghidupkan mesin pengering flash dryer, akan berakibat pada penurunn output proses pengeringan.
kemudian melakukan pengaturan-pengaturan mesin sesuai Peningkatan nilai dapat juga disebabkan karena
dengan keperluan dalam penelitian. Gambar 2 menunjukkan penurunan nilai diameter pipa pengering D­p dan densitas
kapasitas input (Qi) divariasi dalam tiga tingkat yaitu 0,0371 partikel bahan . Menurunnya nilai D­p akan cenderung
kg/s, 0,0509 kg/s, dan 0,0616 kg/s, kecepatan aliran udara meningkatkan nilai berat satuan curah dari bahan (bahan
pengering (Vu) divariasi dalam tiga tingkat yaitu 17,12 m/s, semakin padat) sehingga akan menurunkan laju aliran
18,10 m/s, dan 19,29 m/s, diameter partikel (Dpr) divariasi udara pengering yang pada akhirnya juga akan menurunkan
pada tiga ukuran juga yaitu 0,1811 mm, 0,2644 mm, dan laju output proses pengeringan. Adapun penurunan r
0,3666 mm. Sedangkan densitas partikel tepung ( ) adalah sebenarnya akan cenderung meningkatkan laju output, namun
tetap 1266 kg/m3 yang diukur secara langsung. Data-data lain demikian kemungkinan pengaruh yang ditimbulkan masih
yang dibutuhkan untuk kepentingan analisis dimensi adalah lebih kecil dibandingkan dengan variabel-variabel lain yang
konstan dimana diameter pipa (Dp) adalah 0,105 m, panjang ikut berubah dengan berubahnya nilai tersebut, sehingga
pipa pengering (Pp) sepanjang 9 m, dan kecepatan gravitasi (g) cenderung menurunkan nilai output proses pengeringan.
Djaeni dkk. (2012) berpendapat bahwa kapasitas input 1.14E-10
adalah 9,8 m/s2. Penelitian dilakukan pada kondisi lingkungan
dengan suhu 29-30oC dan kelembaban relatif 69-70 %. merupakan yang dapat diatur sehingga dapat dioperasikan
1.14E-10 1.08E-10
secara kontinyu untuk mencapai kapasitas output tertentu.

Qo2/Dp3.Pp2.g.rpr2
1.14E-10 1.14E-10 1.14E-10
1.08E-10 1.02E-10
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.14E-10
Qo2/Dp3.Pp2.g.rpr2

1.14E-10 1.08E-10
1.08E-10 1.08E-10

Qo2/Dp3.Pp2.g.rpr2
1.02E-10 9.60E-11
Qo2/Dp3.Pp2.g.rpr2

Nilai konstanta C, a, b, dan c diperoleh dari analisis linier

Qo2/Dp3.Pp2.g.rpr2
1.08E-10
1.08E-10 1.02E-10
multiple regression dari log persamaan (12). Berdasarkan 1.02E-10 1.02E-10
Qo2/Dp3.Pp2.g.rpr2

observasi
Qo2/Dp3.Pp2.g.rpr2

9.60E-11 9.00E-11
hasil analisis tersebut diperoleh nilai C = 1,1598 x 10-9, a = 1.02E-10 Linear (prediksi)
observasi
1.02E-10 9.60E-11 9.60E-11 9.60E-11
-0,1246, b = 0,2528, c = -0,1396, sehingga hubungan antara 9.00E-11 Linear (prediksi
8.40E-11
observasi
Qo dengan variabel-variabel proses pengeringan dapat ditulis 9.60E-11 observasi 70000 9
9.60E-11 9.00E-11 (prediksi) 9.00E-11
Linear9.00E-11
sebagai berikut:
( ) ( ) ( ) ( ) (13)
8.40E-11 Linear (prediksi)
9.00E-11 70000 90000 110000 130000 150000
( ) ( ) ( ) ( ) (13) 9.00E-11 8.40E-11 8.40E-11 8.40E-11
( ( ) ) ( ( ) )( )( )( ) ( ) (13) (13)
(13) Vu4/g110000
70000 90000 2.D 2
p 130000 15000070000 9000070

