Penatalaksaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Ada 5
komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1) Diet
2) Latihan
3) Pemantauan
4) Terapi (jika diperlukan)
5) Pendidikan
7. Komplikasi
a. Komplikasi akut
1) Diabetes ketoasidosis
b. Komplikasi kronis:
1) Retinopati diabetic
2) Nefropati diabetic
3) Neuropati
4) Displidemia
5) Hipertensi
6) Kaki diabetic
7) Hipoglikemia
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
DM pada pasien usia lanjut umumnya terjadi pada usia ≥ 60 tahun dan umunya adalah DM tipe
II (non insulin dependen) atau tipe DMTTI
b. Keluhan utama
DM pada usia lanjut mungkin cukup sukar karena sering tidak khas dan asimtomatik (contohnya:
kelemahan, kelelahan, BB menurun, terjadi infeksi minor, kebingunan akut atau depresi).
c. Riwayat penyakit dahulu
Terjadi pada penderita dengan DM yang lama
d. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya pasien datang ke RS dengan keluhan gangguan penglihatan karena katarak, rasa
kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang
sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
e. Riwayat penyakit keluarga
Dalam anggota keluarga tersebut salah satu anggota keluarga ada yang menderita DM
2. Pemeriksaan Fisik
a. Sel (Perubahan sel)
Sel menjadi lebih sedikit,jumlah dan ukurannya menjadi lebih besar, berkurangnya jumlah
cairan tubuh dan berkurangbya cairan intrasel.
b. Sistem integumen
Kulit keriput akibat kehilangan lemak, kulit kering dan pucat dan terdapat bintik-bintik hitam
akibat menurunnya aliran darah kekulit dan menurunnya sel-sel yang memproduksi pigmen,
kuku pada jari tengah dan kaki menjadi tebal dan rapuh. Pada orang berusia 60 tahun rambut
wajah meningkat, rambut menipis/botak dan warna rambut kelabu, kelenjar keringat berkurang
jumlah dan fungsinya..
c. Sistem muskuler
Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang pengecilan otot karena menurunnya
serabut otot. Pada otot polos tidak begitu berpengaruh.
d. Sistem pendengaran
Presbiakusis (menurunnya pendengaran pada lansia) membran timpani menjadi altrofi
menyebabkan austosklerosis, penumpukkan serumen sehingga mengeras karena meningkatnya
keratin
e. Sistem penglihatan
1) Karena berbentuk speris, sfingther pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar,
lensa menjadi keruh, meningkatnya ambang penglihatan (daya adaptasi terhadap kegelapan lebih
lambat, susah melihat gelap).
2) Hilangnya akomodasi menurunnya lapang pandang karena berkurangnya luas pandangan.
3) Menurunnya daya membedakan warna hijau atau biru pada skala.
f. Sistem pernafasan
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,menurunnya aktivitas silia, paru
kurang elastis, alveoli kurang melebar biasanya dan jumlah berkurang. Oksigen pada arteri
menurun menjadi 75 mmHg. Karbon oksida pada arteri tidak berganti kemampuan batuk
berkurang.
g. Sistem Kardiovaskuler
Katub jantung menebal dan menjadi kaku. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1%
pertahun. Kehilangan obstisitas pembuluh darah, tekanan darah meningkat akibat meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer.
h. Sistem Gastrointestinal
Kehilangan gigi, indra pengecap menurun, esofagus melebar, rasa lapar menurun, asam lambung
menurun waktu pengosongan lambung, peristaltik lemah sehingga sering terjadi konstipasi, hati
makin mengecil.
i. Sistem Perkemihan
Ginjal mengecil, nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, laju filtrasi
glumerulus menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang sehingga kurang mampu
memekatkan urine, proteinuria bertambah, ambang ginjal terhadap glukosa meningkat, kapasitas
kandung kemih menurun karena otot yang lemah, frekuensi berkemih meningkat, kandung
kemih sulit dikosongkan, pada orang terjadi peningkatan retensi urin dan pembesaran prostat
(75% usia diatas 60 tahun).
