Anda di halaman 1dari 17

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada bidang perunggasan di Indonesia juga mengalami pertumbuhan


yang pesat dengan diproduksinya strain-strain baru dan kemajuan mutakhir
produksi makanan ternak yang bisa menghasilkan produksi daging maupun
telur dengan mutu yang baik. Hal ini dibuktikan dengan pertunbuhan yang
cepat pada ayam pedaging yang bisa di panen dalam waktu relatif singkat
sekitar 35 hari dengan FCR yang efisien, telur dengan kadar kolesterol rendah
dan mengandung asam lemak esensial tak jenuh dengan rantai rangkap dengan
cara memanipulasi komposisi ransum, metode kandang tertutup untuk
memaksimalkan pertumbuhan produksi unggas dan teknologi transgenik
untuk menemukan ayam yang dapat memproduksi asam amino esensial
sendiri.
Pertumbuhan dan perkembangan pada bidang perunggasan tersebut
dengan kemajuan teknologi pada akhirnya akan memacu untuk menyiapkan
sumber daya manusia yang lebih baik. Untuk mencapai kemajuan tersebut
maka mahasiswa perlu dilandasi dengan ilmu-ilmu dasar yang nantinya akan
mendasari pemikiran untuk pengembangan keilmuan mahasiswa lebih lanjut.
Ayam yang digunakan untuk praktikum kali ini adalah ayam leghorn
betina dan ayam broiler jantan. Ayam leghorn mampu menghasilkan telur
yang banyak, selain itu ayam leghorn apabila sudah tidak produktif untuk
bertelur dapat di potong dan diambil dagingnya. Ayam termasuk dalam tipe
ayam petelur. Ayam leghorn tidak membutuhkan pejantan untuk dapat
menghasilkan telur, selain itu sifat ayam petelur ini cenderung tidak suka
mengerami telurnya. Bulu yang mengembang membuat ayam leghorn akan
tampak gemuk. Ayam broiler jantan termasuk dalam tipe ayam pedaging.
Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati Ayam leghorn secara
interior yaitu pengamatan organ-organ dalam dari ayam tersebut baik itu
dalam hal sistem pencernaan,sistem reproduksi jantan,sistem reproduksi
betina. Hal ini penting kita lakukan dalam rangka meningkatkan kualitas dari
ayam tersebut sehingga nantinya produksi ayam tersebut dapat memenuhi
permintaan konsumen baik itu permintaan akan telur ayam tersebut maupun
permintaan akan daging ayam.

Pencernaan adalah penguraian bahan makanan ke dalam zat-zat makanan


dalam saluran pencernaan untuk dapat diserap dan digunakan oleh jaringan-
jaringan tubuh. Pada pencernaan tersangkut suatu seri proses mekanis dan
khemis dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Unggas mengambil makanannya
dengan paruh dan kemudian terus ditelan. Makanan tersebut disimpan dalam
tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan
proventrikulus dan kemudian digiling dalam empedal. Tidak ada enzim
pencernaan yang dikeluarkan oleh empedal unggas. Fungsi utama alat tersebut
adalah untuk memperkecil ukuran partikel-partikel makanan.

B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari Praktikum Ilmu Ternak Unggas adalah :
1. Mengamati letak sistem organ pencernaan pada unggas.
2. Mengamati letak sistem reproduksi pada unggas jantan
3. Mengamati letak sistem reproduksi pada unggas betina.

C. Manfaat Praktikum
Manfaat yang didapat dari Praktikum Ilmu Ternak Unggas adalah:
1. Mengetahui letak dan fungsi dari organ pencernaan unggas.
2. Mengetahui letak dan fungsi dari organ reproduksi unggas jantan.
3. Mengetahui letak dan fungsi dari organ reproduksi unggas betina.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Pencernaan Unggas


