Anda di halaman 1dari 126

:_,.

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN JEPARA


BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
)
JI. Pattimura No.4 Telp. (0291) 592478, 597749 pesawat 801-806
Faks. (0291) 592478*816 Email : bappeda jepara@yahoo.com
. JEPARA 59416

p-- p--
p--
P Kerimun/•w•
i..t t " " " , " ' " " l l l ' l l 'J'~'

, p_ Ps..n

p-. ,._......,. ..
e p
" I
8
" a n K
-• r i m u n j a

L it U T J A W A

. _,.,. r
\.!;..\

KAB U PATEN
K U DUS
KA

. . ..
~
HALAMAN JUD UL ........ ......... .............................................................. ........................ .
KATA PENGANTAR ... . ............. ....... .. .. .. ........... ... . .. ..... .. .............. ... .. ... .. ............... .. ...... ii
DAFTAR ISi ......................................... ........................................................................ iv

BAB I. PENDAHULUANl-1

1.1. Latar Belakang Dalam KAK.............................................................. 1-1

1.2. Tujuan. .. ..... .. ........ .. ... ...... .... .. .. .. .................. ... .. ..... .... .. .... .. .... .. . .... .. 1-3

1.3. Hasil Yang Diharapkan................................................................... 1-3

1.4. Strategi. .... ..................................................................................... 1-3

1.5. Kegiatan.. .... .... ...... ....... .... .... .. ..... .... .. .... .. .. .. ...... ..... .. .. .. .... .... .. . .. .. .. . 1-4

1.6. Pelatihan Numerator........................................................................ 1-5

1.7. Ruang Lingkup Wilayah........ ......................................................... 1-6

1.8. Metode Pelaksanaan............................................................... ....... 1-7

1.9. Lingkup Pekerjaan Tim..................................... .... ......................... 1-8

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI .......................................... .......... 11-1

2. 1.Gambaran Umum Wilayah... ...... ......... ...... ................. ... ...... .. ....... ..... 11-1

2.1.1 . Letak Geografis Dan Administrasi........................................... 11-1

2.1.2. Kondisi Topografi.. ................. ........... ..... .. ... .. .. ...................... 11-4

2.1 .3. Kondisi Geologi..................................................................... 11-6

2.1.4. Kondisi Hidrologi Dan Hidrogeologi................... ................... 11-7

2.1.5. Kondisi lklim Dan Curah Hujan....... ... ... .. .. ....................... ....... 11-8

2.2. Kondisi Kependudukan.... .......... .. .. ..... .. .. ...... .. ...... ............. .. ..... .. .... 11-10

2.2.1 . Jumlah Dan Sebaran Penduduk.... ........ ... .. .. . .. .. ........ ..... ........ 11-1 O

2.2.2. Kepadatan Penduduk.......... .. .................. .............................. 11-11

2.2.3. Komposisis Menurut Umur............................... ................. .... 11-12

2.2.4. Fasilitas Pendidikan ....................... ~...................................... 11-13

IV
2.3.Kondisi Kesehatan Kabupaten Jepara............................................ 11-17

2.3.1 . Sarana Kesehatan........: ......... ............................................... 11-17

2.3.2. Tenaga Kesehatan ................................................................. 11-20

BAB Ill. METODE PELAKSANAAN ....................................................................... 111-1

3.1. Kerangka Pikir........... ....................................................................... 111-1

3.2. Metode Pelaksanaan... .................................................................... 111-2

3.2.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data Oleh Enumerator................... 111-2

3.2.2. Monitoring Dan Cross Check Lapangan Oleh Supervisor........... 111-2

3.2.3. Koordinasi Hasil Pendataan Dan Cross Check.......................... 111-2

3.2.4. Entri Data........ .... .................................................................. 111-2

3.2.5. Data Cleaning............................................. ........................... 111-3

3.2.6. Pengolahan Data Dan Analisis Data....................................... 111-3

3.3. Penyusunan Laporan........... .. .. ..... .. .. ... ... .... .. ..... ..... ..... .. ..... ........ .. .. 111-3

BAB IV. KONDISI EKSISTING DERAJAD KESEHATAN ..................... ................ IV-1

4.1. Situasi Derajad Kesehatan Kabupaten Jepara...... .. .... ......... ... ... .. ..... IV-1

4.1.1 .Angka Kematian ............ ........................................................ JV-1

4.1 .2. Angka Kesakitan................................................................ ... IV-7

4.1.3. Angka Status Gizi Masyarakat. .. ....... .. .. .. .. .. ..... .. ... .. .. . .. .. . .. . ............. IV-46

BAB V. UPAYA PELAYANAN KESEHATAN DI KABUPATEN JEPARA......... V-1

5.1. Pelayanan Kesehatan............................................................... ... V-1

5.2. Akses Dan Mutu Pelayanan Kesehatan .......................................... V-22

5.3. Pembinaan Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi Dasar.................. V-23

5.4. Perbaikan Gizi Masyarakat. ... ··················;·········································· V-29

5. 5. Perilaku Hidup Masyarakat. ....... ......... .. ............................................ . V-36

5.6. Pelayanan Kesehatan Dalam Situasi Kejadian Luar Biasa dan Bencana V-43

v
BAB VI. HASIL ANALISIS MASALAH KESEHATAN.................................................. Vl-1

6.1 . Hasii Survey Kondisi Derajad Kesehatan. ................. .. ....... .. .. ...... .... .. ... .... Vl-1

6.2. Hasil Survey Kondisi Layanan Kesehtan... ....... ...... .. .... ..... .. ...... .. .. ... Vl-5

REKOMENDASI PROGRAM PENANGANAN MASALAH KESEHATAN

Vt
ANAUSIS P'ENANGANAN MASALAtt Kl'.S B iATAN KABUPATfN]EPA'RA

Undang-Undang No 36 tahun 2009 sebagai pengganti Undang-


undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan telah menggariskan bahwa
pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Pembangunan kesehatan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional,
karena kesehatan menyentuh hampir semua aspek kehidupan manusia.
Oleh karena itu pembangunan kesehatan sangat trkait dan dipengaruhi
oleh aspek kependudukan, sosial ekonomi, budaya serta tingkungan fisik
maupun strategis.

Perubahan masalah kesehatan dltandai dengan terjadinya berbagai


macam transisi kesehatan berupa transisi demografi, transisi
epidemiologi, transisi gizi dan transisi perilaku. Transisi kesehatan ini pada
dasamya telah menciptakan beban ganda (double burden} masalah
kesehatan.

Masalah kesehatan tidak hanya ditandai dengan keberadaan


penyakit, tetapi gangguan kesehatan yang ditandai dengan adanya
perasaan terganggu fisik, mental dan spiritual. Gangguan pada lingkungan
juga merupakan masalah kesehatan karena dapat memberikan gangguan
kesehatan atau sakit.

Dalam rangka untuk mendapatkan data data tentang masalah


kesehatan perlu dilaksanakan Penyusunan buku analisis penanganan
masalah kesehatan di kabupaten Jepara sebagai upaya dalam
mempercepat pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat yang
ANAUSIS PENANGANAN MASAlAH KfSFHATAN KABUPATENJfPARA

merupakan bagian dari upaya mewujudkan pencapaian target MDGs dan


tujuan pembangunan nasional.

Tujuan dari pelaksanaan analisis Penanganan Masalah Kesehatan


adalah untuk memberikan tambahan informasi mengenai ketersediaan
dan kondisi masalah-masalah kesehatan di Kabupaten Jepara sehingga
dapat meningkatkan mutu proses perumusan kebijakan dan perencanaan
program, agar pemerintah daerah mampu mempertajam rencana jangka
panjang lintas sektoral.

Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah data dasar mengenai
masalah kesehatan di kabupaten Jepara serta perilaku masyarakat terkait
dengan risiko kesehatan , termasuk didalamnya tentang penanganannya.
Hasil survey ini dapat digunakan sebagai salah satu instrument oleh
pengambil keputusan dalam membuat kebijakan penanganan masalah
kesehatan di Kabupaten Jepara.

Demikian Buku Hasil Analisis Penanganan Masalah Kesehatan


Kabupaten Jepara 2 Tahun 2012 ini disusun. Kami berharap buku ini
dapat menjadi bahan pertimbangan/rekomendasi dalam penyusunan
program penanganan masalah kesehatan yang ada di Kabupaten Jepara
ke depan.

Jepara, 2012

Tim Penyusun
ANAUSIS PfNANGANAN MA.SAL.AH KFSffiATAN KA8UPAITN]EPARA

BAB I PENDAHUWAN

1.1. IATAR BEIAKANG DAIAM KAK

Undang-Undang No 36 tahun 2009 sebagai pengganti Undang-


undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan telah menggariskan bahwa
pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Pembangunan kesehatan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional,
karena kesehatan menyentuh hampir semua aspek kehidupan manusia.
Oleh karena itu pembangunan kesehatan sangat trkait dan dipengaruhi
oleh aspek kependudukan, sosial ekonomi, budaya serta lingkungan fisik
maupun strategis.

Dewasa ini di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan


penduduk yang masih perlu mendapat perhatian secara sungguh-sungguh
dari semua pihak antara lain: anemia pada ibu hamil, kekurangan kalori
dan protein pada bayi dan anak-anak, terutama di daerah endemic,
kekurangan vitamin A pada anak, anak-anak usia sekolah, serta
bagaimana mempertahankan dan meningkatkan cakupan imunisasi.
Permasalahan tersebut harus ditangani secara serius karena dampaknya
akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa
yang akan datang.

Perubahan masalah kesehatan ditandai dengan terjadinya berbagai


macam transisi kesehatan berupa transisi demografi, transisi
epidemiologi, transisi gizi dan transisi perilaku. Transisi kesehatan ini pada

I- 1
ANAUSIS PfNANGANAN MASAIA1t KfSEtlATAN KABUPA TEN fiPA'RA

dasamya telah rnenciptakan beban ganda (double burden) masalah


kesehatan.

1. Transisi demografi, misalnya mendorong peningkatan usia harapan


hidup dengan rneningkatkan proporsi kelompok usia lanjut sementara
masalah bayi dan BALITA tetap menggantung.

2. Transisi epidemiologi, rnenyebabkan beban ganda atas penyakit


rnenular yang belum pupus ditarnbah dengan penyakit tidak menular
yang meningkat dengan drastis.

3. Transisi gizi, ditandai dengan gizi kurang dibarengi dengan gizi lebih.

4. Transisi perilaku, rnernbawa masyarakat beralih dari perilaku


tradisional menjadi modem yang cenderung membawa resiko.

Masalah kesehatan tidak hanya ditandai dengan keberadaan


penyakit, tetapi gangguan kesehatan yang ditandai dengan adanya
perasaan terganggu fisik, mental dan spiritual. Gangguan pada lingkungan
juga merupakan masalah kesehatan karena dapat memberikan gangguan
kesehatan atau sakit.

Dalam rangka untuk mendapatkan data data tentang masalah


kesehatan perlu dilaksanakan Penyusunan buku analaisis masalah
kesehatan di kabupaten Jepara sebagai upaya dalam mempercepat
pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat yang merupakan
bagian dari upaya mewujudkan pencapaian target MDGs dan tujuan
pembanguna nasional. Dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut dalam
pelaksanaan survey di lapangan akan dilakukan dengan melibatkan bidan
desa yang bekerjasama dengan kader masyarakat dengan harapan
bahwa mereka memilki pemahaman yang baik mengenai konteks sosial
budaya serta lingkungan dimana masyarakat tinggal.

1-2
ANAUSIS PENANGANAN .4ASALA1f KfSBfATAN KABUPATEN]EPA'RA

1.2. TUJUAN

Tujuan dari pelaksanaan analisis masalah kesehatan adalah untuk


memberikan tambahan informasi mengenai ketersediaan dan kondisi
masalah masalah kesehatan di Kabupaten Jepara sehingga dapat
meningkatkan mutu proses perumusan kebijakan dan perencanaan
program, agar pemerintah daerah mampu mempertajam rencana jangka
panjang lintas sektoral

1.3. HASIL YANG DIHARAPKAN

Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah data dasar mengenai
masalah kesehatan di kabupaten Jepara serta perilaku masyarakat terkait
dengan risiko kesehatan , termasuk didalamnya tentang penanganannya.
Hasil survey ini dapat digunakan sebagai salah satu instrument oleh
pengambil keputusan dalam membuat kebijakan penanganan .masalah
kesehatan di Kabupaten Jepara.

1.4. STRATEGI

Strategi yang diterapkan dalam pelaksanaan survey:

Berkoordinasi dan bekerjasama dengan tim pelaksana penanganan


masalah kesehatan.

Bekerjasama dengan Pemerintah Desa setempat (berdasarkan lokasi


yang dijadikan sampling kegiatan) dan/atau individu/bidan desa untuk
membantu pelaksanaan kegiatan.

Pelatihan/ on the job coaching untuk tim pelaksana survey sebagai


bentuk persiapan sebelum diterjunkan ke lapangan untuk melakukan
survey.

1-3
ANAUSIS PfNANGANAN MASALAlt KE.SHlATAN KABUPATENJfPA'RA

1.5. KEGIATAN

T ahapan pelaksanaan kegiatan Penyusunan Analisis Penanganan


masalah kesehatan ini meliputi:

Tahap Persiapan

• Diskusi antara Tim Konsultan dengan tim pelaksana analisis


masalah kesehatan. dimana Mengenai rencana kegiatan. Alat
bantu survey atau instrument disiapkan oleh konsultan ahli
bekerjasama dengan tim pelaksana analisis masalah kesehatan.

• Pembentukan Tim survey dimana bidan desa sebagai wilayah


sasaran yang akan menjadi enumerator.

• Penetapan sample (lokasi dan rumah tangga) secara bersama


oleh konsultan dan dengan tim pelaksana analisis masalah
kesehatan.

• Pemberitahuan kepada pihak kelurahan/desa yang akan disurvey


oleh dinas terkait (Bappeda).

• Rekruitmen Bidan desa sebagai enumerator survey oleh konsultan


berdasarkan rekomendasi dari kelurahan/desa yang akan
dilakukan survey.

• Pelatihan singkat/coaching mengenai instrumen survey para bidan


desa/ enumerator tentang instrumen survey.

T ahap pelaksanaan

• Pembagian tugas pengumpulan data para enumerator.

• Pelaksanaan survey rumah tangga dengan mengikuti aturan


sampling yang telah ditetapkan dan telah disepakati sebelumnya,
baik menyangkut jumlah sampling, urutan dan metode
pelaksanaannya.

1-4
ANAUSIS PfNA/IJGANA/IJ MA.SALAff KfSf11.ATA/IJ J<ABUPATEN]EPA'RA

Tahap penyusun laporan

• Pengorganisasian data.

• Memasukkan data ke dalam alat bantu analisis (data entry


dilakukan konsultan ahli).

• Analisis data (dilakukan konsutan ahli).

• Penulisan laporan (dilakukan konsultan ahli).

• Presentasi hasil survey dan penyerahan hasil survey.

1.6. PELATIHAN ENUMERATOR

Enumerator atau petugas pengumpulan data survey yang direkrut


adalah bidan desa yang berasal dari kelurahan/desa setempat. Dari setiap
kelurahan/desa direkrut 1 (satu) atau 2 (dua) orang bidan desa dengan
mempertimbangkan jumlah penduduk dan luas wilayah. Bidan desa yang
dipilih menjadi enumerator dengan kriteria sebagai berikut: lancar baca
tulis, bisa berkomunikasi dengan baik, memiliki kompetensi dalam
pelayanan kesehatan masyarakat desa (pelayanan kesehatan ibu, anak
dan pengobatan umum lainnya) dan memiliki waktu untuk melakukan
kegiatan survey selama sekitar dua minggu. Diutamakan enumerator
perempuan. Sebelum diterjunkan ke lapangan, tenaga surveyor dilatih
terlebih dahulu untuk memahami alat bantu survey secara benar.

Pelatihan enumerator ini diselenggarakan dengan acuan seperti


berikut:

Waktu pelatihan: dilakukan selama 2 hari, mulai pukul 08.00-16.00

Tempat pelatihan: tempat yang cukup luas dan nyaman untuk


menampung peserta. Apabila peserta terlalu banyak, dapat dilakukan
dalam dua angkatan. Untuk pelatihan ini jumlah peserta maksimal per
kelas yang disarankan adalah 100 orang.

I- 5
ANAUSIS PENA.NGA.NAN MASALAI{ KESmATAN KA'BUPATEN]fPA'RA

Materi pelatihan: Pemahaman tentang survey analisis masalah


kesehatan, pemahaman tentang kuesioner (lembar pertanyaan dan
lembar pengamatan), dan praktek lapangan.

Fasilitator: fasilitator pelatihan enumerator ini adalah bidan


puskesmas yang sekaligus akan mendampingi dalam pelaksanaan
survey.

1.7. RUANG LINGKUP WILAYAH

Lingkup Wilayah Analisis Penanganan Masalah sosial adalah seluruh


wilayah Kabupaten Jepara yang meliputi:

BANYAKNYA
NO KECAMATAN LUAS(KM) DESAI
KELURAHAN
1 Kedung 43,063 18
2 Pecangaan 35,878 12
3 Kalinyamatan 23,700 12
4 Welahan 27,642 15
5 Mayong 65,043 18
6 Nalumsari 56,965 15
7 Batealit 88,879 11
8 Tahu nan 38,906 15
9 Jepara 24,667 16
10 Mlonggo 42,402 8
11 Pakis aji 60,553 8
12 Bangsri 85,352 12
13 Kem bang 108,124 11
14 Keeling 123,116 12
15 Donorejo 108,642 8
16 Karimunjawa 71,200 4

1-6
ANAUSI SPENANGANAN i4ASALA1! KESFfl.ATAN KA8UPATfN]fPARA

1.8. METODE PELAKSANAAN

Survey analisis masalah kesehatan ini dilakukan dengan metode


kuantitatif.

Beberapa hal penting dalam metode ini meliputi:

Sampling

Basis pengumpulan data adalah rumah tangga,dan akan dilakukan


sampling terhadap rumah tangga. Semua kelurahan I desa yang ada
akan disurvey, sedangkan rumah tangga yang disurvey ditentukan
secara bertahap dan sistematis. Unit sampling primer adalah rukun
tetangga (RT), sedangkan pemilihan rumah tangga di masing-masing
RT ditentukan berdasarkan nomor rumah tangga atau menyesuaikan
pola permukiman yang ada. Metode sampling menggunakan metode
Random sistematis; berdasarkan angka loncatan mulai dari angka
acak tertentu (bila daftar rumah tangga tersedia/rumah ditata rapih).

Jenis dan sumber data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi kesehatan ibu dan anak,


penanggulangan penyakit menular dan tidak menular, gizi dan
ketahanan pangan, sarana pelayanan kesehatan, tenaga pelayanan
kesehatan, akses dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat umum
terutama untuk masyarakat miskin, informasi umum mengenai rumah
tangga, penyediaan air bersih, kondisi sampah dan pengelolaannya,
kondisi limbah rumah tangga dan pengelolaannya, serta kondisi
saluran drainase (data selengkapnya lihat instrumen survey). Sumber
data dalam survey ini yang utama adalah manusia (responden) yaitu
ibu rumah tangga yang terpilih sesuai dengan metode sampling yang
diterapkan, dan objek yaitu kondisi atau benda-benda yang bisa
diamati dengan cara observasi.

I- 7
ANAUSIS PENANGANAN MASALAtl KFSEtlATAN KABUPATEN]FPARA

Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, pertama


wawancara terhadap responden dengan instrumen wawancara yang
sudah disiapkan dan observasi/pengamatan visual lapangan dengan
panduan observasi.

Analisis

Unit analisis dalam survey ini adalah rumah tangga dengan sumber
informasi utama ibu rumah tangga yang diasumsikan sebagai
"manajer rumah tangga". Data yang terkumpul diorganisir disajikan
dalam bentuk tabel tabel deskriptif berdasarkan kelurahan/desa dan
kecamatan. Guna meningkatkan validitas data, hasil analisis awal
didiskusikan dengan tim pelaksana analisis masalah kesehatan dan
para enumerator untuk klarifikasi.

1.9. LINGKUP PEKERJAAN TIM ANALISIS PENANGANAN


MASALAH KESEHATAN SEBAGAI KOORDINATOR KEGIATAN

Tim analisis penanganan masalah sosial sebagai koordinator kegiatan


bertugas :

1. Melakukan pembentukan Tim Pelaksana survey.

2. Berkoordinasi dengan pihak konsultan berkaitan dengan metode dan


teknik survey.

3. Berkoordinasi dengan pihak konsultan dalam hal pelaksanaan


kegiatan survey di lapangan.

4. Mengorganisir data berdasar pengelompokan wilayah untuk


disampaikan kepada konsultan.

