Anda di halaman 1dari 3

UAS

Mata Kuliah Teknologi Fisiologi Pasca Panen

Jelaskan Sistim Pengangkutan Mud Crab Hidup!

Oleh:

Ivan Alfiansyah Fadloli (175080507111014)

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2018
Menurut Gillespie dan Burke (1991), kepiting bakau atau mud crab

merupakan seafood yang banyak diminati oleh masyarakat pada umumnya, karena

memiliki kandungan gizi yang tinggi. Sekitar 600 ton kepiting bakau dipanen setiap

tahunnya oleh sebagian besar nelayan di Australia Utara yang selanjutnya diangkut

menuju pusat karantina utama terdekat. Kepiting diangkut hidup-hidup dari pusat

karantina menuju pasar yang jauhnya ribuan kilometer di Australia Selatan.

Kepiting bakau memiliki tingkat stres yang dapat mengakibatkan tingkat kematian

tinggi selama pengangkutan jarak jauh. Oleh karena itu memerlukan sistem

pengangkutan jarak jauh untuk menjaga kualitas kepiting bakau agar tetap baik

sampai tujuan.

Menurut Gillespie dan Burke (1991), mud crab yang telah ditangkap

capitnya diikat menggunakan benang kasar untuk membuat capitnya tidak

bergerak. Setelah itu, nelayan memindahkan ke dalam sebuah wadah berisi air yang

bisa menampung hingga 200 kepiting. Suhu air dalam wadah dijaga dalam keadaan

dingin. Terdapat penahan antar wadah, tujuannya yaitu memberikan ruang sirkulasi

udara melalui pompa udara untuk suplai O2.

Menurut Gillespie dan Burke (1991), kepiting bakau untuk diekspor harus

bersih dan sehat. Sebelum pengiriman, aplikasi untuk pengiriman dibuat untuk

BFAR. Izin diperoleh dengan biaya yang mengacu pada pengiriman. Setiap

kepiting dikemas dalam keranjang atau wadah lainnya, tergantung pada jumlahnya.

Produksi seringkali tidak cukup untuk memenuhi permintaan eksportir. Contohnya,

pembeli di Capiz hanya melaporkan sekitar 20 persen dari permintaan yang

terpenuhi. Setiap kepiting dikemas dalam keranjang atau wadah lainnya, tergantung

pada jumlahnya.
Daftar Pustaka

Gillespie, N. C and Burke. J. B. 1991. Mud crab storage and transport in Australian
commerce. Food and Agriculture Organization of The United Nations.
207-221

Anda mungkin juga menyukai