Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu faktor penunjang keberhasilan suatu industri menufaktur


ditentukan oleh kelancaran proses produksi. Sehingga bila proses produksi lancar,
akan menghasilkan produk yang berkualitas, waktu penyelesaian pembuatan yang
tepat, dan ongkos produksi yang murah. Proses tersebut tergantung dari kondisi
sumber daya yang dimiliki seperti manusia, mesin ataupun sarana penunjang
lainnya, dimana kondisi yang dimaksud adalah kondisi siap pakai untuk
menjalankan operasi produksinya, baik ketelitian, kemampuan ataupun
kapasitasnya. Kondisi siap pakai dari mesin dan peralatan, dapa dijaga dan
ditingkatkan kemampuannya dengan menerapkan program perawatan yang
terencana, teratur dan terkontrol. Begitupun kemampuan sumber daya manusianya
perlu penyesuaian demi tercapainya tujuan yang diharapkan

Perawatan atau maintenance merupakan salah satu fungsi utama usaha,


dimana fungsi-fungsi lainnya seperti pemasaran, produksi, keuangan, dan sumber
daya manusia. Fungsi perawatan perlu dijalankan secara baik, karena dengan
dijalankannya fungsi tersebut fasilitas-fasilitas produksi akan terjaga kondisinya.
Peranan perawatan terhadap mesin dan peralatan serta fasilitas lainnya menjadi
sangat penting dalam menunjang beroperasinya suatu industri. Perawatan memang
demikian besar pengaruhnya bagi kesinambungan operasi suatu industri, sehingga
perlu mendapat perhatian yang cukup besar. Oleh karena itu aktivitas perawatan
merupakan bagian integral dari suatu industri untuk meningkatkan produktivitas
dan efisiensi.

Dengan adanya sistem maintenance merupakan sesuatu yang bertujuan


untuk megetahui dan memahami sistem maintenance terhadap perusahaan
tersebut. Dengan adanya pemikiran tersebut maka, saya memilih PT. SERMANI
STELL MAKASSAR untuk mengenal dan mengetahui sistem maintenance di
dalam industry tersebut, dikarenakan perusahaan ini merupakan salah satu

1
perusahaan produksi terkenal dimana pemeliharaan/perawatan alat- alat produksi
sangat dibutuhkan demi kelancaran proses produksi.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana proses sistem maintenance dan pemeriksaan-pemeriksaan pada


alat produksi pada PT. Sermani Steel Makassar.

C. Tujuan

Mahasiswa mampu mengetahui proses sistem maintenance dan


pemeriksaan-pemeriksaan pada alat produksi pada PT. Sermani Steel Makassar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Pabrik Seng PT. Sermani Steel

Perusahaan pabrik seng ini didirikan di Makassar daerah tingkat I


Sulawesi Selatan, dengan surat persetujuan Bapak Presiden Republik Indonesia
No. B 47/Pres/5/1969 Tanggal 22 Mei 1969 Tanggal 10 Juni 1969 sebagai suatu
perusahaan patungan dalam rangka undang-undang No. 1 tahun 1969 Junto No.
11 tahun 1970 (Penanaman Modal Asing), antara lain:

1. Tuan H. Sjamsuddin Dg. Mangawing (Indonesia)

2. Nippon Kokan Kabushiki Kaisha Corporation (Jepang)

3. Marubeni Corporation (Jepang)

Yang sesudah melalui prosedur yang ditentukan mendapat pengesahan hukum


dengan surat Keputusan Menteri Kehakiman tanggal 12 Januari 1970 No.
J.A.5/4/12.

Data-data selanjutnya adalah sebagai berikut:

· Nama perusahaan (pabrik seng) : PT. Sermani Steel

· Alamat : Jl. Jenderal Urip Sumoharjo Km. 7 Tello


Baru, Makassar (Sulawes Selatan)

- Mulai dibangun : Peletakan batu pertama dilakukan

pada tanggal 1 November 1969.