1- 8
ANALISI S PENANGANAN MASA LAN K£SHlATAN KA'BUPAITNfiPA'RA

2.1 GAMBARAN UMUM WILAYAH

Kondisi geografis merupakan dasar dari penataan lingkungan. Sumber


daya alam yang ada, diarahkan untuk memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi masyarakat.
Pada Laporan ini, data yang digunakan sebagian adalah dari Jepara
Dalam Angka Tahun 2011 dan tambahan data yang di dapatkan dari
beberapa pihak yang mendukung terutama Data Profil Daerah
Kab. Jepara tahun 2011. Sedangkan tambahan 2 Kecamatan yaitu
Pakisaji yang merupakan pecahan dari Kecamatan Mlonggo dan
Kecamatan Donorojo merupakan pecahan dari Kecamatan Keling
berdasarkan Perda Kabupaten Jepara No. 17 Tahun 2007' tentang
Pembentukan Kecamatan Pakis Aji dan Kecamatan Donorojo 5erta
Penataan Kecamatan Mlonggo dan Kecamatan Keling.
Kecamatan Pakisaji terdiri dari desa lebak, bulungan, suwawal timur,
tanjung, kawak, plajan, sragi dan mambak. Kecamatan Donorojo terdiri
dari desa Sumberejo, Clering, Ujungwatu, Banyu manis, Tulakan,
Bawangharjo, Blingoh dan Jugo.

2.1.1 LETAK GEOGRAFIS DAN ADMINISTRAnF


Kabupaten Jepara termasuk dalam wilayah administratif Propinsi Jawa
Tengah. Letak Kabupaten Jepara cukup dekat dengan kota Semarang
sebagai Ibukota Propinsi Jawa Tengah sedikit banyak memberikan
pengaruh bagi perkembangan wilayah Kabupaten Jepara. Secara
geografis, Kabupaten Jepara terletak pada posisi 110°9'48,02" BT -
110°58'37,40" BT dan di antara 5°43'20,67" L5 - 6°47'25,83" LS.

II -1
ANALISIS PENANGANAN ~ASALMl KESEtMTAN KA'BUPATENJEPA'RA

Adapun secara Administratif batas batas wilayah Kabupaten Jepara


adalah:
- Sebelah Barat : Laut Jawa
- Sebelah Timur : Kabupaten Kudus dan Kabupaten Pati
- Sebelah Utara : Laut Jawa
- Sebelah Selatan : Kabupaten Demak

II -2
·- ·-
·-
I. A UT J An A

·- ·- ·-- ·- ·- ·-
·- ·-- - ·-·-
,. ..,,...,... ·
-
·- 1' ' A

- ·- ....
It

·-
p
" I • ,, ·- ·- ·-
- - · .. .
:.:-
• • K • r I • u n I 1

I. A U T J A W A ·-

·- KABUP"'TEN PATI

\
\

KAB U PATEN
KABUPATEN DEMAlt
Kl. DUS
SKALA 1 : 250.000

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Jepara

Secara administratif, Kabupaten Jepara terdiri dari 16 Kecamatan yang


terbagi dalam 183 desa dan 11 kelurahan. Pembagian wilayah

II -3
ANALISI S PENANGANAN MASALAtl KESFflATAN KA'BUPATfNJ[PA'RA

administratif Kabupaten Jepara berikut luasnya dapat dilihat pada


tabel berikut :

Tabel 2.1 Pembagian Wilayah Administratif


Luas Banyaknya desa
Kecamatan 2
(km ) I Kelurahan
01.Kedung 43,063 18
02.Pecangaan 35,878 12
03. Kalinyamatan 23,700 12
04.Welahan 27,642 15
05.Mayong 65,043 18
06. Nalumsari 56,965 15
07. Batealit 88,879 11
08.Tahunan 38,906 15
09.Jepara 24,667 16
10.Mlonggo 42,402 8
11. Pakis Aji 60,553 8
12.Bangsri 85,352 12 .
13.Kembang 108,124 11
14.Keling 123,116 12
15. Donorojo 108,642 8
16. Karimunjawa 71,200 3
Jumlah 1.004,132 194
Sumber: lepara Dalam Angka 2011

2.1.2 KONDISI TOPOGRAFI


Wilayah Kabupaten Jepara memiliki relief yang beraneka ragam,
terdiri dari daerah dataran pantai yang tersebar di sepanjang pantai
utara meliputi Kecamatan Kedung, Jepara, Mlonggo, Bangsri, dan
Keling, dataran rendah dan dataran tinggi di sekitar Gunung Muria dan
Gunung Clering. Kondisi topografi wilayah Kabupaten Jepara antara 0
- 1.301 meter diatas permukaan laut. Bagian terendah berada di
pantai / pesisir dan bagian tertinggi terdapat di wilayah Kecamatan

II -4
ANALISI S PfNANGANAN j..tASALAN KfSEtlATAN KA13U1'A ITNJEPA1M

Keling atau pada kaki gunung Muria. Kondisi topografi di tiap


kecamatan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Ketinggian Wilayah Per Kecamatan


Ketinggian
Kecamatan
dari perm. Laut
01.Kedung 0-2m
02.Pecangaan 2-17 m
03. Kalinyamatan 2-17 m
04.Welahan 2-7m
05.Mayong 13-438 m
06. Nalumsari 13-438 m
07. Batealit 68-378 m
08.Tahunan 0-46 m
09.Jepara 0-46 m
10.Mlonggo 0-300 m
11.Bangsri 0-594 m
12.Kembang 0-594 m
13.Keling O -1.301 m
14. Karimunjawa 0-100 m
15. Pakis Aji 0-300 m
16. Donorojo 0 -1.301 m
Sumber : Jepara Dalam Angka 2011
Profil Daerah Kab. lepara 2010

Berdasarkan kemiringan tanahnya, secara umum wilayah Kabupaten


Jepara dibedakan dalam 4 (empat) kategori, yaitu :
1. Daerah dengan kemiringan O - 2°/o lahan datar meliputi sebagian
Kecamatan Mayong, sebagian Kecamatan Nalumsari, sebagian
Kecamatan Welahan, sebagian Kecamatan Pecangaan, sebagian
Kecamatan Kedung, sebagian Kecamatan Jepara, sebagian
Kecamatan Tahunan, sebagian Kecamatan Mlonggo, sebagian
Kecamatan Bangsri, sebagian Kecamatan Kembang, sebagian

II -5
ANALISIS PENANGANAN MASALAtl KfSftlATAN KA13Uf'ATENfiPA1M

Kecamatan Keling, Kecamatan Karimunjawa dan sebagian wilayah


Batealit.
2. Daerah dengan kemiringan 2 - 15°/o lahan landai meliputi sebagian
Kecamatan Mayong, sebagian Kecamatan Nalumsari, sebagian
Kecamatan Batealit, sebagian kecamatan Jepara, sebagian
Kecamatan Tahunan, sebagian Kecamatan Mlonggo, sebagian
Kecamatan Bangsri, dan sebagian Kecamatan Keling, sebagian kecil
wilayah utara Pecangaan dan Kedung.
3. Daerah dengan kemiringan 15 - 40°/o lahan agak curam meliputi
sebagian Kecamatan Mayong, Kecamatan Nalumsari, Kecamatan
Batealit, sebagian kecil kecamatan Mlonggo, sebagian Kecamatan
Bangsri, dan sebagian Kecamatan Keling. Merupakan daerah
disekitar gunung Muria, Trawean, Genuk, dan Pucang Pendawa.
4. Daerah dengan kemiringan > 40°/o lahan sangat curam meliputi
wilayah puncak gunung muria, Trawean, Genuk, dari Pucang
Pendawa. Terletak di Kecamatan Mayong, Batealit, Mlonggo,
Bangsri dan Keling

2.1.3 KONDISI GEOLOGI


Berdasarkan kondisi geologinya, secara umum wilayah Kabupaten
Jepara dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :
Disepanjang garis pantai utara, yang meliputi wilayah dengan
morfologi dataran bergelombang.
Bagian timur dengan morfologi berupa perbukitan
Kabupaten Jepara terletak disebelah barat Gunung Muria. Gunung
Muria terletak di atas batuan neogen yang berupa batu gamping, batu
lempung dan Nepal.

II -6
ANALISI S PENANGANAN MASALAtl KfSftlATAN 1<.A13UPATENJfPARA

2.1.4 KONDISI HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI


a. Hidrologi
Kabupaten Jepara termasuk dalam wilayah sub DAS Jratun
Seluna (Jragung, Tuntang, Serang, Lusi, dan Juana). Afiran
sungai ini titik beratnya diarahkan pada pemanfaatan secara
optimal sekaligus rehabilitasi terhadap sumber alam hutan,
tanah dan air yang rusak serta untuk meningkatkan
pembangunan pertanian yang dapat memberikan pengaruh
pada sektor lain. Sungai-sungai besar yang dijumpai di
Kabupaten Jepara di antaranya : Sungai Bakalan, Kaweden,
Pecangaan, Troso, Sirahan, Mlonggo, Kancilan, Balong, Gelis,
Pasokan, Tunggul, Mayong, Sengon, Kedung Buie, Tuk Abul,
Bapangan, Kembar Rawi, Banjaran, Jeruk, Wangkong, Blitar,
Wareng dan Suru.
b. Hidrogeologi
Potensi air permukaan tanah dan air dalam tanah di daerah
Kabupaten Jepara cukup besar. Air Permukaan umumnya
berupa sungai. Air dalam tanah dapat dibagi 3 daerah menurut
keadaan airnya, yaitu :
Daerah air tawar, meliputi daerah kaki gunung Muria,
mempunyai mutu air yang baik dan digunakan sebagai
sumber air minum.
Daerah air tanah payau, meliputi daerah dataran rendah
yang merupakan batas antara air tanah asin dengan air
tanah tawar. Persebaran akuifernya tidak merata pada tiap
tempat dengan ketebalan antara 2 - 7 m. Air ini relative
masih bisa digunakan
Daerah air asin, meliputi daerah dataran di pinggiran pantai
atau pantai yang menjorok ke daratan.

II -7
ANALISI S PfNANGANAN MASALAtl Kf SEtlATAN KA13UPATEN]E:PA1M

Pada saat ini beberapa sungai tersebut berdasarkan informasi dari


DPU & Energi Sumber Daya Mineral Kab. Jepara th 2011 terdapat
kerusakan tebing/talud akibat banjir yaitu di kali zamur sepanjang
500 m , kali kedung bule kerusakan talud dan alur sungai tidak
normal sepanjang 2 km, kali kanal mengalami kerusakan tebing
sepanjang 2 km, kali pecangaan talud rusak 500 m dan alur sungai
tidak normal sepanjang 2 km, kali kaweden juga ada gangguan alur
1,5 km, demikian juga pada kali pethekan dan kali clering.
Kerusakan talud/tebing dan tidak normalnya alur sungai akan
berpengaruh terhadap daya tampung sungai dan kecepatan
mengalirkan air dari hulu ke hilir. Jika tidak segera dilakukan
normalisasi dikhawatirkan bencana banjir/banjir bandang akan
terjadi akan mengakibatkan kerusakan yang lebih parah.

2.1.5 KONDISI IKUM DAN CURAH HUJAN


Kabupaten Jepara sebagaimana kota-kota di Pantai Utara Jawa
beriklim tropis dengan dua musim bergantian sepanjang tahun
yaitu penghujan dan kemarau. Berdasarkan kategori iklim menurut
Schmidt dan Fergusson, Kabupaten Jepara termasuk pada
golongan iklim type D (sedang). Prinsip yang digunakan dalam
kategori iklim menurut Schmidt dan Fergusson yaitu dengan
mengambil data bulan kering dan bulan basah. Bulan basah adalah
jika curah hujan lebih dari 100 mm/bulan sedangkan bulan kering
jika curah hujan kurang dari 60 mm/bulan. Suhu rata-rata di
Kabupaten Jepara setiap bulan berkisar antara 21,55° - 32,71°
Celcius.
Menurut Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Jepara,
banyaknya hari hujan yang terbanyak adalah Kecamatan Nalumsari
yaitu 122 hari sedangkan hari hujan paling sedikit terjadi di

II -8
ANALISIS PENANGANAN MASALAti KESEtiATAN KA13UPATEN ]fPA 'RA

Kecamatan Tahunan yaitu 59 hari, curah hujan terbanyak adalah


Kecamatan Bangsri yaitu 2.532 mm sedangkan yang paling sedikit
adalah Kecamatan Jepara yaitu 1.397 mm. Untuk lebih jelasnya
lihat tabel 2.3 berikut :

Tabel 2.3 Data Curah Hujan


Hari hujan Curah Hujan
Kecamatan
(hari) (mm)
01.Kedung 90 1.867
02.Pecangaan 90 2.023
03. Kalinyamatan Tidak ada -
04.Welahan alat -
05.Mayong Alat rusak 2.504
06. Nalumsari 106 2.322
07. Batealit 122 2.265
08.Tahunan 89 1.859
09.Jepara 59 1.397
10.Mlonggo 83 1.946
11.Bangsri 90 2.532
12.Kembang 102 -
13.Keling Tidak ada 2.337
14. Karimunjawa alat -
15. Pakis Aji 75 -
16. Donorojo Tidak ada -
alat
Tidak ada
alat
Tidak ada
alat
Jumlah 906 21.052
Rata-rata 91 2.105
Sumber : Jepara Dalam Angka, 2011

II -9
ANALISI S PENANGANAN MASALAti KfSEtiATAN KABUPATfN JfPA'RA

2.2 KONDISI KEPENDUDUKAN


2.2.1 JUMLAH DAN SEBARAN PENDUDUK

Jumlah penduduk Kabupaten Jepara, berdasarkan data dari BPS


Kabupaten Jepara tahun 2011 berjumlah 1.117.327 jiwa,
dibandingkan jumlah penduduk tahun 2010 sebesar 1.097.158 jiwa.
Data yang didapat merupakan proyeksi dari jumlah penduduk pada
tahun sebelumnya.
Jumlah rumah tangga tahun 2010 sebesar 288.723 rumah tangga
menjadi 296.035 rumah tangga pada tahun 2011. Jumlah Rumah
tangga (KK) terbesar ada di Kecamatan Tahunan sebesar 26.915
KK dan terendah ada di Karimun Jawa sebesar 2.598 KK.
Sedangkan jumlah penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan
Tahunan (98.052 jiwa) dan yang terendah di Kecamatan Karimun
Jawa (8.823 jiwa). Rata-rata jumlah jiwa dibanding dengan jumlah
rumah tangga adalah 3,77.

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin


KELOMPOK JUMLAH PENDUDUK
NO UMUR
(TAHUN) LAKl-LAKI PEREMPUAN LAKloolAKl+PEREMPUAN
1 2 3 4 5

1 0-4 52.236 51 .684 103.920


2 5-9 52.670 49.587 102.257
3 10- 14 52.160 49.314 101.474
4 15 - 19 48.965 47.681 96.646
5 20-24 44.856 46.420 91 .276
6 25-29 49.519 50.185 99.704
7 30-34 47.187 46.650 93.837
8 35-39 43.818 43.350 87.168
9 40-44 39.739 40.010 79.749
10 45-49 33.668 33.760 67.428
11 50-54 28.727 27.299 56.026
12 55-59 21 .628 19.570 41 .198

II -10
ANALISIS PENANGANAN MA.SALM£ KESHl.ATAN KA13UPATEN JEPARA

KELOMPOK JUMLAH PENDUDUK


NO UMUR
(TAHUN) LAKl-LAKI PEREMPUAN LAKl-LAKl+PEREMPUAN
1 2 3 4 5
13 60-64 14.866 16.893 31 .759
14 65-69 14.058 18.385 32.443
15 70- 74 9.372 12.257 21.629
16 75+ 4.685 6.128 10.813

JUMLAH 558.154 559.173 1.117.327

Sumber : Jepara Dalam Angka, 2011

2.2.2 KEPADATAN PENDUDUK


Dengan luas wilayah sekitar 1.004,132 kilometer persegi yang
didiami oleh 1.117.327 orang, maka rata-rata tingkat kepadatan
penduduk Kabupaten Jepara adalah sebanyak 1.113 orang per
kilometer persegi. Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan
penduduknya adalah kecamatan Jepara, yaitu sebanyak 3.278
orang per kilometer persegi, sedangkan yang paling rendah adalah
Kecamatan Karimun Jawa sebanya 124 orang per kilometer
persegi.
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari rasio
jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan
penduduk perempuan per 100 penduduk.
Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Jepara berdasarkan data
BPS Kabupaten Jepara adalah sebesar 99,82°/o, yang artinya setiap
100 penduduk perempuan ada sekitar 99 atau 100 penduduk laki-
laki.

II -11
ANALISIS PENANGANAN lvtASALAJi KESEJiATAN KA'BUPATfNJfPA'RA

Tabel 2.5 Luas Wilayah, lumlah Desa dan Kepadat.an Penduduk


RATA- KEPAO
LUAS JUMLAH JUMLAH RATA ATAN
JUMLAH
NO KECAMATAN WllAYAH PENDUO RUMAH JrNA/R PENDU
DE KELUR DESA UMAH DUK
SA AHAN +KEL
UK TANGG TANGG
(~ A A
perkrrl
1 2 3 4 5 6 7 B 9 10

1 KEDUNG 18 0 18 3,90 1696,47


43,063 73.055 18.751
2 PECANGAAN 12 0 12
78.384 20.327
3,86 2214,36
35,398
3 WELAHAN 15 0 15 3,97 2556,87
27,642 70.677 17.815
4 MAYONG 18 0 18 4,01 1292,79
65,043 84.087 20.952
5 BATEALIT 11 0 11 3,88 891,63
88,879 79.247 20.445
6 JEPARA 5 11 16 3,92 3278,06
24,667 80.860 20.631
7 MLONGGO 8 0 8 79.119
3,84 1865,93
42,402 20.580
a PAKISAJI
60,553
8 0 8
55.227 14.836
3,72 912,04

9 BANGSRI 12 0 12 3,69 1115,45


85,360 95.215 25.773
10 KELING 12 0 12
18.411
3,23 482,72
123,116 59.431
11 KARIMUNJAWA 4 0 4 3,41 124,51
71,200 8.865 2.598
12 TAHU NAN 15 0 15 3,87 2679,10
38,906 104.233 26.915
KALINYAMATA
13 12 0 12 4,37 2445,33
N 24,180 59.128 13.532
14 NALUMSARI 15 0 15 3,97 1224,86
56,965 69.774 17.588
15 KEMBANG 11 0 11 3,29 609,51
108,116 65.898 20.024
16 DONOROJO 8 0 8 3,21 498,21
108,642 54.127 16.857
18
JML 11 195 3,77
1.004,132 4 1.117.327 296.035 1.113

Sumber : Jepara Dalam Angka, 2011

2.2.3 KOMPOSISI MENURUT UMUR


Struktur penduduk Kabupaten Jepara menurut kelompok umur
dapat dapat dibedakan berdasarkan umur 0-4 tahun, 5-14 tahun,
15-44 tahun, 45-64 tahun dan >=65 tahun.
Gambaran kompisisi lebih detail dapat dilihat di gambar berikut :

II -12
ANALISIS PENANGANAN MASALAtf K'ESFIMTAN KA13UPATfN]EPARA

300,000

250,000

200,000

150,000

100,000

50,000

0
0-4 5-14 15-44 45-64 >=65
• Laki-laki 52,236 104,830 274,084 98,889 28,115
1;1 Perempuan 51,684 98,901 274,296 97,522 36,770

Gambar 2.2 Komposisi Penduduk menurut Golongan Umur


di Kabupaten Jepara Tahun 2011

Dilihat dari Gambar di atas jumlah penduduk terbesar di golongan


umur 15-44 tahun dimana laki-laki berjumlah 274.084 dan
perempuan berjumlah 274.296

2.2.4 FASILITAS PENDIDIKAN


Tingkat pendidikan merupakan salah satu kaitan dalam
menentukan intelegensi dan penyerapan informasi, pengetahuan
dan ketrampilan kaitannya dalam pembangunan kesehatan.
Masyarakat yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi, pada
umumnya mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas
sehingga lebih mudah menyerap dan menerima informasi, serta
dapat ikut berperan serta aktif dalam mengatasi masalah kesehatan
dirinya dan keluarganya.

