Full Text - Dwi Ratnaningsih PDF
Full Text - Dwi Ratnaningsih PDF
id
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA WANITA PEKERJA SEKS
KOMERSIAL
TESIS
Disusun Oleh
DWI RATNANINGSIH
S021308020
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis dengan judul “
Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan HIV/AIDS Pada Wanita
Pekerja Seks Komersial. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan baik selama
proses pendidikan maupun menyelesaikan tesis ini. .
1. Prof. dr. Bhisma Murti, MPH., MSc,Ph.D, selaku Kepala Program Studi Magister
Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Prof.Dr.Ismi Dwi Astuti Nurhaeni,M,Siselaku penguji,yang telah memberikan
masukan dan saran dalam tesis ini.
3. Prof.dr. AA Subiyanto, MS, selaku dosen pembimbing utama yang telah
memberikan arahan, perhatian, bimbingan, dorongan serta saran-saran dalam
tesis ini.
4. Dr. Argyo Demartoto, M.Si, selaku pembimbing dua dalam penelitian ini yang
telah memberikan bimbingan dan masukannya.
5. Kedua orang tuaku tercinta yang telah memberikan doa serta kasih sayangnya
kepada peneliti dan tak henti hentinya memberikan semangat dan motivasi.
6. Suamiku dan anak anakku tercinta yang telah memberikan semangat dan kasih
sayangnya sehingga peneliti mampu melewati kesulitan dalam hal apapun.
Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan tesis ini,
untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
tesis ini. Akhirnya peneliti berharap semoga penelitian tesis ini dapat bermanfaat bagi
peneliti pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Dwi Ratnaningsih.2015.FACTORS AFFECTING BEHAVIOR digilib.uns.ac.id
ON
HIV/AIDS PREVENTION IN WOMEN SEX WORKERS.Supervisor I Prof
AA Soebijanto, MS, II DR.Argyo Demartoto, M. Si, Faculty of Public Health
Science,Graduate Program Sebelas maret University, Surakarta.
ABSTRACT
Subjects and Methods: The study was observational analytic research with cross
sectional design. Localization research sites in Pasar Kembang Yogyakarta with a
sample of female sex workers in the localization of 160 people with a sampling
technique is purposive sampling. The technique of collecting data using
questionnaires and literature. Data analysis using logistic regression.
Result: there is a positive effect was not statistically significant of education (OR =
1.33; CI = 95%; 0.64 to 2.78; p = 0.450) on the behavior of HIV-AIDS prevention.
There is a positive effect statistically significant from the availability of condoms
(OR = 0.10; CI = 95%; 0.03 to 0.38; p = 0.001) on the behavior of HIV-AIDS
prevention. There is a positive effect of knowledge statistically significant (OR =
2.31; CI = 95%; 1.16 to 4.61; p = 0.018) on the behavior of HIV-AIDS prevention.
Conclusion: the factors that significantly influence the prevention of HIV / AIDS is
knowledge and the availability of condoms.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dwi Ratnaningsih.2015.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERILAKU PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA WANITA PEKERJA SEKS
KOMERSIAL.TESIS. Pembimbing I Prof AA Soebijanto, MS, II DR.Argyo
Demartoto, M. Si, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pasca
Sarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta
ABSTRAK
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id DAFTAR ISI digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id54
F. Keterbatasan Penelitian .......................................................................
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 55
B. Impikasi ........................................................................................ 55
C. Saran ............................................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 47
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id BAB I digilib.uns.ac.id
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Acquired Imune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
penyakit yang di sebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus
HIV ditemukan dalam cairan tubuh terutama darah, cairan sperma, cairan vagina,
air susu ibu.Virus tersebut akan merusak sistem kekebalan tubuh manusia dan
mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh manusia sehingga
mudah untuk terjangkit penyakit infeksi (Depkes RI, 2003).
Di Asia epidemik HIV masih banyak terkonsentrasi pada Injecting Drug
User (IDU), laki-laki berhubungan seks dengan laki-laki, dan penjaja seks
(heteroseksual maupun homo seksual) beserta pelanggan maupun partner seks
tetapnya. Dikebanyakan negara berpendapatan tinggi, seks antar lelaki berperan
penting dalam penyebaran HIV sedangkan peran IDU bervariasi. Sejak ditemukan
tahun 1987, secara kumulatuf jumlah kasus penderita AIDS di Indonesia sampai
dengan 30 Setptember 2009 sebanyak 18,442 kasus. Penularan kasus AIDS
tertinggi terjadi melalui pengguna NAPZA suntik/ penasun (40,7%), dan
homoseksual (3,4%). Proporsi penderita paling banyak ditemukan pada kelompok
umur 20-29 tahun (49,57%), disusul kelompok umur 30-39 tahun (29,84%), dan
kelompok umur 40-49 tahun (8,71%) (KPA Nasional,2009).
Situasi epidemi HIV/AIDS di dunia maupun di Indonesia memang tergolong
memprihatinkan. HIV/AIDS di Indonesia sejak ditemukan pertama kali pada
tahun 1987 hingga kini jumlah penderitanya semakin meningkat,secara kumulatif
jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia dari 1 April 1987 sampai dengan 30
Juni 2014 mencapai 142.950 penderita HIV dan 55.623 penderita AIDS, dan telah
merenggut 9.760 jiwa (Ditjen PP& PL Kemenkes RI,2014).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Banyaknya jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia juga disebabkan oleh
berbagai media penularannya. Berikut jumlah kumulatif kasus AIDS menurut
risikonya.
Tabel 1
Jumlah Kumulatif Kasus AIDS di Indonsia Menurut Faktor Risiko s/d/Juni 2014
No Faktor risiko AIDS
1 Heteroseksual 34.187
2 Homo –biseksual 1.298
3 IDU 8.451
4 Transfusi darah 129
5 Transfusi Perinatal 1.499
6 Tidak diketahui 9.532
Sumber : Ditjen PP& PL Kemenkes RI,2014;http://spiritia.or.id
Merebaknya epidemik HIV dan AIDS telah menjadi permasalahan dunia yang
membutuhkan penanganan secara komprehensif dengan melibatkan berbagai
elemen masyarat dunia, mulai dari Negara, Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), masyarakat internsional dan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Epidemi
HIV/AIDS ini terkonsentrasi di negara berkembang seperti benua Afrika dan
Asia. Keseriusan dunia dalam menanggulangi HIV/AIDS tercetus dalam tujuan
pembangunan millennium (Millenium Development Goals/MDGs) yang
disponsori oleh badan dunia PBB. Diharapkan MDGs ini telah tercapai pada
tahun 2015 (WHO, 2011).
Indonesia termasuk salah satu negara yang ikut menyepakati MDGs bersama
189 negara lainnya(WHO, 2011). Namun hingga saat ini prevalensi HIV/AIDS
masih meningkat, dan bila tidak ditangani secara serius Indonesia bisa dianggap
gagal dalam mencapai MDGs.
Beberapa negara, seperti Thailand program pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS yang difokuskan kepada laki-laki yang melakukan
hubungan seksual dengan para Penjaja Seks Komersial (PSK) yang menunjukkan
keberhasilan dalam penggunaan kondom yang dikenal sebagai wajib kondom
100% bagi laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan PSK di lokalisasi
pelacuran dan di rumah border. Hal ini di Indonesia tidak dijalankan seperti di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Thailand, di Thailand penggunaan kondomnya jelas dilokalisirdigilib.uns.ac.id
pada tempat-
tempat pelacuran sedangkan di Indonesia tidak diterapkan di lokalisasi pelacuran
hanya adanya kewajiban memakai kondom seperti dalam Perda-Perda yang sudah
ada (Hanifa,2009).
Menurut Ditjen PPM &PL Kemenkes RI (2014) realitas yang terjadi
menunjukkan bahwa banyak program maupun kegiatan dalam strategi
pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS di Indonesia kurang memperhatikan
atau bahkan belum menyesuaikan dengan karakteristik masing-masing kelompok/
populasi. Pada umumnya strategi pencegahan HIV/AIDS berlaku sama untuk
semua daerah, kelompok sasaran dan kurang fleksibel. Padahal, upaya atau
program pencegahan dan pengedalian HIV/AIDS yang fleksibel yakni dilakukan
dengan pertimbangan sesuai dengan karakteristik kelompok/ populasi akan lebih
efektif dibanding dengan yang konvensional atau tidak sesuai dengan
karakteristik kelompok atau populasi (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2014).
Karakteristik setiap kelompok menjadi penting untuk diakomodasi dalam
rangka penerapan program dan kebijakan pencegahan dan pengendalian
HIV/AIDS di Indonesia. Selain itu, faktor kondisi geografis juga perlu
diperhatikan, kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang
meliputi berbagai wilayah dengan topografi yang berbeda beda. Faktor geografis
turut memiliki pengaruh dalam pelaksanaan strategi pencegahan dan
pengendalian HIV/AIDS di Indonesia, misalnya Provinsi-Provinsi di Papua yang
secara topografis terdiri dari pegunungan, aksesibilitasnya sangat sulit dan
sekaligus menjadi wilayah yang jauh dari ibukota negara, namun banyak
penduduknya yang tertular HIV/AIDS. Dari dua Provinsi di Papua, yakni Papua
dan Papua Barat menduduki peringkat pertama dan kedua dalam jumlah kasus
HIV/AIDS per 100.000 penduduk di 33 Provinsi di Indonesia dengan 359.43
kasus di Papua, dan 228.03 kasus di Papua Barat (Ditjen PP& PL Kemenkes
RI,2014).
Wanita pekerja seks komersial dan pelanggannya merupakan seseorang yang
sangat berisiko tinggi dalam menularkan penyakit HIV/AIDS karena melakukan
perilaku seksual yang tidak aman. Pelanggan seks komersial adalah salah satu
penyebab penyebaran PMS (HIV/AIDS) disaat melakukan hubungan seksual
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
tanpa menggunakan kondom. Hubungan seks tanpa menggunakandigilib.uns.ac.id
kondom antara
pekerja seks komersial dengan pelanggannya adalah merupakan cara penularan
HIV/AIDS terbesar kedua di Indonesia. Pekerja seks komersial menyumbang
5,9% sebagai kelompok berisiko terinfeksi HIV/AIDS (Dirjen PPM & PL
Kemenkes RI,2014).
Penggunaan kondom adalah salah satu alat yang bisa dipakai dan
dipergunakan oleh pekerja seks komersial baik laki-laki maupun wanita dan bisa
dipakai oleh pelanggannya yang berfungsi untuk mencegah atau mengurangi cara
penularan transmisi beberapa penyakit (PMS) yang disebabkan oleh hubungan
seksual dari pasangan wanita ataupun sebaliknya. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Charles Surjadi, (1999) selain pengetahuan, umur, pendidikan,
status perkawinan, juga mempengaruhi penggunaan kondom. Menurut penelitian
Sedyaningsih (1999) pada penjaja seks di Kramat Tunggak bahwa dari segi
karakteristik umur, pendidikan, daerah asal, lama bekerja berpengaruh dalam
perilaku penggunaan kondom pada pelanggannya. Hal ini dikarenakan perilaku
dalam penggunaan kondom dalam melakukan hubungan seksual masih sangat
rendah hasilnya, yaitu masih dibawah 30% berdasarkan hasil survei yang
dilakukan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional pada tahun 2010, jumlah
ini jauh di bawah target Inpres tiga tahun 2010 untuk pencapaian pada tahun
2011 yaitu 35% pada perempuan dan 20% pada laki-laki, serta target pencapaian
MDGS pada 2014 yaitu 65%. Sedangkan prosentase remaja usia 15-24 tahun
yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS pada tahun 2010,
juga hanya mencapai 16,8%, jauh dari target Inpres 3 tahun 2010 untuk 2011
yaitu 70% dan target MDGS yaitu 95%. (Dirjen PPM & PL Kemenkes RI, 2010).
Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari lima Kabupaten yaitu Kabupaten
Sleman, Kota Yogyakarta, Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Gunungkidul dan
Kabupaten Bantul. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti
di Dinas Kesehatan Yogyakarta dan PKBI didapatkan data bahwa data kasus
berdasarkan asal penderita adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 2.
Data kasus HIV dan AIDS di Yogyakarta berdasarkan asal penderita
No Asal Penderita AIDS HIV Jumlah
1 Kota Yogya 232 482 714
2 Kabupaten Bantul 213 293 506
3 Kabupaten Kulonprogo 49 71 120
4 Kabupaten Sleman 257 317 574
5 Kabupaten Gunung Kidul 86 45 131
6 Luar DIY 211 237 448
7 Tidak Diketahui 36 59 95
Jumlah 1084 1504 2588
Sumber : PKBI DIY Update data Triwulan I tahun 2014
Di Daerah Istimewa Yogyakarta, kasus HIV hingga tahun 2013 adalah 1.245
kasus. Penularan yang paling banyak terjadi di DIY adalah heteroseksual.
Perilaku seksual yang tidak aman akan memberikan konstribusi peningkatan
penyebaran HIV tersebut. Sejumlah tempat-tempat prostitusi terselubung dapat
ditemukan dengan mudah di kota pendidikan, budaya sekaligus pariwisata ini.
Mulai dari lokalisasi Sarkem yang begitu melegenda, ratusan salon plus-plus,
penampungan atau akuarium, panti pijat dan spa, gadis warnet hingga gadis
panggilan high clas.