j. Sistem Reproduksi
Selaput lendir vagina menurun/kering, menciutnya ovarium dan uterus, atrofi payudara testis
masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur, dorongan seks
menetap sampai usia 70 tahun asal kondisi kesehatan baik
k. Sistem Endokrin
Produksi semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, berkurangnya
ACTH, TSH, FSH dan LH. Menurunnya aktivitas tiroid sehingga laju metabolisme tubuh (BMR)
menurun. Menurunnya produk aldusteran, a. menurunnya sekresi, hormon godad, progesteron,
estrogen dan testosteron.
l. Sistem Sensori
Reaksi menjadi lambat kurang sensitif terhadap sentuhan (berat otak menurun sekitar 10-20%)
Intervensi Rasional
Timbang berat badan sesuai indikasi. Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat.
Tentukan program diet, pola makan dan Mengidentifikasikan kekurangan dan
bandingkan dengan makanan yang penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
dapat dihabiskan klien.
Auskultrasi bising usus, catat nyeri Hiperglikemi, gangguan keseimbangan cairan
abdomen atau perut kembung, mual, dan elektrolit menurunkan motilitas atau
muntah dan pertahankan keadaan puasa fungsi lambung (distensi atau ileus paralitik).
sesuai indikasi.
Berikan makanan cair yang Pemberian makanan melalui oral lebih baik
mengandung nutrisi dan elektrolit. diberikan pada klien sadar dan fungsi
Selanjutnya memberikan makanan yang gastrointestinal baik.
lebih padat.
Identifikasi makanan yang disukai. Kerja sama dalam perencanaan makanan.
Libatkan keluarga dalam perencanaan Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberi
makan. informasi pada keluarga untuk memahami
kebutuhan nutrisi klien.
Observasi tanda hipoglikemia Pada metabolism kaborhidrat (gula darah
(perubahan tingkat kesadaran, kulit akan berkurang dan sementara tetap diberikan
lembap atau dingin, denyut nadi cepat, tetap diberikan insulin, maka terjadi
lapar, peka rangsang, cemas, sakit hipoglikemia terjadi tanpa memperlihatkan
kepala, pusing). perubahan tingkat kesadaran.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik diuresis ditandai dengan tugor kulit
menurun dan membran mukosa kering.
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuh
Kriteria Hasil:
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat
diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar
elektrolit dalam batas normal.
Intervensi Rasional
Kaji riwayat klien sehubungan dengan Membantu memperkirakan kekurangan
lamanya atau intensitas dari gejala volume total. Adanya proses infeksi
seperti muntah dan pengeluaran urine mengakibatkan demam dan keadaan
yang berlebihan. hipermetabolik yang meningkatkan
kehilangan air.
Pantau tanda-tanda vital, catat adanya Hipovolemi dimanifestasikan oleh hipotensi
perubahan tekanan darah ortostatik. dan takikardia. Perkiraan berat ringannya
hipovolemi saat tekanan darah sistolik turun
≥ 10 mmHg dari posisi berbaring ke duduk
atau berdiri.
Pantau pola napas seperti adanya Perlu mengeluarkan asam karbonat melalui
pernapasan Kussmaul atau pernapasan pernapasan yang menghasilkan kompensasi
yang berbau keton. alkalosis respiratoris terhadap keadaan
ketoasidosis. Napas bau aseton disebabkan
pemecahan asam asetoasetat dan harus
berkurang bila ketosis terkoreksi.
Pantau frekuensi dan kualitas Hiperglikemia dan asidosis menyebabkan
pernapasan, penggunaan otot bantu pola dan frekuensi pernapasan normal. Akan
napas, adanya periode apnea dan tetapi peningkatan kerja pernapasan,
sianosi. pernapasan dangkal dan cepat serta sianosis
merupakan indikasi dari kelelahan
pernapasan atau kehilangan kemampuan
melalui kompensasi pada asidosis.`
Pantau suhu, warna kulit, atau Demam, menggigil, dan diaphoresis adalah
kelembapannya. hal umum terjadi pada proses infeksi, demam
dengan kulit kemerahan, kering merupakan
tanda dehidrasi.