Pencernaan adalah penguraian bahan makanan ke dalam zat-zat makanan
dalam saluran pencernaan untuk dapat diserap dan digunakan oleh jaringan-
jaringan tubuh. Pada pencernaan tersangkut suatu seri proses mekanis dan
khemis dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Unggas mengambil makanannya
dengan paruh dan kemudian terus ditelan. Makanan tersebut disimpan dalam
tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan
proventrikulus dan kemudian digiling dalam empedal. Tidak ada enzim
pencernaan yang dikeluarkan oleh empedal unggas. Fungsi utama alat tersebut
adalah untuk memperkecil ukuran partikel-partikel makanan (Insani, 2007).
Sistem pencernaan pada unggas terdiri dari saluran pencernaan dan organ
assesori. Saluran pencernaan merupakan organ yang menghubungkan dunia
luar dengan dunia dalam tubuh yaitu proses metabolik dalam tubuh. Saluran
pencernaan pada ayam terdiri dari mulut, esophagus, crop, proventrikulus,
gizzard, usus halus yang terdiri dari duodenum, jejenum, dan ileum, ceca,
rectum, cloaca, dan vent. Sedangkan untuk organ assesori terdiri dari hati dan
pankreas (Suprijatna, 2005).
Panjang alat pencernaan pada ayam sekitar 245-255 cm, tergantung pada
umur dan jenis unggas. Prinsip pencernaan pada ayam ada tiga macam yaitu
pencernaan secara mekanik, pencernaan secara kimia dan pencernaan secara
mikrobiologik. Pencernaan pada unggas meliputi tiga aspek yaitu digesti,
absorpsi dan metabolisme (Yuwanta, 2004).
Organ pencernaan aksesori terdiri dari glandula saliva, pancreas dan hati.
Glandula saliva terdiri dari tiga pasang glandula yang sangat jelas, seperti
halnya lobul jaringan saliva. Glandula saliva yang utama adalah parotid,
mandibula dan sublingual. Glandula saliva yang minor meliputi labial, bukal,
lingual dan palatin. Pancreas adalah suatu glandula tubula alveolar yang
memiliki bagian endokrin maupun eksokrin. Bagian eksokrin dari pankreas
menghasilkan NaHCO serta enzim-enzim pencernaan, yang melalui saluran
pankreas menuangkan enzim itu ke duodenum dekat dengan muara saluran
empedu. Hati terletak persis dibelakang diafragma dan cenderung terletak
disisi sebelah kanan (Frandson, 1993).

Mekanisme pencernaan pada unggas berakhir di bagian depan dari


kloaka. Kloaka adalah rongga berbentuk tabung untuk bagian luar tubuh
dan umum bagi pencernaan dan saluran urogenital. Struktur kloaka sangat
mirip dengan usus kecuali pada mukosa muscularis menghilang di dekat
ventilasi. Kloaka terbagi menjadi tiga ruang, masing-masing dipisahkan
oleh penyempitan tidak mudah didefinisikan:
1. The coprodaeum - merupakan kelanjutan dari kolon-rektum
2. The urodaeum - bagian tengah di mana ureter dan saluran kelamin
terbuka
3. The proctodaeum - membuka ke bagian luar lubang angin.
Burung kurang dari satu tahun memiliki pembukaan dorsal menuju buta,
bulat kantung di bursa dari Fabricius (Anonim,2009).

B. Sistem Reproduksi Unggas Betina


Sistem reproduksi pada ayam betina terdiri dari ovarium, oviduct,
infundibulum, magnum, isthmus, uterus, dan vagina. Pada ayam betina
terdapat sebuah ovarium yang terletak pada rongga badan sebelah kiri. Pada
saat perkembangan embrionik, terdapat dua ovari, akan tetapi pada fase
berikutnya mengalami regresi sehingga pada saat menetas hanya dijumpai
sebuah ovarium kiri saja, sedangkan untuk ovarium pada bagian kanan
mengalami rudimenter. Sedangka oviduct pada ayam ini terbagi menjadi lima
bagian yaitu funne atau infundibulum, magnus, isthmus, uterus dan vagina
(Suprijatna, 2005).
Sistem reproduksi ayam betina memiliki dua indung telur (ovaries), yaitu
ovari kanan dan kiri. Alat reproduksi betina terdiri dari infudibulum untuk
menangkap kuning telur dan tempat penampungan sperma, magnum
berfungsi memberi albumen, membran shell tediri dari membran shell luar
dan membran shell dalam, vagina untuk menyimpan kutikel di kerbang
sehingga membentuk pori-pori dan uterus yaitu tempat pengerasan kerabang
telur oleh kalsium (fadilah dan Polana, 2004).
Ovarium adalah tempat sintesis hormon steroid seksual, gametogenesis,
dan perkembangan serta pemasakan kuning telur (folikel). Oviduk adalah
tempat menerima kuning telur masak, sekresi putih telur, dan pembentukan
kerabang telur. Pada unggas umumnya dan pada ayam khususnya, hanya
ovarium kiri yang berkembang dan berfungsi, sedangkan yang bagian kanan
mengalami rudimenter (Yuwanta, 2004).
Sistem reproduksi ayam betina yang berkembang dan berfungsi secara
normal adalah organ sebelah kiri. Sedangkan yang kanan rudimenter karena
tidak berkembang. Alat reproduksi ayam betina terdiri dari ovarium, oviduct,
kelenjar kerabang dan vagina (Sutiyono, 2001).

