A. PERENCANAAN (planning)
Suatu perencanaan yang matang diperlukan dalam setiap kegiatan yang hendak dikerjakan. Tanpa
perencanaan yang matang, kita tidak dapat mengharapkan kegiatan yang akan kita laksanakan
dapat berjalan lancar serta mencapai tujuan. Perencanaan merupakan suatu langkah persiapan
dalam pelaksanaan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan tertentu. Proses penyusunan rencana
yang harus diperhatikan adalah menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam mencapai
tujuan, yaitu dengan mengumpulkan data, mencatat, dan menganalisis data serta merumuskan
keputusan.[1]
Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap kegiatan administrasi. Perencanaan
merupakan kegiatan yang harus dilakukan pada permulaan dan selama kegiatan administrasi itu
berlangsung. Di dalam setiap perencanaan ada dua faktor yang harus diperhatikan, yaitu faktor
tujuan dan faktor sarana, baik sarana personel maupun material.[2]
Dalam pengertian lain disebutkan bahwa perencanaan adalah proses mempersiapkan seperangkat
putusan bagi perbuatan di masa datang. Pengertian ini memberi makna bahwa, suatu rancangan itu
disusun sebagai persiapan untuk melakukan serangkaian proses kegiatan, dan penyusunan
rancangan itu sendiri merupakan proses awal dari serangkaian kegiatan.[3] Sedangkan dalam buku
Pengelolaan Pendidikan, merencanakan adalah membuat suatu target-target yang akan dicapai
atau diraih di masa depan.[4]
Untuk menyusun sesuatu rancangan, berdasarkan pengertian tersebut, maka pengambilan
keputusan (decision making) menjadi bagian penting yang tidak boleh diabaikan. Pembuatan
keputusan yang merupakan proses yang mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam
pembuatan perencanaan.[5] Adapun dalam pengertian lain proses pembuatan keputusan adalah
suatu usaha yang rasional dari administrator untuk mencari tujuan-tujuan dari unit yang menjadi
tanggungjawabnya.[6]
Pola pengambilan keputusan yang dapat dilakukan adalah pengumpulan data yang diperoleh dari
pencatatan dan penelitian pengembangan data, penganalisisan data, pengambilan keputusan,
pengoperasian data, dan penentuan data operasional.[7]
Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapai, berapa
lama, berapa orang yang diperlukan, dan berapa banyak biayanya. Perencanaan ini dibuat sebelum
suatu tindakan dilaksanakan.
Rudyard Kippling menyatakan cara cara yang paling lumrah untuk penyusunan rencana adalah
dengan mencari dan menemukan jawaban atas pertanyaan apa, dimana, bilamana, siapa, mengapa
dan bagaimana
1. Apa
Pertanyaan apa menyangkut yaitu apa yang dikerjakan dan sumber daya apa yang dibutuhkan.
Kegiatan yang dikerjakan dapat digolongkan pada:
a. Kegiatan pokok (langsung ditujukan pada pencapaian tujuan organisasi)
b. Kegiatan penunjang (mendukung usaha pencapaian tujuan)
c. Kegiatan periferal (tidak menunjang secara langsung tetapi sering tidak bisa dihindarkan)
Perlu diketahui dengan jelas sumber daya apa yang diperlukan, dari mana sumbernya, jumlah dan
mutunya.
2. Dimana
Pertanyaan di mana berkaitan dengan pemanfaatan lokasi tempat berbagai kegiatan akan
berlangsung. Paling sedikit empat hal yang harus dipertimbangkan, yaitu:
a. Efisiensi, tempat kerja yang dimiliki dimanfaatkan semaksimal mungkin
b. Aksesabilitas, mudah dicapai oleh berbagai pihak (satuan kerja atau orang tertentu)
c. Kemudahan dalam menyediakan sarana dan prasarana kerja
d. Tersedianya tenaga kerja yang memenuhi persyaratan guna menjamin pencapaian efesiensi,
efektivitas, dan produktivitas.