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, Merupakan indicator tingkat dehidrasi atau
turgor kulit, dan membrane mukosa. volume sirkulasi yang adekuat.
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer)
ditandai dengan gangren pada extremitas.
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidakterjadi komplikasi.
Kriteria Hasil:
1) Menunjukan peningkatan integritas kulit
2) Menghindari cidera kulit
Intervensi Rasional
Inspeksi kulit terhadap perubahan Menandakan aliran sirkulasi buruk yang
warna, turgor, vaskuler, perhatikan dapat menimbulkan infeksi
kemerahan.
Ubah posisi setiap 2 jam beri bantalan Menurunkan tekanan pada edema dan
pada tonjolan tulang menurunkan iskemia
Pertahankan alas kering dan bebas Menurunkan iritasi dermal
lipatan
Beri perawatan kulit seperti Menghilangkan kekeringan pada kulit dan
penggunaan lotion robekan pada kulit
Lakukan perawatan luka dengan teknik Mencegah terjadinya infeksi
aseptik
Anjurkan pasien untuk menjaga agar Menurunkan resiko cedera pada kulit oleh
kuku tetap pendek karena garukan
Motivasi klien untuk makan makanan Makanan TKTP dapat membantu
TKTP penyembuhan jaringan kulit yang rusak
Intervensi Rasional
Diskusikan kebutuhan akan aktivitas. Pendidikan dapat memberikan motivasi
Buat jadwal perencanaan dan untuk meningkatkan tingkat aktivitas
identifikasi aktivitas yang menimbulkan meskipun klien sangat lemah.
kelelahan.
Diskusikan penyebab keletihan seperti Dengan mengetahui penyebab keletihan,
nyeri sendi, penurunan efisiensi tidur, dapat menyusun jadwal aktivitas.
peningkatan upaya yang diperlukan
untuk ADL.
Bantu mengidentivikasi pola energi dan Mengidentifikasi waktu puncak energi dan
buat rentang keletihan. Skala 0-10 kelelahan membantu dalam merencanakan
(0=tidak lelah, 10= sangat kelelahan) akivitas untuk memaksimalkan konserfasi
energi dan produktivitas.
Berikan aktivitas alternatif dengan Mencegah kelelahan yang berlebih.
periode istirahat yang cukup/ tanpa
diganggu.
Pantau nadi , frekuensi nafas, serta Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat
tekanan darah sebelum dan seudah ditoleransi secara fisiologis.
melakukan aktivitas.
Tingkatkan partisipasi klien dalam Memungkinkan kepercayaan diri/ harga diri
melakukan aktivitas sehari-hari sesuai yang positif sesuai tingkat aktivitas yang
kebutuhan. dapat ditoleransi.
Ajarkan untuk mengidentifikasi tanda Membantu dalam mengantisipasi terjadinya
dan gejala yang menunjukkan keletihan yang berlebihan.
peningkatan aktivitas penyakit dan
mengurangi aktivitas, seperti demam,
penurunan berat badan, keletihan makin
memburuk.
/,mb
Analisa Data
Do : ↓
terbatas
Frekuensi BAK
Do : meningkat
badannya lemas ↓
Do : dapat mengalir ke
BB : 95 kg saat menderita ↓
Stravasi (kelaparan
sel)
protein
Penurunan BB
adekuat
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi ditandai dengan klien mengeluh
sering terbangun pada malam hari untuk BAK, klien mengatakan tidak bisa tidur setelah BAK.
dan protein akibat penurunan insulin ditandai dengan klien tampat lemas.
Diagnosa Perencanaan
No Tgl.
