Anda di halaman 1dari 9

A.

Gangguan Afektif Bipolar

1. Definisi

Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi otak
yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut
Bipolar karena penyakit kejiwaan ini didominasi adanya fluktuasi periodik dua kutub, yakni kondisi
manik (bergairah tinggi yang tidak terkendali) dan depresi.

2. Etiopatofisiologi

Dahulu virus sempat dianggap sebagai penyebab penyakit ini. Serangan virus pada otak
berlangsung pada masa janin dalam kandungan atau tahun pertama sesudah kelahiran. Namun,
gangguan bipolar bermanifestasi 15-20 tahun kemudian. Telatnya manifestasi itu timbul karena
diduga pada usia 15 tahun kelenjar timus dan pineal yang memproduksi hormon yang mampu
mencegah gangguan psikiatrik sudah berkurang 50%.

Penyebab gangguan Bipolar multifaktor. Mencakup aspek bio-psikososial. Secara biologis


dikaitkan dengan faktor genetik dan gangguan neurotransmitter di otak. Secara psikososial dikaitkan
dengan pola asuh masa kana-kanak, stres yang menyakitkan, stres kehidupan yang berat dan
berkepanjangan, dan banyak lagi faktor lainnya.

Didapatkan fakta bahwa gangguan alam perasaan (mood) tipe bipolar (adanya episode manik
dan depresi) memiliki kecenderungan menurun kepada generasinya, berdasar etiologi biologik. 50%
pasien bipolar mimiliki satu orangtua dengan gangguan alam perasaan/gangguan afektif, yang
tersering unipolar (depresi saja). Jika seorang orang tua mengidap gangguan bipolar maka 27%
anaknya memiliki resiko mengidap gangguan alam perasaan. Bila kedua orangtua mengidap gangguan
bipolar maka 75% anaknya memiliki resiko mengidap gangguan alam perasaan. Keturunan pertama
dari seseorang yang menderita gangguan bipolar berisiko menderita gangguan serupa sebesar 7 kali.
Bahkan risiko pada anak kembar sangat tinggi terutama pada kembar monozigot (40-80%), sedangkan
kembar dizigot lebih rendah, yakni 10-20%.

Beberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan antara gangguan bipolar dengan kromosom
18 dan 22, namun masih belum dapat diselidiki lokus mana dari kromosom tersebut yang benar-
benar terlibat. Beberapa diantaranya yang telah diselidiki adalah 4p16, 12q23-q24, 18 sentromer,
18q22, 18q22-q23, dan 21q22. Yang menarik dari studi kromosom ini, ternyata penderita sindrom
Down (trisomi 21) berisiko rendah menderita gangguan bipolar.

Sejak ditemukannya beberapa obat yang berhasil meringankan gejala bipolar, peneliti mulai
menduga adanya hubungan neurotransmiter dengan gangguan bipolar. Neurotransmiter tersebut
adalah dopamine, serotonin, dan noradrenalin. Gen-gen yang berhubungan dengan neurotransmiter
tersebut pun mulai diteliti seperti gen yang mengkode monoamine oksidase A (MAOA), tirosin
hidroksilase, catechol-Ometiltransferase (COMT), dan serotonin transporter (5HTT).

Penelitian terbaru menemukan gen lain yang berhubungan dengan penyakit ini yaitu gen yang
mengekspresi brain derived neurotrophic factor (BDNF). BDNF adalah neurotropin yang berperan
dalam regulasi plastisitas sinaps, neurogenesis dan perlindungan neuron otak. BDNF diduga ikut
terlibat dalam mood. Gen yang mengatur BDNF terletak pada kromosom 11p13. Terdapat 3 penelitian
yang mencari tahu hubungan antara BDNF dengan gangguan bipolar dan hasilnya positif.

Kelainan pada otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit ini. Terdapat perbedaan
gambaran otak antara kelompok sehat dengan penderita bipolar. Melalui pencitraan magnetic
resonance imaging (MRI) dan positron-emission tomography (PET), didapatkan jumlah substansia
nigra dan aliran darah yang berkurang pada korteks prefrontal subgenual. Tak hanya itu, Blumberg dkk
dalam Arch Gen Psychiatry 2003 pun menemukan volume yang kecil pada amygdala dan hipokampus.
Korteks prefrontal, amygdala dan hipokampus merupakan bagian dari otak yang terlibat dalam respon
emosi (mood dan afek).