· Selesai dibangun : 12 Agustus 1970

· Luas tanah (Plant site) : 20.790 M2

· Pabrik : 1.710 M2 (termasuk bengkel, boiler, generator)

3
B. Proses Produksi Lembaran Baja Lapis Timah

1. Lembaran baja yang sudah dipotong oleh shering line didorong lembar demi
lembar secara teratur dari Feeding Table (meja pengatur) melalui roll-roll
karet. Pertama, lembaran baja masuk ke bak air bersih untuk membersihkan
kotoran yang melengket pada lembaran baja.

2. Lembaran baja tersebut masuk ke bak HCL pertama untuk menghilangkan


adanya sisa-sisa pembersih dan minyak yang masih melekat pada permukaan
lembaran baja tersebut.

3. Lembaran baja tersebut masuk ke bak HCL kedua untuk menghilangkan


karatan-karatan yang mungkin ada melekat dipermukaan lembaran baja
tersebut.

4. Lembaran baja tersebut masuk ke bak yang berisi air panas pada temperatur +
80oC untuk pembilasan dan menghilangkan kemungkinan masih adanya
endapan-endapan air keras pada permukaan lembaran baja tersebut.

5. Lembaran baja yang sudah melalui feeding table tersebut kemudian masuk
kedalam galvanizing pot melalui zinc roll guide dan mendapatkan proses
perlakuan panas agar bisa tercampur dengan timah sehingga menjadi seng.
Setelah itu, melalui spangle drum atau pembentukan kembang-kembang pada
permukaan lembaran seng dan terus diantar oleh cooling conveyor.

6. Lembaran baja berlapis timah yang sudah diantar oleh cooling conveyor
tersebut masuk kedalam bak air untuk membekukan lapisan timah yang masih
mencair pada lembaran tersebut.

7. Lembaran seng masuk dalam bak yang berisi cromic acid sebagai langkah awal
dalam meminimalisasi proses korosi pada material atau lembaran seng itu
sendiri.

8. Setelah itu, melalui lembaran tersebut dikeringkan dengan menggunakan


lampu sorot 500 watt untuk satu lampu pada permukaan atas dan bawah.

4
9. Selanjutnya lembaran tersebut diperiksa kembali apakah lembaran tersebut ada
cacatnya atau tidak. Kalau terdapat cacat pada permukaan lembaran-lembaran
tersebut, maka harus dilakukan regalvanizing atau pelapisan kembali sampai
betul-betul permukaannya tiak bercacat. Bahan yang setengah jadi ini
kemudian diCap sesuai dengan SNI-07-20 3 5 -199 5

10. Bahan yang setengah jadi ini kemudian dimasukkan kedalam corrugation line
agar berbentuk gelombang. Namun ada juga yang tidak dibuat bergelombang.
Corrugation line memiliki sepasang rol yang memiliki permukaan berbentuk
gelombang. cara kerjanya seperti pengerolan lainnya, namun ketika lembaran
seng masuk kedalam rol bergelombang ini, maka benda kerja tersebut ikut
berbentuk gelombang pula.

C. Unit-Unit Produksi

a) Shearing Line

Pada unit ini, gulungan lembaran baja (Colld Rolled Steel Sheting Coil)
dipotong sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan oleh SNI yaitu l892 mm
sampai dengan 3048 mm. Maksimum speed dari alat ini adalah 60 m/mnt
sedangkan maksimum produksi adalah 270 ton baja/bulan.

b) Galvanizing Line

Bagian ini berfungsi untuk melapisi lembaran baja yang telah dipotong
oleh shearing line dengan timah panas agar menjadi seng. Kapasitas terpasang
3.000 ton lapis seng (Bj.L.s) per bulan untuk dua unit galvanizing line.

c) Corrrgation Line

Unit ini membentuk lembaran seng menjadi berbentuk gelombang


sehingga menjadi sebuah atap dimana gelombang-gelombang tersebut akan
menjadi saluran air di atas sebuah bangunan. Pada unit ini lembaran seng dibagi
menjadi gelombang besar dan gelombang kecil.

