Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

MANAGEMENT NYERI, PERAWATAN LUKA, STOMA

KELOMPOK IV :

1. Intifa’ah ( 16100-- )
2. Lauchul Mahfudoh ( 16100-- )
3. Nadila Maria ( 16100-- )
4. Rina Ridwana ( 16100-- )
5. Teresa Freitas ( 16100-- )
6. Tania Santos ( 16100-- )
7. Vina Magferah ( 16100-- )
8. Widya Malihu ( 16100-- )
9. Yunarni Mlingara ( 16100-- )
10. Zainal Saputra ( 16100-- )
11. Sittin Munawaroh ( 16100-- )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

ARTHA BODHI ISWARA

SURABAYA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri


merupakan alasan yang paling umum orang mencari kesehatan. Walaupun
merupakan salah satu dari gejala yang paling sering terjadi di bidang medis, nyeri
merupakan salah satu yang paling sedikit dipahami. Individu yang sering
mengalami nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya untuk
menghilangkan nyeri. Nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang
mengalami nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian nyeri yang sama
menghasilkan respon ataau perasaan identik pada seorang individu. Nyeri
merupakan sumber penyebab frustasi, baik klien maupun bagi tenaga kesehatan.

Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat
pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan
juga memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan
luka ini. Disamping itu pula, isu terkini yang berkait dengan manajemen
perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana pasien
dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic semakin banyak
ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka
dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai
dengan optimal.

Diversi usus atau fekal secara umum disebut pembedahan ostomi, dapat
permanen atau sementara. Ini dilakukan terutama pada obstruksi usus mekanis,
paling umum adalah kanker kolon, kolitis ulseratif, penyakit divertikular, dan
trauma pada usus.

Ostomi dibuat melalui pembedahan dengan membuat lubang (stoma)


melaui dinding abdomen dengan menggunakan segmen proksimal dari usus.
Feses kemudian dikeluarkan melalui stoma. Perawatan pada proses evakuasi
kotoran melalui stoma ini harus diperhatikan, agar pasien merasa nyaman dan
tidak terjadi komplikasi di daerah sekitar stoma (Nurachmah & Sudarsono, 2000)

II. RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana cara melakukan management nyeri ?
2. Bagaimana cara melakukan perawatan luka ?
3. Apa yang di maksud dengan stoma ?

III. TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan management nyeri
2. Untuk mengetahui cara melakukan perawatan luka
3. Untuk mengetahui apa itu stoma
BAB II

PEMBAHASAN

A. MANAGEMENT NYERI

1. DEFINISI NYERI

The International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan


nyeri sebagai “an unpleasant sensory and emotional experience which we
primarily associate with tissue damage or describe in terms of such damage, or
both.

” Definisi ini menyatakan bahwa nyeri merupakan phenomena kombinasi


dari aspek sensory, emosional, kognitif dan eksistensi dari keadaan pathology fisik
tidaklah mutlak muncul pada pasien yang sedang mengalami nyeri. (The IASP,
dalam Parrot,2002)

Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat individual.
Walaupun demikian nyeri dapat pula diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak
menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan dengan
adanya suatu kerusakan jaringan atau factor lain, sehingga individu merasa
tersiksa, menderita yang akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis
dan lain-lain.

2. ETIOLOGI NYERI

Penyebab nyeri dapat diklasifikasi kedalam dua golongan yaitu penyebab


yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara fisik
misalnya, penyebab adalah trauma (mekanik, thermal, kimiawi maupun elektrik),
neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah dan lain-lain.

a. Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung-ujung saraf bebas


mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan ataupun luka.
b. Trauma thermal menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor mendapat
rangsangan akibat panas atau dingin.
c. Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang
kuat.Trauma elektrik dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran
listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri.
d. Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau kerusakan
jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan juga karena tarikan, jepitan
atau metastase.
e. Nyeri pada peradangan terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf
reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa nyeri yang disebabkan oleh faktor
fisik berkaitan dengan terganggunya serabut saraf reseptor nyeri.
f. Nyeri yang disebabkan oleh factor psikologis merupakan nyeri yang
dirasakan bukan karena penyebab organic, melainkan akibat trauma
psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik. Nyeri karena factor ini disebut
pula psychogenic pain.

