Anda di halaman 1dari 16

OSTEOMIELITIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB 2

Dosen Mata Ajar : Ns. Diana Tri Lestari, S.Kep., M. Kep., Sp. Kep. MB

Disusun Oleh :

1. Arini Dwi Putri (16.011)

2. Dedy Purba W (16.017)

3. Khoirun Nisa (16.048)

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/ DIPONEGORO

SEMARANG

2018
LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOMIELITIS

1. PENGERTIAN

Osteomielitis adalah proses inflamasi akut atau kronis dari tulang dan struktur

sekunder tulang akibat dari infeksi organisme piogenik. (Zairin, 2014)

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Osteomielitis dapat terjadi akibat

perluasan infeksi pada jaringan lunak, kontaminasi langsung pada tulang (misal

pembedahan tulang, luka tembakan senjata), atau hematogenus ( ditularkan melalui

darah), yang menyebar dari daerah infeksi yang lain. Stapylococcus aureus

menyebabkan lesbih dari 50% infeksi tulang. Organisme patogenik lain yang sering

kali ditemukan adalah organisme Gram positif yang mencangkup streptokokus dan

enterokokus, dilanjutkan dengan bakteri Gram negatif yang mencangkup spesies

psedomonas. Pasien yang berisiko adalah pasien dengan gizi buruk, lansia, dan pasien

yang obes, mereka yang mengalami gangguan sistem imun dan penyakit kronis

(misal diabetes) dan mereka yang mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang atau

agens imunosupresif. Kondisi ini dapat dicegah dengan terapi yang tepat dan

penatalaksanaan infeksi pada jaringan fokal dab jaringan lunak.(Brunner & Suddarth,

2013)

2. ETIOLOGI

Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:

- Bakteri

Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomyelitis adalah Staphylococcus

aureus (70% - 80%), selain itu juga bisa disebabkan oleh Escherichia coli,

Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan Proteus.

- Virus
- Jamur

- Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2002).

Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara (Wikipedia, the free encyclopedia,

2000) yaitu:

1) Aliran darah

Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi

di tempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi). Aliran darah

bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang.

Pada anak-anak, infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan.

Sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi pada tulang belakang dan

panggul. Osteomyelitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di

mana terdapat trauma.

2) Penyebaran langsung

Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur terbuka, cedera

traumatik seperti luka tembak, selama pembedahan tulang atau dari benda yang

tercemar yang menembus tulang.

3) Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya

Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak Infeksi

pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari

atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan

karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh

jeleknya pasokan darah (misalnya ulkus dekubitus yang terinfeksi).


Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya

awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat.

Osteomyelitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani

dengan baik. Osteomyelitis kronis akan mempengaruhi kualitas hidup atau

mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang

akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramuskular dapat menyebabkan

osteomyelitis eksogen. Osteomyelitis akut biasanya disebabkan oleh bakteri, maupun

virus, jamur, dan mikroorganisme lain.

Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya

buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang

menderita artritis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit,

menjalani pembedahan ortopedi, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, juga

beresiko mengalami osteomyelitis.

3. MANIFESTASI KLINIK

 Ketika infeksi ditularkan melalui darah, awitan infeksi bersifat mendadak, terjadi

disertai dengan manifestasi klinis berupa sepsis (misal menggigil, demam tinggi,

nadi cepat dan kelemahan umum).

 Ekstremitas mrnjadi nyeri, bengkak, hangat dan kenyal.

 Pasien mungkin mendiskripsikan nyeri berdenyut yang konstan yang semakin

berat dengan pergerakan (karena terjadi tekanan pada nanah yang terkumpul).

 Apabila osteomielitis disebabkan oleh infeksi yang berada didekatnya atau karena

kontaminasi langsung, tidak ada gejala sepsis, area menjadi bengkak, hangat,

nyeri, dan kenyal saat disentuh. .(Brunner & Suddarth, 2013)


 Osteomielitis kronis dimanifetasikan dengan ulkus yang tidak sembuh yang

terdapat diatas tulang yang terinfeksi, terdapat sinus penghubung yang akan

sesekali akan mengalirkan nanah secara spontan.