5
D. Unit Pendukung

a) Machinery Maintenence

Unit ini bertugas untuk memelihara dan mengadakan perbaikan pada unit-
unit produksi atau peralatan mekanis lainnya yang ada dalam pabrik. Adapun
peralatan-peralatan tersebut adalah sebagai berikut:

Ø Auto Cut (1 unit)

Ø Gerinda tangan / disc grinder (3 unit)

Ø Gerinda dukungan / grinding machine (2 unit)

Ø Mesin bubut 3 meter (2 unit)

Ø Mesin bubut 1,5 meter (1 unit)

Ø Mesin las 450 Armpere (2 unit)

Ø Mesin las 400 Armpere (1 unit)

Ø Mesin bor dukungan (1 unit)

Ø Catok tangan (3 unit)

Ø Catok meja (4 unit)

Ø Brender pemotong / cutting torch (2 unit)

Ø Brender bakar /wenlding trip (2 umit)

Ø Mesin bor magnet (1 unit)

Ø Takel katrol (3 unit)

b) Electricity Maintenance

Unit ini bertugas menjaga merawat, memperbaiki, menginstalasi arus


listrik seperti untuk keperluan pengoperasian machinery maintenance,
pengoperasian mesin-mesin produksi, penerangan, dan sebagainya.

6
c) Forklift

Unit ini berfungsi untuk memenuhi keperluan transportasi bahan maupun


hasil produksi serta barang lainnya dalam lingkungan pabrik sehingga menghemat
tenaga karyawan dalam hal pengangkutan barang-barang dalam pabrik.

d) Waste-WaterTreatment

Unit ini bertugas dalam menangani atau memproses air buangan (air
limbah) industri agar air ini betul-betul memenuhi syarat sebagai air yang tidak
mengandung zat-zat berbahaya yang berpotensi mencemari lingkungan di sekitar
pabrik dan masyarakat yang membutuhkan air di sekitar pabrik tersebut

e) Warehouse Raw Material

Unit ini bertugas untuk menginvestarisasi bahan-bahan keperluan produksi

dan peralatan-peralatan lainnya.

F) warehouse Finished Product

Unit ini bertugas untuk memeriksa dan mempersiapkan hasil produksi


yaitu seng agar dapat dipasarkan melalui distributor.

E. Mekanisme Perawatan Mesin-Mesin Produksi Pt Pt. Sermani Steel

1. Perencanaan perawatan

Perencanaan perawatan setiap mesin secara berkala dibuat oleh bagian


maintenance dengan berpedoman pada ?

a. Buku manual operasi

b. Manual instruksi perawatan

c. Daftar perawatan suku cadang

d. Kartu inspeksi

e. Catatan kegiatan harian

7
f. Catatan kerusakan setiap komponen mesin

Setiap pelaksanaan kegiatan perawatan harus dengan sepengetahuan


asisten Factory manajer. Bagian maintenance, senantiasa perawatan berupa
pengecekan dan pemberian atau penambahan oli/grease dengan berpedoman pada
maintenance schedule atau daftar kebutuhan dan pemakaian pelumas. Dengan
diketahui dan disetujui oleh kepala pabrik yang bersangkutan maka mesin dapat
diperbaiki atau mengganti bagian-bagian yang rusak serta mengadakan
pengaturan sesuai dengan perencanaan perawatan. Penggantian oli yang dilakukan
oleh bagian maintenance sifatnya berkala sesuai denganForm Annual
Maintenance Schedule, yang mengacu pada petunjuk yang ada pada mesin
tersebut, namun sebelum itu bagian maintenance akan mengisi aktifitas tiap
bulannya pada Form Program Maintenance yang mengacu pada data form mesin
untuk mengetahui nantinya apakah mesin-mesin itu perlu perbaikan atau hanya
diadakan perawatan.