Sosrowijayan atau sering dikenal dengan Pasar Kembang adalah salah satu
tempat prostitusi yang popular di Kota Yogyakarta berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Yogyakarta data pada bulan Oktober 2014 di Lokalisasi pasar
Kembang terdapat 554 pekerja seks komersial yang mana dari jumlah tersebut
sejumlah 307 orang menjalani pemeriksaan PMCTV dan didapatkan 22 orang
terkena AIDS sedangkan 137 terinfeksi HIV.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah digilib.uns.ac.id
Penyebaran HIV/AIDS sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat itu
sendiri, salah satunya disumbangkan oleh perilaku para wanita pekerja seks
komersial yaitu berganti-ganti pasangan. Berdasarkan uraian di atas maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi perilaku pencegahan HIV/AIDS pada Wanita Pekerja Seks
Komersial
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan HIV
/AIDS pada Wanita Pekerja seks komersial di Lokalisasi Pasar Kembang
Yogyakarta
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan gambaran faktor predisposisi (umur, pekerjaan, status
perkawinan, tempat tinggal) wanita pekerja seks komersial di Lokalisasi
Pasar Kembang Yogyakarta
b. Menganalisis pengaruh pendidikan terhadap perilaku pencegahan
HIV/AIDS pada wanita pekerja seks komersial di Lokalisasi Pasar
Kembang Yogyakarta
c. Menganalisi pengaruh pengetahuan tentang HIV/AIDS terhadap perilaku
pencegahan HIV/AIDS pada wanita pekerja seks komersial di Lokalisasi
Pasar Kembang Yogyakarta
d. Menganalisis pengaruh ketersediaan kondom terhadap perilaku pencegahan
HIV/AIDS pada wanita pekerja seks komersial di Lokalisasi Pasar
Kembang Yogyakarta
D. Manfaat Penelitian
Secara praktis manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan
kepada pemerintah sebagai pembuat kebijakan terkait mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku pencegahan HIV/AIDS pada Wanita Pekerja Seks
Komersial
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id BAB II digilib.uns.ac.id
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Perilaku
a. Perilaku
Perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh
manusia, makhluk hidup atau organisme lain baik yang dapat diamati
secara langsung maupun yang diamati oleh pihak luar. Menurut Skinner
(1938) perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
atau rangsangan dari luar. Skinner membedakan respon menjadi dua yaitu
: 1) Respondent respon, yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-
rangsangan atau stimulus tertentu. Respon dalam hal ini mencakup
perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah akan menjadi
menangis atau sedih. 2) Operan Respon, yaitu respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan tertentu
(Notoatmodjo, 2010).
Berdasarkan respon terhadap stimulus tersebut, maka perilaku dibedakan
menjadi dua yaitu:
1) Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap adanya
stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran
dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut.
2) Perilaku terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka adalah suatu respon dalam bentuk tindakan nyata
atau terbuka. Respon terhadap stimulus sudah dalam bentuk tindakan
atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang
lain.
Faktor penentu perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena
perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal
maupun eksternal. Faktor-faktor penentu yang mendukung yaitu
10
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Faktor intrinsik dan ekstrinsik, faktor intrinsik yaitu faktor yang
berasal dari dalam atau pelanggan itu sendiri meliputi tingkat
pendidikan yang telah ditempuh selama dalam bangku pelajaran, umur
yang meliputi umur responden, dan pekerjaan, pengetahuan tentang
HIV/AIDS baik dalam penyebaranya, pengalaman tentang PMS,
pemakaian kondom sebagai upaya pencegahan, Faktor ekstrinsik yaitu
faktor dari luar, meliputi: norma masyarakat terhadap kondom,
penyuluhan tentang HIV/AIDS, program-program pencegahan
terhadap HIV/AIDS, ketersediaan kondom, keterjangkauan harga,
serta adanya informasi dan keterpajanan terhadap media massa.
Pada garis besarnya perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek
yaitu, aspek fisik, psikis dan sosial. Akan tetapi dari ketiga aspek
tersebut sulit untuk ditarik garis besarnya yang tegas dalam
mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih rinci perilaku manusia
sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan tersebut
yang dipengaruhi oleh berbagai faktor lain diantaranya adalah faktor
pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosial budaya masyarakat dan
sebagainya. Menurut Notoatmodjo (1993) terbentuknya suatu perilaku
baru terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam
arti si subyek tahu lebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi
atau obyek diluarnya sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada
subyek tersebut,yang selanjutnya menimbulkan respon batin dalam
bentuk sikap subyek terhadap objek yang diketahuinya itu. Akhirnya
rangsangan objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya
tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh, yaitu berupa tindakan
terhadap stimulus. Namun demikian pada kenyataanya banyak
perilaku yang terjadi tidak selalu harus didasari oleh pengetahuan dan
sikap.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
b. Perilaku Kesehatan digilib.uns.ac.id
Perilaku kesehatan adalah semua aktifitas atau kegiatan seseorang
baik yang dapat diamati dan yang tidak dapat diamati yang berhubungan
dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Perilaku kesehatan ini
dibagi menjadi dua garis besar yaitu:
1) Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat (healthy behavior)
Perilaku orang sehat adalah mencakup perilaku-perilaku baik
overt dan menghindari penyakit dan penyebab penyakit atau masalah
kesehatan berupa perilaku preventif dan perilaku dalam usaha
meningkatkan status kesehatan yaitu berupa perilaku promotif
misalnya: memakai kondom setiap melakukan hubungan seksual, tidak
merokok, cuci tangan sebelum makan, olah raga secara teratur dan lain
sebagainya.
2) Perilaku orang sakit atau yang terkena masalah kesehatan
Perilaku orang sakit atau terkena masalah kesehatan adalah
perilaku dalam usaha untuk mencari dan menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan ini di sebut dengan perilaku pencarian
pengobatan (health seeking behavior). Sebagai contoh yaitu tindakan
yang akan diambil oleh seorang ibu jika anaknya sedang mengalami
sakit sehingga ibu tersebut akan membawa anaknya tersebut untuk
berobat ke tempat pelayanan kesehatan (Notoatmodjo,2010).
Perilaku kesehatan dianggap sebagai pengaruh oleh faktor-faktor
individu maupun lingkungan, dan arena itu memiliki dua bagian yang
berbeda. Pertama PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, Enabling,
Contruct in, Educational/Ecological, Diagnosis, Evaluation/. Kedua
PROCEED (Policy, Regulatory, Organisational, Contrucs in,
Educationnal, Enviromental, Development). Salah satu yang paling
baik untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program promosi
kesehatan adalah model Precede-Procede. Precede bagian dari fase
(1-4) berfokus pada perencanaan program, dan bagian Procede fase
(5-8) berfokus pada implementasi dan evaluasi. Delapan fase dari
model panduan dalam menciptakan program promosi kesehatan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
dimulai dengan hasil yang lebih umum dan pindah ke digilib.uns.ac.id
hasil yang lebih
spesifik. Secara bertahap, proses mengarah ke penciptaan sebuah
program, pemberian program, dan evaluasi program (Green W.I, et al,
2005). Adapun teori PROCEDE dan PRECEDE menurut Green dapat
digambarkan pada bagan di bawah ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
c. Pengetahuan digilib.uns.ac.id
Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep
dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya
termasuk manusia dan kehidupanya. Pengetahuan berbeda dengan
keyakinan maupun persepsi, hal ini karena pengetahuan mengandung
suatu kebenaran sedang pada keyakinan bisa saja keliru. Apabila
diketahui bahwa suatu pengetahuan terbukti salah/keliru, maka
pengetahuan tersebut tidak bisa lagi dianggap sebagai pengetahuan. Apa
yang dianggap sebagai pengetahuan akan berubah status menjadi
keyakinan biasa (Satoto,2001). Sedangkan menurut Baharuddin (2007)
pengetahuan adalah hasil belajar, pada saat seseorang belajar tentang
sesuatu maka seseorang mengetahui sesuatu yang baru. Pengetahuan
bukanlah hasil akhir melainkan lebih dari itu, pengetahuan adalah
pembimbing atau pengarah bagi seseorang yang sedang belajar sesuatu
yang baru.
Menurut Notoatmodjo (2005) ada beberapa cara untuk memperoleh
pengetahuan, yaitu:
1) Cara coba-salah (Trial and error)
Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan suatu masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak
berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua
ini gagal pula, maka dicoba dengan kemungkinan ketiga, dan apabila
kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba
kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat
dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba)
dan error (gagal atau salah) atau metode coba salah/coba-coba.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
generasi berikutnya dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh
berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas
pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ahli ilmu
pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang
dikemukakan oleh orang yang mempunyaai otoritas, tanpa terlebih
dulu menguji atau membuktikan kebenaranya, baik berdasarkan fakta
empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan
karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa
yang dikemukakanya adalah benar.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah,
pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan
sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh pengetahuan.
4) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berfikir
manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalaranya dalam memperoleh pengetahuanya.
Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia
telah menggunakan jalan pikiranya, baik melalui induksi maupun
deduksi.
5) Cara modern
Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini di sebut “metode penelitian
ilmiah”, atau lebih popular di sebut metode penelitian (research
methodology). Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan yang
mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: tahu,
memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi:
a) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.idOleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan
digilib.uns.ac.id
yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan.
b) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
mengintepretasikan materi tersebut dengan benar. Orang yang
telah paham dengan objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, terhadap objek
yang dipelajari.
c) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya). Aplikasi ini diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dalam
konteks atau situsi yang lain.
d) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di
dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu
dengan yang lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan dan mengelompokkan
e) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-
formulasi yang ada misanya dapat menyusun, merencanakan, dapat
meringkaskan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang
telah ada.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
f) Evaluasi (Evaluation) digilib.uns.ac.id
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampun untuk melakukan
justifilkasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian itu didasarkan pada sutau kriteria yang ditentukan sendiri
atau mengunakan kriteria yang telah ada misalnya dapat
membandingkan antara menggunakan kondom dengan yang tidak
menggunakan kondom.
2. Pengertian Pencegahan
a. Pencegahan
Pencegahan adalah mengambil suatu tindakan yang diambil terlebih
dahulu sebelum kejadian, dengan didasarkan pada data/keterangan yang
bersumber dari hasil analisis epidemiologi atau hasil pengamatan
/penelitian epidemiologi (Nasry, 2006). Pencegahan merupakan
komponen yang paling penting dari berbagai aspek kebijakan publik.
Konsep pencegahan adalah suatu bentuk upaya sosial untuk promosi,
melindungi, dan mempertahankan kesehatan pada suatu populasi tertentu.
Menurut Leavell dan Clark (1965), dari sudut pandang kesehatan
masyarakat, terdapat 5 tingkat pencegahan terhadap penyakit, yaitu :
Promotion of health, Specifik protection , Early diagnosis and prompt
treatment, Limitation of disability dan Rehablitation. Organisasi
kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk definisi mengenai
promosi kesehatan :“ Health promotion is the process of enabling people
to increase control over, and improve, their health. To reach a state of
complete physical, mental, and social, well-being, an individual or group
must be able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to
change or cope with the environment “.(Ottawa Charter,1986) Dalam
garis besar usaha kesehatan, dapat dibagi dalam 3 golongan, yaitu :
1) Usaha pencegahan (usaha preventif)
Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu
dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Preventif
secara etimologi berasal dari bahasa latin, praventive yang artinya
datang sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi
sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, preventif diartikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya
gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyaraka.
Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Usaha-usaha yang dilakukan, yaitu Pemakaian kondom saat
berhubungan seksual bagi Wanita Pekerja Seks Komersial, Jangan
berganti ganti pasangan saat berhubungan seksual, hindari pemakaian
perlatan tajam secara bergantian (jarum suntik, jarum tattoo, jarum
tindik, pisau cukur) , cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan,disinfeksi dengan larutan klorin
2) Usaha pengobatan (usaha kuratif)
Upaya kuratif bertujuan untuk merawat dan mengobati anggota
keluarga, kelompok yang menderita penyakit atau masalah
kesehatan.Usaha-usaha yang dilakukan, yaitu program Voluntary
Counseling Test (VCT) melalui pre test konseling dan post tes
konseling berperan penting untuk meenmukan kasus HIV, sehingga
pengobatan dini dapat dilakukan.
3) Usaha rehabilitasi
Merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita
yang dirawat dirumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu
yang menderita penyakit yang sama. Usaha yang dilakukan, yaitu,
program ART atau Strategic Use of ARV (SUFA) menyediakan
pengobatan kepada semua orang yang terinfeksi HIV dengan
CD4<350 dan semua ODHA tanpa memandang status CD4, termasuk
ibu hamil, pasangan serodiskordan, pasien ko-infeksi TB-HIV atau
HBV-HIV, wanita pekerja seks,LSL, penasun, dan warga binaan
Lapas (MoH,NAC,UNAIDS,WHO 2013). Dari ketiga jenis usaha ini,
usaha pencegahan penyakit mendapat tempat yang utama, karena
dengan usaha pencegahan akan diperoleh hasil yang lebih baik, serta
memerlukan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan usaha
pengobatan maupun rehabilitasi.
Tingkat-tingkat pencegahan menurut Leavell dan Clark dalam
bukunya “Preventive Medicine for the Doctor in his Community”,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
membagi usaha pencegahan penyakit dalam 5 tingkatan yang dapat
dilakukan pada masa sebelum sakit dan pada masa sakit. Usaha-usaha
pencegahan itu adalah :
a) Masa sebelum sakit
Mempertinggi nilai kesehatan (Health Promotion) adalah
usaha mempromosikan kesehatan kepada masyarakat. Upaya
promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat. Setiap individu berhak untuk
menentukan nasib sendiri, mendapat informasi yang cukup dan
untuk berperan di segala aspek pemeliharaan kesehatannya. Usaha
ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada
umumnya. Beberapa usaha diantaranya : a) Penyediaan makanan
sehat cukup kualitas maupun kuantitasnya b) Perbaikan hygiene
dan sanitasi lingkungan, seperti : penyediaan air rumah tangga
yang baik, perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air
limbah dan sebagainyaa c) Pendidikan kesehatan kepada
masyarakat sesuai kebutuhannya d) Usaha kesehatan jiwa agar
tercapai perkembangan kepribadian yang baik. Memberikan
Perlindungan Khusus Terhadap Suatu Penyakit (Specific
Protection) Usaha ini merupakan tindakan pencegahan terhadap
penyakit-penyakit tertentu yang gangguan kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat. Beberapa usaha diantaranya
adalah: a) Memberikan imunisasi pada golongan yang rentan
untuk mencegah terhadap penyakit-penyakit tertentu. Contohnya :
imunisasi hepatitis diberikan kepada mahasiswi kebidanan yang
akan praktek di rumah sakit. b) Isolasi terhadap penderita
penyakit menular. Contohnya : isolasi terhadap pasien penyakit
flu burung. c) Perlindungan terhadap kemungkinan kecelakaan di
tempat-tempat umum dan di tempat kerja. Contohnya : di tempat
umum, misalnya adanya rambu-rambu zebra cross agar pejalan
kaki yang akan menyebrang tidak tertabrak oleh kendaraan yang
sedang melintas. Sedangkan di tempat kerja : para pekerja yang
memakai alat perlindungan diri. d) Peningkatan keterampilan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id remaja untuk mencegah ajakan digilib.uns.ac.id
menggunakan narkotik.
