Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH PERSENTASE BAHAN CAMPURAN ASPAL DAUR ULANG

TERHADAP KARAKTERISTIK MEKANIK CAMPURAN ASPAL PANAS

AC – WC (ASPHALT CONCRETE – WEARING COURSE)

(Proposal Penelitian)

Oleh

SOFYAN RAMADHAN
1415011134

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu

lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah

permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,

jalan lori, dan jalan kabel (Peraturan menteri pekerjaan umum, pedoman fungsi

jalan dan status jalan, 2012). Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang

sangat penting dalam memperlancar kegiatan hubungan perekonomian, baik

antara satu kota dengan kota lainnya, antara kota dengan desa, antara satu desa

dengan desa lainnya.

Perkerasaan jalan yang baik merupakan hal yang paling utama dalam

menunjang transportasi yang aman, nyaman, dan mudah maka diperlukan

perkerasan yang memadai dan layak digunakan. Perkerasan jalan dibagi atas dua

kategori yaitu perkerasan kaku (rigid pavement) dan perkerasan lentur (flexibel

pavement). Perkerasaan lentur adalah kontruksi perkerasan jalan yang dibuat

dengan menggunakan lapis pondasi agregat dan lapis permukaan dengan bahan

pengikat aspal (Dinas Pekerjaan Umum, 2005). Perkerasan lentur tersusun dari

lapis permukaan (surface course), lapis pondasi atas (base course) dan lapis

pondasi bawah (subbase course). Pada lapis permukaan perkerasan lentur


digunakan material pengikat berupa aspal. Sedangkan pada material lapis pondasi,

pada umumnya terdiri dari agregat tanpa material pengikat (Bina Marga,

Konstruksi Perkerasan Lentur). Sebagian besar jalan di Indonesia menggunakan

jenis perkerasan lentur, karena mudah didapat, efisien dan murah.

Adapun kekurangan dari perkerasan lentur adalah umur rencana yang

relative pendek berkisar 5 – 10 tahun, indeks pelayanan yang terbaik hanya pada

saat selesai pelaksanaan konstruksi setelah itu berkurang seiring dengan waktu dan

frekuensi beban lalu lintasnya. Namun umur jalan yang telah direncanakan

terkadang tidak sesuai dengan yang terjadi di lapangan. Seringkali kondisi jalan

yang mengalami penurunan kualitas jalan seperti kerusakan terjadi sebelum masa

layanan jalan tersebut habis. Maka dari itu butuh dilakukannya perbaikan lapis

perkerasan jalan agar kualitas jalan menjadi lebih baik.

Penanganan kerusakan jalan bisa dilakukan dengan beberapa cara antara

lain cara tambal sulam atau kalau diperkirakan perkerasan sudah tidak kuat lagi

menahan beban lalu lintas yang ada, maka peningkatan kekuatan jalan bisa

dilakukan dengan pemberian lapis tambahan perkerasan. Penanganan dengan cara

tambal sulam kadang kurang efektif karena bahan yang digunakan untuk

memperbaiki kerusakan tidak sebaik bahan perkerasan aslinya. Demikian pula

pemberian lapisan tambahan perkerasan kadang-kadang tidak mempunyai umur

yang lama (Brock and Richmond, 2006).

Cara yang tepat untuk memperbaiki kerusakan jalan adalah dengan

membongkar lapisan perkerasan jalan yang rusak tersebut dan menggantinya

dengan bahan perkerasan baru yang kualitasnya baik. Hasil dari pembongkaran

lapis jalan yang lama disebut RAP (Reclime Asphalt Pavement) praktis menjadi
limbah yang mungkin dianggap tidak berguna. RAP (Reclime Asphalt Pavement)

adalah limbah sisa perkerasan jalan yang telah rusak atau habis masa umur

rencananya. Umumnya RAP (Reclime Asphalt Pavement) sudah mengandung kadar

aspal bervariasi antara 3 – 7 % tergantung dari jenis campuran sebelumnya. Maka

akan lebih baik apabila hasil dari pembongkaran lapisan jalan yang lama di daur

ulang (recycling) untuk dijadikan sebagai bahan perkerasan jalan sehingga dapat

menjadi bermanfaat. Sekarang ini dengan berkembangnya pembangunan

ketersediaan material agregat mulai sedikit, kalaupun ada harganya telah semakin

tinggi selain itu juga semakin sedikitnya ketersediaan aspal, dan harganya telah

sangat mahal, maka dengan menerapkan recycling dengan memanfaatkan RAP

dianggap sebuah alternatif yang sangat baik untuk mengatasi hal tersebut.