Penelitian lain menunjukkan ekspresi oligodendrosit-myelin berkurang pada otak penderita


bipolar. Seperti diketahui, oligodendrosit menghasilkan membran myelin yang membungkus akson
sehingga mampu mempercepat hantaran konduksi antar saraf. Bila jumlah oligodendrosit berkurang,
maka dapat dipastikan komunikasi antar saraf tidak berjalan lancar.

3. Epidemiologi

Dapat dikatakan insiden gangguan bipolar tidak tinggi, berkisar antara 0,3-1,5%. Namun, angka
itu belum termasuk yang misdiagnosis. Risiko kematian terus membayangi penderita bipolar. Biasanya
kematian itu dikarenakan mereka mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri. Risiko bunuh diri
meningkat pada penderita bipolar yang tidak diterapi yaitu 5,5 per 1000 pasien. Sementara yang
diterapi ’hanya’ 1,3 per 1000 pasien. Gangguan pada lelaki dan perempuan sama, umumnya timbul di
usia remaja atau dewasa. Hal ini paling sering dimulai sewaktu seseorang baru menginjak dewasa,
tetapi kasus-kasus gangguan bipolar telah didiagnosis pada remaja dan bahkan anak-anak.

4. Gambaran Klinis

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar dibedakan menjadi 2
yaitu gangguan bipolar I dan II. Perbedaannya adalah pada gangguan bipolar I memiliki episode manik
sedangkan pada gangguan bipolar II mempunyai episode hipomanik. Beberapa ahli menambahkan
adanya bipolar III dan bipolar IV namun sementara ini yang 2 terakhir belum dijelaskan.

Gangguan bipolar I dibagi lagi menjadi beberapa bagian menurut perjalanan longitudinal
gangguannya. Namun hal yang pokok adalah paling tidak terdapat 1 episode manik di sana. Walaupun
hanya terdapat 1 episode manik tanpa episode depresi lengkap maka tetap dikatakan gangguan
bipolar I. Adapun episode-episode yang lain dapat berupa episode depresi lengkap maupun episode
campuran, dan episode tersebut bisa mendahului ataupun didahului oleh episode manik.

Gangguan bipolar II mempunyai ciri adanya episode hipomanik. Gangguan bipolar II dibagi
menjadi 2 yaitu tipe hipomanik, bila sebelumnya didahului oleh episode depresi mayor dan disebut
tipe depresi bila sebelum episode depresi tersebut didahului oleh episode hipomanik.

Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III, gangguan ini
bersifat episode berulang yang menunjukkan suasana perasaan pasien dan tingkat aktivitasnya jelas
terganggu, dan gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari peninggian suasana perasaan serta
peningkatan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan
suasana perasaan serta pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah terdapat
penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan
berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, sedangkan depresi cenderung berlangsung lebih
lama.

Episode pertama bisa timbul pada setiap usia dari masa kanak-kanak sampai tua. Kebanyakan
kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun. Semakin dini seseorang menderita bipolar
maka risiko penyakit akan lebih berat, kronik bahkan refrakter.

Episode manik dibagi menjadi 3 menurut derajat keparahannya yaitu hipomanik, manik tanpa
gejala psikotik, dan manik dengan gejala psikotik. Hipomanik dapat diidentikkan dengan seorang
perempuan yang sedang dalam masa ovulasi (’estrus’) atau seorang laki-laki yang dimabuk cinta.
Perasaan senang, sangat bersemangat untuk beraktivitas, dan dorongan seksual yang meningkat
adalah beberapa contoh gejala hipomanik. Derajat hipomanik lebih ringan daripada manik karena
gejalagejala tersebut tidak mengakibatkan disfungsi sosial.

Pada manik, gejala-gejalanya sudah cukup berat hingga mengacaukan hampir seluruh pekerjaan
dan aktivitas sosial. Harga diri membumbung tinggi dan terlalu optimis. Perasaan mudah tersinggung
dan curiga lebih banyak daripada elasi.