Contohnya : kursus-kursus peningkatan keterampilan, seperti
kursus menjahit, kursus otomotif. e) Penanggulangan
stress.Contohnya : membiasakan pola hidup yang sehat , dan
seringnya melakukan relaksasi.
b) Pada masa sakit
Mengenal dan Mengetahui jenis penyakit pada Tingkat awal
serta mengadakan pengobatan yang tepat dan segera (Early
Diagnosis And Prompt Treatment) Early diagnosis mengandung
pengertian diagnosa dini atau tindakan pencegahan pada
seseorang atau kelompok yang memiliki resiko terkena
penyakit.Tindakan yang berupaya untuk menghentikan proses
penyakit pada tingkat permulaan sehingga tidak akan menjadi
parah. Prinsipnya diterapkan dalam program pencegahan,
pemberantasan dan pembasmian macam penyakit baik menular
ataupun tidak dan memperhatikan tingkat kerawanan penyakit
terhadap masyarakat yang tinggi. Misalnya : TBC paru-paru,
kusta, kanker, diabetes, jantung dll.
Sedangkan Prompt treatment memiliki pengertian pengobatan
yang dilakukan dengan tepat dan segera untuk menangani
berbagai masalah yang terjadi. Prompt treatment merupakan
tindakan lanjutan dari early diagnosis. Pengobatan segera
dilakukan sebagai penghalang agar gejala tidak menimbulkan
komplikasi yang lebih parah.
Tujuan utama dari usaha ini adalah :
1) Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepatnya dari setiap
jenis penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna
dan segera.
2) Pencegahan menular kepada orang lain, bila penyakitnya
menular.
3) Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan suatu
penyakit.
4)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Pencegahan dan PenanggulanganHIV/AIDS digilib.uns.ac.id
Menurut Aditya (2005) Prinsip pencegahan HIV/AIDS nonmedis
adalah sebagai berikut:
A = Abstaint, artinya Puasa, jangan melakukan hubungan
seksual, merupakan metode paling aman
untuk mencegah penularan HIV melalui
hibungan seksual
B = Be Faithful, artinya tidak berganti ganti pasangan atau
setia pada pasangan, melakukan hubungan
seksual hanya dengan pasangan yang sah
C = User Condom, artinya pergunakan kondom saat melakukan
hubungan seksual bila beresiko menularkan/
tertular penyakit
D = Don’t use Drugs, artinya hindari penyalahgunaan narkoba
E =Education, artinya Edukasi, sebarkan informasi yang
benar tentang HIV/AIDS dalam setiap
kesempatan.
Oleh karena belum ada obat yang dapat mengusir HIV/AIDS dari
tubuh, maka yang menjadi sangat penting agar tidak terinfeksi adalah
dengan menghindari kontak dengan virus yang berasal dari penderita baik
secara langsung maupun tidak langsung. Untuk mencegah penyebaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HIV/AIDS masyarakat harus mencegah terjadinya paparan yang terjadi
baik melalui tranfusi darah, persalinan, penularan dari ibu ke anak,
penggunaan jarum suntik bersama, hubungan seksual baik yang
heteroseksual maupun homoseksual atau perilaku seksual lainya.
Penanggulangan penularan HIV/AIDS ada tiga tahap yaitu, melalui
promotif, pencegahan dan deteksi dini. Penanggulangan penyebaran orang
terinfeksi HIV/AIDS dengan pencegahan deteksi dini, maksudnya mereka
yang masih sehat jangan sampai tertular virus HIV/AIDS. Sementara
mereka yang sudah tertular HIV jangan sampai jatuh ke stadium AIDS,
demikian pula mereka yang sudah mengidap AIDS diupayakan agar
jumlah yang meninggal bisa dikurangi (Depkes, 2007).
Beberapa program yang terbukti sukses diterapkan di beberapa
Negara dan amat dianjurkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk
dilaksanakan yaitu:
a. Pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa muda
b. Program penyuluhan sebaya untuk berbagai kelompok sasaran
c. Program kerjasama dengan media cetak dan elektronik
d. Paket pencegahan komprehensif untuk pengguna narkotika, termasuk
pengadaan jarum suntik steril
e. Program pendidikan agama
f. Program layanan pengobatan infeksi menular seksual
g. Program promosi kondom di lokalisasi pelacuran dan panti pijat
h. Pelatihan ketrampilan hidup
i. Program pengadaan tempat-tempat untuk tes HIV dan konseling
j. Dukungan untuk anak jalanan dan pengentasan prostitusi anak
k. Integrasi program pencegahan dengan program pengobatan,
perawatan, dan dukungan ODHA
l. Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dengan
pemberian obat ARV (Sudoyo et al,2010)
Ada enam strategi konsep kerangka program pencegahan dan
pemberantasan AIDS, yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1) Pencegahan penularan melalui hubungan seksual, untuk itu perlu
penyebarluasan informasi dan pendidikan menuju perubahan jangka
waktu panjang
2) Pencegahan penularan melalui darah
3) Pencegahan penularan perinatal
4) Pencegahan penyebaran dari orang-orang yang terinfeksi HIV melalui
bahan, peralatan pengobatan
5) Pencegahan penyebaran melalui vaksinasi
6) Menurunkan dampak infeksi HIV pada perorangan, kelompok dan
masyarakat. (WHO,1992)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id Menurut Green, pengetahuan adalah hasil digilib.uns.ac.id
yang diperoleh
setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap obyek
tertentu dan pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk perilaku seseorang. Pengetahuan bagi manusia
bertujuan untuk menjawab permasalahan yang dihadapai sehari-hari
sehingga pengetahuan tersebut berguna untuk memudahkan
manusia dalam berperilaku. Sehingga orang yang memiliki
pengetahuan HIV/AIDS akan melakukan tindakan yang tepat aman
dan sehat dalam melakukan hubungan seksual misalnya dengan
menggunakan kondom menurut Notoatmodjo (2003) Pengetahuan
melalui proses pengingatan atau pengenalan informasi, semakin
tinggi pengetahuan seseorang tentang kesehatan maka akan semakin
tahu untuk menjaga kesehatannya. Perilaku akan langgeng jika
disertai/didasari pengetahuan yang baik.
d) Status Perkawinan
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh seseorang yang sangat
penting dalam kehidupannya. Orang yang dianggap penting tersebut
akan mempengaruhi perilakunya sehingga orang yang sudah
menikah maka kemungkinan perilakunya akan dipengaruhi oleh
istri dan anaknya. Hal ini akan membuat orang tersebut akan
melindungi diri dan menjaga kesehatannya (Notoatmodjo, 203)
Menurut hasil penelitian Oppong, (2007) tentang studi kondom
pada WPS di Ghana menunjukkan bahwa WPS yang belum
menikah lebih cenderung untuk konsisten dalam menggunakan
kondom dari pada WPS yang berstatus menikah.
e) Pekerjaan (jenis pekerjaan)
Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang berpengarh
terhadap tingkat pengetahuan subjek. Hal ini dikarenakan orang
yang mempunyai pekerjaan diluar cenderung mempunyai peluang
lebih besar untuk terpajan dengan berbagai informasi baik dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.idmedia cetak, elektronik maupun rekan sejawatdigilib.uns.ac.id
yang dengan
sendirinya akan menimbulkan pengalaman baru yang lebih luas.
f) Pengalaman menderita PMS (HIV AIDS)
Pengalaman seseorang dalam menderita PMS akan
mempengaruhi perilaku orang tersebut. Sakit yang pernah diderita
oleh seseorang akan membuat orang terebut lebih berhati-hati dalam
berperilaku agar penyakit yang sama tidakmuncul kembali
(Notoatmodjo, 2007) Orang yang pernah menderita PMS diduga
mempunyai perilaku seks yang berbeda dengan orang yang belum
pernah terinfeksi. Dengan sebuah logika bahwa orang yang pernah
terinfeksi PMS akan teringat betapa sakitya sewaktu terkena PMS,
sehingga akan membuat orang tersebut selalu berhati-hati dan
dalam melakukan hubungan seks secara aman dengan cara
menggunakan kondom (Abdullah, 2003).
2) Faktor Enabling
a) Ketersediaan kondom
Kondom dapat diperoleh dengan cara membeli atau juga dapat
didapatkan dengan pemberian secara gratis. Orang yang
mendapatkan kondom secara gratis biasanya akan malas untuk
menggunakan kondom tersebut, hal ini dikarenan banyak pasangan
seks yang menolak menggunakannya. Sedangkan pada kondom
hasil dari membeli kesadaran untuk menggunakannya sudah tinggi
karena ia beresiko menularkan atau tertular virus HIV (Habasiah,
2000). Ketersediaan akan kondom bisa memfasilitasi seseorang
untuk menggunakan kondom saat melakukan hiubungan seksual.
Rendahnya pemakaian kondom sangat tergantung pada penyediaan
kondom, mudah tidaknya dalam mendapatkan kondom serta
terjangkau harga kondom tersebut. Semakin mudah kondom didapat
dan terjangkau harganya maka akan semakin memungkinkan
seseorang dalam memakai kondom (Green, 2005).
b) Keterjangkauan Kondom
Keterjangkauan untuk mendapatkan kondom dengan mudah
dengan harga yang terjangkau akan mempengaruhi seseorang dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.idmenggunakan kondom dalam melakukan hubungan
digilib.uns.ac.id
seksual.
Apabila harga kondom tidak terjangkau maka akan mempengaruhi
perilaku seseorang dalam menggunakan kondom (Green, 2005).
3) Faktor Reinforching
Ketegasan PSK di lokalisasi, Untuk mencapai perubahan sosial yang
memperlambat epidemik HIV/AIDS, wanita harus dapat mewakili
dirinya sendiri dalam proses pengembalian keputusan di lingkungan
sosial setempat. Dengan demikian para PSK disini harus ikut dalam
proses pengambilan keputusan dalam pemakaian kondom tersebut(
Green,2005).
b. Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu
health promotion. Penerjemahan kata health promotion atau tepatnya
promotion of health kedalam bahasa Indonesia pertama kali dilakukan
ketika para ahli kesehatan masyarakat di Indonesia menerjemahkan lima
tingkatan pencegahan (five levels of prepention) dari H.R.Leavell dan E.
G. Clark dalam buku Preventive Medicine for The Doctor in This
Community. Promosi kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan
kesehatan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mampu
berperan secara aktif dalam masyarakat sesuai sosial budaya setempat
yang didukung oleh kebijakan public yang berwawasan luas (Depkes RI,
2007). Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan
menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan
untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan
(Green dan Ottoson,1998).
Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik
fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta
mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau
mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan
sebagainya). Dalam konferensi ini ,health promotion di maknai sebagai
perluasan dari healht education atau pendidikan kesehatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
a. Pengertian HIV/AIDS digilib.uns.ac.id
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab
menurunya kekebalan tubuh manusia. Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS) yaitu suatu kumpulan gejala penyakit yang disebabkan
oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). AIDS atau disebut juga
dengan Sindrom Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan, merupakan kumpulan
gejala penyakit akibat menurunya system kekebalan tubuh oleh karena
virus yang disebut HIV.
1) Patofisiologis HIV/AIDS
Virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh dengan merusak
sel-sel darah putih (sel T) sebagai penangkal infeksi sehingga lama
kelamaan tubuh berkurang serta mudah terkena penyakit. Virus HIV
terdapat di cairan tubuh dan yang terbukti menularkan adalah darah,
sperma/air mani, cairan vagina dan ASI. Sementara air mata, air ludah,
air kencing dan keringat belum ada laporan menularkan penyakit
AIDS. Bila seseorang dalam darahnya terdapat virus HIV maka orang
tersebut dikatakan positif HIV. Kerusakan pada sistem kekebalan
tubuh seseorang akan menyebabkan seseorang rentan dan mudah
terjangkit bermacam macam penyakit. Serangan penyakit yang
biasanya tidak berbahayapun lama kelamaan dapat menyebabkan sakit
parah bahkan berujung pada kematian. Sehingga AIDS disebut sebagai
Syndrome atau kumpulan dari berbagai gejala penyakit (KPAI, 2010).
Pvirus HIV ertama kali ditemukan pada bulan Januari 1983 oleh
Dr.Luc Montagnier, dan kawan-kawan dari Institute Pasteur Perancis.
Virus diisolasi dari kelenjar getah bening yang membengkak pada
tubuh penderita HIV/AIDS, sehingga awalnya penyakit ini disebut
Lymphadenopathy Associated Virus (LAV). Kemudian bulan Juli 1984
dr.Roberth Gallo dari Lembaga Kanker nasional (NIC) Amerika juga
menyatakan menemukan virus baru dari seseorang yang terinfeksi
HIV dengan menyebutkan Human T-Lymphoytic Virus Tipe III
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(HTLV III). Selain itu ilmuwan J.Levy juga menemukan virus
penyebab AIDS yang dinamakan AIDS Related Virus (ARV).
Akhirnya pada bulan Mei 1986, Komisi Taksonomi Internasional
sepakat menyebut nama virus penyebab AIDS dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV). (Despkes RI, 2003).
Seseorang yang terinfeksi virus HIV dan menderita AIDS sering
disebut ODHA, yaitu singkatan dari orang yang hidup dengan
HIV/AIDS. Penderita yang terinfeksi HIV dinyatakan sebagai
penderita AIDS jika menunjukkan gejala atau penyakit tertentu yang
merupakan suatu akibat dari penurunan sistem kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh virus HIV atau hasil tes darah menunjukkan jumlah
CD<200/mm (Depkes,2007) Virus ini hidup dalam empat jenis cairan
tubuh manusia yaitu darah, sperma, cairan vagina dan Air Susu Ibu
(ASI), tidak hidup dalam cairan tubuh lain seperti air ludah (air liur),
air mata ataupun keringat.