3. Bilamana
Pertanyaan bilamana berkaitan dengan waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan. Seorang
perencana dituntunt untuk memiliki “sense ot timing” yang tingi. Kemampuan itu tercermin dalam
memberikan jawaban terhadap pertanyaan “bilamana”
Pentingnya jawaban tersebut terlihat pada dua hal:
a. Waktu adalah salah satu komoditi yang paling berharga yan dimiliki organisasi. Tidak ada
waktu yang terbuang dann pelaksanaan berbagai kegiatan tepat waktu
b. Pemilihan waktu yang tepat dapat menghindari pemborosan yang seharusnya tidak terjadi juga
pemanfaatan peluang yang mungkin timbul
4. Siapa
Jawaban terhadap pertanyaan siapa berarti menggambarkan pola manajemen sumber daya
manusia dalam organisasi yang bersangkutan. Pola itu seharusnya meliputi:
a. Analisis kebutuhan tenaga kerja untukk kurun waktu yang berlakunya rencana sesuai
persyaratan secara kualitatif atau kuantitatif
b. Metode dna teknik pengadaan tenaga kerja yang akan digunakan
c. Metode dan teknik seleksi
d. Kebijakan pengupahan/penggajian
e. Penempatan yang rasional dan objektif
f. Pola pembinaan karier
g. Kebijakan tentang pemutusan hubungan kerja
5. Bagaimana
Yakni bagaimana caara orang-orang satuan kerja dalam organisasi menyelenggarakan tugas yang
menjadi tanggung jawabnya untuk menyelesaikannya. Semua orang atau satu kerja harus
mengetahui data dan teknik yang terbaik dalam menyelesaikan tugas juga memahami dan mentaati
ketentuan yang telah ditetapkan dan disepakati bersama. Ketentuan itu diformalisasikan dalam
bentuk tertulis, lebih-lebih dalam organisasi yang lebih besar.
Kejelasan jawaban terhadap pertanyaan ‘bagaimana’ mempunyai dua makana:
a. Untuk kepentingan operasional (kejelasan teknik-teknik pelaksanaan tugas)
b. Untuk kepentingan koordinasi (adanya pembagian tugas yang jelas di antara orang-orang dan
satuan kerja. Kesemuanya bergerak sebagai satu kesatuan dengan tidak mengurangi sifat spesifik
masing-masing.
6. Mengapa
Pertanyaan mengapa berarti berusaha menemukan pembenaran yang meyakinkan tentang
jawaban-jawaban yang diberikan terhadap pertanyaan lain (apa, di mana, bilamana, dan siapa)
dalam proses perencanaan. Juga untuk melihat secara teliti apakah dalam rencana yang disusun
terdapat ada hal-hal yang belum tercantum atau yan sebenarnya tidak perlu dicantumkan serta
adakah kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam rencana tersebut.
Perencanaan berhubungan dengan penetapan tujuan organisasi, penentuan sumber, dan faktor
pendukung dan faktor penghambat dalam mencapai tujuan, dan penentuan langkah untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.[8]
2. Perencanaan Messo
Kebijaksanaan yang telah ditetapkan pada tingkat makro, kemudian dijabarkan ke dalam program-
program yang berskala kecil. Pada tingkat ini perencanaan sudah lebih bersifat operasional
disesuaikan dengan, departemen atau unit-unit (intermediate unit).
Pertanyaan yang perlu dijawab dalam perencanaan meso mempunyai kesamaan dengan
pertanyaan untuk tingkat makro, tetapi lebih terperinci dan kebebasannya dibatasi oleh apa yang
telah ditetapkan dalam perencanaan tingkat makro.
1. Perencanaan Mikro
Perencanaan mikro diartikan sebagai perencanaan pada tingkat institusional dan merupakan
penjabaran dari perencanaan tingkat meso. Khususan-kekhususan dari lembaga mendapat
perhatian, namun tidak boleh bertentangan dengan apa yang telah ditetapkan dalam perencanaan
makro ataupun meso. Contoh perencanaan mikro, yaitu kegiatan belajar mengajar.
b. Menurut Tingkatannya
1) Perencanaan Strategik (Renstra)
Perencanan strategik disebut juga perencanaan jangka panjang. Strategi itu menurut R.C. Murdick
J.E. Ross (1983) d iartikan sebagai konfigurasi ten tang hasil yang diharapkan tercapai pada masa
depan. Dapat juga disebut konsepsi hari depan. Bentuk konfigurasi terungkap berdasarkan (1)
ruang lingkup, (2) hasil persaingan, (3) target, dan (4) penataan sumber – sumber.
