Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 1 PIP MENGINTERPRETASI FILM

“Alangkah Lucunya Negeri Ini”

A. SINOPSISS
Film dengan judul ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI merupakan film yang di sutradarai
oleh Deddy Mizwar. adalah sebuah film yang bercerita tentang realita kaum anak pinggiran di
Indonesia. Cerita ini diawali dengan adegan seorang pemuda yang bernama Muluk yang
merupakan seorang sarjana manajemen. Muluk sendiri sudah beberapa kali melamar pekerjaan
di berbagai tempat namun selalu di tolak. Tetapi ia tak pernah berputus asa, ia selalu mendapat
dukungan dari sang ayah, Pak Makhbul serta sang kekasih, Rahma. Muluk adalah anak seorang
penjahit yang bernama haji makbul. Sebenarnya muluk berniat melamar seorang putri dari haji
Sarbini yang bernama Rahma. Namun karena muluk seorang merupakan pengangguran, Haji
Makbul masih belum menyetujui pernikahan mereka. Disaat yang sama Muluk mempunyai
saingan bernama Jupri yang menyukai Rahma. Jupri sendiri bercita-cita menjadi seorang
anggota DPR. Jupri selalu berdandan necis dan selalu membawa laptop ketika berkunjung ke
rumah Rahma.
Pada suatu hari ketika melewati sebuah pasar dikala mencari pekerjaan, Muluk melihat
seorang anak kecil mencopet dompet. Lalu anak itu ia kejar dan tertangkap. “Heyy enak banget
Lo nyuri dompet orang! Lo gak sadar orang tu susah susah mencari duit tapi lo ambil seenaknya
begini!”, ujar muluk pada anak itu. Kemudian si anak itu menimpal “yah namanya juga
pencopet, bang. Buat makan…”, lalu pencopet itu berhasil melepaskan diri dari dekapan muluk
dan berlari dengan masih membawa dompet hasil copetannya. Muluk lalu melanjutkan
perjalanan pulang. Karena belum juga mendapat pekerjaan, muluk berniat beternak cacing
untuk mendapatkan penghasilan.
Pada suatu hari dipasar, Muluk bertemu lagi dengan anak yang dulu dipergokinnya saat
mencopet. Lalu mereka berdua bercakap-cakap banyak hal, akhirnya Muluk pun meminta
dibawa ke bos pencopet yang bernama Jarot. Setelah mendapatkan cerita mengenai kehidupan
dunia copet tersebut, Muluk sebagai sarjana manajemen menawarkan sebuah progam
kerjasama dengan Jarot dan anak buah pencopetnya. Muluk ingin pada suatu saat mereka
berhenti menjadi pencopet dan dapat mencari nafkah dengan halal. Muluk menawarkan
progam pemberdayaan meliputi pendidikan dan agama serta rencana pengelolaan bisnis jangka
panjang. Namun sebagai gantinya Muluk meminta jatah 10% dari pendapatan hasil copet. Jarot
setuju. Tantangan datang silih berganti karena anak-anak pencopet tersebut memiliki
pandangan buruk terhadap muluk. Sebagian dari mereka menganggap taka da gunanya belajar
segala, dari dulu nyopet juga sudah enak menurut mereka. Untuk menyukseskan progam
tersebut, Muluk mengajak temannya yaitu Pipit dan Samsul. Pipit merupakan anak dari Haji
Rahmat yang kerjaannya setiap hari mencari peruntungan dengan mengikuti kuis-kuis di
televise. Sedangkan Samsul merupakan sarjana pendidikan yang setiap hari bermain gaplek
bersama tean-temannya di pos kampling. Pipit dengan sabar mengajari ngaji dan sholat,
sedangkan Samsul mengajari membaca dan menulis. Lambat laun anak-anak mulai menerima
Muluk, Pipit dan Samsul. Dan pada akhirnya Muluk dan kawan-kawan menyampaikan kepada
anak-anak pencopet untuk berhenti mencopet dan beralih menjadi pengasong untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Muluk menyediakan 6 set peralatan dan bahan mengasong. Lambat laun
Haji Makbul, ayah Muluk dan Haji Rahmat ayah Pipit penasaran dengan apa yang dilakukan
anak-anak mereka selama ini. Alangkah terkejutnya mereka ketika selama ini uang pendapatan
anak-anak mereka berasal dari hasil copet. Mereka pun menangis selama ini makanan yang
mereka makan berasal dari uang haram. Akhirnya Muluk, Pipit dan Samsul menyatakan berhenti
meneruskan progam mereka. Anak-anak pencopet tergugah atas usaha Muluk selama ini.
Sebagian dari mereka memutuskan untuk menjadi pengasong walaupun pendapatan yang
diperoleh cukup kecil. Namun tantangan terus datang, mereka harus terus berlari dan
bersembunyi dari operasi pamong praja dijalanan. Muluk yang melihat anak-anak tersebut
dikejar-kejar pun marah kepada pamong praja. “Lari kalian semua! Ayo tangkap saya! Tangkap
saya! Saya yang menyuruh mereka mengasong! Mereka hanya mencari rezeki halal dan hanya
itu yang mereka bisa!”
“ini aturan! Dilarang mengasong dijalanan!” balas petugas.
“kalian merasa terganggu dengan ulah para pengemis dan pencopet tapi kalian tidak terganggu
dengan ulah para koruptor!? Seharusnya kalian tangkap para koruptor yang sudah memiskinkan
negeri ini! Memiskinkan kalian! Memang itu bukan tugas kalian, tapi setidaknya kalian punya
rasa belas kasihan! Mereka hanya mencari rezeki yang halal! Biarkan mereka yang miskin
mencari rezeki yang halal!”

Akhirnya Muluk ditangkap petugas. Dari kejauhan anak-anak pengasong terharu menitikkan air
mata seiring dengan kepergian mobil yang membawa Muluk pergi. Muluk memberi semangat
pada mereka dari mobil untuk terus mengasong dan belajar.

B. Tokoh-tokoh dalam film


1. Muluk (Reza Rahadian)
2. Haji Makhbul (Deddy Mizwar)
3. Bang Jarot (Tio Pakusadewo)
4. Pipit (Ratu Tika Bravani)
5. Samsul (Asrul Dahlan)
6. Haji Sarbini
7. Rahma
8. Jupri
9. Komet
10. Glen
11. Rebut
12. Dll

C. Nilai Moral
Dari cerita di film ini banyak sekali nilai moral dan pelajaran yang bisa diambil. Mulai dari si
Muluk yang tidak pernah putus asa dalam mencari pekerjaan, meskipun banyak yang mengejek
bahwa pendidikan tidak penting, banyak sarjana yang pengangguran, Pentingnya pendidikan
dan agama bagi setiap manusia. Keinginan Muluk untuk menurunkan jumlah pencopet dan
mengubah pekerjaan pencopet menjadi pengasong, suatu pekerjaan yang lebih halal dan bisa
memberikan masa depan bagi anak-anak pencopet. Selain itu juga terdapat nilai social yang bisa
dilihat dari kepedulian Muluk kepada para anak-anak pencopet, sampai Muluk rela ditangkap
satpol pp karena tak ingin komet dkk ditangkap karena ialah yg menyuruh mereka untuk
mengasong.

“Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh Negara.” Pasal 34 ayat (1) UUD 1945

Anda mungkin juga menyukai