II -13
ANALISIS PENANGANAN MASALAtl KfSftlATAN KA13UPATfNJEPA'RA

TIDAK/ TIDAi</ SO/Ml SMP/MTs SMA/SMK/ AK/ UNIVERSITA


8ELUM BELUM MA DIPLOMA s
PERNAH TAMAT
SEKOIAH SD/Ml
•Laki-laki 28,674 89,929 186,003 111,805 65,231 5,224 9,391
Perempuan 49,066 92,357 173,920 105,733 54,780 6,410 7,362

Gambar 2.3 Grafik lumlah Penduduk Usia 10 tahun keatas


Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang
Ditamatkan di Kabupaten Jepara Tahun 2011

Angka di atas mengalami kenaikan untuk lulusan universitas


dimana tahun 2010 laki-laki 7.451 orang dan perempuan 7.470
orang, ditahun 2011 adalah laki-laki 9.391 orang dan perempuan
7.362 orang serta untuk lulusan SD/MI kebawah sudah semakin
sedikit. Peningkatan dalam hal pendidikan ini berimbas pada
kemampuan baca tulis tercermin dari angka melek huruf.
Presentasi penduduk yang dapat membaca dan menulis huruf latin
dan huruf lainnya pada tahun 2011 sebesar 93,37 °/o dan ada
peningkatan dibandingkan dengan tahun 2010 dimana sebesar
93,07 Ofo,

II -14
ANALISIS PENAN<?ANAN MASALA1l KfSE1lATAN KABUPATENJEPA'RA

Tabel 2.6 lumlah Penduduk Usia 10 th ke atas yang melek huruf

JlJMLAH PENDUDUK USIA 10 KE ATAS

NO KECAMATAN

lAKl-l.AKI PEREMPUAN

JUMLAH
MELEK % MELEK
HURUF JUMlAH HURUF %

1 2 3 4 5 6 7 8

1 KEDUNG 30.010 27.960 93,17 29.714 28.012 94,27

2 PECANGAAN 31.267 30.792 98,48 32.631 30.735 94,19

3 WELAHAN 28.608 27.609 96,51 29. 711 26.960 90,74

4 MAYONG 33.846 31.779 93,89 34.690 31 .840 91,78

5 BATEALIT 32.165 31 .106 96,71 32.152 31.063 96,61

6 JEPARA 32.676 30.557 93,52 32.501 30.617 94,20

7 MLONGGO 32.355 30.672 94,80 31.739 30.731 96,82

8 PAKISAJI 22.203 20.319 91 ,51 22.524 20.360 90,39

9 BANGSRI 39.116 38.455 98,31 39.243 38.258 97,49

10 KELING 24.440 22.681 92,80 25.237 22.524 89,25

11 KARIMUNJAWA 3.579 3.349 93,57 3.568 3.203 89,77

12 TAHUNAN 42.484 41 .035 96,59 40.031 39.012 97,45

13 KALINYAMATAN 23.540 23.473 99,72 24.255 23.518 96,96

14 NALUMSARI 28.050 26.430 94,22 29.338 26.482 90,27

15 KEMBANG 26.734 24.812 92,81 27.938 24.859 88,98

16 DONOROJO 22.175 10.780 48,61 22.630 20.742 91,66

JUMLAH KABUPATEN 453.248 421.809 93,06 457.902 428.916 93,67


Sumber: Jepara Dalam Angka, 2011

II -15
ANALISIS PfNANGANAN MASALAH. KfSHMTAN KABUPAITN]EPARA

Tabel 2.7 Penduduk Berdasarkan Sekolah Yang Di Tamatkan


PENOUDUK LAKl-l.AKI dan PEREMPUAN

TIDAi</ TIDAKI
SMP/
SMAI AKI
BELUM BELUM
SOIMI SMK/ DIPLO UNIVERSITAS JUMLAH
PERNAH TAMAT MTs
MA MA
SEKOLAH SDJMI

4.054 12.096 22.622 15.913 8.011 555 917 64.168

6.178 12.050 26.210 14.590 8.708 871 1.393 70.000

5.007 10.783 24.895 13.631 7.312 749 863 63.240

6.232 14.430 30.333 15.078 7.456 690 932 75.151

5.969 13.201 27.800 15.718 6.627 553 724 70.592

3.821 12.620 20.762 13.785 14.983 1.922 3.604 71.497

4.335 13.484 24.474 16.261 9.730 1.069 1.139 70.512

4.339 8.941 20.323 11.560 3.683 328 317 49.491

6.328 15.622 33.262 17.830 10.250 914 1.443 85.649

4.862 9.913 19.106 12.779 5.670 600 708 53.638

849 1.944 3 .514 961 435 63 78 7.844

5.593 15.555 31.568 21.594 14.500 1.063 1.807 91.680

3.049 9.419 18.414 11.597 8.283 689 1.061 52.512

3.788 10.489 26.707 13.978 6.064 591 753 62.370

7.337 11 .715 13.159 11.612 4.127 561 464 48.975

5.999 10.024 16.774 10.631 4.172 416 550 48.566

77.740 182.286 359.923 217.538 120.011 11 .634 16.753 985.885

Sumber: Jepara Dalam Angka, 2011

II -16
ANALISIS PENANGANAN ~ASALA1t KESFftATAN KAt3UPATfNJEPA'RA

2.3 KONDISI KESEHATAN KAB. JEPARA PADA UMUMNYA


Kesehatan merupakan masalah kita bersama, baik pemerintah
maupun masyarakat, dan oleh karena itu kesehatan perlu
mendapatkan perhatian serius dari berbagai pihak. Salah satu
peran pemerintah dalam pembangunan kesehatan adalah
menyediakan sarana kese-hatan yang dapat dijangkau oleh
masyarakat luas, baik dari segi finansial mau-pun lokasinya. Sarana
kesehatan tersebut antara lain berupa rumah sakit, puskesmas,
puskesmas pembantu dan tenaga kesehatan (medis/paramedis).

2.3.1 SARANA KESEHATAN


A. Data Dasar Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah
merupakan sarana pelayanan masyarakat di tingkat dasar.
Puskesmas terdiri dari Puskesmas Perawatan, Puskesmas Non
Perawatan, Puskesmas Pembantu, dan Puskesmas Keliling. Jumlah
Puskesmas di Kabupaten Jepara tahun 2011 adalah 21 terdiri dari
14 Puskesmas Perawatan dan 7 Puskesmas Non Perawatan. Bila
dibandingkan dengan konsep wilayah kerja puskesmas, dengan
sasaran penduduk yang dilayani oleh puskesmas rata-rata 30.000
penduduk per puskesmas, maka rasio jumlah puskesmas tahun
2011 sebesar 0,56. Dengan begitu jumlah ideal dari Jumlah
penduduk 1.117.1327 jiwa adalah 37 puskesmas. Ini berarti jumlah
puskesmas di Kabupaten Jepara masih kurang. Akan tetapi telah
terpenuhi dengan adanya puskesmas pembantu dan puskesmas
keliling.
Jumlah puskesmas pembantu di Kabupaten Jepara 46 buah
dengan ditambah puskesmas keliling 25 buah. Dengan adanya
jaringan pelayanan kesehatan dibawah puskesmas diharapkan

II -17
ANALISIS PENANGANAN MASALA1l KfSf1lATAN KA13UPATfNJfPA1M

dapat mendekatkan diri kepada masyarakat dan menjangkau ke


semua masyarakat.
B. Indikator Pelayanan Rumah Sakit
Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan
sarana rumah sakit ant.ara lain dengan melihat perkembangan
fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan jumlah rumah
sakit dan tempat tidurnya serta rasionya terhadap jumlah penduduk
sehingga dapat terukur tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi
pelayanan rumah sakit.

Tabel 2.8 lumlah rumah Sakit di Kabupaten Jepara menurut


. . dan pem11
1ems Tkan Ta hun 2011

PEMIUKAN/PENGEl.OlA

NO
FASIUTAS
KESEHATAN PEM. PEM. PEM TNl/
PUSA PRO . POlR
BUM
N
SWPSf
A
JUMlA
H
T v KAB I
RUMAH SAKIT
1
UMUM
- 1 1 - - 3 5
RUMAH SAKIT
2
JIWA
- - - - - - -
3 RUMAH SAKIT BERSAUN - - - - - - -
RUMAH SAKIT KHUSUS
4
WNNYA
- - - - - 2 2

Sumber: DKK Kab. Jepara, 2011


Rumah sakit yang ada di Kabupaten Jepara adalah RSU Kelet
(milik Pemerintah Provinsi), RSU RA Kartini, RSU PKU
Muhammadiyah Mayong, RSU Sultan Hadlirin, RSU Graha Husada,
RSIA Kumala Siwi dan RSIA Siti Khadijah.
Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan menurut
Kepemilikan/Pengelola dapat dilihat pada Tabel 2.9

II -18
ANALISIS PENANGANAN ?wlASALAH KfS8MTAN KA'l3UPAITN JEPA'RA

. I hSa rana Pe ayanan Kesehatan d"Kab


Ta bel 29luma I upaten l eoara

FASILITAS
PEMIUKAN/PENGELOLA
NO
KESEHATAN PEM. PEM. PEM. TNJ/
BUMN SWASfA JUMLAH
PUSAT PROV KAB POLRI
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 RUMAH SAKIT UMUM - 1 1 - - 3 5
2 RUMAH SAKIT JIWA - - - - - - -
RUMAH SAKIT
3
BERSALIN
- - - - - - -
RUMAH SAKIT
4
KHUSUS WNNYA
- - - - - 2 2
PUSKESMAS
5 PERAWATAN
13
PUSKESMAS NON
6 8
PERAWATAN
PUSKESMAS
7
KEULING
26
PUSKESMAS
8
PEMBANTU
45

9 RUMAH BERSALIN - - - - - 2 2
BALAI
10
PENGOBATAN/KLINIK
- - - - - 47 47
PRAKTCK DOKTER
11
BERSAMA
- - - - -
PRAKTEK DOKTER
12 PERORANGAN - - - - 236 236
PRAKTEK
13 PENGOBATAN - - - - 230 230
TRADISIONAL
14 PKD 166
15 POSYANDU 1.111
16 APOTEK - - - - - 75 75
17 TOKOOBAT - - - - - 3 3
18 GFK - - 1 - - - 1
INDUSTRI OBAT
19
TRADISIONAL
- - - - - - -
INDUSTRI KECIL
18
OBAT TRADISIONAL
- - - - - 1 1
Sumber: DKK Kab. Jepara, 2011

II -19
ANALISI S PENANGANAN ~ASALAtl KfSFtlATAN KA'BUPATfNJEPA'RA

2.3.2 TENAGA KESEHATAN


A. Persebaran Tenaga Kesehatan
Sampai saat ini kebutuhan tenaga kesehatan masih belum
sepenuhnya terpenuhi. Hal tersebut dapat dilihat dari usulan
permintaan kebutuhan tenaga kesehatan baik di pemerintah pusat,
provinsi maupun kabupaten/kota yang sulit terpenuhi akibat belum
tertatanya data-data serta belum siapnya anggaran untuk
perekrutan pegawai. Kekurangan lain disebabkan belum
bergantinya tenaga kesehatan yang pensiun dan makin
kompleksnya masalah-masalah kesehatan yang ditangani oleh
tenaga tersebut.
Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Jepara pada tahun
2011 sebanyak 1.658 orang yang terdiri dari berbagai profesi.
Profesi terbesar adalah perawat dengan jumlah 599 orang dan
bidan sejumlah 406 orang.

B. Rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk.


a. Rasio Tenaga Dokter Spesialis
Dokter spesialis adalah dokter yang mengkhususkan diri
dalam suatu bidang ilmu kedokteran tertentu. Seorang dokter
harus menjalani pendidikan dokter paska sarjana (spesialisi)
untuk dapat menjadi dokter spesialis. Pendidikan dokter
spesialis merupakan program pendidikan lanjutan dari
program pendidikan dokter setelah dokter menyelesaikan
wajib kerja sarjananya dan atau langsung setelah
menyelesaikan pendidikan dokter umum dasar.

II -20
ANALISIS P'ENANGANAN ~ASALAtf KESEttATAN 1<.A13Uf'ATfN]EPA'RA

2008 2009 2010 2011 WHO

• Rasio Dr. Spesialis

Gambar 2.4 Rasio Dokter Spesialis di Kabupaten Jepara

Jumlah dokter spesialis di Kabupaten Jepara tahun 2011


sebesar 72 orang terdiri dari 50 laki-laki dan 22 perempuan.
Rasio dokter spesialis per 100.000 penduduk adalah 6,4.
Bila mengacu standar WHO, diharapkan rasio per
100.000 penduduk adalah 6 orang. Ini telah memenuhi standar
yang ditetapkan.

b. Rasio Tenaga Dolder Umum


Rasia tenaga dokter umum dilihat dari jumlah dokter
yang memberikan pelayanan kesehatan di suatu wilayah per
jumlah penduduk di wilayah dan pada tahun yang sama
dikalikan dengan 100.000.

II -21
ANALISIS PCNANGANAN HASALAH KfSEHATAN KA'BUPAITN]EPA'RA

2008 2009 2010 2011 WHO

• Rasio Dokter

Gambar 2.5 Rasio Dolder Umum di Kabupaten lepara

Tahun 2011 yaitu jumlah dokter sebanyak 222 dokter


terdiri dari 97 laki-laki dan 99 perempuan dengan tasio per
100.000 sebesar 19.2.
Jika mengacu pada standar WHO rasio yang diminta
adalah 40 orang. Data terekapitulasi adalah di tingkat
puskesmas dan Ru mah sakit ( dokter PNS dan PTT) sedangkan
dokter yang diluar itu tidak terekapitulasi.

c. Rasio Tenaga Dokter Gigi


Rasio tenaga dokter gigi dilihat dari jumlah dokter gigi
yang memberikan pelayanan kesehatan di suatu wilayah per
jumlah penduduk di wilayah dan pada tahun yang sama
dikalikan dengan 100.000.

II -22

L
ANALISIS PENANGANAN ~ASALA1f K..ESEtf.ATAN KA13UPATENJf:PA'RA

2008 2009 2010 2011 WHO

• Rasia Dokter Gigi

Gambar 2.6 Rasio Dokter Gigi di Kabupaten Jepara

Jumlah dokter gigi di Kabupaten Jepara Tahun 2011


sebesar 16 terdiri dari 2 laki-laki dan 14 perempuan orang
dengan rasio per 100.000 penduduk sebesar 1,4.
Tidak semua puskesmas mempunyai dokter gigi,
sehingga ada puskesmas tidak menyelenggarakan poli gigi. Di
Kabupaten Jepara hanya ada 14 dokter gigi tersebar di
puskesmas.

d. Rasio Tenaga Kefarmasian


Apoteker adalah seseorang yang mempunyai keahlian
dan kewenangan di bidang kefarmasian baik di apotek, rumah
sakit, industri, pendidikan, dan bidang lain yang masih
berkaitan dengan bidang kefarmasian. Pendidikan apoteker
dimulai dari pendidikan sarjana, kurang lebih empat tahun,
ditambah satu tahun untuk pendidikan profesi apoteker.
Tenaga kefarmasian terdiri dari Apoteker, S-1 Farmasi, D-
Iil Farmasi, dan Asisten Apoteker. Jumlah tenaga kefarmasian
di Kabupaten Jepara Tahun 2011 sebesar 168 terdiri atas

II -23
ANALISIS PENANGANAN f..1ASALAH J<.fS£HATAN J<.A'BU'PATEN]EPA'RA

apoteker dan 5-1 Farmasi 71 orang, D-111 Farmasi dan Asisten


Apoteker 97 orang.

2008 2009 2010 2011 WHO

• Raslo Tenaga Farmasi

Gambar 2.7 Rasio Tenaga Kefannasian di Kabupaten Jepara

Rasio per 100.000 penduduk tenaga kefarmasian di


Kabupaten Jepara Tahun 2011 sebesar 14.

e. Rasio Tenaga Keperawatan


Jumlah tenaga keperawatan di Kabupaten Jepara sebesar
599 orang yang terdiri dari 237 laki-laki dan 362 perempuan.
Dilihat dari perkembangan empat tahun terakhir.

II -24
ANALISIS PENANGANAN MASALAH KESERATAN KA'BUPAltN]tPA'RA

117.S

2008 2009 2010 2011 WHO

• Rasio Tenaga Keperawatan

Gambar 2.8 Rasio Tenaga Keperawatan di Kabupaten Jepara

Rasio tenaga keperawatan per 100.000 penduduk


sebesar 52 mengalami kenaikan dibanding tahun 2010 sebesar
51,22. Meskipun demikian bila melihat Standar WHO rasio
yang diharapkan adalah 117,5.

f. Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat


Tenaga kesehatan masyarakat terdiri dari 5-1 kesehatan
masyarakat dan D-111 kesehatan masyarakat.
Rasio tenaga kesehatan masyarakat dilihat dari jumlah
tenaga kesehatan masyarakat yang memberikan pelayanan
kesehatan di suatu wilayah per jumlah penduduk di wilayah
dan pada tahun yang sama dikalikan dengan 100.000.

11-25
ANALISIS PENANGANAN MASALAti 1<..fSfll.ATAN 1<.A'BUPATfNJEPA'RA

2008 2009 2010 2011 WHO

• Rasio Tenaga Kesh Masy

Gambar 2.9 Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat di Kabupaten


Jepara

Jumlah di Kabupaten Jepara Tahun 2011 tenaga


kesehatan masyarakat sebesar 30 orang. Rasio per 100.000
penduduk tahun 2011 sebesar 1,8 adalah jumlah tenaga
kesehatan masyarakat yang ada di pelayanan kesehatan
berjumlah 20 orang tersebar di puskesmas, rumah sakit dan
pelayanan kesehatan lainnya yang dirasiokan. Bila sesuai
standar WHO adalah 40 per 100.000 penduduk.

g. Rasio Tenaga Gizi


Tenaga Gizi dari D-IV/ 5-1 Gizi, D-111 Gizi dan D-1 Gizi.
Jumlah tenaga Gizi di Kabupaten Jepara sebesar 40 orang,
terdiri dari 8 orang D-IV/5-1 Gizi, 32 orang D-111 Gizi dan D-I
Gizi.

11-26
ANALLSIS PENANGANAN ~ASA LA1t KESE1tATAN KA13UPATfN]EPA'R.A

2008 2009 2010 2011 WHO

• Rasio Tenaga Gizi

Gambar 2.10 Rasio Tenaga Gizi di Kabupaten lepara

Rasio per jumlah penduduk 100.000 tenaga gizi sebesar


3,2. Ini kita bandingkan kebutuhan ideal sesuai dengan standar
WHO masih jauh, dimana kebutuhan yang ideal tenaga gizi
adalah 22 per 100.000 penduduk.

h. Rasio Tenaga Bidan


Tenaga yang tercakup dalam tenaga bidan adalah D-111
Kebidanan dan D-1 Kebidanan.
Rasio tenaga bidan dilihat dari jumlah bidan yang
memberikan pelayanan kesehatan di suatu wilayah per jumlah
penduduk di wilayah dan pada tahun yang sama dikalikan
dengan 100.000.

II -27
ANALISIS P'ENANGANAN MASALAtl K.ESHMTAN KA'BUPATENJEPA'R.A

2008 2009 2010 2011 WHO

• Rasio Tenaga Bidan

Gambar 2.11 Rasio Tenaga Bidan di Kabupaten .Jepara

Jumlah keseluruhan tenaga bidan Tahun 2011 di


Kabupaten Jepara 406 bidan terdiri dari D IV Kebidanan 79
orang, D-III kebidanan 317 orang dan 0-I kebidanan 789
orang.
Rasia tenaga bidan menurut Standar WHO dituntut
sebesar 100 per 100.000 penduduk. Di Kabupaten Jepara
tenaga bidan tahun 2011 yang tersedia rasio per 100.000
penduduk sebesar 36.

i. Rasio Tenaga Sanitasi


Tenaga yang tercakup dalam tenaga sanitasi adalah 0-111
sanitasi dan D-1 Sanitasi.

II -28
ANALISIS PENAN<?ANAN f.-IASALAtl KESEtlATAN KA'BUPAITN ]fPA'R.A

2008 2009 2010 2011 WHO

• Rasio Tenaga Sanitasi

Gambar 2.12 Rasio Tenaga Sanitasi di Kabupaten Jepara

Tahun 2011 jumlah tenaga sanitasi adalah 37 yang terdiri


dari 22 tenaga sanitasi laki-laki orang dan 15 perempuan
dengan rasio per 100.000 penduduk sebesar 3,2.
Rasia ini masih dibawah target Indonesia Sehat 2010 dan
Standar WHO sebesar 40 per 100.000.

j. Rasio Tenaga Teknisi Medis


Tenaga Teknisi Medis yang dimaksud adalah analisis
laboratorium, teknis elektromedik, penata rontgent, penata
anastesi. Sedangkan Fisioterapis masuk kategori tersendiri.
Tenaga yang ada di Kabupaten Jepara sebesar 71 orang yang
terdiri dari tenaga teknisi medis 59 orang, fisioterapis 12 orang.

II -29
ANALISIS PENANGANAN MASALAH K.ESnf.ATAN 1<A'BUPATEN JEPARA

9
8
7
6
s
4
3
2
1
0
2008 2009 2010 2011

• Rasio Tenaga Teknisi Medis

Gambar 2.13 Rasio Tenaga Teknisi Medis di Kabupaten Jepara

Rasia per 100.000 penduduk adalah 6,4 dimana rasio


tenaga teknisi medis 5,3 dan fisiterapis 1,1.