4. PATOFISOLOGI

Osteomielitis mungkin dilokalisasi atau mungkin menyebar melalui sumsum tulang,

dan korteks periosteum. Patogen bakteri bervariasi berdasarkan usia pasien dan

mekanisme infeksi.

Hematogenous osteomielitis. Osteomielitis hematogen akut ditandai dengan

infesi akut pada tulang disebabkan oleh perkembangbiakan bakteri dalam tulang dari

sumber yang jauh. Kondisi ini terutama terjadi pada anak-anak dimana dengan

perkembangan metafisis yang pesat dan sangat vaskular menjadi predisposisi penting

untuk perkembangbiakan bakteri.

Osteomielitis inokulasi langsung. Osteomielitis inokulasi terjadi akibat adanya

kontak langsung antara jaringan dan bakteri pada kondisi trauma atau operasi.

Manifestasi klinis dari osteomilitis inokulasi langsung lebih lokal daripada

ostemielitis hematogen dan cenderung melibatkan beberapa organisme.

Osteomielitis kronis merupakan kondisi yang terus- menerus atau berulang,

terlepas dari penyebab awal dan/ atau mekanisme terjadinya kondisi osteomielitis.

Kondisi osteomielitis pada kondisi klinik bisa terjadi dengan adanya riwayat

pernah mengalami fraktur terbuka, riwayat pembedahan dengan pemasangan fiksasi

interna. Ada berbagai predisposisi yang meningkatkan resiko osteomielitis, meliputi:

tidak adekuatnya nutrisi dan higienis, faktor imunitas dan virulensi kuman, serta

adanya post de entree dari luka terbuka.


Proses selanjutnya terjadi hipertermi dan edema didaerah metafisis disertai

pembentukan pus. Terbentuknya pus dalam tulang dimana jaringan tulang tidak dapat

berekspansi akan menyebabkan tekanan dalam tulang bertambah. Peninggian tekanan

dalam tulang menakibatkan terganggunya sirkulasi dan timbul trombosis pada

pembuluh darah tulang dan akhirnya menyebabkan nekrosis tulang. Disamping proses

yang disebutkan diatas pembentukan tulang baru yang ekstensif terjadi pada bagian

dalam periosteum sepanjang diafisis sehingga terbentuk suatu jaringan sekuestrum.

Apabila pus menembus tulang, maka terjadi pengaliran pus ( discharge) keluar

melalui lubang yang disebut kloaka tau melalui sinus pada jaringan lunak dan kulit.

Pada tahap selanjutnya penyakit akan berkembang menjadi osteomielitis kronis. Pada

daerah tulang kanselosa, infeksi dapat terlokalisasi, serta diliputi oleh jaringan fibrosa

yang membentuk abses tulang kronis.

5. PENATALAKSANAAN MEDIS

Tujuan awal adalah untuk mengendalikan dan menghentikan produksi infeksi.

1. Upaya suportif umum (misal hidrasi, diet tinggi vitamin dan protein koreksi

anemia) harus dilakukan, area yang terganggu dimobilisasi.

2. Kultur darah dan luka dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan

memilih antibiotik

3. Terapi antibiotik intravena diberikan selama 24 jam dilanjutkan selama 3

sampai 6 minggu.

4. Medikasi antibiotik diberikan peroral (pada lambung yang kosong) ketika

infeksi tampak terkontro, regimen medikasi dilanjutkan sampai dengan 3

bulan.

5. Debridemen tulang melalui pembedahan dilakukan dengan irigasi, terapi

antibiotik pelengkap dipertahankan. (Brunner & Suddarth, 2013)


6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Pemeriksaan darah

Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap

darah

2) Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus

Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti

dengan uji sensitivitas

3) Pemeriksaan feses

Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh

bakteri salmonella

4) Pemeriksaan biopsy tulang

Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk

serangkaian tes.

