TEKNOLOGI PENCAPAN I
”PENCAPAN ZAT WARNA BEJANA DENGAN KAIN SUTRA
VARIASI WAKTU MENGGUNAKAN DAN NaOH
Disusun Oleh:
KELOMPOK V
M Wahyudi (16020005)
Hafilda Narulita A (16020014)
Nabila Ainaya (16020022)
Zulfa Tauzahra (16020031)
Grup : 3K1
Dosen : Agus Suprapto, S. Teks, M.Si.
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan kami membuat laporan praktikum pencapan kain kapas dengan zat
warna reaktif dingin ini, antara lain sebagai berikut:
Untuk mengetahui resep yang paling baik terhadap ketuaan warna pada hasil
pencapan.
Untuk mengetahui resep yang paling baik terhadap ketajaman motif pada hasil
pencapan baik.
BAB II
DASAR TEORI
Pada larutan leuco dengan suasana asam akan terbentuk muatan positif
pada serat akibat adalanya ion H+ yang terserap gugus amina dari wol dan
sutera.
HCl H+ + Cl-
HOOC-----Sutera-----NH2 + H+ HOOC-----Sutera-----N+H3
Zw ≡ C-OSO3H Zw ≡ C-OSO3- + H+
Zw ≡ C-OSO3-
Ikatan ionik
HOOC-----Sutera-----N+H3
Oleh karena itu, bila pH larutan celup sampai batas tertentu penyerapan
zat warna bejana larut oleh sutera/wol semakin banyak, tetapi jika pH terlalu
rendah zat warna bejana larut akan sukar larut sehingga hasil celup bisa belang,
pH larutan celup sebaiknya sekitar 6.
D = C – O NaSO3
H2SO4 hidrolisa
On
D = C – OH
D=C=O
Asam leuco Dioksidasi
ZW bejana
NaNO2
Sifat :
- Warna-warna muda .
- Suhu rendah
PERCOBAAN
Alat : Bahan :
- Ember plastik - Kain sutra
- Piala gelas - Zat warna bejana
- Pengaduk - Pengental alginate
- Gelar ukur - Zat anti reduksi
- Pipet volume - Zat higroskopik (gliserin)
- Timbangan - NaOH
- Mixer - Na2S204
- Kasa - Teepol
- Rakel
Zat pembantu yang diperlukan selama proses pencapan pada dasarnya untuk
meningkatkan mutu proses dan hasil pencapan seperti motif yang tajam, warna yang cerah,
warna yang rata, ketuaan warna dan tahan luntur warna yang baik.
1. Zat Warna Berfungsi untuk mewarnai kain sutra sesuai motif tertentu;
2. Air Berfungsi sebagai medium dengan zat warna atau pengatur viskositas zat
warna dan untuk mendapatkan naftolat yang lebih jernih;
3. NaOH 380Be Berfungsi sebagai alkali yang merubah molekul zat warna yang
tereduksi menjadi molekul zat warna yang larut dalam air.
4. Lamitex 10% Berfungsi sebagai pengental untuk melekatkan molekul zat warna
kekain dengan batas-batas yang jelas sesuai motif.
5. Na2S2O4 Berfungsi sebagai reduktor yang merubah molekul zat warna yang tidak
larut menjadi zat warna yang tereduksi.
6. Na2CO3 Berfungsi untuk mengatur suasana alkali, menetralkan asam hasil reaksi
dan membentuk ion selulosa.
7. Urea Berfungsi untuk menahan panas supaya pasta cap tetap cair, mengatur
kelembaban pasta cap, dan penyerapan serat sintetik;
8. NaNO2 Berfungsi sebagai oksidator yang mengoksidasi molekul zat warna
didalam serat menjadi senyawa zat warna yang tidak larut.
9. NaCl Berfungsi untuk menambah daya serap terhadap kain terhadap zat warna
pada waktu proses pembangkitan berlangsung.