Penyakit HIV/AIDS belum diketemukan vaksin pencegahan atau
obat untuk menyembuhkannya. Masa inkubasi pada orang dewasa
memakan waktu rata-rata 2-3 tahun, bahkan ada yang sampai 5 tahun.
Selama waktu tersebut walaupun seseorang sudah terkena virus HIV
akan masih tampak sehat. Hal ini orang tersebut dapat menularkan
virus HIV kepada orang lain baik secara sadar atau tidak, dalam
penyebutan penderita penyakit ini dibedakan penderita HIV dan
penderita AIDS. Penderita HIV adalah seseorang yang telah positif
terinfeksi virus HIV tetapi beum menunjukkan adanya tanda-tanda
sakit (masih tampak sehat), sedangkan penderita AIDS adalah
seseorang yang telah terinfeksi virus HIV dan sudah menderita dengan
munculnya berbagai gejala AIDS seperti kondisi badan lemah,
terjadinya infeksi pada kulit dan paru-paru ataupun peradangan pada
tenggorokan (DepKes RI,2004).
HIV termasuk golongan retrovirus (kelompok virus yang
mampu mengkopi-cetak materi genetik diri di dalam materi genetik
yang ditumpanginya) yang biasanya menyerang sistem imun manusia
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
yaitu menyerang limfosit T helper yang memiliki digilib.uns.ac.id
reseptor CD4+
dipermukaanya, menghancurkan dan menggangu fungsinya. Limfosit
T helper berfungsi menghasilkan zat kimia yang berperan sebagai
perangsang pertumbuhan dan pembentukan sel-sel lain dalam system
kekebalan tubuh serta sebagai pembentukan anti bodi, sehingga yang
terganggu bukan hanya Limfosit T saja tetapi juga limfosit B, monosit,
makrofag dan lain sebagainya. Apabila HIV telah membunuh sel T
CD4+ hingga jumlahnya menyusut menjadi kurang dari 200 per mikro
liter darah (πL) darah maka kekebalan pada tingkat sel akan hilang
sehinggan kondisi pada saat seperti ini di sebut AIDS. (Komisi
Penanggulangan AIDS Indonesia,2010)
2) Diagnosis HIV/AIDS
Seorang pengidap HIV biasanya mengalami beberapa variasi
manifestasi klinis yang dapat berlangsung dalam kurun waktu cukup
lama (biasanya 5-10 tahun, tidak sama pada setiap orang). Pasien
dapat mengalami hidup sehat tanpa gejala apa-apa (asymptomatic)
dan menghadapi kematian. Masa inkubasi sangat tergantung pada daya
tahantubuh tiap orang, rata-rata 5-10 tahun. Selama masa ini penderita
tidak memperlihatkan gejala-gejala, tetapi kekebalan tubuhnya
semakin menurun dimana fungsi sistem kekebalan tubuh rusak. Bila
kerusakan sistem kekebalan semakin parah, penderita akan mulai
menampakkan gejala-gejala AIDS.
Secara singkat perjalanan HIV/AIDS dapat dibagi dalam empat
stadium :
a) Stadium Pertama : awal infeksi HIV
Infeksi dimulai dengan masuknya HIV kedalam tubuh dan di
ikuti terjadinya perubahan serologik ketika antibodi terhadap virus
berubah dari negatif menjadi positif. Rentang , waktu dari
masuknya HIV hingga tes antibodi positif di sebut Window
Periode, lamanya 1-6 bulan. Pada stadium ini dapat menularkan
bahkan sangat menular. Gejala-gejala yang ditunjukkan seperti:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.iddemam, kelelahan, nyeri sendi, pembesaran kelenjar
digilib.uns.ac.id
getah bening,
gejala –gejala ini menyerupai influenza/monokleo-sis.
b) Stadium Dua : Asimtomatik (tanpa gejala)
Asimptomatik berarti bahwa di dalam organ tubuh terdapat
HIV tetapi tubuh tidak menunjukkan gejala sakit. Keadaan ini
dapat berlangsung rata-rata 5-10 tahun. Fase ini juga menular
walau penderita tampak sehat-sehat saja.
c) Stadium Tiga : ARC (AIDS Related Complex)
Fase ini ditandai dengan demam > 38°C secara berkala terus
menerus, menurunya berat badan lebih dari 10% dalam waktu tiga
bulan, pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata, tidak
hanya muncul pada satu tempat dan berlangsung lebih dari satu
bulan, diare secara berkala/ terus-menerus dalam waktu yang lama
tanpa sebab yang jelas, kelemahan tubuh yang menurunkan
aktifitas fisik, berkeringat pada waktu malam hari.
d) Stadium Empat : AIDS
Gejala yang ditunjukkan berupa gejalaklinis utama yaitu
terdapatnya kanker kulit yang disebut dengan Sarcoma Kaposi,
kanker kelenjar getah bening (limfe), infeksi penyakit penyerta
misalnya : pneumonia yang disebabkan oleh pneumocytis carinii,
TBC, peradangan otak/ selaput otak (Depkes RI,1997).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Zoster, adanya herpes zoster, Limfadenopati generalisata, kandidiasis
mulut dan orofaring, Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.
Cara mendiagnosa yang paling spesifik adanya infeksi HIV
adalah dengan membuktikan secara langsung adanya virus HIV dalam
jaringan penderita melalui isolasi HIV, tetapi hal ini masih kurang
sensitive dan belum tersedia. Untuk itu perlu tes penjaringan antibodi
HIV positif berulang yaitu misalnya dengan Elisa yang mana pada
hasil tes tambahan misalnya tes Western blot jugan positif harus
dianggap sebagai terinfeksi atau menginfeksi. Cara Penularan HIV
dapat ditemukan pada darah dan cairan seksual (cairan semen pada
laki lakidan cairan sekresi vagina pada wanita). Banyak orang
mendapatkan HIV dengan melalui hubungan seksual yang tidak
terlindungi, dan wanita lebih beresiko mendapatkan HIV. Selain itu
juga disebabkan oleh darah yang terinfeksi yang kemudian masuk ke
dalam tubuh. Bisa melalui tranfusi darah, dari jarun jahit atau pisau
bedah yang telah terinfeksi dan tidak steril, jarum suntik, berbagi atau
bergantian menggunakan pisau cukur, HIV juga bisa ditularkan dari
ibu dan bayinya (WHO,1992). Sampai saat ini hanya darah dan air
mani/cairan semen dan sekresi serviks/ vagina yang terbukti sebagai
sumber penularan serta ASI yang dapat menularkan HIV dari ibu ke
bayinya. Oleh karena itu HIV dapat tersebar melalui hubungan seks
baik pada homoseksual maupun heteroseksual, bisa melalui
penggunaan jarum yang tercemar pada penyalahgunaaan NAPZA,
tertusuk jarum atau alat yang tajam saat terjadi kecelakaan kerja pada
sarana pelayanan kesehatan, melalui tranfusi darah, donor organ, in
utero, serta pemberian ASI dari ibu ke anak. Tidak ada bukti bahwa
HIV dapat menular melalui kontak sosial, alat makan toilet, kolam
renang, udara ruangan, maupun oleh karena gigitan nyamuk atau
serangga (Depkes RI, 2006).
Menurut Munijayya (1999), beberapa faktor resiko penularan
HIV (situasi dan perilaku) yang berkembang dimasyarakt patut
diwaspadai karena kemungkinan akan menjadi pemicu ledakan HIV di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Indonesia, diantaranya adalah kasus praktik pelacurandigilib.uns.ac.id
yang semakin
berkembang tidak saja di kota kota besar akan tetapi sudah merambah
ke pedesaan, pergaulan bebas yang menjurus ke perilaku seks bebas,
masih tingginya penggunaan jarum suntik dan peralatan kedokteran
lainya yang kurang steril di pusat-pusat pelayanan kesehatan. Situasi
lain yang ikut menyuburkan terjadinya perilaku beresiko adalah
rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang cara penularan
AIDS (aspek kemiskinan pengetahuan ). Situasi ini dapat dilihat dari
masih berkembangnya stigma dan persepsi salah tentang cara
penularan HIV yang berakibat pada pengucilan pengidap HIV. Masih
berkembangnya sikap masyarakat yang hanya menyalahkan
kelompok-kelompok tertentu (denial attitude) sebagai sumber
penularan HIV dimasyarakat juga merupakan indikator masih
rendahnya kesadaran masyarakat akan masalah HIV/AIDS.
HIV/AIDS dapat menular melalui beberapa cara yaitu:
1) Lewat cairan darah:
a) Melalui tranfusi darah/ produk darah yang tercemar HIV
b) Lewat pemakai jarum suntik yang tercemar HIV, yang dipakai
secara bergantian tanpa sisterilkan, misalnya pemakaian jarum
suntik pada kalangan pengguna narkoba suntikan atau penasun.
c) Melalui pemakaian jarum suntik yang berulang kali dalam
kegiatan lain misalnya penyuntikan imunisasi dan obat.
d) Pemakaian alat tusuk yang menembus kulit, misalnya alat
tindik, tato dan alat facial wajah.
2) Lewat cairan sperma dan cairan vagina
Melalui hubungan seks penetrative (penis masuk kedalam
vagina atau anus) tanpa menggunakan kondom, sehingga
memungkinkan terjadi adanya luka (untuk hubungan seks lewat
vagina), atau tercampunya cairan sperma dengan darah, yang
mungkin terjadi dalam hubungan seks lewat anus.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penularan ini dimungkinkan dari ibu hamil yang positif HIV
dan melahirkan melalui vagina, kemudian menyusui bayinya
dengan ASI. Kemungkinan tertularnyadari ibu ke bayinya (mother
to child transmition) ini berkisar hingga 30% artinya dari setiap
sepuluh kehamilan dari ibu HIV positif kemungkinan ada tiga bayi
yang lahir dengan HIV positif (Dekes RI, 2003).
HIV tidak menular dan menularkan dengan melalui:
a) Hidup serumah dengan penderita HIV/AIDS, asal tidak
berhubungan seksual
b) Menjabat tangan, mengobrol, memeluk, berciuman pipi,
bersenggolan badan dengan penderita HIV/AIDS
c) Penderita HIV/AIDS bersin, batuk, berkeringat, mengeluarkan
air mata
d) Digigit serangga, nyamuk dan binatang peliharaan
e) Berenang bersama-sama dikolam renang
f) Menggunakan toilet bersama-sama
g) Melalui makan dan minum bersama, menggunakan sisir
bersama, handuk dan baju (WHO,1992).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
wanita akan lebih lama terobati untuk penyakit PMSnya, sedangkan PMS
merupakan suatu faktor yang berpengaruh terhadap penularan AIDS.
Wanita cenderung masih berkedudukan dibawah pria secara sosial budaya,
hal ini merupakan keadaan yang kurang mendukung dalam pemberantasan
HIV/AIDS, terutama bila anjuran KIE untuk pencegahan HIV/AIDS adalah
dengan melakukan puasa seksual atau penggunaan kondom. Hal ini
dikarenakan dua hal tersebut tidak berada dibawah kekuasaan wanita untuk
menentukanya.
5. Lokalisasi
Lokalisasi yaitu merupakan suatu tempat dimana para Pekerja Seks
Komersial melakukan pelacuran. Umumnya tempat tersebut terdiri atas
rumah-rumah kecil atau tenda-tenda yang dikelola oleh mucikari atau germo.
Di dalam tempat tersebut tersedia perlengkapan tempat tidur, kursi tamu,
pakaian, alat berhias, serta para PSK. PSK tersebut tinggal ditempat tersebut
dengan harus membayar uang untuk menempati rumah tersebut, membayar
keamanaan dan lain sebagainya. (Hawari,2006).
Tempat lokalisasi biasanya tempat terisolir atau terpisah dari kompleks
penduduk lainya. Tujuan dibentuknya lokalisasi adalah untuk menjauhkan
dari masyarakat umum terutama anak-anak puber, dan remaja dewasa dari
pengaruh-pengaruh yang tidak bermoral dan pengaruh dari pelacuran,
menghindarkan gangguan-gangguan kaum pria hidung belang terhadap wanita
baik-baik, memudahkan pengawasan para pekerja seks komersial terutama
mengenai kesehatan dan keamananya, memudahkan tindakan preventif dan
kuratif terhadap PMS, mencegah pemerasan terhadap PSK yang pada
umumnya selalu menjadi pihak yang paling lemah (Kartono, 2003)
B. Kerangka Berpikir
Menurut Lawrence Green (1980) membedakan determinan masalah
kesehatan menjadi dua faktor yaitu faktor perilaku (behaverioral factors) dan
faktor di luar perilaku (non behaverioral factors). Dalam faktor perilaku menurut
Green (1980) dikemukakan bahwa perilaku seseorang terhadap suatu obyek
dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu :
1. Predisposing faktor (faktor pemudah)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Yang termasuk dalam faktor pemudah antara lain, pengetahuan terhadap
apa yang dilakukan kepercayaan, nilai, pengalaman, serta beberapa faktor
sosial, demografi, seperti status perkawinan status dan ekonomi, umur, gender.
2. Enabling factor (faktor pemungkin)
Terdiri dari ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan ketersediaan
fasilitas kesehatan, jarak/akses ke tempat pelayanan kesehatan) ketersediaan
sumber daya kesehatan.
3. Reinforching factor (faktor penguat)
Faktor penguat meliputi : peran serta petugas kesehatan, kebijakan, tokoh
masyarakat, tokoh agama.