C. Sistem Reproduksi Unggas Jantan


Alat reproduksi ayam jantan terdiri dari dua buah testis, saluran
reproduksi dan penis yang sangat kecil (copulatory organ) di bagian kloaka.
Bibit jantan berupa semen atau sperma diproduksi oleh testes yang akan
disalurkan ke saluran reproduksi (vas diferentia dan vas deferens), diteruskan
ke papillae, dan berakhir di copulatory organ. Proses tersebut memerlukan
waktu empat hari. Semen disimpan di bagian vas deferens dan diencerkan
oleh cairan limpa (lymph fluid) (Fadilah, 2005).
Sistem reproduksi ayam jantan terdiri dari dua testis yang memiliki
epididimis dan vas deferens yang menuju ke alat copulatory (copulatory
organ). Alat copulatory pada ayam memiliki dua papillae dan satu alat
copulatory mengecil yang berada di sekitar kloaka (vent) (fadilah dan Polana,
2004).
Sistem reproduksi jantan terdiri dari dua testis yang terletak pada
dorsal area rongga tubuh, dekat bagian akhir anterior ginjal. Testis tidak
pernah turun ke dalam skrotum eksternal seperti pada mamalia. Bentuknya
elipsoid dan berwarna kuning terang, sering pula berwarna kemerahan karena
banyaknya cabang-cabang pembuluh darah pada permukaanya (Suprijatna et
al, 2005).
Alat reproduksi ayam jantan terdiri dari alat reproduksi primer dan alat
reproduksi sekunder. Alat reproduksi primer merupakan alat reproduksi
utama karena tanpa adanya alat ini dengan cara apapun ayam tidak mungkin
menghasilkan keturunan. Alat tersebut dinamakan testis sedangkan alat
reproduksi sekunder terdiri dari epidideponis vas deferens dan penis
(Sutiyono, 2001).
Saluran deferens dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian atas yang
merupakan muara sperma dari testis, serta bagian bawah yang merupakan
perpanjangan dari saluran epididimis dan dinamakan saluran deferens.
Saluran deferens ini akhirnya bermuara di kloaka pada daerah proktodeum
yang berseberangan dengan urodium dan koprodeum. Di dalam saluran
deferens, sperma mengalami pemasakan dan penyimpanan sebelum
diejakulasikan. Pemasakan dan penyimpanan sperma terjadi pada 65%
bagian distal saluran deferens (Insani, 2007).
BAB III. MATERI DAN METODE

Praktikum Ilmu Ternak Unggas tentang pengamatan sistem pencernaan,


sistem reproduksi jantan, dan sistem reproduksi betina dilaksanakan pada hari
minggu, 01 Desember 2010 pada pukul 12.00-13.30 WIB di Laboratorium
Produksi Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas
Maret Surakarta.

A. Materi
1. Bahan
a. Ayam Jantan
b. Ayam Betina
2. Alat
a. Pisau
b. Gunting
c. Nampan
d. Tisu
B. Metode
1. Sistem Pencernaan Unggas
a. Membedah ayam dengan cara membuat sayatan pada sternum
b. Mengamati bagian-bagian organ ayam.
c. Mengeluarkan dengan hati-hati organ pencernaannya.
d. Menata organ pencernaan dalam nampan, mengamati, dan
menggambar pada lembar yang telah tersedia.
2. Sistem Reproduksi Unggas Jantan
a. Membedah ayam dengan membuat sayatan pada bagian sternum.
b. Mengamati organ reproduksi jantan dan menggambar bagiannya
3. Sistem Reproduksi Unggas Betina
a. Membedah ayam dengan cara membuat sayatan pada bagian sternum.
b. Mengeluarkan organ reproduksi betina (oviduct).
c. Menata oviduct dalam nampan, mengamati dan menggambar pada
lembar yang telah tersedia.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sistem Pencernaan Unggas