2. Jadwal perawatan

Perawatan/perbaikan mesin yang berlaku pada PT. Sermani Steel ialah :

1. Sesuai prosedur,sesuai dengan petunjuk/manual book.

2. Tanpa prosedur sifatya emergency atau secara tiba-tiba dan tanpa manual
book.

Adapun jadwal perawatan mesin pabrik yang dilakukan oleh para


mekanik dan teknisi bagian bengkel pemwatan (workshop) ialah :

a. Perawatan Harian

Pekerjaan yang dilakukan ialah membensihkan pabrik dari pasir dan debu,
melakukan pelumasan dan penambahan grease tiap mesin.

b. Perawatan Mingguan

Pekerjaan yang dilakukan ialah mengontrol atau check up komponen


seperti rol-rol besi, rantai penerus, kelistrikan, pelumas, grease dan lain-lain.

8
c. Perawatan Bulanan

Pekerjaan yang dilakukan ialah penggantian spare part (jika dianggap


perlu) yang telah aus dan melakukan pengecekan umum.

d. Perawatan 6 bulanan

Pekerjaan yang dilakukan ialah penggantian spare part (jika dianggap


perlu) yang telah aus dan melakukan pengecekan umum.

e. Perawaran Tahunan

Pekerjaan yang dilakukan ialah check up dan overhaul mesin (penggantian


bila dianggap perlu)

f. Perawaran Lima Tahunan

Pekerjaan yang dilakukan ialah check up dan overhaul mesin dengan


persetujuan kepala pabrik. Perawatan pada mesin produksi pada PT. Sermani
Steel memang telah terjadwal. Guna menjamin kelancaran dan efesiensi kerja
industri. Tapi pada PT. Sermani Steel perawatan paling inti terdapat pada
kebersihan Pabrik, dengan alasan bahwa kerusakan pada mesin produksi lebih
banyak disehabkan karena ruang lingkup yang tidak bersih. Sebagai contoh kasus
kerusakan pada roda gigi sebagai penerus daya ke rantai-rantai penerus. Pasir,
debu yang melekat pada mesin

3. Mesin-mesin Bantu Maintenance

1. Mesin Bubut

Mesin bubut mencakup segala mesin pekakas yang memproduksi bentuk


silindris. Mesin bubut selalu ditemukan pada bengkel-bengkel pengerjaan logam
pada umumnya dan khususnya pada tiap mesin konstraksi. Mesin ini banyak
digunakan dalam pembuatan dan perbaikan peralatan mesin yang bergarak. Mesin
ini juga berfungsi sebagai pengubah bentuk dan ukuran dengan jalan menyayat
benda kerja yang dibubut dalam keadaan berputar sambil alat penyayatnya juga
bergerak mendekat atau melintang secara perlahan-lahan. Benda kerja tersebut

9
dipasang pada pencekam dan pencekam ini dipasang pada kepala tetap mesin
bubut dan ujung yang satu dari benda kerja tersebut, dipasang pada kepala lepas
mesin bubut. Perputaran mesin ini berasal dari sebuah motor listrik yang dipasang
dibawah atau disamping mesin. Kemudian motor tersebut dihubungkan pada
center kepala lepas tadi dengan sebuah atau beberapa buah pully. Dengan
demikian, bila motor berputar, maka pencekam inipun berputar pula yang
kemudian akan memutar benda kerja. Ukuran dan bentuk mesin bubut sangat
bervariasi, dan ukuran kecil yang terpasang sederhana pada bangku/meja kerja
sampai pada ukuran besar dangan perlengkapannya yang lengkap, namun pada
dasamya semua prinsip kerjanya hampir sama.

2. Aturan-aturan untuk perawatan dan pemeliharaan Mesin Bubut

Pada mesin bubut terdapat bagian –bagian yang bergesekan baik itu pada
roda gigi penggerak, maupun bagian-bagian yang bergerak lainnya. Oleh karena
itu bagian-bagian tersebut perlu dilumasi dengan minyak pelumas agar
meminimalisir terjadinya aus dan korosi.

a. Sebelum pengoperasian harus diketahui dengan jelas dan tanpa keraguan,


fungsi segala macam unsur pelayanan (pengkajian penuntut pengoperasian).

b. Pengujian fungsi seluruh unsure pelayanan

c. Penghentian mesin dangan segera jika timbul hambatan kecil bagaimanapun


atau jika terdengar bunyi yang mencurigakan

d. Pemberian pelumas harus dilakukan sesuai danagan jadwal pelumasan mesin.