2) Perencanaan koordinatif (managerial)
Sesuai dengan namanya, perencanaan koordinatif ditujukan untuk mengarahkan jalannya
pelaksanaan, sehingga tujuan yang telah ditetapkan itu dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Perencanaan koordinatif (managerial) biasanya sudah terperinci dan menggunakan data statistik.
Namun demikian kadang-kadang juga menggunakan pertimbangan akal sehat. Perencanaan ini
mempunyai cakupan semua aspek operasi suatu sistem yang meminta ditaatinya kebijakan-
kebijakan yang telah ditetapkan pada tingkat perencanaan strategik.
3) Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional memusatkan perhitungan pada apa yang akan dikerjakan pada tingkat
pelaksanaan di lapangan dari suatu rencana strategi. Perencanaan ini bersifat spesifik dan
berfungsi untuk memberikan petunjuk konkret tentang bagaimana suatu program atau proyek
khusus dilaksanakan menurut aturan, prosedur, dan ketentuan lain yang ditetapkan secara jelas
sebelumnya. Itulah sebabnya rencana operasional ini telah dijabarkan dan diterjemahkan ke dalam
data kuantitatif yang dapat diukur dan biasanya dipergunakan juga dimensi uang. Dengan
demikian, rencana operasional mudah diukur, peranan keberhasilan unit-unit mudah dibandingkan
dan sekaligus dapat dijadikan ukuran keberhasilan. Artinya, rencana operasional berfungsi sebagai
instrumen yang cukup halus dan tajam untuk mengenai keadaan waktu lampau dan bisa akan
dijadikan alat atau teknik perencanaan.
c. Menurut Jangka Waktunya
1) Perencanaan jangka pendek
Perencanaan jangka pendek adalah perencanaan tahunan atau perencanaan yang dibuat untuk
melaksanakan dalam waktu kurang dari 5 tahun, sering disebut rencana operasional.
2) Perencanaan Jangka menengah
Perencanaan jangka menengah mencakup kurun waktu pelaksanaan 5-10 tahun.
3) Perencanaan Jangka Panjang
Perencanaan jangka panjang meliouti cakupan waktu di atas 10 tahun sampai 25 tahun.[12]
B. PENGORGANISASIAN (organizing)
Organisasi adalah aktivitas menyusun dan membentuk hubungan sehingga terwujudlah kesatuan
usaha dalam mencapai maksud dan tujuan pendidikan. (Drs. Ngalim Purwanto, MP, Administrasi
dan Supervisi Pendidikan, hlm. 16)
Organisasi adalah setiap sistem kerja sama yang dijalankan oleh sekelompok orang untuk
mencapai tujuan tertentu. (The Liang Gie, Administrasi Perkantoran Modern, hlm. 56).[14]
Prinsip-prinsip organisasi
Organisasi yang baik hendaklah memiliki ciru-ciri atau sifat-sifat sebagai berikut:
1. Memiliki tujuan yang jelas
2. Tiap anggota dapat memahami dan menerima tujuan tersebut
3. Adanya kesatuan arah
4. Adanya kesatuan perintah (unity of command)
5. Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggungjawab masing-masing anggota.
6. Adanya pembagian tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan, keahlian, dan bakat
masing-masing.
7. Pola organisasi hendaknya relatif permanen dan struktur organisasi disusun sesederhana
mungkin.
8. Adanya jaminan keamanan dalam bekerja (security of tenur)
9. Adanya gajih yang setimpal sehingga dapat menimbulkan gairah kerja.
10.Garis-garis kekuasaan dan tanggungjawab serta hierarkhi tata kerjanya jelas tergambar dalam
struktur organisasi
1. Organisasi harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan kerja yang sesuai dengan
kebutuhan. Dengan demikian, perluasan aktivitas yang mengharuskan penambahan jumlah satuan
kerja hanya dilakukan bila tidak dapat ditampung dalam satuan kerja yang ada.
2. Pengelompokan satuan kerja harus menggambarkan pembagian kerja. Pengelompokan beban
tugas yang sejenis harus dihubungkan dengan volume kerja. Beban kerja setiap satuan kerja harus
memiliki batas-batas yang jelas dan sebanding pada tiap-tiap tingkatnya.
3. Organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung jawab. Dengan demikian,
pimpinan organisasi hanya melakukan tugas yang penting saja. Setiap anggota melaksanakan
pekerjaannya sesuai dengan beban tugas masing-masing.