3. KLASIFIKASI NYERI

Nyeri dapat diklasifikasikan kedalam beberapa golongan berdasarkan pada


tempat, sifat, berat ringannya nyeri dan waktu lamanya serangan.

a. Nyeri berdasarkan tempatnya ;


1. Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh
misalnya pada mukosa, kulit.
2. Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih
dalam atau pada organ-organ tubuh visceral.
3. Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit
organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh
didaerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.
4. Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada
system saraf pusat, spinal cord, batang otak, thalamus dan lain-lain.
b. Nyeri berdasarkan sifatnya ;
1. Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu
menghilang.
2. Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan
dalam waktu yang lama.
3. Paroxysmal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan
kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap sekitar 10-15 menit, lalu
menghilang, kemudian timbul lagi.

c. Nyeri berdasarkan berat-ringannya ;


1. Nyeri rendah , yaitu nyeri dengan intensitas rendah
2. Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.
3. Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi.

d. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan ;


1. Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan
berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui
dengan jelas. Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti
luka operasi, ataupun pada suatu penyakit arteriosclerosis pada arteri
koroner.
2. Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan.
Nyeri kronis ini polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun.

4. PATOFISIOLOGI NYERI

Berdasarkan karakteristik klinis yang muncul, timbul banyak opini mengenai


jenis-jenis mekanisme terjadinya nyeri. Sebuah klasifikasi berdasarkan
patofisiologi, membagi secara luas sindrom nyeri, yaitu nociceptive, neuropathic,
psychogenic dll. Sedangkan dalam diktat ini akan dibahas lebih lanjut mengenai
patofisiologi nyeri nociceptive.
Nociceptive Pain Secara klinis, sensasi nyeri dikatakan “nociceptive” jika
nyeri tersebut secara langsung berkaitan dengan derajat kerusakan jaringan. Nyeri
nociceptive yang terjadi diasumsikan sebagai hasil dari aktivasi normal system
nociceptive oleh noxious stimuli. Nociception terdiri dari empat proses :
transduction, transmission, modulation dan perception. Somatosensory secara
normal memproses kerusakan jaringan yang didalam prosesnya terjadi interaksi
antara system saraf afferent dan inflamasi yang menyertai. Nociceptors (serabut
delta A dan C) termasuk didalam System afferent primer, adalah saraf efferent
dengan diameter kecil dan merespon kepada noxious stimuli dan dapat ditemukan
dikulit, otot, sendi dan jaringan visceral tubuh. Noxious stimuli yang dimaksud
adalah Bradikinin, Prostaglandin dan substansi/zat P.

a. Bradikinin.
Merupakan vasodilator kuat yang meningkatkan permeabilitas kapiler
dan mengkonstriksi otot halus. Zat ini mempunyai peran penting dalam
proses kimia dari nyeri, baik ditempat sebuah luka terjadi bahkan sebelum
impuls yang dikirim sampai keotak. Zat ini merangsang pelepasan
Histamin dan bersamaan dengan histamine menyebabkan kemerahan,
bengkak dan nyeri biasanya akan lebih diperhatikan bila timbul
peradangan.
b. Prostaglandin.
Merupakan zat yang menyerupai hormone yang mengirim stimuli nyeri
tambahan ke system saraf pusat.
c. Substansi/zat P.
Merupakan zat yang dipercaya bertindak sebagai stimulant dilokasi
reseptor nyeri dan mungkin juga terlibat dalam respon inflamasi
(peradangan) di jaringan local (Fuller & Schaller-Ayers,1990 dalam
Taylor, 1993)

Proses nociceptive dimulai dengan aktivasi receptor-receptor spesifik ini,


yang mengarah ke transduksi; sebuah proses yang menyebabkan terjadinya
depolarisasi saraf peripheral akibat terpajannya saraf dengan stimulus yang tepat.
Setelah depolarisasi terjadi, transmisi dari informasi berlanjut ke akson
disepanjang medulla spinalis menuju otak. Kemudian terjadilah proses perubahan
bentuk sinyal (modulasi) terhadap input disetiap tingkatan neuroaksis.
Perubahan ini melibatkan aktiivitas saraf afferent dan efferent, dan terjadi di
bagian dorsal horn dari medulla spinalis. Informasi yang sampai dihipothalamus
dan struktur otak lain kemudian dikenali sebagai rasa nyeri. Proses ini
disebut perception.

Nyeri neuropatik, Nyeri ini biasanya bertahan lebih lama dan merupakan
proses input sensorik yang abnormal oleh sistem saraf perifer. Mekanismenya
mungkin karena dinamika alami pada sistem saraf, misalnya: Pasien mungkin
akan mengalami : rasa terbakar, hyperalgesia dll.

Nyeri Psikogenik, terjadi karena sebab yang kurang jelas atau susah
diidentifikasi, bersumber dari emosi atau psikis dan biasanya tidak disadari.
Contoh : orang yang marah tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya.