1.1E-10
8.40E-11
8.40E-11 Vu4/g2.Dp2
70000 90000 110000 130000
70000 90000 110000 130000 150000 150000
1.1E-10
1.1E-101.1E-10 1.0E-10 V 4/g2.D 2
V 4/gu 2.D 2 p u p
1.0E-10
Qo2/Dp3.Pp2.g.rpr2

a
1.0E-101.0E-10 9.7E-11
2

Gambar 3. Grafik hubungan dengan


pr
p3.P 2.g.r

Qo2/Dp3.Pp2.g.rpr2

9.7E-11 observasi
3.P 2.g.r 2
pr

9.7E-119.7E-11 9.3E-11 a ,
p

observasi Linear ( pred)


observasi Gambar 3 menunjukkan hubungan
a antaraa dengan
p

9.3E-11 observasi a
/D2p/D

Linear ( pred)
9.3E-119.3E-11 8.9E-11 Linear (Linear
pred) ( pred) , , dimana pada penelitian ini divariasi dari
o
Qo2Q

8.9E-11 81130,526 , – 137116,116. Dapat diketahui ,bahwa semakin


,
8.9E-118.9E-11 8.5E-11 a a
1.1E-05 6.0E-06
1.6E-05 2.1E-05
besar kecepatan udara pengering dan semakin kecil nilai
8.5E-11 Qi2/Dp5.g.rpr2 diameter pipa D­p, maka nilai ratio semakin besar, atau
, ,
8.5E-11
8.5E-116.0E-06 1.1E-05 1.6E-05 2.1E-05
6.0E-066.0E-061.1E-05 1.1E-051.6E-051.6E-052.1E-052.1E-05
Qi2/Dp5.g.r 2 dengan kata lain nilai QO akan semakin meningkat.
Qi /D2p .g.rpr
2
Q 2/D 5.g.r
pr
5 2
i p pr
Meningkatnya kecepatan udara pengering Vu, menunjukkan
Gambar 2. Grafik hubungan dengan bahwa laju aliran bahan di dalam pipa pengering semakin

237
AGRITECH, Vol. 36, No. 2, Mei 2016

cepat sehingga laju output bahan juga meningkat. Hal aliran bahan di dalam pipa pengering yang pada akhirnya
ini didukung oleh Syafrudin dan Purwanto (2009), bahwa akan menurunkan kapasitas output pengeringan. Sependapat
kecepatan udara pengering yang cepat akan membawa uap dengan Khatir dkk. (2011) bahwa semakin tebal pengeringan
air dari permukaan dan mencegah uap air tersebut menjadi
1.5E-10 semakin lambat laju pengeringan.
jenuh di permukaan bahan. Semakin besar volume udara Hubungan antara Qo observasi dan Qo prediksi dapat
yang mengalir,1.5E-10
maka semakin besar pula kemampuannya
1.3E-10 dilihat pada Gambar 5. Nilai Qo observasi = 0,01385 kg/s

Qo2/Dp3.Pp2.g.rpr2
dalam membawa
1.5E-10 dan menampung
1.5E-10 1.5E-10 air dari permukaan bahan. dan Qo prediksi 0,01424 kg/s merupakan nilai tertinggi
1.5E-10
1.3E-10 1.1E-10
dicapai pada kondisi Qi = 0,0509 kg/s pada kecepatan udara
Qo2/Dp3.Pp2.g.rpr2

1.5E-10 1.3E-10
1.3E-10 1.3E-10 1.3E-10 Observasi
1.1E-10 9.0E-11 pengering (Vu) = 18,10 m/s dengan diameter partikel1.6E-02 (Dpr) =
Qo22/Dp33.Pp22.g.rpr22

Qo2/Dp3.Pp2.g.rpr2
Qo /Dp .Pp .g.rpr

Qo2/Dp3.Pp2.g.rpr2

Linear (prediksi)
1.3E-10 1.1E-10
1.1E-10 0,3666 mm. Sedangkan nilai terendah Qo observasi = 0,00929
1.1E-10
Observasi
1.1E-10 7.0E-11
9.0E-11
Linear (prediksi) dan Qo prediksi 0,00953 kg/s dicapai
kg/s pada kondisi Qi =
Qo2/Dp3.Pp2.g.rpr2