4. Organisasi harus mencerminkan rentangan kontrol. Rentangan kontrol ini dipengaruhi oleh
jenis dan sifat pekerjaan, jarak antara unit yang dikontrol, volume tugas dan stabilisasi organisasi.
5. Organisasi harus mengandung Kesatuan perintah. Kesatuan perintah ini harus jelas antara
pimpinan organisasi dengan anggota organisasi sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam
pelaksanaan kerja.
6. Organisasi harus fleksibel dan seimbang. Dalam arti bila terjadi perubahan atau penambahan
volume kerja maka struktur organisasi harus disesuaikan dengan kebutuhan tersebut. (DR. I ladari
Navvavvi, 31-35)
Disamping prinsip dan fungsi di atas, kelancaran jalannya organisasi dipengaruhi pula oleh sikap
dan sifat kepemimpinan serta human relation yang berlaku didalamnya. Human Relation adalah
inti kepemimpinan, kepemimpinan adalah inti manajemen dan manajemen adalah inti
administrasi.[21]
Tipe atau bentuk organisasi
Secara umum tedapat tiga macam yakni;
1. Line Organization (organisasi garis)
Garis otoritas dan para manajer menjadi saluran perintah. Ciri-cirinya:
a. Organisasi berukuran kecil
b. Jumlah karyawan sedikit
c. Pemilik biasanya manajer tertinggi
d. Hubungan kerja bersifat langsung dan saling kenal
e. Spesialisasi pengetahuan dan keterampilan pelaksana masih rendah
f. Alat yang digunakan sederhana dan jumlahnya sedikit
g. Produksi yang dihasil belum beraneka ragam.
C. PENGGERAK (Actuating)
Menggerakkan (Actuating) menurut Terry (1977) berarti merangsang angota-anggota kelompok
melaksanakan tugas-tugas dengan antusias dan kemauan yang baik. Tugas menggerakkan
dilakukan oleh pemimpin, oleh karena itu kepemimpinan kepala daerah dan kepala sekolah
mempunyai peran yang sangat penting menggerakkan personel melaksanakan program kerja
sekolah. menggerakkan adalah tugas pemimpin, dan kepemimpinan.
Menggerakkan menurut Keith Davis ialah kemampuan pemimpin membujuk orang-orang
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dengan penuh semangat. Jadi, pemimpin
menggerakkan dengan penuh semangat, dan pengikut juga bekerja dengan penuh semangat.[23]
Sondang P. Siagian (1985:129) keberatan menggunakan istilah Actuanting, karena baginya
Actuanting berarti menggerakkan dari belakang. Bagi Sondang P. Siagian istilah yang paling tepat
menggambarkan fungsi penggerakan dalam arti pemberian motif, adalah motivasi. Secara implisit
motivating telah tercakup adanya usaha untuk mensinkronisasikan tujuan organisasi dan tujuan-
tujuan pribadi dari para anggota organisasi.
Terry (1977) menjelaskan bahwa actuanting merupakan usaha untuk menggerakkan anggota
kelompok sedemikian rupa sehingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran
organisasi. Actuanting berarti usaha mendapatkan hasil dengan pengerakan orang lain. Lemahnya
kinerja suatu organisasi antara lain adalah disebabkan lemahnya kepemimpinan dalam organisasi
itu, idikatir lemahnya kepemimpinan antara lain adalah ketidakmampuannya menggerakkan
potensi sumber daya organisasi yang ada. Para personel tidak akan bekerja secara maksimal jika
arahan dari pemimpinnya tidak jelas mau kemana organisasi ini dibawa. Jadi, penggerakan yang
dilakukan oleh pemimpin adalah sebagai pemicu bagi anggota organisasi untuk bekerja dengan
baik dan benar.[24]
Prinsip Pokok Human Relation
Agar para bawahan dapat digerakkan secara efektif, kondisi kerja yang bersifat teknis fisik harus
dibarengi dengan pertimbangan-pertimbangan yang menonjolkan pentingnya pengakuan atas
harkat dan martabat manusia dalam organisasi. Pertimbangan tersebut diistilahkan dengan “the ten
commandment of human relations, yakni:
1. Sinkronisasi antara tujuan organisasi dengan tujuan individu para anggota organisasi yang
bersangkutan
2. Suasana kerja yang menyenangkan
3. Hubungan kerja yang serasi
4. Tidak memperlakukan bawahan sebagai mesin
5. Pengembangan kemampuan bawahan sampai tingkat yang maksimal
6. Pekerjaan yang menarik dan penuh tantangan