Metode daur ulang (recycling) dibedakan menjadi dua, yaitu Cold Mix

Recycling dan Hot Mix Recycling. Cold Mix Recycling adalah proses daur ulang

tanpa dipanaskan, bisa juga ditambah semen dan pengikat aspal imulsi. Sedangkan,

Hot Mix Recycling yaitu yaitu proses daur ulang yang dipanaskan di AMP.

Di dalam penelitian ini akan dibahas pemanfaatan material RAP yang

ditambah dengan material baru (agregat baru dan aspal baru) dengan metode Hot

Mix Recycling sehingga campuran tersebut dapat digunakan kembali untuk

perkerasan jalan dengan tetap memenuhi kriteria – kriteria teknis yang telah

ditetapkan.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana kadar aspal optimum (KAO) dari RAP (Reclaim Asphalt

Pavement).
b. Bagaimana karakteristik mekanik campuran beraspal panas yang

menggunakan RAP (Reclime Asphalt Pavement).


c. Bagaimana persentase campuran terbaik dari bahan daur ulang RAP

sebagai bahan perkerasan yang baru.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Tipe campuran yang digunakan adalah AC-WC (Asphalt Concrete -

Wearing Course).

2. Pengujian di laboratorium meliputi pekerjaan uji durabilitas.

3. Pengujian dilakukan di laboratorium jalan raya Universitas Lampung.

1.4 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui kadar aspal optimum (KAO) dari RAP (Reclimed Asphalt

Pavement)
2. Mengetahui karakteristik mekanik campuran aspal panas yang

menggunakan bahan dasar dari RAP (Reclimed Asphalt Pavement)


3. Mengetahui persentase campuran terbaik dari RAP sebagai bahan

perkerasan yang baru

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman terhadap

pengaruh perendaman air pada campuran aspal dengan bahan pengikat aspal

pen 60/70 dan mengetahui kualitas campuran aspal panas dengan


penggunaan aspal modifikasi. Hasil penelitian ini juga bisa menjadi

referensi bagi pihak-pihak yang terkait tentang permasalahan pada

perkerasan jalan yang sering terendam air dan diharapkan bisa jadi

pertimbangan dalam mengambil kebijakan penanganan jalan, baik pada saat

perencanaan, pelaksanaan konstruksi, maupun pada saat operasional dan

pemeliharaan jalan.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan tugas akhir ini digunakan sistematika penulisan sebagai

berikut :

Bab 1 Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian,

batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Pada bab ini membahas teori-teori serta rumus-rumus yang digunakan untuk

menunjang penelitian yang diperoleh dari berbagai sumber.

Bab III Metodologi Penelitian

Bab ini akan menjelaskan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian

untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam proses pengolahan data.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab ini akan berisi tentang pelaksanaan penelitian yang dilakukan mencakup

hasil pengumpulan data, pengolahan data, analisis, dan pembahasan data

berdasarkan hasil yang diperoleh dan teori yang ada.

Bab V Kesimpulan dan Saran


Bab ini akan berisi kesimpulan yang diambil dari penelitian ini dan saran

mengenai topik dari Tugas Akhir ini.

Pada akhir penulisan Tugas Akhir ini akan dilampirkan daftar pustaka sebagai

referensi penunjang dan lampiran yang berisikan data-data penunjang dalam

proses pengolahan data.

Rekomendasi Judul Skripsi

Drs. I Wayan Diana, S.T.,M.T.,


NIP. 195702101985031003

Anda mungkin juga menyukai