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasionalisasi
1 20/04/2 Gangguan Tupan :
013 mobilitas fisik Setelah 1. kaji tingkat mobilitas fisik. 1. untuk mengidentifikasi
sehubungan dilakukan adanya sendi atau tidak.
dengan tindakan
2. anjurkan untuk ganti posisi setiap 2
kekakuan keperawatan
jam 2. untuk melancarkan sirkulasi
sendi ditandai 3x24
darah sehingga mengurangi
dengan : jam diharap
3. lakukan latihan aktif kekakuan sendi
Ds : kan
3.
ex: pada waktu istirahat/pada waktu- untuk mencegah terjadinya
- klien gangguan
waktu tertentu osteoporosis
mengeluh mobilitas
sendinya fisik dapat
terasa kaku teratasi.
Do : Tupen :
- kekuatan otot Setelah
menurun dilakukan
pergerakan tindakan
sendi tampak keperawatan
terbatas. selama 1x24
jam
gangguan
mobilitas
fisik dapat
teratasi
sebagian
dengan
kriteria:
- klien dapat
beraktifitas
- kekakuan
sendi
menurun
2 20/04/2 Gangguan Tupan : 1. kaji penyebab gangguan pola tidur 1. dengan mengetahui
013 pola tidur Setelah penyebab gangguan pola
berhubungan dilakukan tidur sebagai indikator untuk
dengan tindakan menentukan intervensi yang
penurunan keperawatan akan dilakukan
fungsi ginjal 3x24
ditandai jam diharap 2. dengan membatasi cairan
2. anjurkan untuk membatasi pemasukan
dengan: kan ketika akan tidur diharapkan
cairan ketika akan tidur
Ds : gangguan pengeluaran pun akan
- klien pola tidur berkurang
mengeluh dapat
3. anjurkan kepada klien untuk BAK
sering teratasi.
sebelum tidur
terbangun Tupen : 3. BAK sebelum tidur,
pada malam Setelah mengurangi untuk
hari untuk dilakukan pengeluaran urin
BAK tindakan berikutnya
- klien keperawatan
mengatakan selama 1x24
tidak bisa jam
tidur setelah gangguan
BAK pola tidur
Do : dapat teratasi
- ketika sedang sebagian
pengkajian dengan
klien tampak kriteria:
sering ke
- klien dapat
belakang mencukupi
untuk BAK waktu
- wajah klien istirahat dan
pucat tidurnya
3 20/04/2 Gangguan Tupan : 1. Kaji penyebab BB menurun. 1. dengan mengetahui
013 pemenuhan Setelah 2. Berikan nutrisi yang cukup penyebab menurunnya BB
kebutuhan dilakukan 3. Berikan therapy vitamin B complek bisa menentukan intervensi
nutrisi tindakan 4. Pantau BB di puskesmas terdekat. yang akan dilakukan
berhubungan keperawatan 2. untuk meningkatkan BB
dengan 3x24 3. untuk meningkatkan nfsu
perubahan jam diharap makan.
metabolisme kan 4. dengan memantau BB,
lemak, dan gangguan apakah ada/tidak ada
protein di pemenuhan perubahan setelah di berikan
tandai dengan kebutuhan therapy dan untuk
: nutrisi dapat merencanakan tindakan
Do : teratasi. selanjutnya.
- Klien Tupen :
mengatakan Setelah
badannya dilakukan
lemas. tindakan
Ds : keperawatan
- BB menurun, selama 1x24
sebelumnya jam
BB : 95 kg gangguan
saat menderita pemenuhan
DM B kebutuhan
B : 86 kg. nutrisi
teratasi
sebagian
dengan
kriteria:
- BB tetap.
E. IMPLEMENTASI
Diagnosa
No Tanggal Implementasi Paraf
Keperawatan
T4 : Pantau BB di
puskesmas terdekat.
R4 : Klien mau
menimbang BB rutin di
puskesmas terdekat.
i. EVALUASI
Diagnosa
No Tanggal Evaluasi Paraf
Keperawatan