II -30
ANALISIS f'fNANGANAN MASALAtl KESEtlATAN KABUPATEN ]EPA'RA

BAB III METODE PELAKSANAAN

3.1 KERANGKA PIKJR


Perubahan masalah kesehatan ditandai dengan terjadinya
berbagai macam transisi kesehatan berupa transisi demografi,
transisi epidemiologi, transisi gizi dan transisi perilaku. Transisi
kesehatan ini pada dasarnya telah menciptakan beban ganda
(double burden) masalah kesehatan.

_....._. Pendidi kan


'p_e_n_d_i_d-ik_a_n~.s:- Lanjut
Dasar

Mutu
Kesehatan Tenaga Kerja
Anak ... - -
( Produktifitas J
Kesehatan
Wanita
#
Pendidikan Ekonomi Daerah
Wanita • Growth Rate
• Pemerataan

Gambar 3.1 Diagram keterkaitan kualitas SDM

Dari diagram tersebut di atas nampak bahwa kesehatan


merupakan faktor yang penting baik peningkatan kualitas SDM,
sehingga kegiatan ini sangat penting untuk dilakukan untuk
mengetahui kondisi riil dilapangan mengenai kualitas kesehatan
masyaraat Kabupaten Jepara.

Ill-1
ANALISIS PENANGANAN MASALMf KESEHATAN KABUPAITNJEPA1M

3.2 METODE PELAKSANAAN


3.2.1 Pelaksanaan pengumpulan data oleh enumerator

Pengumpulan data dilakukan oleh enumerator kepada responden


dengan wawancara menggunakan kuesioner. Wawancara dilakukan
kurang lebih selama 30 menit.

3.2.2 Monitoring dan cross check lapangan oleh supervisor

Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena


beberapa hal, antara lain subjektivitas peneliti merupakan hal yang
dominan dalam penelitian kualitatif. Alat penelitian kualitatif adalah
wawancara dan observasi. Alat penelitian ini mengandung banyak
kelemahan, karena dilakukan secara terbuka dan tanpa kontrol.
Sumber data kualitatif dari hasil wawancara yang kurang credible
akan berpengaruh terhadap hasil akurasi penelitian.

3.2.3 Koordinasi hasil pendataan dan cross check

Koordinasi dan cross check dilakukan untuk menghindari kesalahan


sistimatis. Pokja melakukan Spot check sebagai quality control
dengan membentuk tim untuk mendatangi 5°/o rumah yang telah di
survai untuk melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang
telah disediakan. Hasil spot check dapat digunakan untuk
menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi sesuai
standar yang ditentukan. Hasil Spot Check digunakan juga sebagai
quality control pada tahap entri data, apakah hasil entri data dan
spot check menunjukkan hasil yang sama.

3.2.4 Entri data

Entri data dilakukan untuk memindahkan data dari responden


dalam kuesioner ke dalam bentuk file.

ill-2
ANALISIS Pf.NANGANAN t--tASA LAtl KESFftATAN KA'BU PArENJEPA'RA

3.2.5 Data Cleaning

Pembersihan/ data cleaning dilakukan sebelum data dianalisis,


pembersihan data mencakup pembersihan terhadap tidak ada data
(missing value), pilihan diluar opsi, dan salah pilih. Secara
sederhana pembersihan dilakukan dengan analisis frekuensi dan
tabel silang.

3.2.6 Pengolahan data dan analisis data

Setelah data diperoleh peneliti menganalisais secara kualitatif


melalui tiga tahapan :

a.Klasifikasi data

b.lnterpretasi data

c.Analisis data

Teknik analisis yang diterapkan adalah teknik statistik deskriptif


sederhana seperti persentase dan frekuensi. Analisis statistik yang
diterapkan berdasarkan pada satuan rumah tangga. Hasil analisis
data merupakan analisis diskriptif kondisi kesehatan Kabupaten
Jepara yang disajikan dalam bentuk tabel, diagram dan narasi.

3.3 PENYUSUNAN LAPORAN

Penyusunan dan penulisan laporan dilakukan setelah analisis data


selesai. Setelah penyusunan laporan selesai, maka publikasi
dilakukan untuk mendapatkan masukan dari steakholder dan
masyarakat. Revisi dalam penyusunan laporan dilakukan setelah
mendapatkan koreksi dari pokja dan masukan dari hasil publikasi
studi ini.

111-3
ANALISIS PENANGANAN MASALAti KfSFH.ATAN KABUPATfNJEPA1M

KONDISI EKISISTlNG DERAJAD


KESEHATAN KABUPATEN JEPARA

4.1 SITUASI DERAlAD KESEHATAN KABUPATEN JEPARA

4.1.1 ANGKA KEMA"DAN


Angka Kematian salah satu alat untuk menggambarkan status
kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi atau tingkat permasalahan
kesehatan, kondisi lingkungan fisik dan biologik secara tidak langsung.
Disamping itu dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian
keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan
kesehatan. Yang telah dilaksanakan selama ini adalah dengan melihat
perkembangan angka kematian dari tahun ke tahun.

Angka kematian yang disajikan yaitu Angka Kematian Bayi


(AKB) per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Anak Balita (AKABA)
per 1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Ibu (AKI) per 1000
kelahiran hidup. Besarnya tingkat kematian yang terjadi pada periode
terakhir dapat dilihat dari uraian berikut :

1. Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka kematian bayi (AKB) merupakan banyaknya kematian


bayi umur kurang dari 1 tahun (0-12 tahun) per 1000 kelahiran
hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB menggambarkan tingkat
permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor
penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi
ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi
lingkungan dan sosial ekonomi.

IV-1
ANALISI S PENANGANAN MASALAH KfSfHATAN KA13UPATEN J£PA'RA

10.00

9.50

8.50

8.00 ·- - - -- ---·--·---
7.50

00
-=2008-=___ 2010~ =:J

~AKB 8.40
r
,
o_o 9_
_8._
1o_
_ +

_ _ _ i ._ _ 8._42_ ·-r= 2011


9.69 _J

Gambar 4.1 Angka Kematian Bayi Tahun 2008 - 2011

Berdasarkan laporan dari Puskesmas, AKB tahun 2011


sebesar 211 jiwa dari jumlah kelahiran hidup sebesar 21.131 jiwa
didapatkan angka 9,69. Dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar
jiwa 178 dari jumlah kelahiran hidup sebesar 21.131 dengan AKB
sebesar 8,42.

Angka kematian bayi di Kabupaten Jepara yang diharapkan


semakin turun untuk tiap tahunnya, namun di tahun 2011 justru
terjadi kenaikan. Permasalahan yang ada di Kabupaten Jepara
adalah tingginya kasus AKB dikarenakan banyaknya kasus BBLR
pada bayi, persentase bidan yang ikut pelatihan BBLR masih
kurang, tindak lanjut kasus BBLR setelah dari perawatan di RS
belum adekuat di rumah, kapasitas PICU/NICU di RS masih kurang,
peran serta masyarakat dalam hal ini kesehatan anak masih
kurang.

BBLR biasanya disebabkan oleh ibu hamil yang anemi.


Beberapa langkah pencegahan antara lain dengan membuat kelas
ibu hamil di desa, membuat kelas ibu balita diperuntukkan untuk
bayi dan balita, penyuluhan KRR sebagai persiapan WUS agar tidak

IV-2
ANALISIS PfNANGANAN ~ASALA:U 1('ESE1!ATAN KA13UPA TEN JEPA1M

anemi, penyuluhan pemberian PMT ibu hamil agar tidak anemi,


meningkatkan SDM dalam hal ini bidan untuk uji kompetensi
kinerja, meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat,
meningkatkan peran serta Toga dan Toma untuk peduli kepada
kesehatan

2. Angka Kematian Anak Balita (AKABA)

Angka Kematian Anak Balit.a (AKABA) adalah kematian anak


balit.a (1 th-5 th) per 1.000 kelahiran hidup. AKABA mempunyai
manfaat untuk mengetahui gambaran tingkat permasalahan
kesehat.an anak balit.a, mengetahui tingkat pelayanan
KIA/posyandu, menget.ahui tingkat keberhasilan program
KIA/posyandu dan menilai kondisi dan sanitasi lingkungan.

Jumlah kematian balita di Kabupaten Jepara dit.ampilkan


dalam tabel berikut:

Tabel 4.1 Jumlah Kematian Balita di Kabupaten jepara


Tahun 2008 - 2011

2008 2009 2010 2011


Jumlah kematian 22 34 59 24
Kelahiran hidup 20.960 21.841 21.131 21.772
Sumber: DKK Kab. Jepara, 2011

Jumlah kematian diatas mengalami penurunan pada tahun


ini. Kematian yang t.ahun 2011 sebesar 24 orang, dibandingkan
t.ahun 2010 sebesar 59. Jumlah kematian diatas dapat dihitung
AKABA yang tersaji dalam grafik dibawah.

N -3
ANALISIS PENANGANAN ~ASALAtl K'ESEH.ATAN KABUPATENJEPA'RA

~AKABA
1.1

2008 2009 2010 2011

Gambar 4.2 Angka Kematian Balita di Kabupaten lepara


Tahun 2008 - 2011

AKABA tahun 2010 sebesar 2,79 per 1.000 kelahiran hidup.


Sedangkan untuk tahun 2011 AKABA sebesar 1,1 per 1.000
kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan target MDGs ke-4 tahun
2015 yaitu 32 per 1.000 kelahiran hidup dan RAD MDGs Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2011 sebesar 12,01, AKABA di Kabupaten
Jepara telah memenuhi target.

Adanya penurunan AKABA ini dikarenakan adanya orientasi


kelas ibu balita yang berhasil dan program MTBS sebagai daya
ungkit penurunan tersebut.

3. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)


Angka kematian ibu maternal (AKI) dihitung semasa kehamilan,
persalinan dan masa nifas, mempunyai manfaat mencerminkan
risiko yang dihadapi oleh ibu selama kehamilan dan melahirkan
yang dipengaruhi oleh : keadaan sosial ekonomi, keadaan
kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian
berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan

IV-4
ANALISIS PENANGANAN MASALAtl KESHMTAN KA'BUPATENJEPARA

penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan


prenatal dan obstetrik.

Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau


kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan
tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan,
yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau
pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti
seperti kecelakaan, terjatuh dll.

AKI di Kabupaten Jepara tidak dihitung karena faktor


pembandingnya adalah 100.000 jumlah kelahiran hidup, sedangkan
di Kabupaten Jepara jumlah kelahiran hidup kurang dari 100.0000
kelahiran hidup.

Tabel 4.2 Jumlah Kematian Ibu Dibandingkan dengan


Jumlah Kelahiran Hidup di Kabupaten. Jepara
Tahun 2008 s/d 2011
2008 2009 2010 2011
Jumlah 21 26 23 24
kematian

Kelahiran hidup 20.960 21.841 21.131 21.772

Sumber : DKK Kab. Jepara, 2011

Jumlah kematian ibu tahun 2011 adalah 24 orang per 21.772


kelahiran hidup. Jika dikonversikan dalam Angka Kematian Ibu
adalah 110,2 per 100.000 kelahiran hidup (tidak dapat dijadikan
patokan AKI di Kabupaten Jepara). Target MDGs ke-5 tahun 2015
adalah sebesar 102 per 100.000, Kabupaten Jepara belum dapat
memenuhi target. Kematian ibu terbesar adalah kematian ibu nifas
sebesar 17 kasus. dari 24 kasus. Peyebab terbesar disebabkan
karena preeklamsia/eklamsia di Rumah Sakit.

IV-5
ANALISIS PENANGANAN MASALAtl KESHlATAN KABUPATEN]fPA1M

Kematian ibu terbesar adalah kematian ibu nifas sebesar 17


kasus. dari 24 kasus. Peyebab terbesar disebabkan karena
preeklamsia/eklamsia di Rumah Sakit.

Beberapa permasalahan yang muncul di Kabupaten Jepara


adalah:

• Belum optimalnya pelayanan rujukan ibu melahirkan dari desa


ke RS Panek dalam hal komunikasi
• Belum optimalnya PONED di Puskesmas terutama dalam hal
tenaga terlatih
• Tindak lanjut Kunjungan tenaga kesehatan untuk bumil risti
masih rendah
• Deteksi dini resiko tinggi oleh petugas kesehatan kurang
berkualitas
• Tindak lanjut Audit Maternal Perinatal (AMP) belum optimal
Strategi yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan
adalah:

• Koordinasi yang baik dengan Rumah Sakit dalam mendukung


pelayanan obstetri neonatus yang optimal.
• Pelatihan untuk petugas puskesmas dalam mendukung PONED
di puskesmas.
• Tenaga Kesehatan yang pro aktif dalam kunjungan bumil risti
• Perlu peningkatan kegiatan ANC integrasi ( dokter, bidan, gizi,
laboratorium, P2 dll)
• Refreshing Asuhan Persalinan Normal (APN)
• Pembentukkan Tim Pengkaji AMP melibatkan yang terkait dari
DKK, Puskesmas, Rumah Sakit dan organisasi profesi.
• Pelaksanaan AMP Sosial di tingkat Kecamatan ditingkatkan

IV-6
ANALISI S PENANGANAN MASALA'H KfSf'HATAN J<ABUPATEN JfPARA

4. Angka Kecelakaan Lalu Lintas


Kasus kecelakaan lalu lintas adalah jumlah korban
(meningggal dunia, cedera berat, cedera sedang, dan cedera
ringan) sebagai akibat dari kecelakaan lalu lintas.

Jumlah kasus kecelakaan mengalami kenaikan drastis,


dimana tahun 2010 sebesar 102 kasus menjadi 411 kasus di tahun
2011. Ini perlu mendapatkan perhatian serius dengan penerapan
peraturan UU Lalu Lintas No. 22 Tahun 2009 yang ketat dari
kepolisian resort Jepara dalam penerapan keselamatan dalam
berkendara dengan keharusan adanya safety belt pada mobil dan
helm standart ber-SNI bagi sepeda motor serta adanya aturan
"light on" pada siang hari ditambah lagi tentang sosialisasi untuk
pengendara untuk selalu mengedepankan "safety riding".

4.1.2 ANGKA KESAKITAN


1. Angka AFP (Acute Flaccis Paralysis)
Polio merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk
ke dalam PD31 yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem
syaraf hingga penderit.a mengalami kelumpuhan. Penyakit yang
pada umumnya menyerang anak berumur 0-3 t.ahun ini dit.andai
dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher
dan sakit di tungkai dan lengan.

Kasus AFP di Kabupaten Jepara tahun 2011 sebanyak 8


kasus, dibandingkan dengan tahun 2010 kasus AFP juga sebanyak
8 kasus. Dari 8 kasus tidak terdapat kasus polio liar. Trend temuan
kasus AFP di Kabupaten Jepara.

IV-7
ANALISIS PENANGANAN .4ASALAH KfSEHATAN KA13UPATfNJEPA'RA

12

10
•11 ~

8 1------·----
---- - -~
·-~-~~8---.....---f'8l ---
6 ---- -- - - · - - · -- - -- - - - - -- -- - - -
~AFP

2 - ·- ------·-- -·- - -- - - - - -- - - --··-- ·--

0 - · -- - - -- ·- - -- - -- - -- -- - --
2008 2009 2010 2011

Gambar 4.3 Penemuan Kasus AFP di Kabupaten Jepara


Tahun 2008 - 2011

Secara statistik jumlah penderita kelumpuhan AFP


diperkirakan 2 diantara 100.000 anak usia < 15 tahun. Dari Jumlah
anak usia < 15 tahun sejumlah 309.561 anak berarti menurut
estimasi jumlah penderita kelumpuhan AFP adalah 6. Untuk Tahun
2011 ditemukan 8 anak sehingga sudah diatas estimasi. Angka 8
ini terdiri dari 6 laki-laki dan 2 perempuan, dengan AFP rate laki-
laki 3,82 dan perempuan 1,31.

2. Angka kesembuhan penderita TB Paru BTA ( +)


Tuberkulosis {TB) merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah
I terinfeksi basil TB. Bersama dengan Malaria dan HIV/AIDS, TB
I menjadi salah satu penyakit yang pengendaliaannya menjadi
komitmen global dalam MDGs.
I
I

l IV-8
ANALISIS PENANGANAN .4ASALAH 1<..f SEtl.ATAN 1<..A'BUPATEN JfPA'RA

Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB


adalah Case Detection Rate (CDR) atau angka penemuan penderita
TB paru BTA ( +) dengan rumus jumlah kasus baru per jumlah
perkiraan jumlah keseluruhan kasus dikali 100 °/o. Penemuan kasus
TB sekarang ini harus dilakukan secara aktif oleh petugas
kesehatan juga tanpa meninggalkan penemuan secara pasif dimana
penderita berobat ke pelayanan kesehatan. Karena bila tidak
ditemukan kasusnya, akan menjadi sumber penularan yang laten
(seumur hidup) dari penderita ke lingkungan sekitar para penderita
tersebut.

Seseorang dipastikan menderita TB bila dahaknya


mengandung BTA ( + ). Bila dahak dinyatakan negatif sedangkan
gejalanya mengarah ke TB, maka dapat dilanjutkan dengan
pemeriksaan sinar Rontgen. Untuk memastikan diagnosis TB harus
dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis sebanyak 3 kali
(SPS) yaitu:

• S (Sewaktu) yaitu dahak diambil di unit pelayanan kesehatan


pada waktu kunjungan pertama kali.
• P (Pagi) yaitu dahak diambil pagi hari berikutnya di rumah
segera setelah bangun tidur pagi, kemudian dibawa dan
diperiksa di unit pelayanan kesehatan
• S (Sewaktu) adalah dahak diambil di unit pelayanan kesehatan
pada saat menyerahkan dahak pagi.

IV-9
ANALISI S PENANGANAN MASALAH K£SHlATAN KA'BUPATEN]EPA'RA

120

100

80 >-- - - -- - -- -- -- - - - -· - -- --

60
___ _ ___ __
,____._.

40

20
• •
0
2007 2_00_8_ -+-_ 2_00
_9_--+_ _2_0 1_0 -+------2_01_<=~
E_0Rr_ _ 26_.6._ __16_.s~--- ___ 2_6._12_--+--_3_
2.0_1_+---_4_
2.~~---···-··~
~- 99 1 92.11 L. . 98.9s 97.9s 92.89 _____ J

Gambar 4.4 CDR dan CR TB Paru ( +) di Kabupaten Jepara


Tahun 2007 s/d 2011
Dengan perkiraan penderita TB Paru Puskesmas dan Rumah
Sakit (BTA (+) sebanyak 1195 telah ditemukan 499 CDR tahun
2011 42,07 °/o dan Angka Kesembuhan (CR) 92,89 °/o. Target SPM
tahun 2011 CDR Nasional adalah 100 °/o, di Kabupaten Jepara
masih ketinggalan jauh tetapi dilihat dari Angka Kesembuhan telah
mencapai taget Nasional 85 °/o. Dilihat dari data per Puskesmas,
angka kesembuhan hampir semua puskesmas telah mencapai
target 85 °/o kecuali Puskesmas Welahan II dan Rumah Sakit
namun dalam pencapaian target CDR 100 °/o tidak ada Puskesmas
yang dapat mencapai.

Untuk target MDGs termasuk dalam goal ke-6 sesuai dengan


RAD Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 ada 3
indikator: (1) jumlah kasus TB per 100.000 (IR) penduduk sebesar
104, Kabupaten jepara sebesar 44,7; (2) persentase kasus TB Paru
(BTA postif) yang ditemukan (CDR) 70 °10, Kabupaten Jepara

IV-10
ANALISIS PENANGANAN MASALAH KESEHATAN KABUPATENJEPA'RA

sebesar 42,07 °/o; (3) persentase kasus TB Paru (BTA positif) yang
disembuhkan (CR) 85 °/o, Kabupaten Jepara sebesar 92,89 °/o.

3. Persentase Balita dengan Pneumonia


Diketahui bahwa ISPA mempunyai kontribusi 28 °/o sebagai
penyebab kematian pada bayi < 1 tahun dan 23 °10 pada anak
balita (1 - < 5 th) dimana 80 °/o - 90 °/o dari seluruh kasus
kematian !SPA disebabkan oleh pneumonia.

Pneumonia balita adalah penyakit infeksi yang menyerang


paru-paru, ditandai dengan batuk disertai napas cepat dan atau
napas sesak pada usia balita (1 hr - < 5 tahun). Pneumonia sering
terjadi pada balita dan merupakan penyakit berbahaya karena
dapat mengakibatkan kematian dalam waktu 3 - 10 jam bila tidak
segera mendapat pertolongan yang cepat dan tepat.