7. Pengakuan dan penghargaan atas prestasi kerja yang tinggi
8. Tersedianya saran dan prasarana kerja yang memadai
9. Penempatan tenaga kerja yang tepat
10. Imbalan yang setimpal dengan jasa yang diberikan
Faktor-faktor yang diperlukan dalam penggerakkan
Untuk berhasilnya penggerakan tergantung kepada faktor-faktor dibawah ini:
1. Kepemimpinan yakni kemampuan seorang manajer untuk menggerakkan orang lain agar
supaya berusaha dengan ikhlas untuk mencapai tujuan
2. Sikap dan moril. Sikap adalah cara memandang hidup, suatu cara berpikir, berperasaan dan
bertindak. Sedangkan moral adalah kondisi mental yang memungkinkan orang-orang yang
memegang teguh kebenaran. Sikap dan moral adalah suatu kesatuan
3. Tata hubungan. Komunikasi adalah menyampaikan isi/pesan kepada bawahan dalam rangka
menggerakkan pegawai untuk melaksanakan suatu pekerjaan
4. Perangsang. Insentif adalah sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan seseorang bertindak
5. Supervisi. Supervisi berbeda dengan pengawasan. Supervisi penting agar pegawai senang
bekerja. Tugas supervisor cukup berat. Ia harus dapat menemukan kesalahan dan memperbaikinya.
6. Disiplin. Disiplin adalah latihan pikiran, perasaan, kehendak dan watak, latihan pengembangan
dan pengendalian perasaan, pikiran dan kehendak dan untuk melahirkan tingkah laku yang teratur.
[25]
D. PENGAWASAN (Controling)
Secara umum pengawasan dikaitkan dengan upaya untuk mengendalikan, membina dan pelurusan
sebagi upaya pengendalian mutu dalam arti luas. Melalui pengawasan yang efektif, roda
organisasi, implementasi rencana, kebijakan, dan upaya pengendalian mutu dapat dilaksanakan
dengan lebih baik. Pengawasan ialah fungsi administratif yang mana setiap administrator
memastikan bahwa apa yang dikerjakan sesuai dengan yang dikehendaki. Menurut oteng sutisna
mengawasi ialah proses dengan mana administrasi melihat apakah apa yang terjadi itu sesuai
dengan apa yang seharusnya terjadi, jika tidak maka penyesuaian yang perlu dibuatnya.[26]
Sedangkan Hadari Nawawi menegaskan bahwa pengawasan dalam administrasi berarti kegiatan
mengukur tingkat efektifitas kerja personal dan tingkat efesiensi penggunaan metode dan alat
tertentu dalam usaha mencapai tujuan. Kemudian Johnson mengemukakan bahwa pengawasan
ialah sebagai fungsi sistem yang melakukan penyesuaian terhadap rencana, mengusahakan agar
penyimpangan-penyimpangan tujuan sistem hanya dalamm batas-batas yang dapat ditoleransi.
Artinya pengawasan sebagai kendali performan petuugas, proses dan output sesuai dengan
rencana, kalaupun ada penyimpangan hal itu diusahakan agar tidak lebih dari batsa yang dapat
ditoleransi.[27]
Karena itu pengawasan dapat diartikan sebagai salah satu kegiatan untuk mengetahui realisasis
perilaku personel dalam organisasi pendidikan. Prinsip-prinsip pengawasan yang perlu
diperhatikan menurut Massie adalah:
1. Tertuju kepada strategis sebagai kunci sasaran yang menentukan keberhasilan
2. Penagwasan harus menjadi umpan balik sebagai bahan revisi dalam mencapai tujuan
3. Harus fleksibel dan responsif terhadap perubahan-perubahan kondisi dan lingkungan
4. Cocok dengan organisasi pendidikan
5. Merupakan kontrol diri sendiri
6. Bersifat langsung yaitu pelaksanaan kontrol ditempat pekerja, dan
7. Memperhatikan hakikat manusia dalam mengontrol para personel pendidikan.[28]
Ada dua syarat utama yang harus ada sebelum seorang manajer dapat merancang atau
melaksanakan. Syarat tersebut adalah:
1. Pengawasan memerlukan rencana
2. Pengawasan memerlukan dukungan struktur organisasi
Proses pengawasan
A. A Rachmat, M.Z dalam bukunya Manajemen suatu pengantar, ada tiga tingkat proses
pengawasan[29]
1. Menetapkan standar pelaksanaan pekerjaan
2. Pengukuran dna penilaian pelaksanaan npekerjaan standard
3. Tindakan perbaikan dari penyimpangan. Tujuannya adalah untuk memperbaiki dan
menyempurnakan segala kegiatan, kebijaksanaan serta hasil kerja yang tidak sesuai dengan
rencana atau standar.