Observasi
Observasi 1.6E-02
Observasi
1.1E-10 9.0E-11
9.0E-11 Observasi 1.4E-02
7.0E-11
9.0E-11 5.0E-11
Linear
Linear 0,0509
9.0E-11
(prediksi) kg/s pada
(prediksi) Linear (prediksi) kecepatan udara pengering (Vu) = 18,10 m/s R
Linear (prediksi)
Observasi 200 300dengan 400diameter500 partikel
600 (Dpr) = 0,1811 mm. Dari gambar ini
9.0E-11 7.0E-11
7.0E-11

Qo prediksi
7.0E-11 7.0E-11
5.0E-11 Linear (prediksi) dapat diketahui,
Dp/Dpr bahwa hubungan antara1.4E-02 kedua nilai tersebut R² = 0.9395
1.2E-02
200 300 400 500 600 sangat dekat dengan nilai R = 0,939 yang sangat dekat
2
7.0E-11 5.0E-11
5.0E-11 5.0E-11 5.0E-11

Qo prediksi
200
200 300
300 400
200 400Dp/D300 500
pr 500 600
400600 500 600 dengan 200 satu. 300Hal ini400 500
menunjukkan 600
bahwa persamaan Qo yang
1.2E-02
5.0E-11 DpD/D
p/D
200 300 400 500
pr pr
600
Dp/Dpr diperoleh
dengan sangat mungkin
Dp/Dpr dapat dipakai untuk memprediksi
1.0E-02
nilai kapasitas output pada proses pengeringan tepung secara
Dp/Dpr
dengan pneumatik dengan baik. 1.0E-02
8.0E-03
Gambar 4. Grafik hubungan dengan
dengan
dengan dengan
Untuk dengan mengevaluasi pengaruh masing-masing 8.0E-03 1.0E-02
, dimensionless1.6E-02
product terhadap nilai Qo maka telah dilakukan
dengan 8.0E-03
Gambar 4 menunjukkan hubungan antara dengan uji sensitivitas dengan menaikkan dan menurunkan masing-1.2E-02 1.4E
8.0E-03 1.0E-02
,, dimana pada penelitian inii divariasi dari 579,790 masing nilai dimensionless
1.4E-02 product tersebut 10%. Berdasarkan
R² = 0.9395 Qo observasi
1.6E-02
- 286,338.
, , Dapat diketahui
, bahwa semakin besar diameter, hasil uji sensitivitas tersebut dapat diketahui
, bahwa secara
1.6E-02
Qo prediksi

i
pipa (Dp) dan semakin kecil nilai diameter partikel (Dpr), maka dimensionless product yang paling berpengaruh
berturut-turut1.2E-02
i ,i nilai ratio i semakin besar dan sebaliknya nilai kapasitas i 1.6E-02
terhadap Qo adalah, , dan dimana prosentase
1.4E-02 R
1.6E-02 1.4E-02 R
output bahan Qo akan semakin menurun. Membesarnya pengaruhnya1.0E-02terhadap nilai Qo berturut-turut 11,53%, 2,53%,

Qo prediksi
Qo prediksi
1.2E-02
diameter pipa pengering Dp, akan mengakibatkan kecepatan dan 1,25%. 1.4E-02 R² = 0.9395
1.2E-02
1.4E-02 ( R² = 0.9395
) (
aliran udara pengering semakin menurun sehingga laju aliran
Qo prediksi

8.0E-03
bahan di dalam pipa pengering akan menurun juga sehingga 1.0E-02
Qo prediksi

1.2E-028.0E-03 1.0E-02 1.2E-02 1.4E-02 1.6E-02


KESIMPULAN ( 1.2E-02
Qo observasi
) . ( 1.0E-02 )
akan menurunkan kapasitas output proses pengeringan (Qo).
Adapun meningkatnya Dpr menunjukkan bahwa ukuran butir Dari hasil
1.0E-02 penelitian ini dapat disimpulkan bahwa 8.0E-03
. 8.0E-03 1.0E-0
8.0E-03
tepung basah yang dikeringkan semakin besar. Semakin 1.0E-02
, hubungan matematis antara kapasitas output dengan variabel-8.0E-03 1.0E-0
besar ukuran butir tepung maka akan semakin lambat laju variabel proses8.0E-03pengeringan yang dipilih dapat -5 dinyatakan 1,911x10 , dari 81130,526
8.0E-03 1.0E-028.0E-03
1.2E-02 1.4E-02 1.6E-02
sebagai berikut Qo observasi
8.0E-03 1.0E-02
, 1.2E-02 1.4E-02 1.6E-02
1.6E-02 1,911x10-5, Qo observasi
dari ,81130,526
( ) ( ) ( ) ( )