3.3 Diagram Alir
Printing 2 kali
Fiksasi Steam
Cuci Bilas
Cuci Dingin
Drying
3.4Resep
Air : 120 g
Zw bejana :: 100 gr
Gliserin :80 gr
3.4.2 Resep Pasta Pencapan
Zw bejana : 10 gr
Gliserin : 16 gr
Pengental : 140 gr gr
NaOH : 30-50-70-90 gr
Air : 34 gr
200gr
HaOH : 70g/l
Na2S2O4 g 20 g/l
Suhu : 700C
Waktu : 5 – 15 Menit
Resep Pencucian
Sabun : 1 mL/L
Vlot : 1: 20
Suhu : 70°C
Zw = 50/1000 x 200=10 g
Air = :231 ml
Resep 3
Air = :229 ml
Air : 3,15 x 20 = 63 ml
Resep 4
Air = :234,22 ml
Air : 3 x 20 = 60 ml
1.6 Data Hasil Percobaan
a. Kain ke-1
Variasi NaOH 30
b. Kain ke-2
Variasi NaOH 50
c. Kain ke-3
Variasi NaOH 70
d. Kain ke-4
Variasi NaOH 90
1 Tabel Evaluasi Ketuaan Warna
Orang ke- A B C D
1 3 3 3 3
2 4 4 3 3
3 4 4 3 2
4 4 4 3 2
Total 16 15 12 10
Orang ke- A B C D
1 4 4 2 3
2 4 4 3 3
3 4 3 3 3
4 3 3 2 2
Total 15 14 10 11
Orang ke- A B C D
1 4 4 3 2
2 4 4 3 2
3 4 3 3 3
4 3 3 2 3
Total 15 14 11 10
1.1 Diskusi
1. Ketuaan Warna
Pencapan menggunakan zat warna bejana biasanya akan menghasilkan warna yang
tua. Namun pada hasil praktikum yang didapatkan pada awal setelah pencapan warna
motif menjadi tua dan agak suram tetapi setelah dilakukan proses pencucian panas
dan pencucian, warna motif menjadi muda bahkan hampir sangat muda. Ketuaan
warna yang paling baik adalah pada kain D yaitu kain yang proses airingnya paling
lama. Varasai alkali yang digunakan menujukan warna yang paling tua adalah kain
dengan gunting 1 yaitu menggunakan alkali sebesar 30 g/l. Selain itu, warna zat
warna yang dapat menempel pada kain juga disebabkan oleh zat hidroskopik yang
cukup banyak sehingga membantu kestabilan zat warna saat masuk ke dalam bahan.
2. Ketajaman Motif
Pada ketajaman motif, sample kain no 1 memiliki tingkat ketajaman yang paling
tinggi dibandingkan dengan sample kain lainnya. Hal tersebut dapat dilihat pada garis
ujung motif. Garis ujung motif sample kain no 1 lebih rapih dan rata dibandingkan
dengan yang lainnya karena kasa yang digunakan masih dalam keadaan bersih
sehingga tidak ada nada noda ataupun efek blobor saat proses pencapan dilakukan.
Sedangkan pada sample kain yang lainnya garis ujung motif tidak begitu rata bahkan
ada juga yang menghasilkan efek blobor.
3. Kerataan Warna
Kerataan warna dipengaruhi oleh tekanan yang diberikan oleh rakel saat proses
pencapan. Tekanan yang rata pada saat proses pencapan membuat seluruh zat warna
tersebar secara merata ke seluruh motif. Pada hasil sample kain no 4 didapat kerataan
warna yang paling jelek karena saat proses pencapan, zat warna sisa pencapan sample
kain sebelumnya masih menempel pada beberapa bagian motif sehingga walaupun
tekanan yang diberikan telah merata warna yang dihasilkan tetap tidak merata. Dapt
dilihat pada hasil kainnya terdapat beberapa spot motif yang warnanya terlihat lebih
tua bila dibandingkan dengan keseluruhan motif. Waktu airing pada sample no 4
yang lebih lama yaitu selama 36 jam tidak mempengaruhi pada kerataan warna.
4.2 Kesimpulan
Berdasarkan data hasil percobaan dan diskusi yang telah kelompok kami lakukan
pada praktikum pencapan kain kapas dengan zat warna reaktif dingin dapat disimpulkan
bahwa, Untuk mendapatkan ketuaan warna yang paling baik adalah dengan menggunakan
untuk mendapatkan ketajaman motif yang tinggi, kerataan warna yang paling baik, dan
kekakuan yang paling kecil dapat menggunakan resep ke-1yaitu menggunakan NaOH 30
g/l
DAFTAR PUSTAKA
Lubis Arifin, Agus Suprapto, Elina. 1998. Teknologi Pencapan Tekstil. Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil Bandung.
Suprapto Agus, Sasmaya, Hardianto. 2006. Bahan Ajar Praktikum Pencapan 1. Sekolah
Tinggi Teknologi tekstil Bnadung.