90 - --------- - - -- - - - - -- - - - ---·------- · - - -·- --- --


•-ea
80 - ·---··· 79 411 ~- ...... 8
~~ ==-~-=~-·-_-_·__--___ __--,_a_.SY_ _:_~-=--:-~
·- •_
50
40 ··----- - -- -- - - - · -- - - - --··-·--·- --··
30 - - - -- - - - - ---------·--··- - - -- - - -- - - --·----- ·-·-
20
10 ------------··- -- ·- --·..-·---··· - - -- --·--·-·-·--··-·- ·- -··-·- -··-----·-·
0 ---- - ·-··----- ---- - -- - - -- - ----··- -- -----
2007 2008 2009 2010 2011

-.-cakupan Pneumonia

Gambar 4.5 Cakupan Penanganan Kasus Pneumonia di


Kabupaten Jepara Tahun 2007 s/d 2011
Perkiraan jumlah kasus pneumonia balita adalah 10 °/o dari
jumlah balita yang ada. Di kabupaten Jepara perkiraan kasus

N-11
ANALISIS PENANGANAN MASALAH KfSHMTAN KABUPATfN JEPA'R.A

pneumonia di tahun 2011 adalah 10.103 kasus dengan kasus yang


tertangani 8.236 sehingga cakupan penanganan kasus pneumonia
adalah 81,5°/o.

Ini juga belum dapat mencapai target SPM tahun 2011


sebesar 100 °/o. Ini disebabkan belum maksimalnya sosialisasi
kepada masyarakat tentang tanda-tanda Pneumonia Balita,
memantapkan penggunaan Standart Operasional Prosedur dalam
pendeteksian kasus Pneumonia Balita terdeteksi dengan
memaksimalkan MTBS yang ada di puskesmas, dan perlu pencarian
aktif ke masyarakat oleh petugas kesehatan sehingga gejala dini
dan penanganan kasus pneumonia balita dapat tertangani dan
mencapai target penemuan sasaran. Adaya juga penderita yang
berobat ke swasta sehingga tidak terdeteksi.

4. Prevalensi HIVI AIDS


HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency
Virus. HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem
kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan
macrophages komponen-komponen utama sistem kekebalan sel),
dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini
mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-
menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.

Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut


tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan
penyakit-penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya defisien
(Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai ragam
infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak
mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan
dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai "infeksi

IV-12
ANALISIS PENANGANAN MASALAH KESEtfATAN KA'BUPATENJEPA'RA

oportunistik" karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem


kekebalan tubuh yang melemah.

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency


Syndrome dan menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang
terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HN
telah dijadikan sebagai penyebab AIDS.

Penderita HIV positif adalah seseorang yang telah terinfeksi


virus HN, dapat menularkan penyakitnya walaupun nampak sehat
dan tidak menunjukkan gejala penyakit apapun. Sedangkan
pengertian penderita AIDS adalah seseorang yang menunjukkan
tanda-tanda dari sekumpulan gejala penyakit yang memerlukan
pengobatan, setelah sekian waktu terinfeksi HN. Perjalanan waktu
sejak seorang penderita tertular HN hingga menderita AIDS dapat
berlangsung lama antara 3 sampai 10 tahun tergantung dengan
daya tahan tubuh penderita.

Pada stadium awal orang yang terinfeksi virus HIV pada 12


minggu pertama akan mengalami masa "periode jendela", artinya
bila dilakukan test HIV belum terbentuk antibodi sehingga hasilnya
masih negatif, tetapi orang tersebut sudah dapat menularkan ke
orang lain. Pada stadium berikutnya biasanya tanpa gejala, tetapi
orang tersebut sangat potensial untuk menularkan HN kepada
orang lain.

Cara penularan melalui 3 cairan yaitu: cairan darah (lewat


tranfusi, pengguna suntikan bersama-sama, kegiatan medis dengan
alat tusuk dan iris yang tercemar HIV), cairan sperma dan vagina
(hubungan seks kedalam vagina atau anus), cairan air susu ibu
(penularan dari ibu ke janin selama kehamilan, persalinan atau
menyusui. Tidak pernah dilaporkan penularan melalui air mata,

N-13
ANALISIS PENANGANAN MASALAtl KESHMTAN KA13UPATfNJEPARA

keringat, air liur/ludah, air kencing dan melaui perantara nyamuk.


HIV tidak menular melalui jabat tangan, makan bersama, renang
dan kontak sosial lainnya. Demikian juga kontak serumah dengan
pemakaian piring, alat makan atau makan bersama-sama.

Sesuai kebijakan program pencegahan dan pemberantasan


penyakit HIV/AIDS, seluruh pendrita HIVI AIDS harus mendapatkan
pelayanan sesuai standar. Tatalaksana penderita HIV/AIDS meliputi
Voluntary Counseling Testing (VCT) yaitu tes konseling secara
sukarela, perawatan orang sakit dengan HIV/AIDS, pengobatan
Anti Retroviral (ARV), pengobatan infeksi oportunistik, dan rujukan
kasus spesifik.

Jumlah kasus HIV/AIDS tahun 2011 termasuk peringkat ke-2


di Jawa Tengah, kasus barunya sebesar 48. Dibanding dengan
tahun 2010 sebesar 45 kasus.
Adanya trend kenaikan kasus HIV/AIDS perlu mendapatkan
perhatian. Tindakan yang telah dilakukan adalah dengan kegiatan
skrining darah donor melalui PMI, juga pengambilan sampel di
lokalisasi yang tersebar di Kabupaten Jepara dan pengawasan yang
melekat terhadap warga Jepara yang bekerja di luar Jepara yang
berisiko tinggi.

Tabel 4.3 Penderita HIV/AIDS Kabupaten lepara


Tahun 1997 - 2011
No Kecamatan Jenis Kelamin Kondisi Saat Dlternukan
Kondisi Saat Ini Total
l P
HIV AIDS Meninaaat Hidup Penderita
_!___ )_~~@_______ ._..?..?._____ _Q____ ..._!..~-------- _2_1_________ _!~---·-·· ·-·-··-··- _!?______ -~·~·-··-··-··-·····-··-·
2
- ·-·-·
Tahunan 6 7 2 11 4
-·----- --·-·-·-··-··-··-·-·-
-·- ·-·.. ·-··--·- ..
9 13
- - - -·- ......-...-·- ··----·-
3 Bat~_ajit 12 8 6 14 _________ Y. !~---- 20
4 Keduno 4 7
~--1-'--'"-'-'-_.._·----+----1----1----+-----+--------
2 9 7 4 11
> - · - -- l
5 Pecanoaan B 13 4 17 7 14 21
Kalinyamat 1 1 0 2 0 2 2
6 an ------ - · ·-- - ·- ---··---· ··>-·-··-·-·--·- - - --·-·
7
1-----
Welahan
+-·--
5
- - -··-·-·· ··-----·---
2
---·-·---·
3 4 3 4 7
·-··-·----- - --- -·----···--··--- ·-·--- --·-··-·-··-···-··-··-···-·-··- - · -· ·--··-··-·-·---
8 Mayong 4 3 2 5 2 5 7
---~~~~--··-·-··---·-'-·--··- · --··-·· ·--·-·-- -··- -----··-·- · -- - ·

IV-14
ANALISI S P'ENANGANAN MASALAH KESEHATAN KABUPATEN JEPARA

Nalumsari 7 5 6 6 5 7 12
-9 -
10 6
·--·- - _Ml~ll-99.Q___ ·-··-··-·---- 12
·- - -··-· -
2 16 8 10 18
........ ------ ·-- - -·- - --- ---··-·· ---- - - - --·--------
11 Pakis A'i 11 7 4 14 7 18
11 ·-· ···--- - - -··-·
- - - ··----~-- -·--· ·-· ··--··
12 ~!:lg~ri 10 18 7 21 16 ,,_ 12 --·28
--· -·- -··- ..
-··----~---

13 Kembang 4 15 3 16 10 9 19
14 Keling ___,,___ 1 15 5- 11 10-- 6 16
--···-··-- -·-
24
15
··-·--- _QQr::if.>!!>E 6
- 10 20 .._ 18 12 30
-··-..
-----~--·--

Karimun
1 1 1 1 1 1 2
16 Jawa
Jumlah 108 151 71 188 122 137 259
Sumber: DKK Kab. Jepara, 2011
Dilihat dari jenis kelamin, penderita HIV AIDS di Kabupaten
Jepara didominasi oleh perempuan (59 °/o) dibanding laki-laki ( 41
O/o).
Kabupaten Jepara kasusnya besar salah satu penunjangnya
karena banyak dari warga Jepara yang bekerja di luar Jepara dan
kembali dengan membawa AIDS dengan jumlah akumulasi total
kasus dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2011 kasus AIDS
sebesar 188 kasus dan HIV positif 71 kasus sehingga kasus
HIV/AIDS berjumlah 259 tersebar di semua dengan jumlah
penderita mati 122 orang (47,1 °/o). Dari 137 penderita HIV AIDS
yang masih hidup, 60 penderita (43,8 °/o) orang diantaranya harus
minum obat Anti Retro Viral (ARV) dan difasilitasi Dinas Kesehatan
Kabupaten Jepara. Jumlah ini ada kenaikan dari tahun 2010 yang
hanya 29 penderita. Dilihat dari jenis kelamin, penderita HIV/AIDS
di Kabupaten Jepara didominasi oleh perempuan ( 58 °/o )
di banding laki-laki ( 42 °10).

IV-15
>60 th 6-15 th

Gambar 4.6 istribusi Penderita HIV/AIDS menu rut Umur


Di Kabupaten Jepara Tahun 2011

Distribusi menurut umur sebagian terbesar pada golongan usia


produktif 26-40 tahun (58 °/o). Berdasarkan proporsi p~nderita

HIV/AIDS menurut faktor risiko:


Perinat al IDU Homosex

Gambar 4.7 Proporsi Penderita HIV/AIDS menurut Faktor


Risiko Di Kabupaten Jepara Tahun 2011

Proporsi menurut faktor risiko tertular HIV, sebagian besar


ditularkan melalui hubungan heterosex sebesar 230 kasus,

N-16
ANALISIS PCNANGANAN MASALAtl KESEtlATAN KA'BUPATENJEPA'RA

homosex 2 kasus, penularan HIV dari ibu ke anak 23 kasus, dan


penularan melaui jarum suntik ( Injection Drug User ) sebesar 4
kasus.

Nelayan Sopir
1% 3%

Burh
3%

Gambar 4.8 Proporsi Penderita HIV/AIDS menu rut Faktor


Risiko Di Kabupaten Jepara Tahun 2011

Terbesar adalah dari kalangan swasta (34 °/o ). Pekerja Seks


Komersil/ PSK (23 °/o) Ibu rumah tangga (27 °/o ), buruh (3 °/o ),
ABRI (0 °/o), sopir (3 °/o), nelayan (1 °/o) dan anak (9 °/o).

5. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD)


Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorhagic Fever
(DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
a/bopidus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh
pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari
1000 meter di atas permukaan air laut.

IV-17
ANALISIS PENANGANAN i4ASALAtl KfSE1iATAN KA13UPATEN]fPA1M

Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain


seperti flu atau typhus. Hal ini disebabkan karena infeksi virus
dengue yang menyebabkan DBD bisa bersifat asimtomatik atau
tidak jelas gejalanya. Data di bagian anak RSCM menunjukkan
pasien DBD sering menunjukkan gejala batuk, pilek, muntah, mual,
maupun diare. Masalah bisa bertambah karena virus tersebut dapat
masuk bersamaan dengan infeksi penyakit lain seperti flu atau
tipus. Oleh karena itu diperlukan kejelian pemahaman tentang
perjalanan penyakit infeksi virus dengue, patofisiologi, dan
ketajaman pengamatan klinis. Dengan pemeriksaan klinis yang baik
dan lengkap, diagnosis DBD serta pemeriksaan penunjang
(laboratorium) dapat membantu terutama bila gejala klinis kurang
memadai.

Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya .wilayah


yang terjangkit, disebabkan karena semakin baiknya sarana
transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya
perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk,
terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air
serta adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang
tahun.

Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue dengan tipe


DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam
group B Arthropod borne viruses (arboviruses}. Keempat type virus
tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia antara
lain Jakarta dan Yogyakarta. Virus yang banyak berkembang di
masyarakat adalah virus dengue dengan tipe satu dan tiga.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi


permasalahan serius di Kabupaten Jepara. Dalam tiga tahun

N-18

- - - - - -··, .,._ ,
ANALISI S PENANGANAN MASALAH 1<..ESHf.ATAN 1<..A13UPATEN JEPA'RA

berturut-turut Kabupaten Jepara masuk dalam 5 besar kasus DBD


terbesar di Provinsi Jawa Tengah. Untuk Tahun 2011 Kabupaten
Jepara menduduki ranking kelima. Tingginya angka kesakitan DBD
di Kabupaten Jepara ini disebabkan karena adanya iklim yang tidak
stabil dan curah hujan yang cukup banyak pada musim penghujan
yang merupakan sarana perkembangbiakan nyamuk Aedes aegipty
yang cukup potensial, juga didukung dengan tidak maksimalnya
kegiatan PSN di masyarakat yang justru merupakan jurus ampuh
dalam membasmi DBD dibandingkan dengan foging yang hanya
dapat membunuh nyamuk dewasa.

Angka yang digunakan dalam kasus DBD adalah angka


kesakitan (IR) dan angka kematian (CFR). Tahun 2011 IR adalah
26,9/100.000 penduduk dan CFR 0,79 °/o. Angka kesakitan tersebut
sudah mencapai target MDG's yaitu 54/100.000 penduduk dan
untuk CFR sebesar < 1 °/o.

Gambar 4.4 Angka Kesakitan dan Kematian DBD Di


Kabupaten Jepara Tahun 2006 - 2011

Tahun Penderita Meninggal IR/ 100.000 CFR


2006 350 5 33 1,42
2007 2136 41 198,9 1,92
2008 1964 24 180 1,22
2009 1680 19 151,6 1,13
2010 1894 15 172,6 0,79
2011 301 1 26,9 0,3
Sumber: DKK Kab. Jepara, 2011

Jumlah kasus terbanyak berturut-turut dari Puskesmas


Jepara 71 kasus, Pecangaan 33 kasus, Tahunan 31 kasus, Bangsri I

IV-19
ANALISIS PfNANGANAN ~ASALAH. KESEH.ATAN KA13UPATENJEPA'RA

28 kasus. Penderita tersebar di 20 Puskesmas di Kabupaten Jepara


dengan kasus terendah di Kecamatan Karimun Jawa sebanyak 0
kasus. Kematian yang ada di puskesmas dengan 1 kasus kematian
yaitu puskesmas Keling I.

6. Persentase Balita dengan Diare Ditangani


Diare diartikan dengan berak-berak yang lebih sering dari
biasanya {3 kali atau lebih dalam sehari) dan berbentuk encer.
Gejala yang timbul adalah frekuensi berak lebih dari biasanya, tinja
lembek atau cair, mulas, sakit perut, terdapat lendir dengan atau
tanpa darah {disentri), berak cair seperti air cucian beras {kholera).
Akibat dari diare akan mengakibatkan kekurangan cairan dalam
tubuh dan garam-garaman, semakin lama diare semakin cepat
seseorang kekurangan cairan tubuh (dehidrasi).

Persentase cakupan diare yang ditangani dihitung dengan


rumus jumlah diare yang ditangani dibagi dengan jumlah perkiraan
penderita diare dikali dengan 100 o/o. Sedangkan perkiraan
penderita diare dihitung dari 10 °/o dikali hasil Survei Morbiditas
Diare Nasional {SMDN) (423/1000).

IV-20
ANALISIS PENANGANAN MASALAfl KESEtlATAN J<A13UPATENJFPA'RA

32.50

32.00

31.50

31.00

30.50 ~Cakupan diare

30.00

29.50 · -- -- -· ----

29.00 ·---------------·-··-~-·------- --
2009 2010 2011

Gambar 4.9 Cakupan Diare yang Ditangani pada Balita Di


Kabupaten lepara Tahun 2009- 2011
Jumlah perkiraan jumlah diare pada balita tahun 2011 sebesar
47.263 kasus dengan jumlah penderita diare yang dilayani sebesar
28.404 kasus sehingga cakupan diare yang ditangani pada balita
sebesar 30,17°/o . Puskesmas dengan dengan cakupan terendah di
Puskesmas Bangsri I hanya sebesar 3 °/o.

7. Angka Kesakitan Malaria

Indikator yang digunakan dalam penyakit malaria adalah API


(Annual Parasite Incidene). Indikator ini untuk memantau
perkembangan penyakit Malaria untuk Jawa Bali. API ini didapat
dari jumlah kasus malaria positif dalam setahun per jumlah
penduduk dikali dengan 1000. Angka yang didapat adalah per mil
0
( /oo).

Dari angka API dapat diklasifikasikan daerah endemis malaria


dalam 3 kategori:

a. HCI (High Case Incidence) dengan API 5 > per 1000 penduduk

IV-21
ANALISI S PENANGANAN MASALAH KESEttATA N KA'BUPA ITNJff'A1M

b. MCI (Middle Case Incidence) dengan API 1-4,9 per 1000


penduduk
c. LCI (Low Case Incidence) dengan API < 1 per 1000 penduduk

0.09 ··-~·--- - ·- - --- ------


0.08

0.07

0.06

0.05
0 .043 ~API
0.04

0.03

0.02 -- - -

0.01

0 --·-·
2007 2008 2009 2010 2011

Gambar 4.10 Annual Parasite Incidence Malaria ( 0/oo) Di


Kabupaten lepara Tahun 2007 - 2011
Kecenderungan penurunan ini terkait dengan
dilaksanakannya Gerakan Berantas Kembali Malaria (Gebrak
Malaria) sejak bulan April 2000. Tahun 2011 di Kabupaten Jepara
bukan merupakan daerah endemis malaria dan termasuk dalam
kategori LCI dengan API 0,05 / 1000 penduduk. Dari jumlah
penderita malaria positif 48 orang dan telah mendapatkan
pengobatan secara keseluruhan yang terdiri dari 46 laki-laki dan 2
perempuan dimana penderita terbesar ada di Puskesmas Keling I
dengan penderita 24 laki-laki dan 1 perempuan.

8. Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat

IV-22
ANALISIS PENANGANAN ~ASALAJi KESEJiATAN KA13UPA TEN JfPA'RA

Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun dan


disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae), terutama
menyerang kulit dan syaraf tepi. Penyakit kusta bukan disebabkan
kutukan, guna-guna, dosa, makan, atau keturunan. Penyakit kusta
dapat disembuhkan tanpa cacat dan tidak akan menular bila
berobat secara dini dan teratur. Pada awalnya penderita tidak
merasa terganggu, hanya terdapat kelainan kulit berupa bercak
putih seperti panu ataupun bercak kemerahan. Bercak tersebut
mempunyai sifat kurang rasa atau hilang rasa, tidak gatal dan tidak
sakit.

cara-cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih


merupakan tanda tanya. Yang diketahui hanya pintu keluar kuman
kusta dari tubuh si penderita, yakni selaput lendir hidung. Tetapi
ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta ad~lah:

a. Melalui sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung


penderita yang sudah mengering, diluar masih dapat hidup 2
s/d 7 x 24 jam.
b. Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus
dibawah umur 15 tahun, keduanya harus ada lesi baik
mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang
lama dan berulang-ulang.
Terdapat 2 tipe kusta yaitu:

a. Kusta kering (PB= Paucibacillar), dengan pengobatan selama 6


bulan dengan Rifampicin dan DDS.
Tanda-tandanya:

• Bercak putih seperti panu yang mati rasa, artinya bila bercak
putih tersebut disentuh dengan kapas, maka kulit tidak
merasakan sentuhan tersebut.

IV-23
ANALISIS PENANGANAN MASALAH KESEHATAN KA13UPATENJEPA'RA

• Permukaan bercak kering dan kasar


• Permukaan bercak tidak berkeringat
• Batas (pinggir) bercak terlihat jelas dan sering ada bintil-
bintil kecil.
b. Kusta Basah (MB= Multibacillar), dengan pengobatan 12 bulan
yaitu Rifampicin, Lamprene, dan DDS.
Tanda-tandanya:

• Bercak putih kemerahan yang tersebar satu-satu atau


merata diseluruh kulit badan.
• Terjadi penebalan dan pembengkakan pada bercak.
• Pada permukaan bercak, sering ada rasa bila disentuh
dengan kapas.
• Pada permulaan tanda dari tipe kusta basah sering terdapat
pada cuping telinga dan muka.
Kusta tipe basah ini dapat menular, maka bagi yang menderita
penyakit kusta tipe basah ini harus berobat secara teratur
sampai selesai seperti yang telah ditetapkan oleh dokter.
Namun, umumnya kendala yang dihadapi adalah pasien tidak
mentaati resep dokter, sehingga selain mereka tidak menjadi
lebih baik, mereka pun akan resisten terhadap obat yang telah
diberikan.