Tanda manik lainnya dapat berupa hiperaktifitas motorik berupa kerja yang tak kenal lelah
melebihi batas wajar dan cenderung non-produktif, euphoria hingga logorrhea (banyak berbicara, dari
yang isi bicara wajar hingga menceracau dengan 'word salad'), dan biasanya disertai dengan waham
kebesaran, waham kebesaran ini bisa sistematik dalam artian berperilaku sesuai wahamnya, atau
tidak sistematik, berperilaku tidak sesuai dengan wahamnya. Bila gejala tersebut sudah berkembang
menjadi waham maka diagnosis mania dengan gejala psikotik perlu ditegakkan.

Gangguan afektif bipolar


Gambaran klinik

1. Mood meningkat, euforia


2. Emosi Labil
3. Perubahan sementara yg cepat menjadi depresi akut
4. Irritabilitas,toleransi terhadap frustasi rendah
5. Menuntut dan egosentris.

Gambaran Kognitif
 Harga diri meningkat, grandiositas.
 Bicara cepat dan membanjir (logorrhea)
 Desakan pembicaraan (pressure of speech)
 Lompat gagasan (flight of ideas)
 Kadang-kadang inkoherensi
 Daya nilai buruk, disorganisasi
 Waham dan halusinasi.
 Gangguan paranoid
 Gangguan Psikotik akut termasuk psikosis pasca persalinan (post partum)
 Gangguan kepribadian
 Gangguan kepribadian Antisosial
 Gangguan kepribadian Emosional tak stabil
 Gangguan kepribadian Paranoid
 Ditandai oleh paling sedikit tiga hal berikut :
 Kepekaan yang berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan.
 Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak untuk memaafkan suatu
penghinaan dan luka hati atau masalah kecil.
 Kecurigaan dan kecenderungan pervasif untuk menyalah artikan tindakan orang lain yang netral
atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan
 Mempertahankan dengan gigih bila perlu dengan kekuatan fisik tentang hak pribadinya yang
 Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar, tentang kesetiaan seksual dari pasangannya
 Kecendrungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan yang dinyatakan dalam sikap
menyangkut diri yang menetap.
 Dirundung oleh rasa persekongkolan dari suatu peristiwa terhadap dirinya maupun dunia pada
umumnya tanpa bukti.

DMasalah situasional

 Perselisihan keluarga termasuk pencederaan anak


 Perselisihan antar individu
 Panik homoseksual
 Keadaan disosiatif (misalnya kesurupan)
 Tiba-tiba kehilangan ingatan yang berhubungan dengan maksud tertentu,
 Perjalanan tanpa tujuan dan kebingungan,
 Kehilangan ingatan yang menyeluruh untuk kehidupan masa lalu tanpa kehilangan kesadaran.
 Assumsi tampak normal,
 Disorietasi dapat terjadi.

5. Diagnosis Dan Klasifikasi

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar dibedakan menjadi 2
yaitu gangguan bipolar I dan II. Gangguan bipolar I atau tipe klasik ditandai dengan adanya 2 episode
yaitu manik dan depresi, sedangkan gangguan bipolar II ditandai dengan hipomanik dan depresi.
PPDGJ III membaginya dalam klasifikasi yang berbeda yaitu menurut episode kini yang dialami
penderita.

Pembagian Gangguan Afektif Bipolar Berdasarkan PPDGJ II (F31)

- F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik

- F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik

- F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik

- F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang

- F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik
- F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik

- F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran

- F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi

- F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya

- F31.9 Gangguan afektif bipolar yang tidak tergolongkan

6. Komorbid

Sebagian besar penderita bipolar tidak hanya menderita bipolar saja tetapi juga menderita
gangguan jiwa yang lain (komorbid). Penelitian oleh Goldstein BI dkk,seperti dilansir dari Am J
Psychiatry 2006, menyebutkan bahwa dari 84 penderita bipolar berusia diatas 65 tahun ternyata
sebanyak 38,1% terlibat dalam penyalahgunaan alkohol, 15,5% distimia, 20,5% gangguan cemas
menyeluruh, dan 19% gangguan panik. Sementara itu, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)
menjadi komorbid yang paling sering didapatkan pada 90% anak-anak dan 30% remaja yang bipolar.