Kerangka teori perubahan perilaku tersebut di atas dapat dilihat pada
gambar di bawah ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Faktor predisposisi
- Sikap
- Nilai
- Pengetahuan
- Keyakinan
- Pengalaman
- Faktor sosial demografi
Kerangka Konsep
Faktor predisposisi
- Pengetahuan Wanita Pekerja Seks
Komersial tentang HIV/AIDS
- Faktor sosial demografi, umur,
pendidikan, status perkawinan,
pekerjaan
Faktor Pendukung Perilaku
Pencegahan
- Ketersediaan kondom di HIV/AIDS oleh
lokalisasi PSK
- Keterjangkauan harga kondom
Faktor Penguat
- Ketegasan PSK di lokalisasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
C. Hipotesis digilib.uns.ac.id
1. Terdapat pengaruh Pendidikan terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS pada
Wanita Pekerja Sek Komersial
2. Terdapat pengaruh Pengetahuan tentang HIV AIDS terhadap perilaku
pencegahan HIV/AIDS pada Wanita Pekerja Sek Komersial
3. Terdapat pengaruh Ketersediaan kondom terhadap perilaku pencegahan
HIV/AIDS pada PSK
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kekuasaan dalam meminta pelanggan mereka untuk menggunakan kondom
berada dalam kategori buruk. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan
bahwa 85,6% dari kekuatan pekerja seks komersial tawar untuk meminta
pelanggan mereka untuk menggunakan kondom dapata dijelaskan oleh
pengetahuan dan sikap pekerja seks komersial, kompleksitas kondom,
pelanggan kenyamanan, dan lembaga swadaya masyarakat.
3. Andi Fadhali, dkk (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “ Faktor Yang
Berhubungan Dengan Pencegahan HIV/AIDS di Kalangan Pramusaji Kafe Di
Tanjung Biru Kabupaten Bulu Kamba”. Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional
study dengan menggunakan metode exhausting sampling dimana sampel
penelitian yang berada di 16 kafe sebanyak 76 orang. Data di analisis dengan
menggunakan uji Chi Square dengan α 0,05 dan koefisisan π (phi). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 72,4% pramusaji melakukan praktik
pencegahan secara baik, yaitu tidak melakukan hubungan seks dengan
pelanggan dan pelanggan konsisten menggunakan kondom saat berhubungan
seks. Hasil uji Chi Square menunjukkan variabel yang berhubungan secara
signifikan dengan p < 0,05, yakni variabel pengetahuan (p=0,002) dengan
kekuatan hubungan sedang (ϕ=0,361), dan sikap (p=0,000) dengan kekuatan
hubungan sedang (ϕ 0,646), sedangkan empat variabel lainya tidak
berhubungan dengan praktik pencegahan yaitu ketersediaan kondom,
dukungan pendidik sebaya, dukungan teman sebaya, dan dukungan keluarga.
Untuk pramusaji kafe yang berstatus WPS agar mewajibkan pelangganya
selalu menggunakan kondom. Dinas Kesehatan dan KPA Kabupaten Bulu
Kamba agar lebih meningkatkan informasi mengenai pencegahan HIV/ AIDS.
Peningkatan kinerja pendidik sebaya dalam hal komunikasi, informasi dan
edukasi tentang HIV AIDS agar dapat memberikan penyuluhan dan
pendekatan kepada pramusaji yang efektif dan maksimal.
4. Wong Mee Lian, et all dalam penelitianya yang berjudul Sexually Transmitted
Diseases and Condom Use Among Female Freelance and Brothel- Based Sex
Workers in Singapore, 1999 Studi belah lintang (cross sectional) pada 111
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
WPS Tidak Langsung yang ditangkap karena prostitusi illegaldigilib.uns.ac.id
dari November
1996 sampai Maret 1997 dan 333 WPS Langsung yang dipilih acak (random).
Semua responden dilakukan tes IMS. Hasil : Prevalensi IMS pada WPS tidak
langsung lebih tinggi dibandingkan dengan WPS langsung (34.8% vs. 24.0%).
Tingkat penggunaan kondom yang tidak konsisten secara signifikan lebih
tinggi pada WPS Tidak Langsung dan berasosiasi terhadap umur yang masih
muda, jumlah klien yang menurun, dan persepsi penggunaan kondom pada
kelompok sebaya
5. Ratnawati, (2002) dalam penelitiannya yang berjudul “Perilaku Waria Pekerja
Seks Komersial dalam Upaya Penanggulangan Penyakit Menular Seksual dan
AIDS di Kota Madiun”. Penelitian ini menggunakan teknik sampling
purposive sebanyak 10 orang dan penentuan subjek secara snowball chain
sampling. Hasil penelitian menunjukan: 1) Pengetahuan tentang PMS dan
AIDS Subjek sudah mengetahui tanda-tanda,penularan, cara melindungi diri,
serta cara berhubungan seks yang aman dari penularan PMS dan ada juga
yang belum mengetahui 2) Sikap Waria terhadap PMS dan AIDS yaitu
dengan memberitahu teman jika ada pelanggan yang menderita PMS/AIDS,
tetap bergaul dengan teman yang menderita PMS dan AIDS, penggunaan
kondom adalah ada subjek yang kurang setuju karena kurang nikmat dan sakit
tetapi ada juga yang setuju 3) Praktik sebagai Waria PSK yaitu Jumlah
Pasangan tiap bulan beda-beda, ada yang di lakukan dengan menggunakan
kondom dan minum obat dan tidak pakai apa-apa, perasaan waktu
menggunakan kondom tidak nyaman dan sakit tetapi ada juga yang tidak
masalah. Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian
sebelumnya meliputi, metode penelitian, teknik pengambilan sampling,
jumlah responden, tempat dan waktu penelitian.
6. Irwan Budiono, (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Konsistensi
Penggunaan Kondom oleh Wanita Pekerja Seks Komersial/Pelanggannya”
metode peneltian survey melibatkan 140 WPS di resosialisasi Argerjo
Semarang. Variabel bebas penelitian meliputi pengetahuan tentang PMS dan
HIV/AIDS, sikap terhadap penggunaan kondom, akses informasi tentang IMS
dan HIV/AIDS, persepsi pelanggan tentang kemampuan melakukan hubungan
seks aman, dan dukungan germo. Variabel terikat adalah konsistensi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
penggunaan kondom. Hasil penelitian menunjukkan angka konsistensi
penggunaan kondom sebesar 62,9%. Faktor yang terbukti berhubungan
dengaan praktik penggunaan kondom adalah WPS tentang IMS dan
HIV/AIDS, sikap WPS terhadap penggunaan kondom, akses informasi
tentang IMS dan HIV/AIDS, persepsi pelanggan tentang kemampuan untuk
melakukan perilaku seks secara aman, serta dukungan germo. Simpulan
penelitian, pengetahuan, sikap, akses informasi, persepsi, dan dukungan
germo berpengaruh terhadap penggunaan kondom.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id BAB III digilib.uns.ac.id
METODE PENELITIAN
38
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penentuan besar sampel menggunakan rumus bahwa variabel independen
(variabel bebas) dikali 15-20 (Murti, 2010). Sehingga didapat sampel 120-
160.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah :
a. Pendidikan
b. Pengetahuan tentang HIV /AIDS
c. Ketersediaan kondom
2. Variabel Dependen
Perilaku pencegahan HIV/AIDS pada Wanita Pekerja Seks Komersial
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Skala data pengetahuan ordinal , untuk analisis data diubahdigilib.uns.ac.id
menjadi
dikotomi dengan kategori :
Pertanyaan yang benar di beri nilai 1
Pertanyaan yang salah atau tidak menjawab di beri nilai 0
3. Ketersediaan Kondom
a. Definisi
Ketersediaan kondom adalah ada tidaknya kondom di Lokasisasi tersebut
b. Alat ukur adalah kuesioner
c. Skala data
Skala data adalah nominal
Kategori
Tidak tersedia 1
Tersedia 0
4. Perilaku pencegahan HIV/ AIDS
a. Definisi
Adalah tindakan Wanita Pekerja Sek Komersial untuk mencegah HIV/AIDS
dengan penggunaan kondom
b. Alat ukur adalah Kuesioner
c. Skala data adalah ordinal
d. Katergori :
Melakukan pencegahan jika nilai ≥ mean
Tidak melakukan pencegahan jika nilai < mean
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Sebelum alat pengumpul data digunakan untuk penelitian,digilib.uns.ac.id
terlebih dahulu
dilakukan uji coba instrumen pada responden untuk keperluan uji validitas
dan uji reliabilitas.
Validitas isi dari kuisioner dinilai dengan cara memeriksa apakah item-
item pertanyaan di dalam kuisioner memang sudah sesuai dengan isi (content)
dari masing-masing variabel yang diteliti, khususnya variabel umur,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, pengetahuan tentang HIV/AIDS,
ketersediaan kondom. Isi masing-masing variabel tersebut dinilai
kesesuaiannya dengan definisi variabel sebagai hasil sintesis dari teori-teori
yang relevan,
Berdasarkan dari sintesis teori, penggunaan definisi variabel menurut
peneliti sebelumnya dan pakar, selanjutnya isi dari masing-masing variabel
dijabarkan dalam sejumlah kisi-kisi (tabel 3.1, 3.2, 3.3). Selanjutnya kisi-kisi
tersebut dituangkan dalam pertanyaan-pertanyaan kuesioner. Sebuah
kuesioner mempunyai validitas isi yang tinggi jika semua item pertanyaan
kuesioner relevan dan meliputi semua aspek isi variabel yang akan diukur.
Tabel 3.1 Instrumen untuk mengukur variabel perilaku pencegahan
HIV/AIDS pada PSK
No Item Total Item
Aspek elemen
Favorable Unfavorable
1. Pencegahan hubungan seks 25,26,27 3
berganti-ganti pasangan
2. Perilaku penggunaan kondom 28,29,30,31 4
Sub total 7
Sub total 15
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 3.3 Instrumen untuk mengukur variabel Ketersediaan Kondom
No Item Total Item
Aspek elemen
Favorable Unfavorable
Ketersediaan Kondom di 21,22,23,24 4
lokalisasi
Sub total 4
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
penelitian ini uji reliabilitas menggunakan metode Alpha Cronbach dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
∑
( )
Keterangan :
α = koefisien reliabilitas alpha
k = jumlah item
Sj = Varians responden untuk item
Sx = Jumlah varian skor total
G. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini instrumen yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden adalah dengan menggunakan lembar kuisioner. Kuisioner
merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung
(peneliti tidak langsung tanya-jawab dengan responden), yang berisi sejumlah
pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden, sedangkan kuisioner
pada penelitian ini berupa kuisioner tertutup di mana pertanyaan yang telah
disusun memiliki alternatife jawaban (option) yang tinggal dipilih oleh responden.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Responden tidak memberikan jawaban atau respon lain kecuali yang telah tersedia
sebagai alternatif jawaban
H. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis Univariat digunakan untuk mengetahui gambaran diskriptif
masing-masing variabel serta data karakteristik lainnya. Penyajian data
secara diskriptif dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisis diskriptif
dimaksudkan untuk mengetahui sebaran (distribution) dan frekuensi
jawaban subjek penelitian terhadap kuesioner yang telah diisi dan
kecenderunganya.(Sunyoto, 2011)
b. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat di gunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel
independen dan variabel dependen dengan menggunakan uji chi square
c. Analisis Multivariat
Analisis Multivariat di gunakan untuk melihat pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen dengan melakukan uji regresi
logistik berganda. Analisis ini menggunakan bantuan program SPSS
p
Ln = ––– = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
1–p
Keterangan :
Ln = Logaritma natural
P = probabilitas untuk perilaku pencegahan (menggunakan kondom)
1-p = probabilitas untuk perilaku tidak menggunakan kondom
X1 = pendidikan (0=rendah (lulus SD dan tdk tamat SD) 1=tinggi (tamat SLTP,SLTA,
Akademi, PT)).
X2 = pengetahuan tentang HIV/AIDS (0=kurang(jika score ≤mean) 1=baik(jika
score≥mean)
X3 = ketersediaan kondom (0=tidak tersedia 1=tersedia)
a = konstanta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengaruh variabel yang diteliti, baik umur, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, pengetahuan tentang HIV AIDS, ketersediaan kondom, dan perilaku
terhadap pencegahan HIV AIDS terdapat Odds Ratio (OR) yaitu eksponential
dari b, kemaknaan statistik dari Odds Ratio di uji dengan uji Wald. Hasilnya
ditunjukkan oleh nilai p.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil tes reliabilitas pengetahuan tentang HIV/AIDS diperoleh korelasi item total
> 0,20 untuk masing-masing item kuesioner dan alpha cronbach > 0,60.
Sehingga kueisoner yang dihasilkan memenuhi syarat minimal konsistensi internal
dan selanjutnya digunakan dalam pengambilan data dalam penelitian ini
C. Subjek penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
1. Subjek Penelitian Berdasarkan Umur digilib.uns.ac.id
Tabel 4.2 menunjukkan mayoritas subjek penelitian berusia 20 – 45 Tahun
sebanyak 96 orang (60,0%).
Tabel 4.2. Subjek penelitian Berdasarkan Umur
Umur N %
< 20 Tahun 23 14,4
20 – 45 Tahun 96 60,0
46 – 50 Tahun 41 25,6
Total 160 100
Sumber : Data Primer diolah 2015
Pekerjaan N %
IRT 60 37,5
Swasta 72 45,0
Lainnya 28 17,5
Total 160 100
Sumber : Data Primer diolah 2015
Status Pernikahan N %
Belum menikah 26 16,2
Menikah tinggal bersama 13 8,1
Menikah tidaktinggal bersama 19 11,9
Cerai hidup 69 43,1
Cerai mati 33 20,6
Total 160 100
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Sumber : Data Primer diolah 2015
Tempat tinggal N %
Tinggal sendiri 108 67,5
Bersama wanita di lokalisasi 13 8,1
Bersama teman di kontrakan 10 6,2
Bersama keluarga 22 13,8
Bersama pasangan 7 4,4
Total 160 100
Sumber : Data Primer diolah 2015
D. Pengujian Hipotesis
1. Analisis Bivariat
a. Pengaruh Pendidikan terhadap Perilaku Pencegahan HIV/AIDS Pada Pekerja
Seks Komersial
Hasil perhitungan chi square untuk melihat hubungan yang
mempengaruhi pendidikan terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS dapat
dilihat pada cross tabulation tabel 4.6
Perilaku Pencegahan
Pendidi Total OR P
kan Baik Kurang
F % F % F %
< SMA 28 17,5 23 14,4 51 31,9 1,54 0,226
≥ SMA 71 44,4 38 23,7 109 68,1
Jumlah 99 61,9 61 38,1 160 100
Sumber : Data Primer diolah 2015
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.6. menunjukkan nilai Odds Ratio sebesar 1,54digilib.uns.ac.id
berarti bahwa
wanita pekerja seksual dengan pendidikan ≥ SMA mempunyai kemungkinan
1,54 kali lebih besar untuk melakukan pencegahan HIV/AIDS dibandingkan
wanita pekerja seksual dengan pendidikan < SMA. Hasil uji Chi-Square
menunjukkan bahwa ada hubungan pendidikan dengan pencegahan HIV/AIDS
dan secara statistik tidak signifikan (p = 0,226).
b. Pengaruh Ketersediaan Kondom terhadap Perilaku Pencegahan HIV/AIDS
Pada Pekerja Seks Komersial
Hasil perhitungan chi square hubungan yang mempengaruhi ketersediaan
kondom terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS dapat dilihat pada cross
tabulation tabel 4.7.