5. PENANGANAN NYERI ( PAIN MANAGEMENT )

Managemen nyeri atau Pain management adalah salah satu bagian dari
displin ilmu medis yang berkaitan dengan upaya-upaya menghilangkan nyeri atau
pain relief. Management nyeri ini menggunakan pendekatan multidisiplin yang
didalamnya termasuk pendekatan farmakologikal (termasuk pain modifiers), non
farmakologikal dan psikologikal.

Setiap orang memiliki persepsi yang sangat berbeda dengan orang lain
terhadap nyeri yang mungkin sedang dialami. Perbedaan inilah yang mendorong
perawat untuk meningkatkan kemampuan dalam menyediakan peningkatan rasa
nyaman bagi klien dan mengatasi rasa nyeri. Hal yang sangat mendasar bagi
perawat dalam melaksanakannya adalah kepercayaan perawat bahwa rasa nyeri
yang dialami oleh kliennya adalah sungguh nyata terjadi, kesediaan perawat untuk
terlibat dalam menghadapi pengalaman nyeri yang dialami oleh klien dan
kompetensi untuk terus mengembangkan upaya-upaya mengatasi nyeri atau pain
management.
Strategi keperawatan utama yang spesifik dalam meningkatkan rasa nyaman
bagi pasien yang sedang mengalami nyeri, bersifat farmakologi dan non
farmakologi. Tapi Tindakan mengatasi nyeri – pain management, yang dapat
dilakukan oleh perawat sebagai penyedia asuhan keperawatan.

1. Managemen Nyeri Farmakologikal


Yaitu terapi farmakologis untuk menanggulangi nyeri dengan cara
memblokade transmisi stimulan nyeri agar terjadi perubahan persepsi dan
dengan mengurangi respon kortikal terhadap nyeri.
Adapun obat yang digunakan untuk terapi nyeri adalah
a. Analgesik Narkotik : menghilangkan nyeri dengan merubah aspek
emosional dari pengalaman nyeri (misal : persepsi nyeri).
b. Analgesik Lokal : Analgesik bekerja dengan memblokade konduksi saraf
saat diberikan langsung keserabut saraf.
c. Analgesik yang dikontrol klien sistem analgesik yang dikontrol klien
terdiri dari impus yang diisi narotika menurut resep, dipasang dengan
pengatur padalubang injeksi intravena.
d. Obat-obat non steroid : obat non steroid non inflamasi bekerja terutama
terhadap penghambat sintesa prostaglandin. Pada dosis rendah obat-obat
ini bersifat analgesik. Pada dosis tinggi obat ini bersifat anti
inflamatori,sebagai tambahan dari khasiat analgesik.

2. Managemen Nyeri Non Farmakologikal


Merupakan upaya-upaya mengatasi atau menghilangkan nyeri dengan
menggunakan pendekatan non farmakologi. Upaya-upaya tersebut antara lain
dengan distraksi, relaksasi, massage, akupuntur oleh akupunturist, therapy
music, pijatan, dan guided imaginary yang dilakukan oleh seseorang yang
ahli dibidangnya dan disebut sebagai therapist.
Setiap individu membutuhkan rasa nyaman. Kebutuhan rasa nyaman ini
dipersepsikan berbeda pada tiap orang. Dalam konteks asuhan keperawatan,
perawat harus memperhatikan dan memenuhi rasa nyaman. Gangguan rasa
nyaman yang dialami oleh klien diatasi oleh perawat melalui intervensi
keperawatan.
6. TUJUAN PENATALAKSANAAN NYERI
a. Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri
b. Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut menjadi gejala nyeri
kronis yang persisten
c. Mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan akibat nyeri
d. Meminimalkan reaksi tak diinginkan atau intoleransi terhadap terapi nyeri
e. Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengoptimalkan kemampuan
pasien untuk menjalankan aktivitas sehari-hari

7. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON NYERI


1. Usia
a. Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus
mengkaji respon nyeri pada anak.
b. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan
mengalami kerusakan fungsi.
c. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka
mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan
mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika
nyeri diperiksakan.
2. Jenis kelamin
3. Ansietas Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa
menyebabkan seseorang cemas.
4. Pengalaman masa lalu : Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri
dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih
mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri
tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri
5. Pola koping : Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang
mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan
menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
6. Support keluarga dan social Individu yang mengalami nyeri seringkali
bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh
dukungan dan perlindungan,dll
B. PERAWATAN LUKA

1. DEFINISI LUKA
Luka adalah suatu kondisi yang menyebabkan kerusakan atau hilangnya
sebagian jaringan tubuh yang bisa disebabkan oleh berbagai kemungkinan
penyebab seperti trauma benda tajam, benda tumpul, akibat perubahan suhu baik
panas maupun dingin, akibat paparan zat kimia tertentu, akibat ledakan, gigitan
hewan, sengatan listrik maupun penyebab lainnya.