5) Pemeriksaan ultra sound

Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi.

6) Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan

radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat

difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.

Pemeriksaan tambahan :

a. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama

b. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka

kemungkinan besar adalah osteomielitis.


ASUHAN KEPERAWATAN OSTEMOMIELITIS

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi:

1. Identifikasi klien

Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa,

pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.

2. Riwayat keperawatan

a. Riwayat kesehatan masa lalu

Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya (bakteri

pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran kemih) pada masa

lalu. Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Apakah klien terdapat pembengkakan,adanya nyeri dan demam.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan.

d. Riwayat psikososial

Adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.

e. Kebiasaan sehari-hari

1) Pola nutrisi : anoreksia, mual, muntah.

2) Pola eliminasi : adakah retensi urin dan konstipasi.

3) Pola aktivitas : pola kebiasaan

f. Pemeriksaan fisik

1) Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan

keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.


2) Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid

jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.

3) Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada

osteomielitis akut)

4) Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya

cairan purulen.

5) Identisikasi peningkatan suhu tubuh

6) Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek

bila di palpasi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri (00132) berhubungan dengan agens cedera fisik

2. Ketidakefektifan koping (00069) berhubungan dengan tingkat presepsi kontrol

yang tidak adekuat.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan (00002) berhubungan dengan

penurunan nafsu makan

4. Hambatan mobilitas fisik (00085) berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal

5. Defisiensi pengetahuan (00126) berhubungan dengan kurang informasi

C. RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA NOC INTERVENSI

KEPERAWATAN

1. Nyeri (00132) Kontrol Nyeri (1605) Manajemen nyeri (1400)

berhubungan dengan Kriteria Hasil : 1. Lakukan pengkajian nyeri


agens cedera fisik 1. (160502) mengenali komprehensif

kapan nyeri dari skala 2 2. Pastikan perawatan

(jarang menunjukan) analgesik dengan

ditingkatkan ke skala 4 pemantauan ketat

(sering menunjukan) 3. Gunakan strategi

2. (160503) menggunakan komunikasi terapeutik

tindakan pencegahan 4. Gunakan metode penilaian

dari skala 2 (jarang yang sesuai tahap

menunjukan) perkembangan

ditingkatkan ke skala 4 5. Berikan informasi

(sering menunjukan) mengenai nyeri

3. (160504) menggunakan 6. Kurangi faktor-faktor

tindakan pengurangan pencetus nyeri

nyeri tanpa analgesik 7. Kolaborasi dengan pasien,

dari skala 2 (jarang orang terdekat, tim

menunjukan) kesehatan

ditingkatkan ke skala 4

(sering menunjukan)

4. (160507) melaporkan

gejala yang tidak

terkontrol pada

profesional kesehatan

dari skala 2 (jarang

menunjukan)

ditingkatkan ke skala 4
(sering menunjukan)

2. Ketidakefektifan Koping (1302) : Menggunakan Peningkatan

koping (00069) 1. (130201) koping (5230) :

berhubungan dengan Mengidentifikasi 1. Bantu pasien

tingkat presepsi kontrol pola koping yang mengidentifikasi tujuan

yang tidak adekuat. efektif dari skala 2 jangka panjang dan

(jarang menunjukan) jangka pendek

ditingkatkan ke skala 2. Dukung hubungan

4 (sering (pasien dengan orang

menunjukan) yang memiliki

2. (130207) Modifikasi ketertarikan dan tujuan

hidup untuk yang sama)

mengurangi stres 3. Bantu pasien

dari skala 2 (jarang menyelesaikan masalah

menunjukan) dengan cara yang

ditingkatkan ke skala konstruktif

4 (sering 4. Sediakan informasi

menunjukan) aktual mengenai

3. (130222) diagnosis penanganan

menggunakan sistem dan prognosis

dukungan personal

dari skala 2 (jarang

menunjukan)

ditingkatkan ke skala

4 (sering
menunjukan)