Tabel 4.7. Hubungan ketersediaan kondom terhadap Perilaku
Pencegahan HIV/AIDS
Perilaku Pencegahan
Total OR p
Kondom Baik Kurang
F % F % F %
Tersedia 96 60,0 47 29,3 143 89,3 0,11 < 0,001
Tdk tersedia 3 1,9 14 8,8 17 10,7
Jumlah 99 61,9 61 38,1 160 100
Sumber : Data Primer diolah 2015
Tabel 4.7. menunjukkan nilai Odds Ratio sebesar 0,11 berarti bahwa wanita pekerja
seksual dengan ketersediaan kondom mempunyai kemungkinan 0,11 kali lebih
besar untuk melakukan pencegahan HIV/AIDS dibandingkan wanita pekerja seksual
yang tidak tersedia kondom. Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada
hubungan ketersediaan kondom dengan pencegahan HIV/AIDS dan secara statistik
signifikan (p < 0,001).
c. Pengaruh Pengetahuan tentang HIV/AIDS terhadap Perilaku Pencegahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 4.8. Hubungan pengetahuan HIV AIDS terhadap Perilaku
Pencegahan HIV AIDS
Perilaku Pencegahan
Pengeta Total OR p
huan Baik Kurang
F % F % F %
Tinggi 61 38,1 25 15,6 86 53,7 2,31 0,014
Rendah 38 23,8 36 22,5 74 46,3
Jumlah 99 61,9 61 38,1 160 100
Sumber : Data Primer diolah 2015
Tabel 4.8. menunjukkan nilai Odds Ratio sebesar 2,31 berarti bahwa wanita
pekerja seksual dengan pengetahuan tinggi mempunyai kemungkinan 2,31 kali
lebih besar untuk melakukan pencegahan HIV/AIDS dibandingkan wanita
pekerja seksual dengan pengetahuan rendah. Hasil uji Chi-Square
menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan pencegahan
HIV/AIDS dan secara statistik signifikan (p = 0,014).
Tabel 4.9. menunjukkan hasil regresi logistik ganda tentang faktor-faktor yang
berpengaruh pada pencegahan HIV/AIDS terdapat pengaruh yang positif dengan
kekuatan sedang dan secara statistik signifikan antara pengetahuan tentang HIV
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
AIDS dan perilaku pencegahan HIV/AIDS serta ketersediaan kondom dan perilaku
pencegahan HIV/AIDS.
Nilai Odd Ratio variabel pendidikan sebesar 1,33 berarti bahwa wanita
pekerja seksual dengan pendidikan ≥ SMA mempunyai kemungkinan 1,33 kali
lebih besar untuk melakukan pencegahan HIV/AIDS daripada wanita pekerja
seksual dengan pendidikan < SMA. Batas bawah 0,64 dan batas atas
2,78bmaksudnya adalahbahwa hasil Uji Wald menunjukkan adanya pengaruh antara
pendidikan terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS pada wanita pekerja seks
komersial dan secara statistik tidak signifikan (OR= 1,33; CI=95%; 0,64 hingga
2,78 ; p = 0,450). Nilai Common Odds ratio Lower Bound dan Upper Bound
menunjukkan batas atas dan batas bawah odds ratio, yang artinyavsetidaknya wanita
pekerja seksual dengan pendidikan ≥ SMU sekurang-kurangnya 0,64 kali lipat
untuk melakukan pencegahan HIV/AIDS dan paling besarsebesar 2,78 kali lipat
dapat melakukan pencegahan HIV/AIDAS.
Nilai Odd Ratio variabel ketersediaan kondom 0,10 berarti bahwa wanita
pekerja seksual dengan ketersediaan kondom mempunyai kemungkinan 0,10 kali
lebih besar untuk melakukan pencegahan HIV/AIDS daripada wanita pekerja
seksual yang tidak tersedia kondom. Hasil uji wald menunjukkan adanya pengaruh
antara ketersediaan kondom terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS dan secara
statistik signifikan (OR= 0,10; CI=95%; 0,03 hingga 0,38; p = 0,001). Nilai
Common Odds Ratio Lower Bound dan Upper Bound menunjukkan batas atas dan
batas bawah odds ratio, yang artinya setidaknya wanita pekerja seksual dengan
menggunakan kondom sekurang-kurangnya 0,03 kali lipat untuk melakukan
pencegahan HIV/AIDS.
Nilai Odd Ratio variabel pengetahuan sebesar 2,31 berarti bahwa wanita
pekerja seksual dengan pengetahuan tentang HIV/AIDS tinggi mempunyai
kemungkinan 2,31 kali lebih besar untuk melakukan pencegahan HIV/AIDS
daripada wanita pekerja seksual dengan pengetahuan rendah. Hasil uji wald
menunjukkan adanya pengaruh antara pengetahuan terhadap perilaku pencegahan
HIV/AIDS dan secara statistik signifikan (OR= 2,31; CI=95%; 1,16 hingga 4,61; p
= 0,018). Nilai Common Odds Ratio Lower Bound dan Upper Bound menunjukkan
batas atas dan batas bawah odds ratio, yang artinya setidaknya wanita pekerja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
seksual dengan pengetahan tentang HIV/AIDS tinggi sekurang-kurangnya 1,16 kali
lipat untuk melakukan pencegahan HIV/AIDS dan paling besar sebesar 4,61 kali
lipat melakukan pencegahan HIV/AIDS.
Nilai Negelkerke R2 sebesar 17,8% mengandung arti ke tiga variabel bebas
(pendidikan, ketersediaan kondom dan pengetahuan tentang HIV/ AIDS) mampu
menjelaskan perilaku pencegahan HIV/AIDS sebesar 17,8% dan sisanya yaitu
sebesar 82,2% dijelaskan oleh faktor lain diluar model penelitian.
E. Pembahasan
1. Pengaruh pendidikan terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh antara pendidikan
terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS pada pekerja seks komersial dan secara
statistik tidak signifikan (p = 0,266), menurut Green (2005) bahwa tingkat
pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam mewujudkan proses
perubahan perilaku seseorang, di mana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
maka semakin mudah dalam menerima informasi.
Pendidikan berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk menerima dan
merespon informasi. Dimana tingkat pendidikan SMA/sederajat lebih mudah dalam
menyerap informasi yang diterima yang sifatnya mendidik. Hal ini berarti semakin
tingginya tingkat pendidikan maka semakin baik pula dalam kemampuan menyerap
pesan kesehatan (Anggraini, 2005).
2. Pengaruh Ketersediaan Kondom terhadap Perilaku Pencegahan HIV/AIDS
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh antara ketersediaan kondom
terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS pada pekerja seks komersial dan secara
statistik signifikan (p < 0,001). Dengan tersedianya kondom maka akan
meningkatkan perilaku pencegahan terhadap HIV/AIDS. Menurut Green (2005),
bahwa semakin mudah kondom didapat dan terjangkau harganya maka akan
semakin memungkinkan seseorang untuk menggunakannya.
Orang yang mendapatkan kondom secara gratis biasanya akan malas untuk
menggunakan kondom tersebut, hal ini dikarenakan banyak pasangan seks yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
menolak menggunakan kondom. Sedangkan penggunaan kondom dari hasil
membeli akan meningkatkan kesadaran untuk menggunakannya karena takut akan
menularkan atau tertular virus HIV/AIDS (Habasiah, 2000).
Hasil penelitian dari Yustina (2010) menyatakan bahwa selain ketersediaan
kondom, yang berpengaruh kepada perilaku pencegahan yaitu kekuatan tawar atau
ketegasan dari WPS dengan klien. Semakin kuat WPS dalam menjelaskan kepada
klien untuk pemakaian kondom maka semakin meningkatkan perilaku pencegahan
HIV/AIDS.
3. Pengaruh Pengetahuan tentang HIV AIDS terhadap Perilaku Pencegahan
HIV/AIDS
Hasil uji Chi-Square ada hubungan antara pengetahuan terhadap perilaku
pencegahan HIV/AIDS pada pekerja seks komersial dan secara statistik signifikan
(p = 0,014). Menurut Green (2005), pengetahuan adalah hasil yang diperoleh setelah
orang tersebut melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu dan pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk perilaku seseorang.
Sehingga orang yang memiliki pengetahuan HIV/AIDS akan melakukan tindakan
yang tepat aman dan sehat dalam melakukan hubungan seksual misalnya dengan
menggunakan kondom (Sumantri, 1984).
Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu dari Ratnawati (2002),
semakin baik pengetahuan WPS tentang HIV/AIDS maka akan semakin
meningkatkan perilaku pencegahan HIV/AIDS. Penelitian yang senada dari
Budiono (2011) bahwa pengetahuan tentang HIV/AIDS berpengaruh secara
signifikan dengan perilaku pencegahan, semakin mereka tahu pentingnya
melakukan pencegahan terhadap HIV/AIDS maka mereka akan tegas kepada
pelanggan agar mau mengikuti kemauan mereka dalam menggunakan kondom.
Ketegasan dalam tawar-menawar dengan pelanggan dalam melakukan pencegahan
dengan menggunakan kondom ditentukan oleh pengetahuan WPS (Yustina, 2010).
F. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu instrumen penelitian menggunakan
kuesioner sehingga hanya membahas tentang metode statistikal sehingga kurang
melakukan observasi dan wawancara mendalam (indeep interview) terhadap pekerja
seks komersial.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id BAB V digilib.uns.ac.id
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh positif yang secara statistik tidak signifikan dari pendidikan
(OR= 1,33; CI=95%; 0,64 hingga 2,78 ; p = 0,450). terhadap perilaku pencegahan
HIV/AIDS.
2. Terdapat pengaruh positif yang secara statistik signifikan dari ketersediaan kondom
(OR= 0,10; CI=95%; 0,03 hingga 0,38; p = 0,001) terhadap perilaku pencegahan
HIV/AIDS.
3. Terdapat pengaruh positif yang secara statistik signifikan dari pengetahuan tentang
HIV/AIDS (OR= 2,31; CI=95%; 1,16 hingga 4,61; p = 0,018) terhadap perilaku
pencegahan HIV/AIDS.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Teori perilaku Procede dan Precede dari Green (2005), dapat digunakan
sebagai landasan teoritis dalam perencanaan program promosi kesehatan khususnya
dalam meningkatkan perilaku pencegahan HIV/AIDS. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel prediktor yang diteliti, baik secara terpisah maupun
secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan yaitu umur, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, ketersediaan kondom dan pengetahuan tentang
HIV/AIDS dari wanita pekerja seks komersial. Peningkatan dalam upaya
melakukan pencegahan terhadap penyakit HIV/AIDS tidak hanya dari pekerja
seksual saja tetapi juga adanya kesadaran dan pengetahuan dari para pelanggan.
2. Implikasi Praktis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan perilaku pencegahan
terhadap HIV/AIDS, sehingga diperlukan pemahaman yang baik tentang penyakit
HIV/AIDS melalui pemberian pendidikan kesehatan yang langsung dilakukan oleh
tenaga kesehatan. Selain itu juga memerlukan dukungan dari pemerintah untuk
mengatur lokalisasi dan mendata untuk membantu ketersediaan kondom hendaknya
lokalisasi menyediakan outlet kondom sehingga akses untuk mendapatkan kondom
lebih mudah dan setiap pekerja seksual agar dapat terpantau kesehatan dan
kesejahteraannya.
3. Implikasi Metodologi
Penelitian ini menggunakan kuesioner sehingga hanya membahas tentang
metode statistikal sehingga kurang melakukan observasi dan wawancara mendalam
(indeep interview) terhadap wanita pekerja seks komersial.
C. Saran
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Bagi Pekerja Seks Komersial
Disarankan untuk selalu menambah pengetahuan tentang HIV/AIDS sehingga dapat
melakukan pencegahan HIV/AIDS dan lebih tegas kepada para pelanggan.
2. Bagi Institusi Kesehatan
a. Disarankan untuk mengadakan program pendidikan dan meningkatkan KIE
tentang pentingnya melakukan pencegahan HIV/AIDS dan lebih menertibkan para
pekerja seksual dalam suatu lokalisasi agar lebih mudah dalam memantau.
b. Disarankan untuk memantau ketersediaan kondom dengan menyediakan outlet
kondom secara gratis sehingga akses untuk menggunakan kondom bagi pelanggan
PSK lebih mudah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id DAFTAR PUSTAKA digilib.uns.ac.id
Abdullah, S, 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Abednego, HM, 1995. Epidemiologi HIV/AIDS Pada Saat ini dan Masa Yang Akan
Datang. Jakarta : Peranan Dokter Pencegahan dan Penanggulangan HIV.
Adhi, Djuanda, 1987. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : FKUI.
Anwar, Saifuddin. 2002. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Edisi II Yogyakarta :
Pustaka Pelajar Offset.
Ariawan, I, 1998. Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan Jurusan
Biostastastik dan Kependidikan. Depok : FKM UI.
Anggraini, S.2005. Faktor –faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual beresiko
terinfeksi HIV/AIDS pada supir truk dan kernet truk jarak jauh di Jakarta timur.
Skripsi.FKM.UI
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan
Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Carl A Kirton 2001, Handbook of HIV/AIDS Nursing Musby United States of America
Charles Sudjadi, 1999, Hambatan Budaya dalam Kesehatan Reproduksi dan HIV/AIDS.
Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Dandona R, Dandona L, Gutierrez JP, Kumar AG, McPherson S, Samuels F,Bertozzi SM,
2005. ASCI FPP Study Team. High risk of HIV in non-brothel based female sex
workers in India. BMC Public Health; 5 : 87.