2. ETIOLOGI LUKA

Secara garis besar penyebab luka di bagi menjadi tiga bagian yaitu: fisik,
mekanik, dan zat kimia

a. Penyebab luka Secara Fisik :

- Karena Paparan Suhu

a. Suhu Panas

b. Suhu Dingin

- Karena Aliran Listrik

b. Penyebab luka secara Mekanik :

- Luka karena Akibat trauma benda tajam

- Luka karena Akibat trauma benda Tumpul

- Luka akibat senjata api

- Luka karena bahan peledak

c. Penyebab luka karena Bahan Kimia tertentu :

- Karena paparan zat Asam

- Karena Paparan Zat basa


3. JENIS-JENIS LUKA

Berdasarkan Kondisi dan karakteristiknya luka dapat dibagi dalam beberapa jenis
yaitu :

1. Luka Lecet : Luka Lecet adalah Luka Yang terjadi apabila adanya
kerusakan pada bagian atas kulit, dapat ditandai dengan kulit menjadi
kasar, memerah, berdarah, dan biasanya ada rembesaran cairan bening
yang keluar dari kulit yang luka
2. Luka Memar : Luka memar adalah Suatu kondisi yang disebabkan
karena Rusaknya pembuluh darah atau robeknya pembuluh darah pada
bagian tubuh tertentu sehingga darah meresap kejaringan sekitar, Luka
memar biasanya akibat hantaman benda tumpul. bisa di tandai dengan
lebam kemerahan karena akibat pendarahan dibawah permukaan kulit /
jaringan.
3. Luka Robek : Luka Robek Adalah Luka yang terjadi karena rusaknya
atau robeknya kulit bagian permukaan atau kulit beserta bagian jaringan
dibawahnya. Penyebab luka ini bisa terjadi karena hantaman benda
tumpul yang sangat kuat sedemikian kerasnya sehingga melampaui
tingkat elestisitas kulit atau otot.
4. luka Tusuk : Ini sudah jelas anda pasti tau sendiri apa penyebabnya yaitu
akibat tertusuk benda tajam. luka ini membutuhkan penanganan tingkat
lanjut. nanti akan kita bahas lebih lanjut di point cara penangananya
5. Luka Sengatan Listrik : Luka akibat arus listrik Ini terjadi karena akibat
arus listrik mengaliri tubuh dan adanya lonjakan arus. luka jenis ini bisa
juga disebabkan oleh petir.
6. Luka Bakar : Luka bakar adalah luka akibat terbakar api secara langsung
ataupun tidak langsung, juga termasuk pancaran suhu tinggi matahari
dalam waktu yang lama, termasuk akibat bahan kimia dan tentunya listrik
juga bisa menyabkan luka bakar. itulah beberapa Jenis Luka
4. MANAGEMENT PERAWATAN LUKA

Cara penanganan luka tergantung pada jenis dan tingkat keparahan


luka yang dialami penderita, Silakan baca lebih lanjut tentang prosedur
manajemen luka yang benar, mana tau suatu saat anda butuhkan

1. Penaganan Luka Lecet

Cara penaganan Luka lecet yaitu bersihkan area sekitar dari debu
dan kotoran, kemudian beri antiseptik secukupnya, Pasang pembalut jika
lukanya agak parah, fungsinya biar tidak mudah masuk debu dan kuman
pada area yang luka, jangan lupa ganti pembalut sehari sekali agar tetap
bersih dan mempercepat proses penyembuhan, jika lecetnya kecil
berikan antiseptik biasa tanpa harus dikasih pembalut, ingat pembalutnya
juga jangan ketebalan bisa menyebabkan panas yang bisa memperparah
kondisi.

2. Cara penanganan Luka Memar

Cara penanganan Luka memar yaitu Atur posisi yang sesuai,


kemudian kompreslah area sekitar luka memar / lebam dengan
menggunakan air hangat. Sebelum di kompres pastikan dulu airnya
jangan terlalu panas.

3. Cara penanganan Luka Robek

Cara penanganan luka robek yaitu Hal pertama yang harus anda
lakukan adalah menghentikan pendarahan dengan cara ditekan daerah
yang luka, kemudian bersihkan daerah sekitar dari pecahan penyebab
benda-benda penyebab luka, lalu beri anti septip, atau bisa langsung
dibawa kerumah sakit karena luka robek memang membutuhkan
perawatan ekstra karena tepi-tepi luka robekan harus disatukan kembali
dengan cara di jahit.
4. Cara penanganan Luka Tusuk

Cara penanganan Luka Tusuk : jika masih terdapat benda tajam


pada luka tersebut sebaiknya jangan dicabut, Sebab benda tajam yang
tertancap dapat mencegah terjadinya pendarahan yang lebih banyak.
lakukan penekanan pada sekitar benda tersebut untuk memfiksasi benda
tajam yang masih tertancap dan segera rujuk kerumah sakit.