Pegujian fungsi peralatan pelumas otomatis(ketinggian pelumasan minyak).
Pelumasan tangan hanya boleh pada saat mesin berhenti.

e. Setelah jangka waktu yang ditentukan berlalu, minyak pelumas harus diganti
dan minyak pembersih diedarkan. Filter-filter pasangan dibersihkan pada
waktunya.

10
f. Kecepatan sayat, laju dan penampang serpih harus di pilih sedemikian rupa
sehingga mesin tidak dibebani secara berlebihan tetapi nilai ekonomis harus
tetap diperhitungkan.

g. Penyingkiran serpihan yang baik harus di usahakan dengan jalan mengasah


pahat dengan benar dengan menggunakan mata gerinda khusus.

h. Perkakas- perkakas tidak boleh berserakan di atas mesin supaya tidak


terseret bagian-bagian mesin yang bergerak. Perkakas-perkakas tidak boleh di
letakkan diatas jalur licin pada bangku mesin, melainkan diatas papan kayu.

i. Sebuah mesin tidak boleh dijalakan tanpa pengawasan

j. Jalur lintasan harus dilindungi pada waktu pegikiran diatas mesin, karna
serpihan-serpihan halus sangat berbahaya.

k. Harus diperiksa apakah spindle utama berputar tanpa goyahan. Jika


kelonggaran terlalu besar, maka harus dilakukan penyetelan kembali sesuai
dengan penuntun pengoperasian.

l. Jalur penuntun eretan dengan lis-lis penuntunnya harus disetel sedamikian


rupa sehingga eretan dapat bergeser sepanjang tanpa kelonggaran.

m. Penggandeng dan rem harus menurut penuntun pengoperasian (fungsi harus


benar, kerna jika tidak demikian akan terjadi pemanasan dan keausan)

n. Jika ada pendingin dengan pompa, pompa tidak boleh bekerja dalam keadaan
kering (banyak media pendingin dan bahan pelumas harus memadai, filter-
filter harus dibersihkan, saluran tidak boleh di tekuk)

o. Perlengkapan listrik harus terlindungi dari kelembapan, serpihan-serpihan


logam (benda kerja yang berat atau panas) agar tidak terjadi hubungan
singkat.

4. Perawatan Mesin-mesin Produksi

1. Shearing Line

11
a. fungsi shearing line

Shearing line berfungsi sebagai tempat pemotongan CRC (Steel Sheat In Coil)
sesuai dengan ukuran dan ketebalan yang diinginkan.

b. Cara kerja

- Bahan baku utama yang berbentuk gulungan (CRC) dibuka dengan cara
diletakkan pada mesin uncoiler dengan menggunakan crane .

- Kemudian ditarik oleh pinch roll 1 lembaran plat baja dilewatkan padashearing
yaitu suatu alat pemotong yang menyerupai gunting besar kemudian dipotong
sesuai ukuran di up cut shear’

- Kemudian ditarik seam welding dan entry bridle.

- Setelah itu lembaran plat baja dilewatkan pada accumulator ke pinch roll 2 dan
lalu tension bridle , untuk masuk ke proses selanjutnya.

c. Kegiatan perawatan

Proses Perawatan yang dilakukan pada Shearing Line hanya terbatas pada
pemeliharaan pada bagian-bagian yang berputar dengan memberikan pelumas
untuk mengurangi panas akibat perputaran yang terjadi. Ada dua macam pelumas
yang digunakan untuk shearing line :

- Pelumas padat (grease)

- Pelumas cair (oli)