Debora Imelda, et.al, 2006. Kajian Cepat Program Pencegahan Penelaran HIV dari Ibu ke
Bayi di Indonesia. Jakarta : FISIP UI.
Debus, Mery, 1998. Buku Panduan Diskusi Terarah. Jakarta : Balai Pustaka
_______,2003. Pedoman Nasional Dukungan dan Pengobatan Bagi Odha Buku Pedoman
untuk Petugas Kesehatan dan Petugas Lainnya. Jakarta : Direktorat Jenderal
P2M&PI
_______, 2007. Situasi HIV AIDS di Indonesia Tahun 1987-2006. Jakarta : Pusat Data dan
Informasi laksanaan Infeksi Menular Seksual. Jakarta : Dirjen. PPM & PI
_______,2010 Pedoman Penatalaksanaan Infeksi Menular Seksual. Jakarta : Dirjen. PPM
& PI.
_______, 2011 Condom use among brothel-based sex workers and clients in Bali,
Indonesia (diakses tanggal 12 Januari 2008)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular & Penyehatan digilib.uns.ac.id
Lingkungan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2010. Pedoman Pemberantasan
Infeksi Menular Seksual dan HIV AIDS Jakarta
FHI Jawa Tengah. 2005 Laporan Hasil Penelitian Prevalensi Infeksi Saluran Reproduksi
pada Wanita Penjaja Seks di Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Semarang :
FKM UI. 2006. Laporan Need Assesment Kegiatan HIVAIDS di RSPI-SS-Jakarta Tahun
2006. Jakarta : Pusat Riset Epidemiologi dan Surveilans.
Green. W.I, et.al 1991, Health Education Planning A Diagnostic Approach. California :
Mayfield Publishing Company
Goos D & Adam SD, 1995. Organizing AIDS Taylor & Prancis London
Gochman, David S. 1997. Handbook of Health Behavior Research: Personal and Social
Determinants. Plenum Press New York and London.
Harahap Syaiful, 2012. Penanggulangan HIV/AIDS Menurunkan Insiden Infeksi HIV Baru
dengan Program Kondom. Jakarta : Artikel Kompasiana.com.
http:/edukasi.kompasiana.com/2012/06/28
Hanifa, Laily. 2009. Benarkah Faktor Utama Hubungan Seksual Pranikah Remaja?
http://situskespro.info/krro4.htm. Diakses tanggal 20 Juli 2009
_______, 2008. Population Report Man Made Differences : Slowing The Spreadof
HIV/AIDS. Vol XXXI. Number 2, Oktober 1998.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Hurlock, EB. 1994. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang digilib.uns.ac.id
Rentang
Kehidupan. Alih Bahasa: Istiwidanti & Soejarwo. Jakarta : Erlangga.
Iskandar, MB. et.al 1996. Analisis Situasi HIVAIDS dan Dampaknya Terhadap Anak-anak
Wanita dan Keluarga di Indonesia. Jakarta : Pusat Kesehatan UI
Jean Anderson 2000, A Gaide to The Clinical Care of Women With HIV. HRSA.USA
John C & Benoit F 1995 Sexual Behavior and AIDS in the Developing World, London :
WHO
Lochlan, MC. 1987. Diagnosa & Pengobatan Penyakit Kelamin. Jakarta : Yayasan
Essentica Medica.
Kusnanto, Hari. 2010. Metode Penelitian Kualitatif dalam Riset Kesehatan. Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Yogyakarta : Pasca Sarjana UGM,
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, 2010. Strategi dan Rencana Aksi Nasional
Penangulangan HIV/AIDS Tahun 2010-2014 (13 Mei
2011).www.aidindonesia.or.id
Letief MS. 2005. Siapa Peduli AIDS di Yogyakarta? Kinerja KPAD dan DPRD DIY
Dalam Penanggulangan HIV/AIDS pada Era Otonomi Daerah. Ford foundation
dengan pusat studi kependudukan dan kebijakan. Yogyakarta : UGM.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Moleong, Lexy .J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif cetakan ke XIV. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Manuaba, Ida Bagus Gede, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta :
Arcan.
Manajemen Rumah Sakit. Laporan Triwulan Pertama 2011 Kasus HIV-AIDS. (13 Mei
2011).www.depkes.go.d
Marselina, Lastri. 2012. Kondom Efektif Cegah Penyebaran HIV/AIDS (25 Januari 2012)
health.okezone.com
Muninjaya, AA. 1999. AIDS di Indonesia Masalah dan Kebijakan Penanggulangan Jakarta
: EGC
_______, 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. . Jakarta : PT. Rineka Cipta
Oppong , Jane. 2007. Health Psychology a text book. Open University Press. Buckingham-
Philadelphia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PKBI, 2014. Kasus HIV AIDS Terkini di Yogyakarta, Update data Triwulan I 2014
Yogyakarta
Sarwono, Sarlito. 1997. Psikologi Remaja. Penerbit Raja Jakara : Grafindo Persada.
_______, 2004. Alat Kelamin dan Semua Yang Perlu Kita Ketahui Tentang Infeksi Menular
Seksual. Buku Saku Penjangkauan Masyarakat Program Aksi Stop AIDS-Family
Health International. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Smet, Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : Gramedia Widia Sarana Indonesia.
_______, 2001. Profil Daerah Kabupaten dan Kota. Jakarta : Buku Kompas,
_______, 2003. Jawa Tengah dalam Angka 2003, Jawa Tengah in Figure 2003, BPS
Propinsi Jawa Tengah dan Bappeda Jawa Tengah Semarang,
Singapore Police Force-SPF Annual Report 2005. http://www.spf.gov.sg/prints/annual/
2005/05spfa_gdiv. htm. Accessed on 22 October 2007.
_______, 2000. Leaflet Fakta tentang HIV/AIDS. Diadaptasi dari The Global Business
Council on HIV/AIDS www. Business fight aids. org.Family Health International.
USAID.
UNAIDS. 2006. HIV and Sexually Transmitted Infection Prevention Among Sex Workers in
Eastern Europe and Central Asia. UNAIDS Best Practice Collection. May.
Varga CA.1997. The condom conundrum: Barriers to condom use among commercial sex
workers in Durban South Africa. African Journal of Reproductive Health 1997;
1:74-88.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Wibisono, Bing. 1989. AIDS : Petunjuk untuk Petugas Kesehatan. Penerbit Direktorat
Jendral Pajak Pemberantasan Penyakit seksual dan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman Jakarta.
Wong ML, Roy Chan RKW, Chua WL, Wee S. 1999. Sexually transmitted diseases and
condom use among free-lance sex and brothel-based sex workers in Singapore.
Sexually Transmitted Diseases 1999; 26; 10:593-600.
Wong ML, Chan Roy, Lee J, Koh D, Wong Christina. 1996. Controlled evaluation of a
behavioral intervention program on condom use and gonorrhea incidence among
sex workers in Singapore. Health Educ Res. 1996; 11:423-432.
Wong ML, Chan Roy KW, Koh D. 2004. The long term effects of condom promotion
programmers for vaginal and oral sex on sexually transmitted infections among
sex workers in Singapore, 1990-2002. AIDS 2004; 18:1195-1199.
World Health Organization, 2011. Regional Office for Western Pacific. Controlling STI and
HIV in Cambodia: The Success of Condom Promotion. Manila: World Health Organization,
2001.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 1 digilib.uns.ac.id
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia menjadi responden penelitian
yang dilakukan oleh :
Nama : Dwi Ratnaningsih
NIM : S021308020
Judul : Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan HIV/AIDS pada
Pekerja Seks Komersial
Asal Institusi : Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Univesitas Sebelas
Maret Surakarta
Saya mengerti bahwa data yang dihasilkan dalam penelitian ini akan di rahasiakan. Semua
berkas yang mencantumkan identitas subjek penelitian hanya akan digunakan keperluan
pengolahan data. Saya bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan penelitian sesuai
dengan kondisi yang sesungguhnya.
Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan keadaan sadar dan tidak ada
paksaan dari siapapun dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Responden
(………………………………..)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id KUESIONER digilib.uns.ac.id
Nomor Responden :
Tanggal Wawancara :
Lokasi Wawancara :
Pewawancara :
I. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Berapa umur anda saat ini
1. Kurang dari 20 tahun
2. 20-45 tahun
3. 46-60 tahun
4. Lebih dari 60 tahun
2. Apa pendidikan terakhir anda sampai saat ini
1. Tamat sekolah
2. Tamat SD / Sederajat
3. Tamat SMP / Sederajat
4. Tamat SMA / Sederajat
5. Akademi
6. Universitas
3. Bagaimana status perkawinan anda saat ini :
1. Belum nikah
2. Menikah tinggal bersama
3. Menikah tidak tinggal bersama
4. Cerai hidup
5. Cerai mati
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
1. Sendiri digilib.uns.ac.id
2. Bersama wanita dan di lokalisasi
3. Bersama teman dalam rumah kontrakan
4. Bersama keluarga
5. Bersama pasangan
6. Lain-lain, sebutkan
7. Tidak menjawab
5. Apakah pekerjaan anda sekarang :
1. Petani
2. Swasta
3. PNS
4. IRT
5. Lainnya
II. PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS
6. Apakah anda pernah mendapatkan informasi /mendengar tentang HIV/AIDS sebelum
wawancara ini?
1. Ya, pernah
2. Tidak pernah
7. Apakah menurut anda orang yang terkena HIV selalu menunjukkan gejala sakit?
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu
8. Apakah menurut anda orangyang tekrena AIDS selalu menunjukkan gejala sakit?
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu
9. Penderita HIV/AIDS dapat disembuhkan, apakah pernyataan di atas benar atau salah?
1. Benar
2. Salah
3. Tidak tahu
10. Menghindari agar tidak menyentuh atau tersentuh penderita HIV/AIDS dapat
mencegah tertularnya virus HIV. Apakah benar atau salah pernyataan tersebut?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
1. Benar digilib.uns.ac.id
2. Salah
3. Tidak tahu
11. Menghindari makan bersama dengan penderita HIV /AIDS, dapat mencegah
tertularnya virus. Apakah benar atau salah pernyataan tersebut?
1. Benar
2. Salah
3. Tidak tahu
12. HIV/AIDS dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Apakah pernyataan tersebut
benar atau salah?
1. Benar
2. Salah
3. Tidak tahu
13. Menghindari gigitan nyamuk dapat terhindar dari tertularnya HIV/AIDS. Apakah
pernyataan tersebut, benar atau salah?
1. Benar
2. Salah
3. Tidak tahu
14. Dengan menghindari toilet dan WC umum dapat terhindar dari penyakit HIV/AIDS.
Apakah pernyataan tersebut benar atau salah?
1. Benar
2. Salah
3. Tidak tahu
15. HIV/AIDS ditularkan melalui pakaian alat-alat makan. Apakah pernyataan tersebut
benar atau salah?
1. Benar
2. Salah
3. Tidak tahu
16. Jarum suntik yang bersih dapat mencegah penyakit HIV/AIDS. Apakah pernyataan
tersebut benar atau salah?
1. Benar
2. Salah
3. Tidak tahu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17. Dengan berhubungan seks pada satu pasangan saja bisa mencegah tertularnya
penyakit HIV/AIDS. Apakah pernyataan tersebut benar atau salah?
1. Benar
2. Salah
3. Tidak tahu
18. Cara mencegah agar tidak tertular penyakit HIV/AIDS adalah dengan tidak
berhubungan seks dengan bebas. Apakah pernyataan tersebut benar atau salah?
1. Benar
2. Salah
3. Tidak tahu
19. Bila anda sakit kelamin, kemana anda berobat?
1. Membiarkan sembuh sendiri
2. Paranormal
3. Praktik dokter
20. Apakah anda pernah melakukan test HIV?
1. Tidak pernah
2. Pernah
III. KETERSEDIAAN KONDOM
21. Apakah tersedia kondom ditempat saudari (dalam kamar) pada saat melakukan
hubungan seks?
1. Tersedia
2. Tidak tersedia
22. Apakah anda menggunakan kondom yang tersedia pada saat melakukan hubungan
seksual?
1. Tidak
2. Menggunakan kondom sesuai kebutuhan
23. Apakah anda mendapatkan kondom secara gratis?
1. Tidak
2. Membeli
24. Menurut anda apakah, mahal (tidak terjangkau)
1. Ya
2. Tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
25. Dalam tiga hari terakhir,apakah anda pernah melakukan huungan digilib.uns.ac.id
seksual dengan
Pelanggan ?
1. Tidak pernah
2. Pernah
26. Dalam seminggu terakhir tersebut, kapan terakhir anda melakukan hubungan
seksual dengan Pelanggan tanpa kondom ? Sebutkan
1. Belum pernah
2. < Seminggu yang lalu
3. 1-3 hari yang lalu
4. Lebih dari 3 hari yang lalu
27. Berapa kali dalam tiga hari terakhir anda melakukan hubungan seksual dengan
Pelanggan ?
1. 1 kali
2. 2 kali
3. Lebih dari 3 kali
28. Apakah anda menggunakan kondom dalam setiap melakukan hubungan seksual
dengan Pelanggan?
1. Ya
2. Tidak
3. Kadang-kadang
29. Kenapa anda menggunakan kondom?
1. Kemauan sendiri
2. Anjuran Pelanggan
3. Teman
30. Alasan kenapa anda memakai kondom
1. Ikut-ikutan teman
2. Takut tertular penyakit kelamin
3. Lihat poster anjuran menggunakan kondom untuk mencegah penyakit
menular seksual
31. Apa alasan anda tidak menggunakan kondom?
1. Dilokalisasi tidak tersedia
2. Ribet / tidak nyaman
3. Harganya mahal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Descriptives
Preventnew
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
ANOVA
Preventnew
CORRELATIONS
/VARIABLES=Preventnew Pengetahuan
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Correlations
Pengetahuan
Preventnew HIV/AIDS
N 160 160
Pengetahuan HIV/AIDS Pearson Correlation .121 1
N 160 160
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Nonparametric Correlations
Correlations
Pengetahuan
Preventnew HIV/AIDS
N 160 160
N 160 160
Regression
a
Variables Entered/Removed
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 Pengetahuan
HIV/AIDS,
Pekerjaan,
Ketersedian
kondom 1, . Enter
Pendidikan,
Umur , Tempat
tinggal, Status
b
perkawinan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b
Model Summary
a
ANOVA
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id Residuals Statistics
a digilib.uns.ac.id
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Charts
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
RELIABILITY
/VARIABLES=P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE
/SUMMARY=TOTAL.