7. Penatalaksanaan

A. Farmakoterapi

Obat Dosis Monitoring Efek samping

Lithium Dosis tunggal 800 mg, Kadar lithium dalam Tremor, poliuria, polidipsi,
malam hari. serum harus dipantau
Peningkatan berat badan,
setiap 3-6 bulan,
Dosis direndahkan pada gangguan kognitif,
sedangkan tes fungsi
pasien diatas 65 tahun gangguan saluran cerna,
ginjal dan tiroid diperiksa
dan yang mempunyai rambut rontok,
setiap 12 bulan
gangguan ginjal. leukositosis, jerawat, dan
edema

Valproate Rawat inap: dosis inisial Tes fungsi hati Nyeri pada saluran cerna,
20-30 mg/kg/hari. peningkatan ringan enzim
Obat Dosis Monitoring Efek samping

(divalproate semisodium) Rawat jalan: dosis inisial Pada 6 bulan pertama hati, tremor, dan sedasi
500 mg, titrasi 250-500
mg/hari.

Dosis maksimum 60

Mg/kg/hari.

Karbamazepin Dosis inisial 400 mg. Dosis Darah rutin, dan tes fungsi Lelah, mual, diplopia,
maintenance 200- 1600 hati dilakukan pada 2 pandangan kabur, dan
mg/hari bulan pertama ataxia

Lamotrigine Dosis inisial 25 mg/hari Rash kulit,


pada 2 minggu pertama, hipersensitifitas, sindrom
lalu 50 mg pada minggu Steven Johnson, toksik
kedua dan ketiga. Dosis epidermal nekrolisis
diturunkan setengahnya
bila pasien juga mendapat
valproate

Selain itu pengobatan dengan antidepresan, terutama yang mengandung agen serotonergik
seperti sertraline (zoloft 50 mg/hari). Beberapa pasien memberikan respon yang cukup bagus dengan
pemberian obat psikostimulan dalam dosis kecil seperti amfetamin 5-15 mg/ hari. Dalam semua kasus
harus ada kombinasi kedua hal tadi.

Gangguan bipolar harus diobati secara kontinu, tidak boleh putus. Bila putus, fase normal akan
memendek sehingga kekambuhan semakin sering. Adanya fase normal pada gangguan bipolar sering
mengakibatkan buruknya compliance untuk berobat karena dikira sudah sembuh. Oleh karena itu,
edukasi sangat penting agar penderita dapat ditangani lebih dini.

8. Psikoterapi
Sedikit data yang menguatkan keunggulan salah satu pendekatan psikoterapi dibandingkan yang
lain dalam terapi gangguan mood masa anak-anak dan remaja. Tetapi, terapi keluarga diperlukan
untuk mengajarkan keluarga tentang gangguan mood serius yang dapat terjadi pada anak-anak saat
terjadinya stres keluarga yang berat. Pendekatan psikoterapetik bagi anak terdepresi adalah
pendekatan kognitif dan pendekatan yang lebih terarah dan lebih terstruktur dibandingkan yang
biasanya digunakan pada orang dewasa. Karena fungsi psikososial anak yang terdepresi mungkin
tetap terganggu untuk periode yang lama, walaupun setelah episode depresif telah menghilang,
intervensi keterampilan sosial jangka panjang adalah diperlukan. Pada beberapa program terapi,
modeling dan permainan peran dapat membantu menegakkan keterampilan memecahkan masalah
yang baik. Psikoterapi adalah pilihan utama dalam pengobatan depresi.

9. Prognosis

Pasien dengan gangguan bipolar I mempunyai prognosis lebih buruk. Di dalam 2 tahun pertama
setelah peristiwa awal, 40-50% tentang pasien mengalami serangan manik lain.

Hanya 50-60% pasien dengan gangguan bipolar I yang dapat diatasi gejalanya dengan lithium. 7%
pasien ini, gejala tidak terulang. 45% Persen pasien mengalami lebih dari sekali kekambuhan dan lebih
dari 40% mempunyai suatu gejala yang menetap.

 Faktor yang memperburuk prognosis :

- Riwayat pekerjaan yang buruk/kemiskinan

- Disertai dengan penyalahgunaan alkohol

- Disertai dengan gejala psikotik

- Gejala depresi lebih menonjol

- Jenis kelamin laki-laki

 Prognosis lebih baik bila :

- Masih dalam episode manik


- Usia lanjut

- Sedikit pemikiran bunuh diri

- Tanpa atau minimal gejala psikotik

- Sedikit masalah kesehatan medis

Anda mungkin juga menyukai