Pembagian menurut daerah endemis dibedakan dalam 3


kategori:

a. High Endemic, dimana angka kejadian/prevalensi rate-nya lebih


dari 1/10.000 penduduk dan angka penemuan kasus baru/case
Detection Rate (CDR) lebih dari 5/100.000 penduduk)
b. Sustained Endemic, dimana prevalensi rate kurang dari
1/10.000 penduduk namun CDR lebih dari 5/100.000 penduduk)

IY-24
ANALISIS PENANGANAN MASALAtl KESEtlATAN KA13UPATENJEPA'RA

c. Low Endemic, dimana prevalensi rate kurang dari 1/10.000


penduduk dan CDR kurang dari 5/100.000 penduduk)
Menurut WHO (1980) batasan istilah dalam cacat Kusta adalah:

a. Impairment. segala kehilangan atau abnormalitas struktur


atau fungsi yang bersifat psikologik, fisiologik, atau anatomik,
misalnya leproma, ginekomastia, madarosis, claw hand, ulkus,
dan absorbsi jari.
b. Dissability. segala keterbatasan atau kekurangmampuan
(akibat impairment) untuk melakukan kegiatan dalam batas-
batas kehidupan yang normal bagi manusia. Dissability ini
merupakan objektivitas impairment, yaitu gangguan pada
tingkat individu termasuk ketidakmampuan dalam aktivitas
sehari-hari, misalnya memegang benda atau memakai baju
sendiri.
c. Handicap: kemunduran pada seorang individu
(akibat impairmentatau disability) yang membatasi atau
menghalangi penyelesaian tugas normal yang bergantung pada
umur, seks, dan faktor sosial budaya. Handicap ini merupakan
efek penyakit kusta yang berdampak sosial, ekonomi, dan
budaya.
d. Deformity: kelainan struktur anatomis
e. Dehabilitation: keadaan/proses pasien Kusta (handicap)
kehilangan status sosial secara progresif, terisolasi dari
masyarakat, keluarga dan teman-temannya.
f. Destitution: dehabilitasi yang berlanjut dengan isolasi yang
menyeluruh dari seluruh masyarakat tanpa makanan atau
perlindungan (shelter}.
Di Kabupaten Jepara terdapat RS Kelet dan RS Donorojo
yang memberikan pelayanan khusus kepada penderita kusta.

IV-25
ANALISIS PENANGANAN >--IASALAtl KESEtlATAN KA'BUPATENfiPARA

Jumlah penderita kusta yang selesai berobat (RFT Rate) di


Kabupaten Jepara untuk kusta PB 100 °/o dan kusta MB 95,7 °Jo.

9. Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Yang Dapat Di


cegah Dengan Imunisasi (PD3I).
Imunisasi mempunyai tujuan memberikan kekebalan
terhadap penyakit tertentu yang dapat dicegah dengan imunisasi
(TBC, Hepatitis B, Diptheri, Pertusis/Batuk rejan, Tetanus, Polio,
Campak).

Sasaran yang perlu diberikan imunisasi adalah:

1) Bayi (0-11 bulan)


Bagi bayi merupakan imunisasi rutin dengan mendapatkan Lima
Imunisasi Dasar lengkap (UL) yaitu BCG 1 kali, DPT 3 kali,
Hepatitis B 3 kali, Polio 4 kali dan Campak 1 kali.

2) Balita
Pemberian imunisasi berupa lanjutan dan booster bagi imunisasi
dasar. Imunisasi yang dapat diberikan Polio, MMR, HIB,
Varicella, Hepatitis A, Typhoid/Paratyphoid dll.

3) Anak sekolah (SD/MI)


Imunisasi pada anak SD/MI pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah
(BIAS).

• Imunisasi DT pada anak kelas 1


• Imunisasi TT pada anak kelas 2 dan kelas 3
• Imunisasi Campak pada anak kelas 1

IV-26
ANALISI S P'ENANGANAN MASALAtl KESEHATAN KA'BUPATEN JEPA'RA

4) Wanita Usia Subur {WUS)


Setiap WUS termasuk ibu hamil mendapatkan imunisasi TT
sebanyak 5 kali selama hidupnya {Tr 5 dosis) dengan interval
tertentu yaitu waktu pemberian antara TT 1 dan TT 2 minimal 4
minggu, antara TT 2 dengan TT 3 minimal 6 bulan, antara TT 3
dengan TT 4 minimal 1 tahun dan antara TT 4 dengan TT 5
minimal 1 tahun.

Yang termasuk PD3I yaitu Polio, Campak, Difteri dan


Tetanus Neonatorum. Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia
dari penyakit tersebut, diperlukan komitmen global untuk menekan
turunnya angka kesakitan dan kematian yang lebih banyak dikenal
dengan Eradikasi Polio {ERAPO), Reduksi Campak {REDCAM) dan
Eliminasi Tetanus Neonatarum {ETN).

Saat ini telah dilaksanakan Program Surveilans ·Integrasi


PD31, yaitu pengamatan penyakit-penyakit yang dicegah dengan
imunisasi {Difteri, Tetanus Neonatrum, dan Campak).

Kabupaten Jepara kasus PD31 yang muncul Tetanus


Neonatarum dan Campak:

a. Tetanus Neonatarum
Adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium
tetani yang menghasilkan neurotoksin, yang masuk melalui tali
pusat sewaktu proses pertolongan persalinan. Spara yang
masuk disebabkan oleh proses pertolongan persalinan yang
tidak steril, baik oleh penggunaan alat yang telah
terkontaminasi dengan spora Clostridium tetani, maupun
penggunaan obat-obatan untuk tali pusat yang juga telah
terkontaminasi. Kebiasaan menggunakan alat pertolongan

IV-27
ANALISI S PENANGANAN MASALA1l KESE1lATAN KA'BUPAITN JEPARA

persalinan dan obat tradisionat yang tidak steril, merupakan


faktor yang utama dalam terjadinya Tetanus neonatorum.
Gejala awal penyakit adalah kaku otot pada rahang,
disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut,
berkeringat dan demam. Dikatakan Tetanus neonatarum bila
terjadi pada persalinan bayi. Bila terjadi pada bayi lahir dapat
menjadikan bayi berhenti menetek antara 3 sampai dengan 28
hari setelah kelahiran. Gejala berikutnya adalah kejang yang
hebat dan tubuh menjadi kaku. Komplikasi tetanus adalah patah
tulang akibat kejang, pneumonia dan infeksi lain yang dapat
menimbulkan kematian.

Untuk empat tahun terakhir dapat dilihat dalam gambar


berikut:

1.2 ·--~-· --~·----------

0.8

0.6

0 .4

0.2

0
2007 2008 2009 2010 2011
-+-Tetanus Neonatarum

Gambar 4.11 Penemuan Kasus Tetanus Neonatarum di


Kabupaten lepara Tahun 2007 - 2011
Di Kabupaten Jepara Tahun 2010 dan 2011 terdapat
O kasus sedangkan di Tahun 2009 juga 1 kasus di Puskesmas
Mayong I. Bila terjadi satu kasus saja perlu mendapatkan

IV-28

l
ANALISIS PENANGANAN MASALAH KESHlATAN 1<A13UPATENf iPA'RA

perhatian karena sudah merupakan Kejadian Luar Biasa (KLB)


didaerah tersebut.

b. campak
Adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Myxovirus
viridae measles. Disebarkan melalui udara (percikan ludah)
sewaktu bersin atau batuk dari penderita. Gejala awal penyakit
adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, konjungtivitis
(mata merah). Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher,
kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki. Komplikasi
campak adalah diare hebat, peradangan pada telinga dan
infeksi saluran napas (pneumonia). Kekebalan terhadap campak
diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif
pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung
selama 1 tahun ). Orang-orang yang rentan terhadap campak
adalah: (1) bayi berumur lebih dari 1 tahun (2) bayi yang tidak
mendapatkan imunisasi dan (3) dewasa muda yang belum
mendapatkan imunisasi kedua.

Adapun kasus campak mempunyai trend dalam 5 tahun


terakhir:

l IV-29
ANALISI S PENANGANAN MASALAtl KESFH.ATAN KA13UPATENJfPA1M

2007 2008 2009 2010 2011

~Campak

Gambar 4.12 Penemuan Kasus Campak di Kabupaten


Jepara Tahun 2007 - 2011
Pada Tahun 2011, penemuan kasus di Kabupaten
Jepara sebesar 100 kasus dengan penderita laki-laki 5ebanyak
53 orang dan perempuan 47 orang. Dimana puskesmas yang
terbesar kasus Campak adalah Puskesmas Mayong I sebesar 29
kasus disusul Puskesmas Tahunan sebesar 17 kasus.

10. Penyakit Tidak Menular


Penyakit lldak Menular (PTM} yang diintervensi meliputi
jantung koroner, decompensasi Cordis, hipertensi, stroke, Diabetes
mellitus, kanker serviks, kanker payudara, kanker hati, kanker paru,
penyakit paru obstruktif kronis, asma bronkiale, dan kecelakaan
lalulintas. Penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskuler,
stroke, Diabetes mellitus, penyakit paru obstruktif kronis dan
kanker tertentu, dalam kesehatan masyarakat sebenarnya dapat
digolongkan sebagai satu kelompok PTM utama yang mempunyai
faktor risiko sama (common underlying risk facto!}. Faktor risiko
tersebut antara lain faktor genetik merupakan faktor yang tidak

IV-30

L
ANALISI S PENANGANAN MASALAtl KESFIMTAN KA13U PAITNJEPA'RA

dapat diubah (unchanged risk factof), dan sebagian besar berkaitan


dengan faktor risiko yang dapat diubah (change risk factof) antara
lain konsumsi rokok, pola makan yang tidak seimbang, makanan
yang mengandung zat aditif, kurang berolah raga dan adanya
kondisi lingkungan yang tidak kondusif terhadap kesehatan.

Penyakit tidak menular mempunyai dampak negatif sangat


besar karena merupakan penyakit kronis. Apabila seseorang
menderita penyakit tidak menular, berbagai tingkatan produktivitas
menjadi terganggu. Penderita ini menjadi serba terbatas
aktivitasnya, karena menyesuaikan diri dengan jenis dan gradasi
dari penyakit tidak menular yang dideritanya. Hal ini berlangsung
dalam waktu yang relatif lama dan tidak diketahui kapan
sembuhnya karena memang secara medis penyakit tidak menular
tidak bisa disembuhkan tetapi hanya bisa dikendalikan. Ya,ng harus
mendapatkan perhatian lebih adalah bahwa penyakit tidak menular
merupakan penyebab kematian tertinggi dibanding dengan
penyakit menular.

a. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah


Penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyakit
yang mengganggu jantung dan sistem pembuluh darah seperti
penyakit jantung koroner (angina pektoris, akut miokard infark),
decompensasi Cordis, hipertensi stroke, penyakit jantung
rematik, dll.

1) Penyakit Jantung Koroner


Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan salah satu
bentuk utama penyakit jantung pembuluh darah yang terdiri
dari Angina Pektoris (AP), Akut Miokard Infark (AMI), dan
sudden death. Angina pektoris terjadi akibat lepasnya

IV-31
ANALISIS PENANGANAN MASALAH KfSHlATAN KA13UPATfN JEPA1M

palque/fissure/pecahan-pecahan yang berasal dari palet dan


kolesterol yang mendasari terbentuknya trombus/gumpalan-
gumpalan yang berkelanjutan atau sering disebut dengan
emboli. Akut miokard infark terjadi akibat oklusi atau
sumbatan pada pembuluh darah koroner yang menyebabkan
suplai darah sangat kurang sehingga terjadi nekrosis
miokard yang menyebabkan gagal jantung.

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab


kematian nomor satu di dunia dan merupakan penyakit tidak
menular yang sangat membahayakan, tetapi dapat dicegah.
Pencegahannya dapat dilakukan dengan cara meminimalisasi
berbagai faktor risiko yang mempengaruhinya. Penyakit ini
sangat dipengaruhi oleh perubahan life style yang dapat
menyerang individu maupun kelompok secara sele!<tif atau
yang disenangi, sesuai dengan faktor gaya hidup pada
individu tersebut, misalnya kebiasaan merokok, pola makan
yang banyak mengandung lemak dan rendah serat, kurang
olah raga, kegemukan, stres dan lain-lain.

Prevalensi Penyakit Jantung Koroner (PJK) diambil


dari jumlah kasus Angina Pektoris dan Akut Miokard Infark
per jumlah penduduk dikali 100°/o.

IV-32
ANALISIS PENANGANAN MASALAtl KfSftlATAN KA'BUPATfNJfPA'RA

0.14 -----

0.12

0.1

0.06 - - - - - - -.-Prev. PJK


0.053

0.02

0
2007 2008 2009 2010 2011

Gambar 4.13 Cakupan Prevalensi Penyakit Jantung


Koroner Kah. Jepara Tahun 2007 - 2011
Adanya kenaikan dari tahun 2010 ke 2011 perlu
mendapatkan perhatian karena kenaikan yang ada terlihat
signifikan walupun data ditahun 2011 ini semua RS telah
mengirimkan data. Prevalensi pada tahun 2011 sebesar 0,12
010 dengan jumlah kasus sebesar 1248 kasus dibandingkan
dengan 2010 yang hanya 586 kasus. Angka prevalensi 0,12
/o diartikan bahwa dari 10.000 orang terdapat 12 kasus PJK.
0

2) Hipertensi
Hipertensi atau sering disebut dengan darah tinggi
adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan
darah yang memberikan gejala berlanjut pada suatu target
organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih berat seperti
stroke, PJK, serta penyempitan ventrikel kiri.

Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai


diantara penyakit tidak menular lainnya. Hipertensi
dibedakan menjadi hipertensi primer yaitu hipertensi yang

IV-33
ANALISIS PENANGANAN MASALAH KESEtfATAN KA'BUPATENJEPA1M

tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yaitu


yang muncul akibat penyakit lain seperti hipertensi ginjal,
hipertensi kehamilan dll. Prevalensi hipertensi diambil dari
jumlah kasus hipertensi essensial dan hipertensi lain dibagi
dengan jumlah penduduk dikali dengan 100 °/o.

1.86

2007 2008 2009 2010 2011


-+-Prev. Hipertensi

Gambar 4.14 Cakupan Prevalensi Hipertensi Kabupaten


Jepara Tahun 2007 - 2011
Prevalensi pada tahun 2011 sebesar 1,86 °/o.
Puskesmas dengan kasus terbesar berturut-turut adalah
Puskesmas Welahan II sebesar 1.621 kasus, Puskesmas
Bangsri II sebesar 1.358 kasus, Puskesmas Jepara sebesar
1.337 kasus.

3) Stroke
Stroke adalah suatu penyakit menurunnya fungsi
syaraf secara akut yang disebabkan oleh gangguan
pembuluh darah otak, terjadi secara mendadak dan cepat
yang menimbulkan gejala dan tanda sesuai dengan daerah
otak yang terganggu. Stroke disebabkan oleh kurangnya
aliran darah yang mengalir ke otak, atau terkadang

IV-34
ANALISIS PfNANGANAN MASALAT! KESHMTAN KA'l3UPA TEN JEPA1M

menyebabkan perdarahan di otak. Stroke dibedakan


menjadikan hemoragik yaitu adanya perdarahan otak karena
pembuluh darah yang pecah dan stroke non hemoragik yaitu
lebih karena adanya sumbatan pada pembuluh darah otak.
Hampir 70 persen kasus strok hemoragik terjadi pada
penderita hipertensi.

0.06 ---~--------------------

0 .05

0.04

0.03

0.02

0.01 ---~-----------

0 - - ----- - ---
2008 2009 2010 2011

~ Prev. Stroke

Gambar 4.15 Cakupan Prevalensi Stroke Kabupaten


Jepara Tahun 2008 - 2011
Kasus yang tercatat pada tahun 2011 sebesar 70
kasus untuk stroke hemoragik dan 542 kasus stroke non
hemoragik. Sehingga angka prevalensi dari kasus stroke
adalah 0,054 °/o dengan asumsi bahwa ada kasus 54 orang
per 100.000 penduduk.

4) Decompensasi Cordis
Dekompensasio kordis merupakan kegagalan jantung
dalam memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh
atau istilah lain adalah payah jantung. Gambaran klinis
decompensasi cordis kiri adalah sesak nafas: dyspnoe

IV-35
ANALISIS PENANc:;ANAN MASALAtl KfSftlATAN KA13UPATfN]HWRA

d'effort dan ortopne, pernafasan cheynes stokes, batuk-


batuk mungkin hemoptoe, sianosis, suara serak, ronchi
basah halus tidak nyaring tekanan vena jugularis masih
normal. Sedangkan gambaran klinis decompensasi Cordis
kanan adalah gangguan gastrointestinal seperti anoreksia,
mual, muntah meteorismus dan rasa kembung di
epigastrum. Selain itu terjadi pembesaran hati yang mula-
mula lunak, tepi tajam, nyeri tekan, lama-kelamaan menjadi
keras, tumpul dan tidak nyeri. Dapat juga terjadi edema
pretibial, edema presakral, asites dan hidrotoraks, tekanan
jugularis meningkat.

0.13

2008 2009 2010 2011


-+-Prev. Dekompensasio Kordis

Gambar 4.16 Cakupan Prevalensi Dekompensasio Kordis


Kabupaten Jepara Tahun 2008 - 2011
Prevalensi kasus dekompensasio kordis tahun 2011
sebesar 0,13 °/o yang mempunyai makna setiap 100.000
orang terdapat 130 orang. Secara keseluruhan jumlah kasus
pada tahun 2011 adalah sebesar 1.454 kasus.

IV-36
ANALISIS PENANGANAN lvtASALAtl KfS ft!ATAN KA'BUPAT'EN ]f.PA'RA

b. Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (OM) merupakan penyakit kronis
yang tidak dapat disembuhkan tetapj dapat dikendalikan,
artinya sekali didiagnosa DM seumur hidup bergaul dengannya.
Penderita mampu hidup sehat bersama DM, asalkan mau patuh
dan kontrol teratur.

Gejala khas berupa polyuri (sering kencing), polidipsi


(sering haus), polifagi (sering lapar). Sedangkan gejala lain
yang menyertai adalah seperti lelah, berat badan menurun
drastis, kesemutan/gringgingan, gatal/bisul, mata kabur,
impotensi pada pria, pruritis vulva hingga keputihan pada
wanita, Iuka tidak sembuh-sembuh dll.

-+- kasus ID -Kasus ND

7111

--~·~S~1~~~~~·~ie!!i5~~~~·~a2~1~!!!!1!1mi-_._.-86--- -
2008 2009 2010 2011

Gambar 4.17 lumlah Kasus Diabetes Melitus Kabupaten


Jepara Tahun 2008- 2011

Di Kabupaten Jepara kasus DM dibagi dua, yaitu OM


yang tergantung dengan insulin (DMTI)/Insulin Dependent (ID),
dan DM tidak tergantung dengan insulin (DMTTI)/Non

N-37
ANALISIS PENANGANAN t-.fASALAtl KfSEH.ATAN 1<..A'BUPATENJEPA'RA

Independent Insulin {ND). Kasus DMTI tahun 2011 sebanyak 86


kasus dan kasus DMlTI sebayak 7111 kasus tersebar di
puskesmas dan rumah sakit. Kasus DMTTI terbanyak ada di
puskesmas Jepara sebesar 591, sedangkan kasus DMTI ada di
puskesmas kedung II sebesar 50 orang {Tabel 81 ).

2008 2009 2010 2011

-+-Prev. DM

Gambar 4.18 Cakupan Prevalensi Diabetes Melitus


Kabupaten Jepara Tahun 2008 - 2011
Dengan prevalensi tahun 2011, DM sebesar 0,64 °/o
artinya terdapat 64 penderita dalam 10.000 orang.

c. Neoplasma
Neoplasma atau kanker adalah tumor ganas yang
ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan abnormal
dari sel-sel tubuh, yang tumbuh tanpa kontrol dan tujuan yang
jelas, mendesak dan merusak jaringan normal, serta bermigrasi
ke jaringan tubuh yang lain melalui sirkulasi darah atau sistem
limfatik, disebut metastasis.

IV-38
ANALISIS PENANGANAN MASALAtl 1(£SEtMTAN KA'BUPATEN ]'EPA'RA

Faktor risiko terjadinya kanker, dibedakan menjadi 5


besar antara lain:

• Faktor karsinogenik bahan kimia antara lain:


Karsinogen kimia langsung yaitu dimetylsulfat, obat anti
kanker dsb. Karsinogenik tidak langsung yaitu tumbuhan
alam dan mikroba misalnya aflatoksin Bl, kac.ang betel, juga
insektisida, fungisida, vinil klorida, zat kimia yang terdapat
dalam bahan makanan (zat warna, penyedap, pengawet dll),
jelaga yang mengandung senyawa karbon, vinil klorida yang
ditemukan pada pekerja pabrik cat dll.