Perawatan luka tusuk harus dilakukan di IGD oleh ahli kesehatan


yang terlatih, karena setelah benda tersebut di cabut pendarahan harus
segera di hentikan dengan mengikat bagian arteri atau vena di jaringan
yang terputus akibat luka, setalah pendarahan dihentikan dan luka
dibersihkan / didesimfeksi, baru kemudian disatukan kembali jaringan
otot dan kulit dengan cara di jahit, atau dalam bahasa medis sering
disebut dengan hecting,

Metode Pengobatan luka tusuk membutuhkan berbagai peralatan


kesehatan termasuk anastesi baik lokal maupun anatesi umum, prinsip
penatalaksanaan nya juga harus benar-benar steril untuk mencegah
infeksi lanjutan.

5. Penanganan Luka Sengatan Listrik

Pertolongan pertama akibat sengatan listrik yaitu : terlebih dahulu


arus listrik harus putuskan. pijat jantung jika adanya indikasi henti jantung,
Berikan nafas buatan jika henti nafas, ini harus dilakukan segera ditempat
kejadian sebelum dibawa kerumah sakit.

Nyawa korban bisa melayang jika anda tidak memberikan bantuan


hidup dasar Pada pasien henti jantung atau henti nafas semakin cepat
mendapat pertolongan semakin besar kemungkinan selamat, setiap detik
teramat berharga baginya. Setelah bawa kerumah sakit untuk mendapatkan
perawatan lebih lanjut termasuk pemberian cairan,
Kadang kerusakan pada kulit terlihat ringan tetapi organ dalam
lebih luas dan berat, Umumnya diperlukan cairan lebih banyak dari yang
diperkirakan karena sering kerusakan lebih luas dari yang disangka.

6. Penanganan Luka Bakar

Penanganan pada penderita luka bakar yaitu Sama seperti


Penanganan diatas bawa kerumah sakit untuk perawatan luka dan
pemberian cairan namun sebelumnya yang harus anda lakukan di Tempat
kejadi yaitu Manegemen PPGD = Airway, Breathing, Circulation.
Lakukan RJP jika ada indikasi henti jantung paru, untuk mengembalikan
fungsi jantung dan paru-paru yang mungkin terhenti tiba-tiba guna untuk
mencegah kematian biologis.
C. STOMA

1. DEFINISI STOMA
Stoma adalah lubang terbuka dari suatu saluran berrongga yang
menghubungkan saluran tersebut dengan permukaan kulit, seperti ileostomi,
kolostomi, dan urotomi (Grace & Borley, 2006). Stoma adalah lubang buatan pada
abdomen utnuk mengalirkan urine atau faeces keluar dari tubuh. Pembuatan stoma
ini sering bersamaan melalui operasi pembukaan dinding perut (laparotomi)
dengan insisi di atas garis tengah perut (midline incision). Keberadaan stoma ini
sangat penting karena merupakan pengganti lubang anus sebagai saluran
pembuangan sementara atau bahkan permanen seumur hidup.
Pada stoma yang berfungsi dengan baik, kotoran akan keluar dari lubang stoma
masuk ke kantong stoma (kolostomi bag). namun tidak jarang kantong stoma
bocor karena kurang rapat yang menyebabkan iritasi kulit di sekitar stoma bahkan
sampai menyebabkan kontaminasi luka operasi laparotomi. Agar stoma dapat
berfungsi dengan baik dan luka operasi laparotomi dapat cepat sembuh maka perlu
perawatan yangbaik dan benar paska operasi.