1. Hasil Pengamatan
2. Pembahasan
Dalam praktikum pengamatan organ pencernaan pada unggas
bahwa bentuk dan struktur dari organ pencernaan ini masih bagus. Hal ini
dapat dikarenakan dalam penyembelihan ayam tersebut masih baru saja
disembelih, jadi masih segar untuk organ – organ dalamnya.
Berikut ini adalah fungsi dari organ pencernaan ayam.
a. Mulut terdapat bagian yang disebut paruh yang memiliki fungsi
untuk mematuk dan memasukkan makanan ke dalam mulut. Lidah
yang bentuknya runcing, mempunyai penjuluran untuk mendorong
makanan ke dalam kerongkongan. Mulut menghasilkan saliva yang
mengandung amilase dan maltase saliva, tetapi pemecah belahan
pakan di mulut ini kecil sekali karena mulut hanya digunakan untuk
lewat sesaat. Saliva mulut selain mengandung kedua enzim tersebut
juga digunakan untuk membasahi pakan agar mudah ditelan. Produksi
saliva 7-30 ml tergantung pada jenis pakan. Sekresi saliva ini di pacu
oleh saraf parasimpatik.
b. Oesophagus adalah saluran lunak dan elastis yang mudah mengalami
pemekaran apabila ada bolus yangt masuk. Oesophagus memanjang
dari pharynx hingga proventrikulus dan melewati tembolok (crop).
Organ ini menghasilkan mukosa yang berfungsi membantu
melicinkan pakan menuju ke tembolok.
c. Tembolok adalah modifikasi dari oesophagus. Fungsi utama tembolok
adalah untuk menyimpan pakan sementara, terutama pada ayam yang
makan dalam jumlah banyak. Pakan berada di tembolok selama 2
jam.
d. Proventrikulus disebut juga perut kelenjar atau soccenturiate
ventricle atau glandular stomach yang berfungsi untuk mensekresikan
pepsinogen dan HCl yang berguna untuk mencerna protein dan
lemak. Pada proventrikulus lintasan pakan sangat cepat dapat masuk
ke empedal melalui isthmus proventrikulus sehingga secara nyata
belum sempat dicerna. Sekresi pepsinogen dan HCl tergantung pada
stimulasi syaraf vagus, pakan yang melintas, dan aksi cairan gastrik.
Pada keadaan tidak makan, sekresi glandula perut ini 5-20 ml/jam dan
mampu mencapai 40 ml/jam ketika ada pakan. Pada ayam petelur
produksi HCl akan menjadikan suasana empedal menjadi asam
dengan pH 1-2 untuk melumatkan 7-8 gram CaCO3 dan fosfat,
mengionkan elektrolit dan memecahkan struktur tersier protein pakan.
e. Ventrikulus atau yang biasanya disebut dengan empedal ini berdinding
jaringan dari otot yang kuat dan tebal dan berwarna kemerahan.
Fungsi dari empedal ini adalah sebagai tempat penggiling makanan
teutama biji-bijian yang sudah dilumasi enzim pepsin dan asam khlor,
sehingga biji-bijian yang mulanya kasar menjadi lumat. Pemberian
grit seperti tepung batu kapur dan kerang dimaksudkan untuk
membantu mempercepat proses penggilingan dalam ampela. Protein
maupun mineral dapat larut di empedal ini. Setelah penggilingan
makanan sudah menjadi lumat, maka makanan tersebut akan di giring
ke usus halus.