• Energi Radiasi yaitu sinar ultraviolet yang berasal dari sinar


matahari, sinat x (rontgen), dan radiasi born atom.
• Virus Onkogenik yaitu virus DNS, virus herpes, virus hepatitis
B.
• Makanan yaitu aflatoksin yang dihasilkan jamur pada kacang
dan padi-padian (penyebab kanker hati).
• Hormon, pengaruh hormon dianggap cukup besar, tapi
mekanisme dan perannya belum jelas. Pengaruh hormon
pada organ tubuh yang banyak dipengaruhi misalnya:
payudara, rahim, ovarium (indung telur).
Di Indonesia terdapat lima jenis kanker yang banyak
diderita penduduk yakni kanker rahim, kanker payudara, kanker
kelenjar getah bening, kanker kulit dan kanker rektum.

Faktor risiko penyakit dari predisposisi riwayat


keluarga hanya sebesar 5 °/o, selebihnya banyak disebabkan
karena faktor risiko pola makan yang mengandung bahan
karsinogenik.

N-39
ANALISIS PENANGANAN MASALAtl KfSEtfATAN KA13UPATENJEPA'RA

Tabel 4.5 Prevalensi Kasus Kanker di Kabupaten Jepara


Tahun 2007 s/d 2011
Tahun c.a 5erviks c.a Mamae ca Hepar c.a Paru
2007 0,008 0,004 0,003 0,001

2008 0,005 0,003 0,001 0

2009 0,007 0,003 0,0004 0,0004

2010 0,002 0,002 0,004 0,00009

2011 0,004 0,0036 0,0014 0,0004

Sumber : DKK Kab. Jepara, 2011

Prevalensi kanker yang terbesar pada tahun 2011


adalah kanker serviks sebesar 0,004 dimana terdapat 4 kasus
pada setiap 100.000 orang. Pada umumnya kasus kanker di
Kabupaten Jepara adalah kanker serviks dan payudara.