,
. ,
1.4E-02 R² = 0.9395 Persamaan tersebut mempunyai nilai( R2 yang cukup ) (
besar (0,939) sehingga sangat mungkin untuk ( dapat dipakai
) (
Qo prediksi

dalam memprediksi nilai kapasitas output . pada proses


1.2E-02 (
1,911x10-5,
) ( ) ( ) . ( )
pengeringan dari 81130,526
tepung
( secara )pneumatik. Adapun ( dimensionless
) ( ) ( )
product
. yang paling berpengaruh terhadap persamaan
tersebut adalah .. Persamaan tersebut berlaku untuk dari nilai
1.0E-02 1,911x10-5, 81130,526
dari 6,866x10-6 sampai dengan 1,911x10 1,911x10 ,,
-5-5
dari
dari 81130,526
81130,526 sampai dengan 137116,116, dan dari 579,790
1,911x10-5, dari 81130,526
8.0E-03 sampai dengan 286,338. -5
1,911x10 , dari 81130,526
8.0E-03 1.0E-02 1.2E-02 1.4E-02 1.6E-02
Qo observasi

Gambar 5. Grafik hubungan observasi Qo dengan Qo prediksi

238
AGRITECH, Vol. 36, No. 2, Mei 2016

DAFTAR PUSTAKA Kute, S., Patil, K., Salve, R. dan Mandle, S. (2014). Evolution
of compressive strength of cement using Rayleigh
Canavas, B.G.V., Ortega-Rivas, E., Juliano, P. dan Yan ‘dimensional analysis approach. Journal of Research in
H. (2005). Food Fowders: Physical Properties, Engineering and Technology 3(9):1-4.
Processing, and Functionality. Kluwer Academic/
Lam, S.H. (2004). Dimensional Analysis. ME351B Fluid
Plenum Publishers, New York.
Mechanics, Sanford University, Wina.
Combs, W.B. dan Hubbard, E.F. (2010). Some factors
Mao, Q., Fazio, P. dan Rao. J. (2009). In-cavity evaporation
influencing the capacity of the atmospheric drum drier.
allowance-a drying capacity indicator for wood-frame
Journal of Dairy Science 15(2): 147-154.
wall system. Journal Building and Environment 44:
Dhankhar, P. (2014). Drying: Basic food preservation method. 2418-2429.
Journal Science and Technoledge 2(5): 235-244.
Mujumdar, A.S. (1987). Handbook of Industrial Drying.
Djaeni, M., Praseyaningrum, A. dan Mahayana, A. (2012), Marcel Dekker, Inc., New York and Basel.
Pengeringan keraginan dari rumput laut Eucheuma
Nugroho, J., Primawati, Y.F. dan Bintoro, N. (2012). Proses
Cottonii pada spray dryer menggunakan udara yang
pengeringan singkong (monihot esculenta crantz) parut
didehumidifikasi dengan zeolit alam ditinjau: Kualitas
dengan menggunakan pneumatic dryer. Prosiding
produk dan efisiensi energy. Jurnal Momentum 8 (2):
Seminar Nasional Perteta, Bali [13-14 Juli 2012].
28-34.
Pelegrina, A.H. dan Crapiste, G.H. (2001). Modelling the
Khatir, R., Ratna dan Wardani (2011), Karakteristik
pneumatic drying of food particles. Journal Food
pengeringan tepung beras menggunakan alat pengering
Engineering 93(2): 151-161.
tipe rak. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, Biologi
Edukasi 3(2): 1-4. Sampaio, C.P., Nogueira, R.M., Roberto, C.D. dan Silva, J.S.
(2007). Development of a dryer with airflow reversal
Kilfoil, M. (2003). Numerical simulation of simultaneous
and a pneumatic system for grain movement. Journal
drying and pneumatic conveying: small metallic
Biosystems Engineering 98: 33-38.
filter cake particles. Application of Computers and
Operations In the Research in the Minerals Industries, Syafrudin dan Purwanto D.P. (2009). Oven pengering kerupuk
South African Institute of Mining and Metallurgy, p. berbasis mikrokontroler Atmega 8535 menggunakan
283-288. pemenas pada industry rumah tangga. Jurnal Teknologi
2(1):70-79.

239

Anda mungkin juga menyukai