2. JENIS-JENIS STOMA
A. Colostomy (Lubang buatan di usus besar)
Colostomy berasal dari kata kolon yang artinya usus besar dan stoma yang
artinya mulut diartikan disini sebagai mulut yang dibuat dari usus besar dan
lebih dikenal sebagai anus buatan. Kolostomi dikerjakan / dibuat pada
keadaan :
a. Kanker usus besar terletak pada kolon rectum distal (kurang 5 cm dari
batas anus)
b. Kanker genitalia yang sudah mengenai otot anus
c. Kanker usus besar yang terlambat dioperasi walaupun terletak dari 5 cm
diatas anus
Jenis – Jenis Kolostomi :
1. Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga
jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien.
Kolostomi dapat dibuat secara permanen maupun sementara.
a. Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan
apabila pasien sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara
normal karena adanya keganasan, perlengketan, atau
pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak
memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen biasanya
berupa kolostomi single barrel ( dengan satu ujung lubang)
b. Kolostomi temporer/ sementara
Pembuatan kolostomi sementara biasanya untuk tujuan
dekompresi kolon atau untuk mengalirkan feses sementara dan
kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan abdomen
ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung
lubang yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi
double barrel.
B. Ileostomi
Tindakan bedah membuat suatu opening antara usus halus dengan dinding
abdomen yang biasanya berasal dari ileum distal atau bahkan lebih proximal
dari usus halus. Limbah usus keluar dari ileostomi dan dikumpulkan dalam
suatu sistem pouching eksternal menempel di kulit. Ileostomi biasanya
diletakkan di atas pangkal paha di sisi kanan perut.

C. Urostomy (Lubang buatan di kandung kemih)


Urostomy adalah ( pembukaan buatan ) stoma untuk sistem kemih. Sebuha
urostomy di buat untuk memanfaatkan pengalihan kemih dalam kasusu dima
drainase urin melalui kandung kemih dan uretra tidak mungkin bekerja
kembali, misalnya setla operasi yang luas atau dalam kasus obstruksi.
Penyabab dilakukan urostomy adalah Kanker kandung kemih, cedera tulang
belakang, kerusakan dari cacat kandung kemih dan lahir seperti spina bifida.
3. INDIKASI STOMA
Terdapat beberapa indikasi untuk dilakukannya pembuatan stoma. Secara
umum, ostomi dilakukan pada kasus dimana tidak dimungkinkannya untuk
melakukan anasomose usus secara langsung dengan berbagai alasan, atau
ditakutkan adanya resiko kegagalan pada sambungan usus, pada kasus dimana
tidak terdapat usus pada bagian distal seperti pada pasien pasca reseksi
abdominoperineal. Indikasi untuk dilakukan ostomi, yaitu cancer, diverticular
disease, inflamatory bowel disease-ulcurative colitis, crohn’s disease, radiation
enteritis, complex perirectal, rectovaginal, or rectourethtal fistulas, trauma,
obstruction, perforation, motality and functional disorder including idiopathic
megarectum and megacolon, infection-necrotizing facilities, fournier’s gangrene,
congenital disorder-imperforate anus, hirschsprung’s disease, necrotizing
enterocolitis, intestinal atresias.

4. KOMPLIKASI STOMA
1. Ciri-ciri stoma sehat :
a. Berwaran merah muda
b. Lembab
c. Tidak nyeri
d. Dapat “Bergerak”
2. Ciri-ciri stoma yang komplikasi :
a. Komplikasi stoma ( kolap, perdarahan, diare berlebihan, feses jadi mirip
pita, sulit buang air besar dan platus).
b. Obstruksi intestinal atau konstipasi
c. Krolaps sekmen proksimal
d. Perdarahan
e. Peningkatan defekasi
f. Infeksi : Gangguan pada kulit disekitar stoma ditandai dengan adanya
erithema, maserasi, kemerahan, ulserasi dan melepuh
3. Komplikasi :
Komplikasi yang biasanya terjadi pada pasien dengan pemasangan kolostomi
yaitu :
a. Obstruksi/ penyumbatan
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus
atau adanya pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari
terjadinya sumbatan, pasien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara
teratur. Pada pasien dengan kolostomi permanen tindakan irigasi ini perlu
diajarkan agar pasien dapat melakukannya sendiri di kamar mandi.
b. Infeksi
Kontaminasi feses merupakan faktor yang paling sering menjadi
penyebab terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu
pemantauan yang terus menerus sangat diperlukan dan tindakan segera
mengganti balutan luka dan mengganti kantong kolstomi sangat bermakna
untuk mencegah infeksi.
c. Retraksi stoma/ mengkerut
Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang
terlalu sempit dan juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk
disekitar stoma yang mengalami pengkerutan.
d. Prolaps pada stoma
Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi
struktur penyokong stoma yang kurang adekuat pada saat pembedahan.
e. Stenosis : Penyempitan dari lumen stoma
f. Perdarahan stoma