Reliability
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Scale: ALL VARIABLES digilib.uns.ac.id
N %
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.495 13
Item Statistics
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Item-Total Statistics
Scale Statistics
GET
FILE='F:\Rata Ygy_data.sav'.
DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT.
RELIABILITY
/VARIABLES=P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE
/SUMMARY=TOTAL.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Reliability
N %
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.495 13
Item Statistics
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Item-Total Statistics
Scale Statistics
RELIABILITY
/VARIABLES=P1 P2 P3 P4 P5 P9
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE
/SUMMARY=TOTAL.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Reliability digilib.uns.ac.id
N %
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.802 6
Item Statistics
Item-Total Statistics
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Scale Statistics
COMPUTE Ptotnew=P1+P2+P3+P4+P5+P9.
EXECUTE.
DATASET ACTIVATE DataSet1.
Frequencies
Statistics
Pendidikan
N Valid 160
Missing 0
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Frequencies digilib.uns.ac.id
Statistics
Pendidikan dikotomi
N Valid 160
Missing 0
Pendidikan dikotomi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Explore
Cases
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id Descriptives digilib.uns.ac.id
Statistic Std. Error
Median 7.0000
Variance 1.046
Minimum 5.00
Maximum 10.00
Range 5.00
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Preventnew digilib.uns.ac.id
17.00 5 . 00000000000000000
.00 5 .
.00 5 .
.00 5 .
.00 5 .
44.00 6 . 00000000000000000000000000000000000000000000
.00 6 .
.00 6 .
.00 6 .
.00 6 .
79.00 7 .
0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
000000
.00 7 .
.00 7 .
.00 7 .
.00 7 .
commit to user
11.00 8 .
perpustakaan.uns.ac.id 00000000000 digilib.uns.ac.id
9.00 Extremes (>=9.0)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
RECODE Preventnew (Lowest thru 69=0) (70 thru Highest=1) INTO Preventdik.
VARIABLE LABELS Preventdik 'Perilaku pencegahan HIV/AIDS dikotomi'.
EXECUTE.
RECODE Preventnew (Lowest thru 6.9=0) (7 thru Highest=1) INTO Preventdik.
VARIABLE LABELS Preventdik 'Perilaku pencegahan HIV/AIDS dikotomi'.
EXECUTE.
DATASET ACTIVATE DataSet1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Crosstabs
Cases
Ketersedian kondom 1 *
Perilaku pencegahan 160 100.0% 0 0.0% 160 100.0%
HIV/AIDS dikotomi
% within Ketersedian
34.8% 65.2% 100.0%
kondom 1
% within Ketersedian
80.0% 20.0% 100.0%
kondom 1
3.00 Count 2 8 10
% within Ketersedian
20.0% 80.0% 100.0%
kondom 1
Total Count 61 99 160
% within Ketersedian
38.1% 61.9% 100.0%
kondom 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Chi-Square Tests digilib.uns.ac.id
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 13.170 2 .001
Likelihood Ratio 13.176 2 .001
Linear-by-Linear Association .628 1 .428
N of Valid Cases 160
Risk Estimate
Value
CROSSTABS
/TABLES=Kondom1 Ptotnew Pendikdik BY Preventdik
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT ROW
/COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Cases
Ketersedian kondom 1 *
Perilaku pencegahan 160 100.0% 0 0.0% 160 100.0%
HIV/AIDS dikotomi
Ptotnew * Perilaku
pencegahan HIV/AIDS 160 100.0% 0 0.0% 160 100.0%
dikotomi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Pendidikan dikotomi * digilib.uns.ac.id
Perilaku pencegahan 160 100.0% 0 0.0% 160 100.0%
HIV/AIDS dikotomi
Crosstab
% within Ketersedian
34.8% 65.2% 100.0%
kondom 1
% within Ketersedian
80.0% 20.0% 100.0%
kondom 1
3.00 Count 2 8 10
% within Ketersedian
20.0% 80.0% 100.0%
kondom 1
Total Count 61 99 160
% within Ketersedian
38.1% 61.9% 100.0%
kondom 1
Chi-Square Tests
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Risk Estimate digilib.uns.ac.id
Value
Crosstab
7.00 Count 9 14 23
% within Ptotnew 39.1% 60.9% 100.0%
8.00 Count 22 5 27
9.00 Count 7 11 18
10.00 Count 3 22 25
11.00 Count 3 3 6
12.00 Count 4 8 12
13.00 Count 1 0 1
14.00 Count 3 13 16
% within Ptotnew 18.8% 81.3% 100.0%
15.00 Count 1 2 3
16.00 Count 1 2 3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
% within Ptotnew 33.3% 66.7%
digilib.uns.ac.id
100.0%
17.00 Count 2 0 2
Chi-Square Tests
Risk Estimate
Value
(6.00 / 7.00)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pendidikan dikotomi * Perilaku pencegahan HIV/AIDS dikotomi
Crosstab
% within Pendidikan
45.1% 54.9% 100.0%
dikotomi
% within Pendidikan
34.9% 65.1% 100.0%
dikotomi
Total Count 61 99 160
% within Pendidikan
38.1% 61.9% 100.0%
dikotomi
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.44.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
For cohort Perilaku digilib.uns.ac.id
pencegahan HIV/AIDS .843 .634 1.120
dikotomi = Baik (=>7)
N of Valid Cases 160
Frequencies
Statistics
Ketersedian kondom 1
N Valid 160
Missing 0
Ketersedian kondom 1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Crosstabs
Cases
Ketersedian kondom 1 *
Perilaku pencegahan 160 100.0% 0 0.0% 160 100.0%
HIV/AIDS dikotomi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Ketersedian kondom 1 * Perilaku pencegahan HIV/AIDS dikotomi Crosstabulation
% within Ketersedian
32.9% 67.1% 100.0%
kondom 1
% within Ketersedian
82.4% 17.6% 100.0%
kondom 1
Total Count 61 99 160
% within Ketersedian
38.1% 61.9% 100.0%
kondom 1
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.48.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
For cohort Perilaku digilib.uns.ac.id
pencegahan HIV/AIDS 3.804 1.354 10.691
dikotomi = Baik (=>7)
N of Valid Cases 160
CROSSTABS
/TABLES=Pendikdik BY Preventdik
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT ROW
/COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Cases
Pendidikan dikotomi *
Perilaku pencegahan 160 100.0% 0 0.0% 160 100.0%
HIV/AIDS dikotomi
% within Pendidikan
45.1% 54.9% 100.0%
dikotomi
% within Pendidikan
34.9% 65.1% 100.0%
dikotomi
Total Count 61 99 160
% within Pendidikan
38.1% 61.9% 100.0%
dikotomi
Chi-Square Tests
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2-
digilib.uns.ac.id
Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1.543 1 .214
b
Continuity Correction 1.140 1 .286
Likelihood Ratio 1.529 1 .216
Fisher's Exact Test .226 .143
Linear-by-Linear Association 1.533 1 .216
N of Valid Cases 160
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.44.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
CROSSTABS
/TABLES=Ptotnew BY Preventdik
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT ROW
/COUNT ROUND CELL.
Cases
Ptotnew * Perilaku
pencegahan HIV/AIDS 160 100.0% 0 0.0% 160 100.0%
dikotomi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7.00 Count 9 14 23
8.00 Count 22 5 27
9.00 Count 7 11 18
10.00 Count 3 22 25
11.00 Count 3 3 6
12.00 Count 4 8 12
% within Ptotnew 33.3% 66.7% 100.0%
13.00 Count 1 0 1
14.00 Count 3 13 16
15.00 Count 1 2 3
16.00 Count 1 2 3
17.00 Count 2 0 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Chi-Square Tests
Risk Estimate
Value
(6.00 / 7.00)
EXAMINE VARIABLES=Ptotnew
/PLOT BOXPLOT STEMLEAF HISTOGRAM NPPLOT
/COMPARE GROUPS
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Explore
Cases
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id Descriptives digilib.uns.ac.id
Statistic Std. Error
Median 9.0000
Variance 7.943
Minimum 6.00
Maximum 17.00
Range 11.00
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Ptotnew
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24.00 6 . 000000000000000000000000
23.00 7 . 00000000000000000000000
27.00 8 . 000000000000000000000000000
18.00 9 . 000000000000000000
25.00 10 . 0000000000000000000000000
6.00 11 . 000000
12.00 12 . 000000000000
1.00 13 . 0
16.00 14 . 0000000000000000
3.00 15 . 000
3.00 16 . 000
2.00 17 . 00
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Crosstabs digilib.uns.ac.id
Cases
Pengetahuan dikotomi *
Perilaku pencegahan 160 100.0% 0 0.0% 160 100.0%
HIV/AIDS dikotomi
% within Pengetahuan
48.6% 51.4% 100.0%
dikotomi
% within Pengetahuan
38.1% 61.9% 100.0%
dikotomi
% within Pengetahuan
48.6% 51.4% 100.0%
dikotomi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id % within Pengetahuan digilib.uns.ac.id
38.1% 61.9% 100.0%
dikotomi
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 28.21.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Logistic Regression
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Case Processing Summary
a
Unweighted Cases N Percent
Missing Cases 0 .0
Kurang (<7) 0
Baik (=>7) 1
a,b
Classification Table
Predicted
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Variables not in the Equation digilib.uns.ac.id
Score df Sig.
Chi-square df Sig.
Model Summary
a
Classification Table
Predicted
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id Variables in the Equation digilib.uns.ac.id
95% C.I.for EXP(B)
Logistic Regression
Missing Cases 0 .0
Kurang (<7) 0
Baik (=>7) 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id Classification Table
a,b digilib.uns.ac.id
Predicted
Score df Sig.
Chi-square df Sig.
Model Summary
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
a. Estimation terminated at iteration number 4 because digilib.uns.ac.id
parameter estimates changed by less than .001.
a
Classification Table
Predicted
CROSSTABS
/TABLES=Pendikdik BY Preventdik
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT ROW
/COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Cases
Valid Missing Total
Pendidikan dikotomi *
Perilaku pencegahan 160 100.0% 0 0.0% 160 100.0%
HIV/AIDS dikotomi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
% within Pendidikan
45.1% 54.9% 100.0%
dikotomi
% within Pendidikan
34.9% 65.1% 100.0%
dikotomi
Total Count 61 99 160
% within Pendidikan
38.1% 61.9% 100.0%
dikotomi
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.44.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
For cohort Perilaku digilib.uns.ac.id
pencegahan HIV/AIDS .843 .634 1.120
dikotomi = Baik (=>7)
N of Valid Cases 160
Logistic Regression
Missing Cases 0 .0
Kurang (<7) 0
Baik (=>7) 1
a,b
Classification Table
Predicted
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
HIV/AIDS dikotomi Baik (=>7) 0
digilib.uns.ac.id
99 100.0
Score df Sig.
Chi-square df Sig.
Model Summary
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id Classification Table
a digilib.uns.ac.id
Predicted
CORRELATIONS
/VARIABLES=Pendikdik Preventdik
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Correlations
Correlations
Perilaku
pencegahan
Pendidikan HIV/AIDS
dikotomi dikotomi
N 160 160
Perilaku pencegahan Pearson Correlation .098 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
HIV/AIDS dikotomi Sig. (2-tailed) .217 digilib.uns.ac.id
N 160 160
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT Pendikdik
/METHOD=ENTER Preventdik Tahudik.
Regression
a
Variables Entered/Removed
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 Pengetahuan
dikotomi,
Perilaku
. Enter
pencegahan
HIV/AIDS
b
dikotomi
Model Summary
a
ANOVA
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Total 34.744 159
digilib.uns.ac.id
a. Dependent Variable: Pendidikan dikotomi
b. Predictors: (Constant), Pengetahuan dikotomi, Perilaku pencegahan HIV/AIDS dikotomi
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT Preventdik
/METHOD=ENTER pendidikan dan pengetahuan
Regression
a
Variables Entered/Removed
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 Pengetahuan
dikotomi,
. Enter
Pendidikan
b
dikotomi
Model Summary
a
ANOVA
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
a. Dependent Variable: Perilaku pencegahan HIV/AIDS dikotomi digilib.uns.ac.id
b. Predictors: (Constant), Pengetahuan dikotomi, Pendidikan dikotomi
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT Preventdik
/METHOD=ENTER Pendikdik Tahudik Kondom1.
Regression
a
Variables Entered/Removed
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 Ketersedian
kondom 1,
Pengetahuan
. Enter
dikotomi,
Pendidikan
b
dikotomi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Model Summary digilib.uns.ac.id
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
a
1 .369 .136 .119 .45722
a
ANOVA
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Logistic Regression
Missing Cases 0 .0
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Total 160 100.0
digilib.uns.ac.id
Unselected Cases 0 .0
Total 160 100.0
Kurang (<7) 0
Baik (=>7) 1
a,b
Classification Table
Predicted
Score df Sig.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Tahudik 6.463 1 .011
digilib.uns.ac.id
Overall Statistics 21.757 3 .000
Chi-square df Sig.
Model Summary
a
Classification Table
Predicted
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lower Upper
a
Step 1 Kondom1 -2.287 .676 11.433 1 .001 .102 .027 .382
Logistic Regression
Missing Cases 0 .0
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id Classification Table
a,b digilib.uns.ac.id
Predicted
Score df Sig.
Chi-square df Sig.
Model Summary
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
1 205.415
a
.044 .060
digilib.uns.ac.id
a. Estimation terminated at iteration number 3 because
parameter estimates changed by less than .001.
a
Classification Table
Predicted
RELIABILITY
/VARIABLES=P1 P2 P3 P4 P5 P9
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE
/SUMMARY=TOTAL.
Reliability
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Case Processing Summary
N %
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.802 6
Item Statistics
Item-Total Statistics
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Scale Statistics digilib.uns.ac.id
Mean Variance Std. Deviation N of Items
commit to user