f. Usus halus dinamakan juga intestinum tenue yang panjangnya


mencapai 120 cm dan terbagi menjadi 3 bagian. Bagian-bagian
tersebut adalah duodenum, jejenum, dan ileum.
1) Duodenum
Duodenum terdapat di bagian paling atas dari usus halus
yang panjangnya 24 cm. Pada bagian ini terjadi pencernaan yang
paling aktif dengan proses hidrolisis dari nutrien kasar berupa
pati, lemak, dan protein. Penyerapan hasil dari proses ini sebagian
besar terjadi di duodenum. Duodenum merupakan tempat untuk
sekresi enzim dari pankreas dan getah empedu dari hati. Getah
empedu mengandung garam empedu dan lemak dalam bentuk
kholesitokinin dan pankreositokinin berisi kolesterol dan
fosfolipid. Sekresi enzim distimulasi oleh kholesitokinin,
pankreosinin, dan sekretin, yaitu hormon peptida dari intestinum,
tetapi dihambat oleh somatoston dan glukagon. Karena di
duodenum ini banyak disekresikan getah empedu maka sifat
cairannya adalah asam (pH 6). Dibawah pengaruh getah empedu,
lemak di emulsikan dari lipase pankreas menjadi asam lemak dan
gliserol. Sekresi empedu tergantung umur ayam. Oleh karena itu,
ayam berumur di bawah 3 minggu sebaiknya tidak diberi pakan
yang berlemak (Yuwanta,2004).
2) Jejenum dan Ileum
Jejenum dan Ileum merupakan kelanjutan dari duodenum.
Jejenum dan Ileum mempunyai fungsi yang sama dengan
duodenum yaitu untuk tempat untuk sekresi enzim dari pankreas
dan getah empedu dari hati. Pada bagian ini proses pencernaan
dan penyerapan zat makanan yang belum diselesaikan pada
duodenum dilanjutkan sampai tinggal bahan yang tidak dapat
tercerna (Yuwanta,2004). Persimpangan antara jejenum dan ileum
adalah michel diverticulum yng merupakan tonjolan kecil.

Usus Besar
Usus besar mempunyai nama lain yaitu Intestinum Crasum. Usus
besar pada ayam mempunyai panjang sekitar 7 cm. Pada bagian ini terjadi
perombakan partikel yang tidak tercerna oleh mikroorganisme untuk
diubah menjadi ekskreta. Pada bagian ini juga bermuara ureter dari ginjal
untuk membuang urine yang akan bercampur dengan feses. Oleh sebab itu
feses dari unggas disebut ekskreta. Feses dan urine sebelum dikeluarkan,
mengalami penyerapan air kurang lebih 72-75 %. Dan rata-rata lintas
pakan dalam saluran pencernaan unggas adalah 4 jam.

Coecum
Coecum pada ayam terdiri dari 2 ceca yang mempunyai panjang 20
cm. Di coecum ini nutrien yang tidak tercerna akan mengalami
dekomposisi oleh mikroba coecum. Akan tetapi jumlah penyerapan dalam
coecum ini sangatlah kecil jumlahnya. Para ceca adalah sepasang tabung
yang memungkinkan makanan tercerna fermentasi berlangsung. Ini
tampak seperti warna mustard gelap buih yang dikeluarkan sekali sehari
(Daniels,2008).

Cloaca
Cloaca merupakan suatu tabung yang berhubungan dengan saluran
pencernaan, saluran kencing, dan reproduksi yang membuka keluar
menuju anus. Organ ini bertaut dengan bursa fabricius pada sisi atas
berdekatan tepi luarnya. Air kencing yang sebagian besar adalah endapan
asam urat dikeluarkan melalui cloaca bersama tinja dengaan bentuk seperti
pasta putih (Akoso, 1993).
Dalam sistem pencernaan pada unggas terdapat organ tambahan di
dalam proses pencernaan, yaitu hepar, pancreas dan empedu. Hati
berfungsi menyaring dan menyimpan glikogen yang dibagikan keseluruh
tubuh melalui aliran darah. Salah satu peranan penting dari hepar adalah
menghasilkan cairan empedu yang disalurkan ke dalam duodenum melalui
dua saluran. Cairan tersebut tersimpan di dalam kantung yang disebut
kantung empedu dan terletak di salah satu lobus kanan hepar. Makanan di
dalam duodenum akan memacu kantung empedu untuk mengkerut dan
menumpahkan isinya ke dalam usus yang membantu proses penyerapan
lemak oleh usus halus. Lobus kiri hepar tidak memiliki kantung empedu,
tetapi membentuk saluran yang langsung ke usus (Akoso, 1993). Pankreas
terletak pada lipatan duodenum. Pankreas mensekresikan cairan penkreas
ke duodenum melalui ductus pancreaticus dan menghasilkan enzim yang
mendigesti karbohidrat, lemak dan protein (North, 1978).