5. PENATALAKSANAAN POST OPERASI DAN STOMA CARE


1. Penatalaksanaan post operasi
a. Perawatan rutin untuk pasien post operative. Monitor tanda vital dan
intake dan output, meliputi drainase lambung dan lainnya dari drain
luka. Kaji perdarahan dari insisi abdomen dan perineal, kolostomi,
atau anus. Evaluasi komplikasi luka yang lainnya, dan pertahankan
integritas psikologi.
b. Monitor bising usus dan derajad distensi abdomen. Manipulasi
pembedahan dari usus menghentikan peristaltik, menyebabkan ileus.
Adanya bising usus dan pasase flatus indikasi kembalinya peristaltik.
c. Sediakan obat pengurang nyeri dan pemeriksaan rasa nyaman, seperti
perubahan posisi. Klien yang mengalami nyeri postoperatif adekuat
ditangani pemulihan lebih cepat dan mengalami beberapa komplikasi.
d. Kaji status pernafasan, sangga abdomen dengan selimut atau bantal
untuk membantu batuk. Pemotongan kanker kolorektal dengan
anastomosis usus atau kolostomi adalah bedah mayor abdominal.
Perawatan untuk mengurangi nyeri, pertahankan fungsi pernafasan
yang adekuat, dan cegah komplikasi pembedahan.
e. Kaji posisi dan patensi NGT, persambungan suction. Bila selang
terlipat/sumbat, irigasi dengan gentle / hati-hati dengan normal saline
steril. NGT digunakan postoperatif untuk dekompressi gastroinestinal
dan fasilitasi penyembuhan dari anastomosa. Memastikan kelancaran
penting untuk rasa nyaman dan penyembuhan klien.
f. Kaji warna, jumlah, dan bau drainase dan kolostomi (bila ada), catat
berbagai perubahan atau adanya bekuan atau perdarahan berwarna
merah terang. Drainase dapat berwarna merah terang dan kemudian
gelap dan akhirnya bersih atau hijau kekuningan setelah 2 – 3 hari
pertama. Perubahan warna; jumlah; atau bau dari drainase dapat
mengindikasikan komplikasi seperti perdarahan, sumbatan usus, atau
infeksi.
g. Perhatian bagi seluruh personal perawatan dengan klien reseksi
abdomminoperitoneal untuk menghindari pemasangan temperatur
rektal, suppositoria, atau prosedur rektal lainnya. Prosedur ini dapat
merusak garis jahitan anal, menyebabkan perdarahan, infeksi, atau
gangguan penyembuhan.
h. Pertahankan cairan intravena ketika masih dilakukan suction naso
gastrik. Klien dengan suction NGT tidak mampu untuk makan dan
minum peroral dan, selebihnya, kehilangan elektrolit dan cairan
melalui NGT. Bila tidak dilakukan penggantian cairan dan elektrolit,
klien berisiko dehidrasi; ketidakseimbangan sodium, potasium, dan
chloride; dan alkalosis metabolik.
i. Pemberian antasid, antagonis histamin2-reseptor, dan terapi antibiotik
dianjurkan. Tergantung pada prosedur yang dilakukan. Terapi
antibiotik untuk mencegah infeksi akibat dari kontaminasi rongga
abdominal dengan isi dari usus.
j. Pemberian cairan dan makanan oral dianjurkan.makanan dapat berupa
cairan, dan kemudian diberikan sering dan porsi sedikit. Monitor
bising usus dan monitor distensi abdomen sesering mungkin selama
periode ini. Oral feeding dilakukan kembali perlahan-lahan untuk
meminimalkan distensi abdomen dan trauma terhadap garis jahitan.
k. Anjurkan ambulasi. Merangsang peristaltik.
l. Mulai pengajaran dan perencanaan pulang. Konsultasikan dengan ahli
diet untuk instruksi diet dan menu; beri penguatan pengajaran. Ajarkan
klien tengang kemungkinan komplikasi postoperatif, seperti abses
abdominal atau sumbatan usus. Ajarkan klien tentang tanda-tanda dan
gejala komplikasi ini dan cara pencegahannya.
m. Nutrisi pada pasien stoma. Pasien stoma harus menghindari makanan
yang mengandung gas, makanan yang dapat menimbulkan diare juga
harus diidentifikasi, dan menghindari makanan yang melembekkan
feces. Nutrisi pada pasien ileostomi harus menghindari makanan tinggi
serat, harus banyak minum min. 8 gelas – 2 liter /hari, dan menjaga
keseimbangan elektrolit. Adapun nutrisi pada pasien Urostomi harus
menghindari makanan berbau, dan banyak minum air putih.