Urutan dalam langkah kegiatan tindakan koreksi ini adalah:
1. Menghayati masalah-masalah yang dihadapi
2. Mencari kemungkinan-kemungkinan untuk mengatasi atau memperbaiki adanya kesalahan
3. Mengadakan penilaian terhadap berbagai kemungkinan tersebut
4. Menetukan cara-cara untuk mengadakan koreksi yang paling tepat
Pada umumnya terdapat enam bentuk titik-titik kritis dari pengawasan, yaitu:
1. Physical standard (standar fisik): material, pegawai yang bekerja, barang-barang yang
dihasilkan.
2. Cost standard (standar biaya). Berapa standar biaya untuk pelaksanaan pekerjaan
3. Capital standard (standar modal). Misalnya berapakah besar modal yang diperlukan untuk
mengadakan investasi
4. Revenue standard (standar hasil). Misalnya berapa rupiah yang diperoleh perjam, berapa unit
perjam dapat diselesaikan
5. Program standard (standar program). Dalam pelaksaan program harus diniliai berdasarkan
standar program yang dibuat
6. Intangible standard (standar nilai yang tidak bisa diraba). (kegiatan, semangat) para pegawai
pendapat langganan atas produk
Bidang-bidang pengawasan
1. Management of personel (pengelolaan personalia). Yang pertama diawasi adalah struktur
organisasi,, kemudian terhadap policy. Juga terhadapp prosedur, apakah orang-orang yang
menduduki jabatan sesuai dengan keahliannya, apakah kualifikasi yang diperlukan sesuai dengan
sesuai dengan kenyataan. Tidak ketinggalan juga terhadap penyeleksian, training, dan
motivational control.
2. Product (produk). Salah satu cara dengan research and development, dan pengawasan terhadap
product line. Product line adalah rentetan produk yang dihasilkan di mana produk-produk tersebut
mempunyai hubungan satu dnegan yang lain.
3. Finance (keuangan). Pengawasan ini meliputi terhadap:
a. Cost of operation dengan standard cost
b. Private investment termasuk investasi gedung, sarana dan prasarana dan sebagainya
c. Liquid (cash), yang didasarkan pada budget dari penerimaan dan pengeluaran dalam satu waktu
tertentu dengan tujuan agar dapat diketahui ketersediaan uang kas untuk membiayai kegiatan yang
dilaksanakan
4. Control of over all performance (proses kerja)
Pengawasan ini meliputi usaha keseluruhan dari sebuah organisasi, bukan pada tiap-tiap
bagian/unit. Sebab perlu diadakannya pengawasan ini adalah:
a. Adanya over all planning yanbg mengikat setiap aktivitas dalam organisasi ke arah tujuan yang
telah ditetapkan untuk menjamin terealisasinya tujuan dan rencana-rencana yang telah ditetapkan
b. Adanya rencana yang sedemikian penting hingga dibutuhkan suatu central control untuk
kepentingan perusahaan
c. Adanya desentralisasi dalam organisasi yang dapat menimbulkan unit-unit bersifat semi
autonomy menjadi full autonomy
5. Quality of management (kualitas pengelolaan)
Pengawasan ini khusus kepada mutu manajemen (bukan terhadap data yang menggambarkan
penyimpangan rencana). Pengawasan ini terdiri dari:
a. Indirect control (pengawasan tidak langsung)
Menganalisis gejala-gejala yang tidak diingini dengan meneliti sebab-sebabnya pada orang-orang
yang bertanggung jawab dan melaksanakan perbaikan sedemikian rupa sehingga gejala itu tidak
terulang kembali.
b. Direct control (pengawasan langsung)
Pada pengawasan tidak langsung yang dicari adalah orangnya, sedangkan pada pengawasan
langsung yang dicari adalah prinsip atau cara-cara pengelolaannya.[30]
Tindakan pengawasan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh staf dan anggota/individu-individu
organisasi itu perlu dilaksanakan oleh pimpinan organisasi. Pengawasan dilaksanakan dalam
rangka mengetahui apakah suatu program kegiatan telah berjalan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang telah digariskan.