Pemberian grease peda shearing line dilakukan dengan cara grease


dimasukkan kedalam pompa grease kemudian dipompakan ke bagian-bagian yang
diberi pelumas grease. Sedangkan pemberian oli dilakukan dengan menggunakan
oil camp. Proses ini dapat dilakukan selama proses produksi berlangsung oleh
operator langsung. Dan apabila terjadi kerusakan yang cukup parah maka alat
yang bersangkutan akan dibawa kebagian maintenance untuk diperbaiki atau
diganti. Seperti Rol-Rol yang digunakan pada proses ini kadang-kadang
rusak/tergores akibat karena benturan baja lembaran apabila rusak ringan akan

12
dibubut dibagian maintenance untuk meratakan kembali permukan rol- rol
tersebutdan apa bila rusak berat akan diganti dengan yang baru.

2 Galvanizing Line

a. Fungsi Galvanising line

Proses dalam galvanizing line ini bertujuan untuk memberikan lapisan anti
karat pada plat-plat baja dengan lapisan hasil peleburan zinc ingot.

b. Cara kerja

- CRC yang telah dpotong di siapkan di black sheet feeding table.

- Dengan feeder automatics plat-plat baja dijalankan melalui conveyor.

- Plat-plat baja dibersihkan di cleaning tank dengan air.

- Plat-plat baja di masukan ke HCl tank yang berisi larutan HCl

- Plat-plat baja kemudian melewati rinsing tank dan melewati feeding conveyor
menuju proses pelapisan zinc.

- Setelah keluar dari ruang pelapisan zinc, plat baja dimasukan ke cooling tank
untuk proses pendinginan.

- Setelah proses pendinginan lalu proses chrome di chromate tank.

- Kemudian ke proses pengeringan di drying conveyor.

c. Poses perawatan

Pada proses ini, mekanisme perawatan yang dilakukan oleh petugas pada
bagian Galvanizing memberikan pelumasan pada rantai dan metal untuk menjaga
terjadinya keausan. Pelumasan juga dilakukan pada bagian-bagian yang berputar
untuk mengurangi kerusakan yang bisa timbul akibat panas yang tinggi karena
gesekan benda·benda yang berputar. Proses perawatan ini dapat dilakukan selama
proses produksi berlangsung dan apabila terjadi kerusakan seperti bocornya zinc
box atau fluk box maka proses produksi harus dihentikan untuk penggantian
kerusakan alat tesebut. Terlebih apabila kerusakan terjadi pada Inner Guide

13
terletak maka proses produksi dihentikan kurang lebih 8 sampai 10 jam. Ini karena
semua komponen yang ada pada Coating Pot (dapur produksi) harus diangkat
karena Inner Guide terletak pada dibawah bagian dalam dari Coating Pot. Dan
selanjutnya dibawah kebagian maintenance pabrik untuk dibersihkan apabila tidak
bisa perbaiki maka harus diganti agar proses produksi dapat berjalan sesuai
dengan yang dinginkan.

3. Corrugation Line

a. Fungsi corrugation line

Pada line ini BjLS flat hasil dari stemping diproses dengan mesin corrugation
untuk membentuk BJLS menjadi bentuk gelombang sesuai dengan ukuran
pesanan.

Tabel 3. Variasi ukura Type and produk baja lembaran PT. Sermani steel

No Type Size (mm)