2. Stoma care.
Perawatan stoma sama halnya dengan perawatan luka operasi
lainnya. Tidak sulit namun perlu kesabaran dan ketekunan serta sedikit tips
agar stoma dan luka operasi dapat sembuh dengan baik. Tujuan dilakukan
perawatan stoma ini supaya terlindungi dari kontaminasi dan mencegah
terjadinya infeksi. Langkah-langkah perawatan stoma adalah sebagai
berikut :
a. Sebelum melakukan perawatan stoma, siapkan peralatan dan bahan-
bahan yangdibutuhkan seperti baskom bengkok (neer baken),
hanscoon steril, pinset steril,gunting steril, kassa, steril PZ (NaCl
0,9%), betadin, dan plester. Ajak seorangasistensi perawat atau bila
tidak mungkin bisa meminta pertolongan keluarga pasien dengan
terlebih diberikan pengarahan.
b. Setelah peralatan sudah siap. Pakai hanscoon steril. Lalu buka kantong
stoma pinset terlebh dulu.
c. Dengan kassa basah bersihkan luka jahitan stoma terlebih dulu
mengarah kelumen stoma kolostomi. Evakuasi semua kotoran (feces)
hingga bersih.
d. Setelah itu buka kassa penutup luka laparotomi. Bila plester terlalu
kuatdapat dibasahi dengan alkohol agar mudah dibuka dan tidak sakit.
e. Bersihkan luka operasi dan sekitarnya dengan kassa steril yang sudah
dibasahi dengan PZ mulai dari luka operasi ke arah tepi.
f. Dengan kassa basah lakukan penekanan pada luka agar bila ada pus
dalam luka dapat keluar. Penekanan dilakukan karena meskipun dari
luar luka operasi tampak kering, namun sering terdapat pus di
dalamnya.
g. Apabila dirasa sudah cukup dan tidak ada pus yang keluar. Bersihkan
dengankassa basah. Selanjutnya dikeringkan dengan memakai kassa
steril.
h. Pada luka yang infeksius dan basah dapat diberikan antiseptik
(Hemolok).
i. Pada luka dehisance/menggaung dan produksi pus masih banyak dapat
digunakan kassa basah untuk menyerap pus agar cepat kering.
j. Tutup luka operasi dengan kassa steril 2 sampai tiga lapis dan difiksasi
dengan plester. Penulis menyarankan memakai plester putih (hypafik)
karena lebihkuat daya rekatnya dan tidak menimbulkan alergi pada
kulit.
k. Selanjutkan bersihkan kembali luka sekitar stoma dan keringkan
dengan kassa. Selanjutnya kantong stoma baru dapat dipasang.
l. Perawatan luka sebaiknya dilakukan sekali sehari. Bila luka masih
tampak basah sekali sebaiknya dilakukan 2-3 kali sehari sesuai kondisi
luka operasi.
m. Jahitan luka laparotomi dapat diangkat pada hari ke 10 post op.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat
individual. Walaupun demikian nyeri dapat pula diartikan sebagai suatu sensasi
yang tidak menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang
berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau factor lain,
sehingga individu merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan mengganggu
aktivitas sehari-hari, psikis dan lain-lain.
Luka adalah suatu kondisi yang menyebabkan kerusakan atau hilangnya
sebagian jaringan tubuh yang bisa disebabkan oleh berbagai kemungkinan
penyebab seperti trauma benda tajam, benda tumpul, akibat perubahan suhu
baik panas maupun dingin, akibat paparan zat kimia tertentu, akibat ledakan,
gigitan hewan, sengatan listrik maupun penyebab lainnya.
Stoma adalah lubang terbuka dari suatu saluran berrongga yang
menghubungkan saluran tersebut dengan permukaan kulit, seperti ileostomi,
kolostomi, dan urotomi (Grace & Borley, 2006).

B. SARAN
Di harapkan saudara dapat menerapkan management nyeri, perawatan
luka dan perawatan stoma pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

http://rikardbaek.blogspot.com/2016/10/asuhan-keperawatan-dengan-struma-
endemik.html

Black, M.J, Ester M & Jacobs. (1997). Medikal Surgical Nursing; Clinical
Managemen
t For Continvity of Care. WB Saunder Company. Tokyo
Corwin, E.J. (1997). Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
ERB, Kozier, Blais & Wilkinson (1995) Fundamental Of Nursing ; Consepts,
Process, And Practice II, Addison Wesley Publishing Compa’

Gabriel, F.J. (199 Fisika Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran. Penerbit


Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Howe, L.G & F.I.H Whitehead. (1992). Lokal Anaesthesia In Dentistry. Alih
Bahasa Lilian Yuwono. Penerbit Hipokrates. Jakarta
Junaidi, P (Et.Al). 1997. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media
Aesculapius FKUI. Jakarta
Lee, M.Jenifer (1990). Segi Praktis Fisioterapi. Binarupa Aksara. Jakarta
http://perawatcerdassukses.blogspot.com/2015/05/asuhan-keperawatan-
struma.html

Anda mungkin juga menyukai