Tahapan untuk mengadakan tindakan pengawasan dapat ditempuh:
1. Mengukur kegiatan pada tingkat kesesuaiannya
2. Membandingkannya dengan standar yang telah menjadi ketetapan dan kesepakatan.
3. Upaya pelurusan penyesuaian tidak menyimpang berbeda dengan standard pokoknya.[31]
Pengawasan bukanlah dasar atau jalan bagi pemimpin untuk memberi hukuman pada bawahannya,
tetapi pengawasan sebagai dasar bagi pemimpin untuk menentukan kebijakan dan mengambil
keputusan yang strategis membawa organisai ke arah yang lebih berkualitas dan lebih baik.
Sejalan dengan prinsip-prinsip tersebut Oteng Sutisna berpendapat bawa tindakan pengawasan
terdiri dari tiga langkah universal, yaitu:
1. Mengukur perbuatan
2. Membandingkan perbuatan dengan standar yang ditetapkan dan menetapkan perbedaan-
perbedaan jika ada
3. Memperbaiki penyimpangan dengan tindakan pembetulan.
[1] Drs. Yusak Burhanuddin. 1998. Administrasi Pendidikan. Bandung : CV Pustaka Setia. Hlm 51
[2] Drs. M. Ngalim Purwanto, MP. 1995. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. Hal 15
[3] Drs. Ahmad Rohani HM dan Drs. H. Abu Ahmadi. 1991. Pedoman Penyelenggaraan
Administrasi Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 12
[4] Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan.2008. Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan
Administrasi Pendidikan. Hal 92
[5] Ibid. Drs. Yusak Burhanuddin.
[6] Op.cit. Drs. Ahmad Rohani HM dan Drs. H. Abu Ahmadi. Hal 12-13
[7] Op.cit. Drs. Yusak Burhanuddin.
[8] Drs. Muhammad Yuseran, M. Pd. 2010. Diktat DAMP. Fak. Tarbiyah IAIN Antasari
Banjarmasin
[9] Op.cit. Drs. Yusak Burhanuddin.
[10] DR. H. Syaiful Sagala, M.Pd. 2006. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung:
Alfabeta. Hal 47
[11] Op.cit. Ngalim Purwanto. Hal 15
[12] DR. Nanang Fattah. Landasan Manajemen Pendidikan. Penerbit PT Remaja Rosdakarya
Bandung. Hlm. 54 -60
[13] Op.cit. Drs. Yusak Burhanuddin
[14] Ibid
[15] Op.cit. Ngalim Purwanto. Hal 16
[16] Op.cit. Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan. Hal 92
[17] Opcit. Ngalim Purwanto. Hal 16
[18] Ibid. Ngalim Purwanto. Hal 16
[19] Ibid
[20] Ibid. Hal 17
[21] Ibid. Hal 17-18
[22] Op.cit. Drs.Muhammad Yuseran, M.Pd. 2010. Diktat DAMP. Fak. Tarbiyah IAIN Antasari
Banjarmasin
[23] Op.cit. Dr. H. Syaiful Sagala.
[24] Ibid.
[25] Op.cit. Drs.Muhammad Yuseran, M.Pd. 2010. Diktat DAMP. Fak. Tarbiyah IAIN Antasari
Banjarmasin
[26] Op.cit. Dr. H. Syaiful Sagala.
[27] Ibid
[28] Ibid
[29] Op.cit. Drs.Muhammad Yuseran, M.Pd. 2010. Diktat DAMP. Fak. Tarbiyah IAIN Antasari
Banjarmasin
[30] Op.cit. Drs.Muhammad Yuseran, M.Pd. 2010. Diktat DAMP. Fak. Tarbiyah IAIN Antasari
Banjarmasin
[31]Ibid
[32] Ibid