Anda di halaman 1dari 4

Soal No.

proses pemeriksaan dalam hukum acara pidana :

1. Kejadian hukum : suatu perkara pidana dapat diproses hingga masuk tahap pengadilan
setelah adanya kejadian hukum berupa OTT (operasi tangkap tangan) yang dilakukan oleh pihak
yang berwenang, Laporan Masyarakat, dan adanya aduan oleh yg bersangkutan dengan perkara
tersebut.

2. Penyelidikan : dalam penyelidikan dilakukan oleh penyelidik dan targetnya adalah untuk
menentukan apakah perbuatan tersebut tergolong dalam perbuatan pidana atau tidak yang
dilakukan oleh penyelidik berwenang dalam kasus tersebut.

3. Penyidikan : dalam tahap penyidikan akan ditangani olek penyidik yang berwenang dalam
kasus yang sedang diperiksa. Targetnya adalah untuk mengumpulkan saksi dan bukti permulaan
yang cukup serta menentukan siapa tersangkanya, apabila tidak cukup bukti maka akan
diterbitkan SP3 (surat pemberitahuan pemberhentian penyidikan).

4. Pra penuntutan : dalam tahapan pra penuntutan, penuntut umum/ Jaksa akan melakukan
penelitian terhadap berkas perkara yang dikirimkan oleh penyidik untuk meneliti dan memeriksa
kelengkapan berkas perkara baik itu kelengkapan formil maupun kelengkapan materilnya.

5. Penuntutan : proses penuntutan dimulai setelah jaksa merasa berkasnya telah memenuhi syarat
sehingga dilakukanlah pelimpahan berkas ke Pengadilan Negeri yang berwenang dengan tata
cara atau prosedur yang sesuai dengan undang-undang yang berlaku agar diperiksa dan diputus
seadil-adilnya oleh majelis hakim dalam persidangan nanti.

6. Pledoi : pada tahap ini terdakwa atau penasehat hukum berhak untuk mengajukan pembelaan
terhadap tuntutan pidana yg diajukan oleh jaksa penuntut umum.

7. Pra peradilan : dalam tahap ini, pihak yang dirugikan dapat mengajukan pra peradilan yang
terkait hal-hal seperti sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan
atas permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan, permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi
yang diajukan oleh tersangka atau keluarganya atau pihak lain atau penerima kuasa.
8. Pemeriksaan Persidangan : proses ini dimulai apabila terhadap suatu perkara pidana telah
dilakukan penuntutan dan perkara tersebut diajukan ke Pengadilan berwenang untuk selanjutnya
diperiksa, diadili dan diputus oleh majelis hakim dan Pengadilan Negeri yang berjumlah tiga
orang. Pemeriksaan dimuka sidang pengadilan diawali dengan pemberitahuan untuk datang ke
sidang pengadilan yang dilakukan secara sah menurut KUHAP pasal 154 mengenai batasan
syarat syahnya pemanggilan kepada terdakwa. Sistem pembuktian yang dianut KUHAP adalah
sistem pembuktian berdasarkan undang-undang yang negatif (negatif wettelijkwettelijk), dalam
tahap pemeriksaan pidana di persidangan tersebut, hakim berwenang memeriksa alat bukti yang
dihadirkan oleh para pihak seperti keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan
keterangan terdakwa.

9. Putusan : adalah pernyataan hakim yang dituangkan dalam bentuk tertulis dan diucapkan oleh
hakim dalam sidang terbuka untuk umum sebagai hasil dari pemeriksaan perkara.

10. Upaya Hukum : upaya yang dapat dilakukan oleh pihak terdakwa yang diwakili oleh
penasehat hukum atau jaksa untuk mengajukan upaya hukum terhadap putusan berupa banding
ke Pengadilan Tinggi yang berwenang dalam kasus tersebut.

11. Eksekusi : adalah proses pelaksanaan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum
mengikat dan tetap.

Soal No.2

Pihak yang berwenang serta dasar hukumnya :

Secara umum, pihak pihak yang terlibat atau berwenang dalam proses peradilan pidana
sejatinya negara telah memberikan tugas dan wewenang kepada aparat penegak hukum untuk
menjalankan penegakan hukum pidana melalui beberapa aturan hukum di antaranya berupa
Undang-Undang RI No 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana atau yang sering disebut
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan disingkat KUHAP, Undang-Undang No RI No
13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Adapun penegak hukum tersebut adalah
:
1. Penyelidik dari lembaga negara bernama Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) yang
melakukan penyelidikan

2. Penyidik termasuk penyidik pembantu dari lembaga negara bernama Kepolisian Republik
Indonesia (POLRI) yang melakukan penyidikan

3. Jaksa penuntut umum dari lembaga negara bernama Kejaksaan Republik Indonesia

4. Hakim dan Pengadilan dari lembaga negara bernama Mahkamah Agung Republik
Indonesia yang bertugas mengadili perkara

5. Petugas pembina narapidana dari lembaga negara bernama Lembaga Pemasyarakatan


(LAPAS)

6. Aparat penegak hukum yang bekerja sebagai Penasihat Hukum, yakni Advokat atau
Pengacara yang berasal dari kantor-kantor advokat atau lembaga bantuan hukum.
Undang-Undang RI No 18 Tahun 2003 Tentang Advokat

7. LPSK, lembaga yang memberikan perlindungan kepada saksi dan korban

Secara khusus dalam masing-masing tahapan dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Tahap penyidikan dapat ditinjau dalam pasal 1 ayat 1 KUHAP yang berwenang adalah
pejabat polisi Negara Republik Indonesia atau pejabat negeri sipil tertentu. Sedangkan dalam
tahap penyelidikan menurut pasal 1 ayat 4 KUHAP yang berwenang adalah pihak pejabat
polisi Negara Republik Indonesia saja.

2. Tahap pra penuntutan pihak yang berwenang adalah penuntut umum (PU) sesuai dalam
pasal 14 KUHAP mengenai wewenang penuntut umum lebih detailnya yakni apabila ada
kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan ketentuan pasal 110 ayat (3) dan ayat
(4) KUHAP dengan memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari
penyidik. Begitu pula tahap penuntutan, dapat ditinjau dalam pasal 137 KUHAP yang
berwenang untuk melakukan penuntutan ialah penuntut umum (PU).
3. Tahap pra peradilan menurut pasal 77 KUHAP pihak yang berwenang dalam memeriksa
dan memutus pra peradilan adalah Pengadilan Negeri

4. Dalam tahap pemeriksaan persidangan pihak yang berwenang mengadili dalam proses
pemeriksaan persidangan adalah hakim sesuai pasal 1 angka 8 KUHAP yang enjelaskan
bahwa hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-undang
untuk mengadili, pun hakim turut berwenang untuk memutus perkara dan dituangkan dalam
bentuk putusan.

5. Dalam tahap upaya hukum yang berhak adalah terdakwa/ penasehat hukum/ penuntut
umum ke pengadilan tinggi dari pengadilan negeri yang memutus perkara sesuai pasal 233
ayat 1 KUHAP

6. Dalam tahap eksekusi, pihak yang berwenang menurut pasal 270 KUHAP adalah jaksa,
dengan uraian pasal yang berbunyi "pelaksanaan putusan Pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap dilakukan oleh Jaksa, yang untuk itu Panitera mengirimkan salinan
surat putusan kepadanya."

Anda mungkin juga menyukai