B. Sistem Reproduksi Unggas Betina


1. Hasil Pengamatan

2. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan saat praktikum organ
reproduksi dari ayam betina adalah ada beberapa organ reproduksi betina
yaitu ovarium, oviduct, infundibulum, magnum, isthmus, uterus, vagina
dan kloaka.
a. Ovarium terletak pada kranial ginjal antara rongga dada dengan
rongga perut pada garis punggung sebagai penghasil ovum. Ovarium
terbagi dalam dua bagian yaitu cortex pafa bagian luar dan medulla
pada bagian dalam. Ovarium terdiri dari 5-6 folikel yang sedang
berkembang, berwarna kuning dan sejumlah besar folikel putih
(Yuwanta,2004).
b. Oviduct yang berfungsi sebagai saaluran penghubung antara ovarium
dan uterus. Bentuk dari oviduct ini berkelok-kelok yang merupakan
bagian dari ductus Muller. Ujung dari oviduct ini melebar corong dan
dengan tepi yang berjumbai (Nalbandov, 1990).
Bagian dari oviduct adalah infundibulum, magnum dan isthmus.
Infundibulum merupakan bagian dari oviduct bagian atas yang
panjangnya mencapai 9 cm, fungsi untuk menangkap ovum yang
masak. Bagian ini sangat tipis dan mensekresikan sumber protein
yang mengelilingi membran vitelina. Kuning telur berada di bagian
ini berkisar 15-30 menit. Pembatasan antara infundibulum dan
magnum dinamakan sarang spermatozoa sebelum terjadi pembuahan
(Yuwanta, 2004). Pada bagian ini akan terbentuk kalaza yaitu suatu
bangunan yang tersusun dari dua tali mirip ranting yang bergulung
memanjang daari kuning telur sampai ke kutub-kutub telur
(Nalbaandov, 1990).
Selanjutnya ada magnum bagian yang terpanjang dari oviduk
(33cm). Magnum tersusun dari glandula tubiler yang sangat sensibel.
Sintesis dan sekresi putih telur terjadi disini. Mukosa dan magnum
tersusun dari sel gobelet. Sel gobelet mensekresikan putih telur kental
dan cair. Kuning telur berada di magnum untuk dibungkus dengan
putih telur selama 3,5 jam (Yuwanta, 2004).
Uterus merupakan bagian dari oviduct yang melebar dan
berdinding kuat. Fungsi dari uterus adalah membentuk kerabang telur
yang berasal dari kalsium, uterus mempunyai panjang sekitar 10-12
cm dan merupakan tempat berkembangnya telur yang paling lama di
dalam oviduct, yaitu sekitar 18-20 jam.
Vagina merupakan bagian terakhir dari oviduct yang
panjangnya sekitar 12 cm, adalah bagian terakhir setelah pembuatan
kerabang telur yang telah sempurna. Telur melintas ke vagina dalam
waktu yang singkat yang dilapisi oleh muscus, yang berguna untuk
menyumbat pori-pori kerabang untuk mencegah invasi bakeri. Telur
dari vagina keluar melalui cloaca.

Kloaka merupakan bagian paling ujung luar dari induk tempat


dikeluarkannya telur. Total waktu untuk pembentukan sebutir telur
adalah 25-26 jam. Ini salah satu penyebab mengapa ayam tidak
mampu bertelur lebih dari satu butir/hari. Di samping itu, saluran
reproduksi ayam betina bersifat tunggal. Artinya, hanya oviduk
bagian kiri yang mampu berkembang. Padahal, ketika ada benda asing
seperti /yolk/ (kuning telur) dan segumpal darah, ovulasi tidak dapat
terjadi. Proses pengeluaran telur diatur oleh hormon oksitosin dari
pituitaria bagian belakang (Yuwanta, 2004).