3. Ketidakseimbangan Status nutrisi (1004) Manajemen Nutrisi (1100)

nutrisi kurang dari Kriteria Hasil : 1. Tentukan status gizi

kebutuhan (00002) 1. (100402) Asupan pasien dan kemampuan

berhubungan dengan makanan dari skala 2 untuk memenuhi

penurunan nafsu (banyak menyimpang kebutuhan gizi.

makan normal) ditingkatkan ke 2. Tentukan yang menjadi

skala 5 (tidak preferensi makanan bagi

menyimpang normal) pasien

2. (100408) Asupan cairan 3. Ciptakan lingkungan

dari skala 3 (cukup yang optimal pada saat

menyimpang normal) mengkonsumsi makan

ditingkatkan ke skala 5 4. Berikan makanan yang

(tidak menyimpang disukai anak dan

normal) menarik.

3. (100403) Energi dari skala 5. Berikan diet yang

3 (cukup menyimpang seimbang sesuai dengan

normal) ditingkatkan ke kebutuhan.

skala 5 (tidak menyimpang 6. Monitor berat badan

normal) Anjurkan pasien terkait

dengan kebutuhan makanan

tertentu berdasarkan

perkembangan atau usia

4. Hambatan mobilitas Pergerakan (0208): Peningkatan mekanika tubuh

fisik (00085) 1. (020801) 1. Edukasi pasien


berhubungan dengan Keseimbangan dari tentang pentingnya

gangguan skala 2 (banyak postur tubuh untuk

muskuloskeletal terganggu) ke skala 4 mencegah kelainan

(sedikit terganggu) 2. Bantu untuk

2. (020809) Koordinasi mendemonstrasikan

dari skala 2 (banyak posisi tidur yang

terganggu) ke skala 4 tepat

3. (020810) Cara 3. Instruksikan pasien

berjalan dari skala 2 untuk menggerakan

(banyak terganggu) kaki terlebih dahulu

ke skala 4 Gerakan dari posisi berdiri

otot 4. Bantu pasien

4. (020803) Gerakan melakukan

sendi dari skala 2 pemanasan sebelum

(banyak terganggu) memulai pekerjaan

ke skala 4

5. (020804) Kinerja

pengaturan tubuh

dari skala 2 (banyak

terganggu) ke skala 4

5. Defisiensi pengetahuan Pengetahuan Manajemen Pengajaran Proses Penyakit

(00126) berhubungan Nyeri ( 1843); (5602):

dengan kurang 1. (184301) Faktor 1. Kaji tingkat

informasi faktor penyebab dan pengetahuan pasien

faktor yang terkait dengan proses


berkonstribusi dari penyakit yang

skala 2 ( spesifik

pengetahuan 2. Jelaskan patofisiologi

terbatas) ke skala 4 penyakit dan

(pengetahuan bagaimana

banyak) hubungannya dengan

2. (184302) Tanda dan anatomi dan fisiologi

gejala nyeri dari sesuai kebutuhan

skala 2 ( 3. Beri informasi

pengetahuan kepada keluarga

terbatas) ke skala 4 mengenai

(pengetahuan perkembangan pasien

banyak) sesuai kebutuhan

3. (184303) Strategi

untuk mengontrol

nyeri dari skala 2 (

pengetahuan

terbatas) ke skala 4

(pengetahuan

banyak)

4. (184306)

Penggunaan obat

yang benar dari obat

yang diresepkan dari

skala 2 (
pengetahuan

terbatas) ke skala 4

(pengetahuan

banyak)
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.

Jakarta : EGC.

Helmi, Zairin Noor. 2014. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba

Medika.

http://scholar.google.co.id/scholar_url?url=http%3A%2F%2Fwww.academia.edu%2Fdownlo

ad%2F34998515%2FASUHAN_KEPERAWATAN_PASIEN_DENGAN_OSTEOMIELITI

S.docx diupload oleh Rizki Kurniadi pada tahun 2012.

Anda mungkin juga menyukai