1 Type 1 0,20 x 762 x 1524

2 Type 2 0,20 x 762 x 1829

3 Type 3 0,20 x 762 x 2134

4 Type 4 0,20 x 762 x 2438

5 Type 5 0,20 x 762 x 2743

6 Type6 0,20 x 762 x 1529

7 Type 7 O,20 x 762 x 3048

8 Type 8 O,20 x 914 x 1829

9 Type 9 0,20 x 914 x 2134

10 Type 10 0,20 x 914 x 2438

14
11 Type 11 0,20 x 914 x 2743

12 Type 12 0,25 x 914 x 1829

13 Type 13 0,30 x 914 x 1829

14 Type 14 0,55 x 914 x 1829

15 Type15 0,40 x 914 x 1829

16 Type 16 0,50 x 914 x 1829

b. Proses perawatan

Pada proses ini mekanisme perawatan yang dilakukan antara lain dengan
memberikan pelumasan pada roda-roda gigi yang memutar rol-rol yang dipakai
untuk membentuk gelombang pada lembaran-lembaran seng. Hal ini juga dapat
dilakukan selama proses produksi berlangsung oleh operator pada Corrugation
Line. Seminggu sekali diadakan pemeriksaan seperti Roll karet, bila mana
terdapat kerusakan diadakan penggantian. Alat yang rusak dibawa ke bagian
maintenance untuk diperbaiki

4. Stamping Line

a. Fungsi stamping line

Stamping line berfungsi untuk membubuhkan cap/kode produksi pada


lembaran-lembaran seng yang telah diproses.

b. Cera kerja

proses penstempelan terjadi melalui rotasi rol stempel sambil lembaran


seng bergerak secara lateral.

c. Proses perawatan

Perawatan pengantian oli dan spare part dengan menggunakan form data
penggantian dan pengisian oli/grase. Pada bagian ini mengganti proses perawatan

15
dengan memberikan pelumasan pada bearing dan mengganti V belt yang aus
karena gesekan. Dan juga peggantian alat stamping.

5. Crane (Alat Angkat)

a. Fungsi crane

Crane berfungsi untuk mengangkat bahan-bahan yang akan diproduksi


maupun hasil produksi. Dan juga digunakan untuk mengangkat peralatan-
peralatan mesin yang berat.

b. Cara kerja

Cara kerja crane adalah dengan mengangkat material yang akan


dipindahkan, memindahkan secara horizontal, kemudian menurunkan material di
tempat yang diinginkan.

c. Proses perawatan

Perawatan pada bagian ini dapat dilakukan dengan melakukan :

- Penggantian roda gigi yang sudah aus

- Penggantian roda penghantar yang aus karna gesekan/putaran

- Penggantian roda listrik

- Penambahan pelumas/grease

16
BAB IV

KESIMPULAN

a) Perawatan mesin-mesin produksi pada PT. Sermani Steel sangat penting untuk
dilakukan demi kelancaran dan efisiensi proses produksi.

b) Prosedur perawatan mesin-mesin produksi PT Sermani Steel dilakukan


berdasarkan jadwal yang sudah di tentukan yaitu perawatan harian, perawatan
mingguan, perawatan bulanan, perawatan 6 bulanan, perawatan tahunan dan
perawatan 5 tahunan.

c) Untuk penggantian komponen dilakukan berdasarkan waktu kerja dari mesin


tersebut yaitu :

· Setiap hari

· Pertama kali, yaitu start pertama dan setiap 400 jam

· Setiap : 100 jam, 300 jam, 600 jam, 1200 jam, 2400 jam, 4800 jam.

· Minimum, yaitu setiap tahun dan setiap 5 tahunan.

d) Kegiatan perawatan pada mesin-mesin produksi yang dilakukan PT Sermani


Steel Makassar meliputi :

· Shearing line

· Galvanizing line

· Corrugation line

· Stamping line

· crane

e) kegiatan perawatan mesin-mesin produksi yang sering dilakukan adalah :

· pemeriksaan level/ketinggian oli mesin

· control/check up komponen

17
· pemeriksaan kelistrikan

· pemberian pelumas

· penambahan oli

18
DAFTAR PUSTAKA

Agus Ahyari, 1994. Manajemen Produksi, Perencanaan Sistem Produksi, BPFE,


Yokyakarta.

Laporan Kerja Praktek, Teknik Mesin Politeknik Negeri Ujung Pandang,


Makassar

Manga JB, 1995. Manajemin Industri, Teknik Mesin Universitas Hasanuddin,


Ujung Pandang

Manulang M, 1992. Dasar-Dasar Manajemen Ghalia Indonesia, Jakarta

19

Anda mungkin juga menyukai