C. Sistem Reproduksi Unggas Jantan


1. Hasil Pengamatan

2. Pembahasan
Pada hasil pengamatan yang telah dilakukan saat praktikum,
dapat diketahui bahwa ogan reproduksi jantan terdiri atas sepasang
testes, epididimis, ductus deferens dan organ kopulasi pada kloaka.
a. Testis berjumlah sepasang yang terletak pada bagian atas abdominal
ke arah punggung pada bagian anterior akhir dari ginjal dan
berwarna kuning terang. Testis unggas tidak sperti hewan lainya
yang terletak dalam scrotum, fungsinya menghasilkan hormon
kelamin jantan yang disebut androgen dan sel gamet jantan yang
disebut sperma. Unggas memiliki dua buah testis yang berada di
dalam rongga perut bagian atas terletak memanjang di punggung, di
dekat ujung ginjal disebelah depan dan di bawahnyaa. Testis ayam
berwarna kuning, lonjong, dan sering memiliki anyaman pembuluh
darah berwarna merah di permukaan (Akoso, 1993).
b. Epidydimis adalah jalan atau saluran sperma ke arah caudal menuju
ductus deferens. Berjumlah sepasang yang terletak pada bagian atas
dorsal testis. Epidydimis memiliki fungsi sebagai jalan atau saluran
sperma ke arah kaudal menuju ductus deferens.
c. Ductus deferens pada unggas berjumlah sepasang pada ayam jantan
muda kelihatan lurus dan pada jantan tua tampak berkelok-kelok,
arah ductus deferens terletak kearah kaudal, menyilang ureter dan
bermuara pada kloaka sebelah lateral. Setiap ductus deferens
membuka jonjot kecil yang secara bersama berfungsi sebagai alat
penggerak.
d. Organ kopulasi pada unggas terdapat pada dinding kloaka yang
dinamakan papilla yang biasanya merupakan rudimenter dari organ
kopulasi, kecuali pada itik berbentuk spiral yang panjangnya 12-18
cm. Pada papila ini juga diproduksi cairan transparan yang
bercampur dengan sperma saat terjadinya kopulasi (Yuwanta,
2004).

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan organ pencernaan, reproduksi ayam jantan, dan


reproduksi ayam betina didapatkan kesimpulan bahwa:

1. Sistem pencernaan utama pada unggas dimulai dari mulut, oesophagus,


crop, proventrikulus, gizzard, ventrikulus, small intestinum, ceca, large
intestinum, dan cloaca. Sedangkan untuk organ tambahannya ada hepar,
pancreas, dan saluran empedu.
2. Sistem reroduksi dari unggas betina terdiri dari ovarium, oviduct,
infundibulum, magnum, isthmus, uterus, dan vagina.
3. Sistem reproduksi unggas jantan terdiri atas testis, epidydimis, ductus
deferens, dan organ kopulasi.

B. Saran
1. Diharapkan co-ass lebih aktif didalam pemberian informasi pada saat
praktikum dan penyusunan laporan.
2. Waktu praktikum yang terlalu singkat sehingga praktikan kurang dapat
mengamati secara lebih jelas tentang materi praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Akoso. 1993. Manual Kesehatan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.


Anonim. 2009. Pencernaan Ayam. http://www.poultryhub.org/index. Di download
pada tanggal 08 Desember 2010 pada pukul 17.10 WIB.
Daniels. 2008. The Digestive System of a Chicken.
http://poultrykeeper.com/chickens/health/digestive-system-
chicken.html&ei.Di download pada tanggal 08 Desember 2010.
Frandson, R.D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta
Nalbandov, A. V. 1990. Reproduvtive Phsiology of Mamals and Bird. UI Press.
Jakarta
North, M.O. 1978. Commercial Chicken Production Manual.3rd ed AVI Pub. Co.
Inc, Westport, Connecticut.
Suprijatna, Edjeng.,Umiyati Atmomarsono., Ruhyat Kartasudjana. 2005. Ilmu
Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya . Jakarta
Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius . Yogyakarta
Fadilah, R. 2005. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial (ed.
Revisi). Agromedia Pustaka. Jakarta.
Insani, G.A. 2007. Pencernaan Unggas
http://chickaholic.wordpress.com/2007/10/30/ pencernaan-unggas/
(Diakses pada hari Rabu, 8 Desember 2010 pada pukul 16.30 WIB)
Sutiyono. 2001. Pengenalan Organ Reproduksi Ayam. Semarang.
Fadilah,R dan Polana,A.2004. Aneka Penyakit pada Ayam dan Cara
Mengatasinya. Agromedia Pustaka.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai