Selain tujuan di atas otonomi daerah juga menghilangkan centralisasi kekuasaan yang
pernah terjadi di Indonesia tepatnya pada masa orde baru. Pada masa itu centralisasi kekuasan
menyebabkan daerah-daerah tidak mempunyai kewenangan daerahnya masing-masing.
Centralisasi kekuasan di Indonesia contohnya adalah pemimpin daerah dipilih oleh pusat dan
kekayaan-kekayaan daerah di ngkut ke Jakarta sebagai pusat kekuasan berlangsung. Hal ini
menyebabkan tidak ada pemerataan pembangunan dan keadilan sosial.
Salah satu efek nyata dari adanya otonomi daerah adalah terbaginya hasil PT. Freeport
Indonesia ke dalam tiga bagian yaitu untuk pemerintah pusat, daerah dan untuk perusahan itu
sendiri. Contoh lainnya adalah Newmoon. Dengan adanya otonomi daerah membuat masyarakat
dianggap sebagai subjek dalam praktek politik. Otonomi daerah mencakup beberapa hal
diantaranya politik, ekonomi, hukum, dan sosial budaya. Dalam hal hukum artinya setiap daerah
diberi kewenangan untuk membuat peraturan daerahnya sesuai kebutuhan akan tetapi tetap
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Selain memiliki manfaat di atas ada beberapa hal yang dikhawatirkan dengan adanya
otonomi daerah. Hal-hal tersebut diantaranya munculnya raja-raja kecil yang tidak taat dengan
pemerintah pusat, potensi memisahkan dari NKRI, dan yang terakhir adalah merebaknya KKN
hingga daerah. Potensi tersebut akan terjadi apabila tidak dikelola dengan baik.