• 91
''
' ', .... 73
'' ... ' '
' ' ... ...... ...... ''
Vs2 '
4l
',' ..·'°·:49 ~ 45
38 ,, ·~ ... ...... 41
.6,,.,'.12 32 ... '~-""'""' ..
. ..... ~• .].~
"··.. . . .. .· ~~H . . ..
·~ 16
...... .....•
~~l!!t"!'~~·~··~·W~s~~~~~~~~~s
~~~--- ( I )( I
2007 2008 2009 2010 2011
-+-ca. Serviks Ca. Mamae · • ·• • • Ca. Hepar ~Ca. Paru

Gambar 4.19 cakupan Jumlah Kasus Kanker Kabupaten


lepara Tahun 2007 - 2011

N-40

.....
ANALISI S PfNANGANAN MASALAtl KESEtlATAN 1<A13UPATEN ]fPA'RA

Kasus kanker serviks tahun 2011 sejumlah 45 kasus,


dimana kasus terbesar ditangani oleh Rumah Sakit Kartini
dengan 39 kasus. Kanker payudara menyumbang 41 kasus.

d. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)


Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah
penyakit yang ditandai adanya hambatan aliran pernafasan
bersifat reversibel sebagian dan progesif yang berhubungan
dengan respon inflamsia abnormal dari paru terhadap paparan
partikel atau gas berbahaya. Faktor risiko pencetus terjadinya
PPOK adalah perokok aktif/pasif, debu dan bahan kimia, polusi
udara di dalam atau di luar ruangan, infeksi saluran nafas
terutama waktu anak-anak, usia, genetik, jenis kelamin, ras,
defisiensi alpha-1 antitripsin, alergi dan autoimunitas.

Adanya PPOK disebabkan karena bronkitis kronis dan


emphysia atau keduanya. Bronchitis kronis adalah keadaan
pengeluaran mukus secara berlebihan ke batang bronchial
secara konik atau berulang dengan disertai batuk, yang terjadi
hampir setiap hari selama sekurangnya tiga bulan dalam 1
tahun selama 2 tahun berturut-turut. Emphysia adalah kelainan
paru-paru yang ditandai dengan pembesaran jalan nafas yang
sifatnya permanen mulai dari terminal bronchial sampai bagian
distal (alveoli: saluran, kantong udara dan dinding alveoli).

IV-41
ANALISIS PfNANGANAN .4ASALAtl 1<.'ESEtlATAN 1<.A13UPATENfiPARA

Tabel 4.5 Prevalensi Kasus PPOK di Kabupaten Jepara


Tahun 2007 s/d 2011
Tahun Jumlah · Prevalensi Arti
Kasus (O/o)
2007 3030 0.28 28/10.000
2008 2687 0.24 24/10.000

2009 2655 0.23 23/10.000

2010 931 0.08 8/10.000

2011 1537 0,13 13/10.000


Sumber : DKK Kab. Jepara, 2011

Untuk tahun 2011 terdapat 1537 kasus, dimana kasus


terbanyak ditangani di RS Sultan Hadlirin dengan 503 kasus,
sedangkan untuk puskesmas kasus terbanyak di puskesmas
Kedung II dengan 137 kasus.

e. Asthma Bronchial
Asthma Bronchial terjadi akibat penyempitan jalan
nafas yang reversibel dalam waktu singkat oleh karena mukus
kental, spasme, dan edema mukosa serta deskuamasi epitel
bronkus/bronkeolus, akibat infJamasi eosinofilik dengan
kepekaan yang berlebihan. Serangan asthma bronchial sering
dicetuskan oleh ISPA, merokok, tekanan emosi, aktivitas fisik,
dan rangsangan yang bersifat antigen/allergen

Berdasarkan penyebabnya, asthma bronchial dapat


diklasifikasikan menjadi 3 tipe,yaitu :

1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-
faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga,

IV-42
ANALI5IS PfNANGANAN MASALAH KfSftlATAN KABUPA TEN ]tPA'RA

bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora


jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya
suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu
jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang
disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma
ekstrinsik.

2. Intrinsik (non alergik)


Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi
terhadap pencetus yan tidak spesifik atau tidak diketahui,
seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya
infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini
menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya
waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan
emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma
gabungan.

3. Asthma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan


presipitasi timbulnya serangan asthma bronchial.

a. Faktor predisposisi
• Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun
belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang
jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit
alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat
mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar

IV-43
ANALISIS PENANGANAN .4ASALA1{ KfSft{ATAN KA'BUPATEN]EPARA

dengan foktor pencetus. Selain itu hipersensitifitas saluran


pemafasannya juga bisa diturunkan.

b. Faktor presipitasi
1) Alergen, dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis,
yaitu
• Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
misal: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora
jamur, bakteri dan polusi

• Ingestan, yang masuk melalui mulut


misal: makanan dan obat-obatan

• Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit


misal: perhiasan, logam dan jam tangan

2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin
sering mempengaruhi asthma. Atmosfir yang
mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asthma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan,
musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan
dengan arah angin serbuk bunga dan debu.

3) Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus
serangan asthma, selain itu juga bisa memperberat
serangan asthma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang timbul harus segera diobati penderita
asthma yang mengalami stress/gangguan emosi perlu
diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah

l IV-44
ANALISIS 'PfNANGANAN MASALA1i KfSfHATAN KA'BUPATfN ]EPA'RA

pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka


gejala asthmanya belum bisa diobati.

4) Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab
terjadinya serangan asthtma. Hal ini berkaitan dengan
dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur
atau cuti.

5) Olah raga/aktifitas jasmani yang berat


Sebagian besar penderita asthma akan mendapat
serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olah
raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asthma. Serangan asthma
karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai
aktifitas tersebut.

Tabel 4.6 Prevalensi Kasus Asma Bronkial di Kabupaten


lepara Tahun 2007 s/d 2011
Tahun Jumlah Kasus Prevalensi (%} Artl
2007 11.221 1,03 103/ 10.000
2008 5.051 0.46 24/ 10.000
2009 7.414 0,67 67/ 10.000
2010 14.194 1,29 129/ 10.000
2011 8.696 0,77 77/10.000
Sumber : DKK Kab. Jepara, 2011

Pada Tahun 2011 kasus yang terbesar ada di


puskesmas Keling I dengan jumlah kasus 1.015 orang.

IV-45
ANALISIS PENANGANAN ~ASALAti KESEtiATAN KA13UPATENJEPAR.A

4.1.3 ANGKA STATUS GIZI MASYARAKAT


1. Presentase Kunjungan Neonatus
Kunjungan neonatus adalah kunjungan yang dilakukan oleh
petugas kesehatan ke rumah ibu bersalin, untuk memantau dan
memberi pelayanan kesehatan untuk ibu dan bayinya. Pada
Permenkes 741/tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
(SPM), Kunjungan Neonatus (KN) dibagi menjadi tiga, yaitu (1)
satu kali pada 1-2 hari kehidupan (KNl), (2) satu kali 2 - 6 hari
(KN2) dan (3) satu kali dalam 7- 28 hari (KN3).

Gambaran pelaksanaan cakupan kunjungan neonatus di


Kabupaten Jepara dijelaskan sebagai berikut:

99 ---------·---·-·----------------------·------·--------------··-------

98
97
96
95
94 -- ·-----------~---------

-.-KN
93
92 ·----------~------------------·---·-------~-?::.1-_
91
90
89 ·-·-·· - · - - - - - - - - - - - - - - - -- - - - - ---- - - - - --------·--·
2007 2008 2009 2010 2011

Gambar 4.20 Cakupan Kunjungan Neonatus Kabupaten


Jepara Tahun 2007 - 2011
Cakupan kunjungan neonatus di Kabupaten Jepara tahun
2011 adalah 92,4 °/o terjadi penurunan dibandingkan dengan
tahun 2010 dikarenakan KN tahun sebelum 2011 menggunakan
KN2, sedangkan tahun ini menggunakan KN3 (KN lengkap).

N-46

l
ANALISI S PENANGANAN ~ASALAtl KfSftlATAN KA13UPAT£N]EPA'RA

Upaya yang perlu dilakukan adalah peningkatan pelayanan


kesehatan kepada masyarakat melalui bidan atau petugas
kesehatan lain dengan pembentukan kelas ibu hamil dan kelas ibu
balita sehingga petugas mengetahui jumlah ibu hamil, bayi dan
balita di daerahnya dan secara dini dapat diketahui statusnya serta
tindakannya, penyuluhan perawatan neonatus di rumah dengan
menggunakan buku KIA sekaligus petugas kesehatan melakukan
pemeriksaan kesehatan bayi dan juga konseling perawatan bayi
kepada ibu.

2. Persentase Kunjungan Bayi


Kunjungan bayi adalah bayi yang memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling
sedikit 4 kali di luar kunjungan neonatus. Setelah umur 28 hari,
setiap bayi berhak mendapatkan pelayanan kesehatan . dengan
memantau pertumbuhan dan perkembangannya secara teratur
setiap bulan di sarana pelayanan kesehatan. Kunjungan Bayi di
Kabupaten Jepara pada empat tahun terakhir dapat dilihat dalam
Grafik dibawah ini.

---····------------~---

2008 2009 2010 2011


~Kunjungan Bayi

Gambar 4.21 Jumlah Persentase Kunjungan Bayi di


Kabupaten lepara Tahun 2008 s/ d 2011

IV-47
ANALISIS PENANGANAN MASALAti KfSEtf.ATAN KABUPATfNJEPA'RA

Tahun 2011 cakupan kunjungan bayi telah memenuhi target


dari SPM yang dijabarkan dalam SPM Kabupaten Jepara tahun 2011
sebesar 86 °/o. Kondisi ini perlu ditingkatkan dengan berbagai
upaya peningkatan pelayanan kesehatan di berbagai pelayanan
kesehatan terutama di puskesmas, pustu dan PKO yang nota bene
sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di masyarakat.

3. Persentase Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditangani


Bayi Berat Sadan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Penyebab terjadinya
BBLR antara lain karena ibu hamil anemia, kurang asupan gizi
waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi BBLR
perlu penanganan serius karena kondisi tersebut mudah sekali
hipotermi yang biasanya akan menjadi penyebab kematian.

~ Persentase BBLR

2.9

-·-- -· -~- -----~---~ - -


2007 2008 2009 2010 2011

Tabel 4.22 Jumlah Persentase Bayi BBLR di Kabupaten


Jepara Tahun 2007 s/d 2011

IV-48
ANALISIS PfNANGANAN MASALA'li KESE1!ATAN KABUPAITN]EPA'RA

Tahun 2011 persentase BBLR terjadi kenaikan dibandingkan


tahun 2010, dari 1,86 menjadi 2,9. Adanya kenaikan jumlah bayi
dengan BBLR ini perlu mendapatkan perhatian. Bayi yang BBLR
tahun ini sebesar 636 kasus yang terdiri dari 321 laki-laki dan 315
perempuan dari 21,772 bayi lahir yang ditimbang.

Salah satu metode dalam menangani BBLR adalah metode


kanguru yaitu menghangatkan bayi dengan sentuhan kulit bayi dan
ibu/pengasuhnya secara langsung dan diharapkan dapat
mengurangi kematian akibat BBLR.

Permasalahan yang muncul perlu mendapatkan perhatian


adalah kondisi di masyarakat bahwa penyebab kematian bayi 50 °/o
lebih dikarenakan BBLR dan asfeksia. Ini ditambah dengan jumlah
ibu hamil yang anemia pada tahun 2011 lebih banyak dibandingkan
dengan tahun 2010, jumlah bidan yang sudah terlatih BBLR dan
asfeksia baru sebesar 20 °/o. Sehingga perlu ada pelatihan terus
menerus tentang BBLR dan Asfeksia. Belum optimalnya ANC
terintegrasi sehingga secara langsung dapat diketahui status ibu
risti atau tidak. Kehamilan remaja cukup tinggi yang menyebabkan
anemi lebih tinggi.

Upaya yang dilaksanakan adalah dibentuk kelas ibu serta


penyuluhan dan pemberian PMT terhadap ibu hamil risti. Untuk
remaja perlu penyuluhan KRR lebih diintensifkan.

4. Balita dengan Gizi Buruk


Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui
intensifikasi pemantauan tumbuh kembang balita di Posyandu,
dilanjutkan dengan penentuan status gizi di desa atau petugas
kesehatan lainnya. Penemuan kasus gizi buruk harus segera

IV-49
ANALLSIS P'fNANGANAN MASALAH K.ESHMTAN 1(A'BUPAT£/\JfiPA1M

ditindaklanjuti dengan rencana tindak yang jelas, sehingga


penanggulangan gizi buruk memberikan hasil yang optimal.

Pendataan gizi buruk di Kabupaten Jepara didasarkan pada 2


kategori yaitu dengan indikator membandingkan berat badan
dengan umur (BB/U) dan kategori kedua adalah membandingkan
berat badan dengan tinggi badan (BB{fB). Skrining pertama
dilakukan di posyandu dengan membandingkan berat badan
dengan umur melalui kegiatan penimbangan, jika ditemukan balita
yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) atau dua kali tidak naik
czn, maka dilakukan konfirmasi status gizi dengan menggunakan
indikator berat badan menurut tinggi badan. Jika ternyata balita
tersebut merupakan kasus gizi buruk, maka segera dilakukan
perawatan gizi buruk di Puskesmas ataupun bila perlu rujukan
harus di rujuk ke Rumah Sakit.

100 - - -- - - --- - - -- - - - - - -- - -·-·----


90 --····-----"-;+;:- - - - - - - -
~---.......
--.;--=-----0:::::.... • -..- - ·
80
70 - - ----- - - ·- ·-
60 f - - - - - - - -- -- - -·- -

so ---- - -·- - - ------ -
40
30 - - - -- - --- - - - - ------·-
20
10
0
2007 2008 2009 2010 2011
--- - - - --- - -- - - I --~--· ·· - - -
--+-- Ditimbang 76.48 86.77 78.64 75.84 80.4

-···
~ - BB Naik

BG~t -
L:-*°""":.~~~-~uruk
-~
79.91

1.77 I
--
94.72
- -.. -
4.66
--~-3~___ _J__,_o_.31_
61.42
- ----··
3.67

_~·- - --0.33
-- --··
61.84
- ---
0.24
0.04
82.6
---~
3.5

__-2.~.

Gambar 4.23 Cakupan Balok SKDN Kabupaten lepara


Tahun 2007 - 2011

IV-50
ANALISIS PfNANGANAN MASALAH KESEtlATAN KA13UPAT£NfiPA'RA

Yang menjadi catatan disini adalah adanya kenaikan bayi


yang ditimbang dan juga Bayi yang naik timbangannya tetapi
jumlah bayi Bawah Garis Merah (BGM) dan kasus gizi buruk
mengalami kenaikan. Kenaikan yang terjadi disebabkan adanya
dana BOK (peningkatan prosentasi anggaran BOK untuk program
gizi buruk/PMT) sebagai dana operasional yang menunjang operasi
timbang dengan populasi semua posyandu sehingga data
menunjukkan keadaan di lapangan. Tetapi perlu dipantau lagi
terhadap kualitas data yang ada dengan melibatkan kader di
dampingi tenaga kesehatan.

IV-51
,--

JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

JUDUL PEK. : Analisis Penanganan Masalah Kesehatan Kabupaten Jepara

T. ANGGARAN : 2012

N BULAN KE: KETERANG


URAIAN PEKERJAAN
0 I I II Ill IV AN
1 I Persiapan (surat, peralatan,personil)
2 I Penjelasan kepada daerah lokasi
3 I Perekrutan Nemurator dan Pelatihan
4 I Pengambilan data primer sekunder
5 I Rekapitulasi Data dan Permasalahan yang
mungkin ada
6 I Analisis Data
7 I Konsultasi publik
8 I Penyajian dalm laporan
9 I Pelaporan Final
a. Laporan Pendahuluan
b. Draft Laporan Akhir)
c. Laporan Final (sesuai KAK)

IV-52
ANA LISIS PENANGANAN MASALAJt KESEttATAN KA'BUPAI tN]tPAt<A

BAB V UPAYA PELAYANANAN KESEHATAN


DIKABUPATENJEPARA

5.1 PELAYANAN KESEHATAN


5.1.2 PELAYANAN KESEHATAN DASAR
1. Pelayanan Kesehatan Ibu
a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil
cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui
pelayanan kunjungan baru ibu ha mil (Kl) dan pelayanan
kesehatan ibu hamil sesuai standart paling sedikit 4 kali
(minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada
triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur
kehamilan) oleh tenaga kesehatan yang meliputi penimbangan
berat badan, pengukuran tekanan darah, pemberian imunisasi
Tetanus Toxoid, pengukuran tinggi fundus uteri, pemberian
tablet besi (Fe), konseling dan komunikasi interpersonal serta
pemeriksaan laboratorium sederhana.
cakupan kunjungan ibu hamil K4 di Jepara tahun 2011
sebesar 97,2°/o dari jumlah ibu hamil 23.066 orang yang
dilayani 22.414 orang. Target SPM Kabupaten Jepara tahun
2011 sebesar 93 °Jo.
Yang perlu mendapat perhatian adanya cakupan
puskesmas yang dengan cakupan yang masih rendah yaitu di
Puskesmas Karimun Jawa 21,7°/o dan Puskesmas Keling II
sebesar 46,2 °/o dan Puskesmas Welahan II sebesar 47 %.

V-1
ANALISIS PENANGANAN MASAlAH KfSfHATAN KA'BUPA TENfiPA'RA

-+-Cakupan K4

97.2

- - - -- · -- - - -- - - -- -- --·---- -
2007 2008 2009 2010 2011

Gambar 5.1 cakupan Pelayanan Antenatal K4 di Kabupaten


lepara Tahun 2007 - 2011

b. Persalinan yang ditolong oleh Nakes


Pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga
kesehatan adalah ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan. Pada prinsipnya, penolong persalinan harus
memenuhi standar sebagai berikut:

• Pencegahan infeksi
• Metode persalinan yang sesuai dengan standar
• Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang
lebih tinggi
• Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMO)
Dari lima tahun terakhir dapat digambarkan cakupan
pertolongan oleh tenaga kesehatan.

V-2
ANALISIS PfNANGANAN i4ASALAU KfSEUATAN KA13UPAITNJEPA'R.A

~Cakupan Linakes

97.9

-- - - - -- -··- -- ··---------·-- - - ·- ------ -- - - -·-------·-~-

2007 2008 2009 2010 2011

Gambar 5.2 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga


kesehatan di Kabupaten lepara Tahun 2007 -
2011

Cakupan perto\ongan persaUnan oleh tenaga kesehatan


Kabupaten Jepara telah melampaui target SPM tahun 2011
sebesar 93°/o. Terdapat 7 Puskesmas yang belum mencapai
target adalah Puskesmas Mlonggo, Bangsri II, Keling I,
Karimunjawa dan Donorojo.

c. Pelayanan Ibu Nifas


Pasca persalinan (masa nifas) berpeluang untuk
terjadinya kematian ibu maternal, sehingga perlu mendapatkan
pelayanan kesehatan masa nifas dengan dikunjungi oleh tenaga
kesehatan minimal 3 (tiga) kali sejak persalinan yaitu:

• Kunjungan nifas pertama (KF1) pada 6 jam sampai dengan 2


hari setelah persalinan.
• Kunjungan nifas ke-2 (KF2) dilakukan 8 hari (minggu II)
sampai dengan 28 hari setelah persalinan
• Kunjungan nifas ke-3 (KF3) dilakukan 29 hari sampai 42 hari
setelah persalinan

V-3
ANALISIS PENANGANAN i4ASALAfi KESEfiATAN KA13UPATEN ]H'A'RA

Pelayanan Ibu Nifas meliputi pemberian Vitamin A dosis


tinggi dan pemeriksaan kesehatan pasca persalinan untuk
mengetahui apakah terjadi perdarahan pasca persalinan, keluar
cairan berbau dari jalan lahir, demam lebih dari 2 (dua) hari,
payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit, anjuran untuk
melaksanakan ASI eksklusif, pelayanan KB pasca persalinan dan
lain-lain. Kunjungan terhadap ibu nifas yang dilakukan petugas
kesehatan (dokter spesialis kebidanan, dokter, perawat dan
bidan) biasanya bersamaan dengan kunjungan neonatus
maupun kegiatan posyandu.

98.6

2007 2008 2009 2010 2011

Gambar 5.3 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas di Kabupaten


Jepara Tahun 2007 - 2011
Cakupan pelayanan pada ibu nifas di Kabupaten Jepara
Tahun 2011 mencapai 98,6°/o {Tabel 28). Meskipun sudah
melampaui target SPM sebesar 92°/o namun pencapaian sangat
ironi dengan jumlah kematian ibu pada tahun ini yang
didominasi oleh kematian ibu nifas sebesar 17 orang
dibandingkan tahun 2010 sebesar 9 orang. Dimana kematian
terbanyak ada dalam pengawasan Rumah Sakit.

V-4
ANALISIS P'fNANGANAN r4ASALAH KESflMTAN KA'BUPAITN]EPA'RA

d. Ibu Hamil Mendapatkan Tablet Fe


Program penanggulangan anemia yang dilakukan
adalah dengan memberikan tablet tambah darah yaitu preparat
Fe yang bertujuan untuk menurunkan angka anemia pada
Balita, Bumil, Bufas, remaja putri dan WUS (Wanita Usia Subur).
Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi
pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal,
angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka
kematian perinatal meningkat. Penanggulangan anemia pada
ibu hamil dilaksanakan dengan memberikan 90 tablet Fe kepada
ibu hamil selama periode kehamilannya.

100

-+-Fe 1
85 Fe 3

80 --·--

75 -- - --
2007 2008 2009 2010 2011

Gambar 5.4 Persentase Pemberian Tablet Fe pada Ibu


Hamil di Kabupaten Jepara Tahun 2007 -
2010

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan Fe 1 (30


tablet) tahun 2011 sebesar 98,47 °/o namun cakupan Fe 3 (90
tablet) sebesar 90,32°/o masih ada 8,15 °/o ibu hamil yang tidak

V-5
ANALISIS PfNANGANAN MASALAtl KESHMTAN KA'BUPATENJEPARA

meneruskan konsumsi Fe 1 sampai Fe 3 (tabel 30). Ini bisa


mempengaruhi tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil.

Seharusnya angka persentase konsumsi tidak berbeda


dengan kunjungan ibu hamil K4 karena salah satu syarat yang
ditetapkan dalam kunjungan K4 adalah adanya pelayanan
pemberian tablet Fe.

2. Pelayanan kesehatan Anak Balita dan Anak SD atau


setingkat serta Usia Lanjut

a. Pelayanan kesehatan anak Balita


Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan
kesehatan pada anak umur 12-59 bulan sesuai standar meliputi
pemantuan pertumbuhan minimal Bx setahun, pemantauan
perkembangan minimal 2x setahun dan pemberian vitamin A 2x
setahun (Bulan Februari dan Agustus).

Pemantauan pertumbuhan balita diartikan sebagai


pengukuran Berat Badan (BB/TB). Di tingkat masyarakat
pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran Berat Badan per
umur (BB/U) setiap bulan di Posyandu, Taman Bermain, Pos
PAUD, Taman Penitipan Anak dan Taman Kanak-Kanak, serta
Raudlatul Athfal dll.

Pemantauan perkembangan balita meliputi


perkembangan gerak kasar, gerak halus dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian, pemeriksaan daya dengar, daya
lihat. Pemantauan perkembangan anak balita dimaksudkan
adalah anak umur 12-59 bulan yang dideteksi dini tumbuh
kembang melalui pelayanan Stimulasi Deteksi dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) oleh tenaga kesehatan, paling
sedikit 2 kali per tahun (setiap 6 bulan) dan tercatat pada

V-6
ANALISIS PENANGANAN MASALAti KESEtiATAN KA'8UPATEN]EPA'RA

Kohort Anak Balita dan Prasekolah atau pencatatan pelaporan


lainnya. Upaya pembinaan kesehatan anak balita diarahkan
untuk meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan sosial anak
dengan perhatian khusus pada kelompok balita yang merupakan
masa krisis atau periode emas tumbuh kembang. Dengan
ditemukan secara dini penyimpangan atau masalah tumbuh
kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan
seperti ganguan mental emosional, autisme serta gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktifitas.

Di Kabupaten Jepara tahun ini cakupan pelayanan anak


balita adalah 80,9 °/o dari jumlah anak balita 79.602 anak.
capaian ini belum bisa mencapai SPM yang ditargetkan 90 °/o.

b. Pelayanan Kesehatan Siswa SD atau setingkat


Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD atau · setingkat
diutamakan untuk meningkatkan kesehatan (promotif) dan
upaya meningkatkan pencegahan penyakit (preventif). Salah
satu upaya preventif yang dilaksanakan di sekolah adalah
kegiatan penjaringan anak sekolah (health screening) sebagai
prosedur pemeriksaan kesehatan yang bertujuan untuk
mengelompokkan anak sekolah dalam berbagai kategori sehat
dan sakit yang memerlukan tindakan lebih lanjut, serta
mendapatkan gambaran kesehatan anak sekolah dan mengikuti
perkembangan serta pertumbuhan anak sekolah sebagai
pertimbangan dalam menyusun program pembinaan kesehatan
sekolah. Penjaringan anak sekolah ini sasarannya adalah anak
SD kelas I.

Sedangkan pelayanan kesehatan anak SD atau


setingkat secara keseluruhan untuk kelas I sampai dengan kelas

V-7
ANAUSIS PENANGANAN MASALAtt KWtrcn 1 H10 10 10«1 , , , c •. J

VI melalui kegiatan UKS/UKGS oleh tenaga kesehatan atau guru


kelas atau guru UKS/UKGS yang telah dilatih.

Cakupan penjaringan anak SD tahun 2010 sebesar


84,06 °/o sedangkan tahun 2011 sebesar 100 °/o. Untuk
pelayanan kesehatan anak SD secara keseluruhan tahun ini
juga telah mencapai 100 °/o.

c. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut


Pelayanan kesehatan usia lanjut (60 tahun ke atas)
diartikan upaya kesehatan paripurna dasar dan menyeluruh
dibidang kesehatan usia lanjut (usila) yang meliputi
peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan dan
pemulihan. Sekarang ini telah ada pos khusus untuk usila yang
disebut dengan posyandu yang mengadopsi posyandu balita
sehingga kegaiatan dari promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif dapat terlayani.

Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut pada tahun


2011 adalah 100 o/o dari 10.804 orang dimana jumlah laki-laki
3.668 orang dan perempuan 7.136 orang.

3. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)


a. Peserta KB Baru
Definisi operasional dari Pasangan Usia Subur (PUS)
adalah pasangan suami istri yang pada saat ini hidup bersama,
baik bertempat tinggal resmi dalam satu rumah ataupun tidak,
dimana umur istrinya antara 15 tahun sampai 49 tahun.
Sedangkan peserta KB baru diartikan pasangan usia subur yang
baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat dan atau

V-1
ANALISIS PENANGANAN i4ASALAN KESEtlATAN KA13UPA1EN]tPA'RA

pasangan usia subur yang menggunakan kembali salah satu


cara/alat kontrasepsi setelah mereka berakhir masa
kehamilannya.

Masa subur seorang wanita memitiki peran penting bagi


terjadinya kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan
cukup tinggi. Menurut penelitian masa usia subur seorang
wanita sekitar 15 tahun sampai 44 tahun. Oleh karena itu untuk
mengatur jumlah kehamilan atau menjarangkan kehamilan
diprioritaskan dengan menggunakan cara/alat KB.

Jumlah PUS di Kabupaten Jepara Tahun 2011 adalah


sebesar 227.005 pasangan dengan jumlah peserta KB baru
40.127 orang

IUD
KONDOM 3.2'*
&.SOK

PIL
26.lOK---

Gambar 5.5 Persentase Pemakaian Kontrasepsi Peserta KB


Baru di Kabupaten Jepara Tahun 2011

Penggunaan kontrasepsi terbesar peserta KB baru


adalah kontrasepsi suntik. Untuk penggunaan alat KB dengan
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang/MKJP (yang meliputi

V-9
ANALISIS f'ENANGANAN MASALAtf KESEtfATAN KA13Uf'ATEN]EPA'RA

penggunaan IUD, MOP, MOW, Implant), penggunaan implant


paling besar 11,1°/o (Tabel 34). Peserta KB baru ini harus
mendapatkan pembinaan berkelanjutan untuk menjaga
kelangsungan pemakaian kontrasepsi terutama untuk
penggunan non MKJP (suntik, pil, kondom, obat vagina).

b. Peserta KB Aktif
Peserta KB aktif adalah akseptor yang pada saat ini
memakai kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau
mengakhiri kesuburan. Cakupan peserta KB aktif adalah
perbandingan antara jumlah peserta KB aktif dengan Pasangan
Usia Subur disuatu wilayah pada kurun waktu tertentu. cakupan
peserta KB aktif menunjukkan tingkat pemanfaatan kontrasepsi
diantara Pasangan Usia Subur.

Cakupan peserta KB aktif di Kabupaten Jepara tahun


2011 sebesar 81,30 atau sebesar . Namun angka ini telah
melampaui target SPM tahun 2011 sebesar 72°/o.

------------
2007 2008 2009 2010 2011

~Cak KB Aktif

Gambar 5.6 Cakupan Peserta KB Aktif di Kabupaten lepara


Tahun 2007 - 2011

V-10
ANA[ISLS YtNANGANAN MA:SALAtt /Ct'5tttA 1 RIV KMD«r " ' c 10 Jc, , 11~•,

4. Pelayanan Imunisasi
Bayi, anak umur muda maupun orang dewasa sama-sama
memiliki risiko terserang penyakit menular yang dapat mematikan,
seperti: Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Influenza, Typhus, radang
selaput otak, radang paru-paru, dan masih banyak penyakit
lainnya. Untuk itu salah satu pencegahan yang terbaik dan sangat
vital agar kelompok berisiko terlindungi adalah melalui imunisasi.

Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif.


Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau kuman yang sudah
dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh
memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi Polio
atau Campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan
sejumlah antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah
penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang
mengalami Iuka kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada
bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis
antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama masa
kandungan, misalnya antibodi terhadap Tetanus dan campak.

98
97.5
97
96.5
96
95.5
95
94.5

f-
94
93.S
2007 - 2008 I 2009 _ ___ _20_10. 20111
E~ cak ~~_._
1 _ _ 9_4_.8_5 -~-~5.36 95.88 _94 .s: _ 97~
Gambar 4.7 cakupan Desa/Kelurahan UCI di Kabupaten
Jepara Tahun 2007 - 2011

V-11
ANALISIS PfNANGANAN MASALAU KESHMTAN KABUPAITNJfPA'RA

Pencapaian UCI di Kabupaten Jepara tahun 2011


sebesar 97,4°/o. Jika dibandingkan target SPM 2011 sebesar
100°/o, Kabupaten Jepara masih di bawah target.

Puskesmas dengan capaian jauh dibawah target


adalah puskesmas Mayong II sebesar 60°/o. Sedangkan 20
Puskesmas lainnya sudah mencapai target 100°/o.

a. Cakupan Imunisasi Bayi


Tujuan Program Imunisasi adalah menurunkan angka
kesakitan, kecacatan, dan kematian bayi serta anak bafita untuk
penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
seperti TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Hepatitis B, dan
Campak. Sebagai indikator kelengkapan status imunisasi dasar
lengkap bagi bayi dapat dilihat dari hasil cakupan imunisasi
campak, karena imunisasi campak merupakan imunisasi yang
terakhir yang diberikan pada bayi umur 9 (sembilan) bulan
dengan harapan imunisasi sebelumnya sudah diberikan dengan
lengkap (BCG, DPT-HB, Polio, dan HB).

Setain pemberian imunisasi rutin, program imunisasi


juga melaksanakan program imunisasi tambahan/suplemen
yaitu Bulan Bias Anak Sekolah (BIAS) DT, BIAS Campak yang
diberikan pada semua usia kelas I SD/MI, sedangkan BIAS TT
diberikan pada usia kelas II dan III SD/MI, Backlog fighting
(melengkapi status imunisasi).

V-12
ANALISIS PfNANGANAN MASALAt! Kf SEt!ATAN KABUPAT'fN]fPA'RA

106 --

!!'"~
104
102
100
98
>-·- ·~
-- .... _- ---
~ ........

.....
--- -- - • ....
.... ~- _,
"'
--- ;<:
96 ~-- -
94
92 -
90
2007 2008 2009 2010 2011
~· ·-
--.-- BCG 100.95 98.03 100.4 97.85 102
----- DPT-HB1 101.21 101.24 100.99 101.17 104.8
~ DPT-HB3 99.09 97.57 97.45 99.62 100.8
·-
->4-- CAMPAK 96.03 97.57 97.46 99.39 99.4

Gambar 4.8 Cakupan Imunisasi Bayi di Kabupaten Jepara


Tahun 2007 - 2011

Adanya fluktuasi dari tahun ketahun, menggambarkan


keberadaan imunisasi belum mencapai hasil yang optimal.
Tahun 2011 di Kabupaten Jepara cakupan imunisasi BCG
sebesar 102°/o, DPT-HBl sebesar 104,17°/o, DPT-HB3 99,62°/o,
dan campak sebesar 99,39°/o.

Peningkatan cakupan imunisasi campak di Kabupaten


Jepara tahun 2011 juga diikuti dengan peningkatan kasus
campak. Hal ini disebabkan karena pencarian kasus campak
secara aktif sehingga jumlah kasus yang terlaporkan juga
meningkat.

V-13
ANALISIS PENANGANAN J.-tASALA-ll 1<..'fSE-llATAN 1<..AC3UPAT'£N]'fPARA

Untuk imunisasi polio3 tahun 2011 Kabupaten Jepara


mencapai 100,2°10.

b. Drop Out Imunisasi DPT1-Campak.


Drop Out {DO) merupakan gambaran dari anak yang
tidak mendapatkan Lima Imunisasi Dasar secara Lengkap.
Angka DO imunisasi dapat diketahui berdasarkan cakupan
imunisasi DPT1-Hb dan Campak. Imunisasi DPTl-Hb adalah
jenis imunisasi yang pertama kali diberikan pada bayi.
Sebaliknya, imunisasi Campak adalah imunisasi dasar yang
terakhir diberikan pada bayi. Diasumsikan bayi yang mendapat
imunisasi Campak telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap.

6 - -·- -
5.12 5.2
5

0
2007 2008 2009 2010 2011

~DOLIL

Gambar 4.9 cakupan Drop Outlmunisasi Bayi di Kabupaten


Jepara Tahun 2007- 2011
Angka DO Kabupaten Jepara tahun 2011 sebesar 5,2 °/o
dibandingkan tahun 2010 sebesar 1,75. Ini telah melebihi
kesepakatan yang ditetapkan di Jawa Tengah bahwa DO
maksimal hanya 5°10. Puskesmas yang melebihi DO 5°/o ada 8

V-14
ANALISIS PENANGANAN }..fASALAtt KESEN.ATAN K.A13UPATENJfPA'RA

puskesmas, yang tertinggi DO-nya ada di Puskesmas Bangsri I


sebesar 21,9°/o.

Permasalahan sama dengan pencapaian UCI yang


dikarenakan adanya cakupan imunisasi yang kurang sehingga
perlu peningkatan sweeping.

c. Wanita Usia Subur (WUS) Mendapatkan Imunisasi lT


Tetanus disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh
bakteri yang disebut Clostridium tetani. Tetanus juga bisa
menyerang pada bayi (Tetanus Neonatorum) yang ditularkan
melalui ibunya yang memang terinfeksi Tetanus atau pada saat
persalinan dan perawatan tali pusat. Tetanus merupakan salah
satu penyebab kematian bayi di Indonesia.

Matemal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE)


merupakan program eliminasi Tetanus pada neonatal dan
wanita usia subur termasuk ibu hamil. Strategi yang dilakukan
untuk mengeliminasi Tetanus Neonatorum dan maternal adalah
pertolongan persalinan yang aman dan bersih, cakupan
imunisasi rutin TI yang tinggi dan merata, serta surveilans.

Imunisasi Wanita Usia Subur (WUS), baik saat hamil


maupun di luar kehamilan akan memproteksi ibu dan bayi
melalui transfer antibodi tetanus ke bayi. Perlindungan tersebut
cukup untuk masa dua bulan setelah kelahiran dimana bayi
akan mendapat imunisasi kombinasi sebagai bagian dari
program rutin imunisasi pemerintah untuk mencegah Difl:eri,
Batuk rejan, dan Tetanus setelahnya.

Imunisasi TI Wanita Usia Subur adalah pemberian


imunisasi TI pada Wanita Usia Subur (15-39) sebanyak 5 dosis

V-15
ANALISI5 f'ENANGANAN MASALAtl KESEtlATAN KA'BUPATENJfPA'RA

dengan interval tertentu yang berguna bagi kekebalan seumur


hidup. Oleh karena itu setiap WUS yang berkunjung ke fasilitas
pelayanan kesehatan harus selalu ditanyakan status imunisasi
TT mereka dan bila diketahui yang bersangkutan belum
mendapatkan imunisasi TT harus diberi imunisasi TT minimal 2
kali dengan jadwal sebagai berikut: TTl diberikan segera pada
saat WUS kontak dengan pelayanan kesehatan atau sendiri
mungkin saat yang bersangkutan hamil, TI2 diberikan 4 minggu
setelah dosis pertama. TT3 dapat diberikan 6-12 bulan setelah
dosis kedua atau setiap saat pada kehamilan berikutnya.
Imunisasi TT tambahan yaitu TT4 dan TIS dengan interval satu
tahun dapat diberikan pada saat WUS tersebut kontak dengan
fasilitas pelayanan kesehatan atau diberikan pada saat
kehamilan berikutnya.

Cakupan TT 1, TT 2, TT 3, TT 4, TT 5 tahun 2011 di


Kabupaten Jepara masing-masing 56,1°/o, 56,3°/o,
38,5°/o,25,0°/o dan 16,9°/o.

5. Pelayanan Kesehatan Gigi


a. Rasio Tambal Cabut Gigi Tetap
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas
meliputi kegiatan pelayanan dasar gigi dan mulut serta upaya
kesehatan gigi sekolah. Kegiatan pelayanan dasar gigi adalah
tumpatan (penambalan) gigi tetap dan pencabutan gigi tetap.
Indikasi dari perhatian masyarakat bila tumpatan gigi tetap
semakin bertambah banyak berarti masyarakat lebih
memperhatikan kesehatan gigi yang merupakan tindakan
preventif sebelum gigi tetap betul rusak dan harus dicabut,
sedangkan pencabutan gigi tetap adalah tindakan kuratif dan
rehabilitatif karena sudah tidak ada alternatif lainnya.

V-16
ANALISIS PENANGANAN MASALAtl KESEtlATAN KA.'BUPATfNJEPA'RA

~Rasia

0.61

- - -·---- · · - - -
2007 2008 2009 2010 2011

Gambar 5.10 Rasio Tumpatan dan Pencabutan Gigi Tetap


di Kabupaten Jepara Tahun 2007 - 2011

Rasio tumpatan dan pencabutan gigi tetap pada tahun


2011 sebesar 0,61. Hal ini berarti bahwa masyarakat masih
banyak melakukan pencabutan gigi sebesar 5.319 kasus
daripada melakukan tumpatan gigi tetap sebesar 3.250 kasus.

b. Murid SD/MI Mendapatkan Pemeriksaan dan Perawatan Gigi dan


Mulut
Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut lainnya
adalah Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang merupakan
upaya promotif, preventif dan kuratif sederhana seperti
pencabutan gigi sulung, pengobatan dan penambalan
sementara gigi sulung dan gigi tetap yang dilakukan baik di
sekolah maupun dirujuk ke Puskesmas minimal 2 kali dalam
setahun.

V-17
ANALISIS PENANGANAN MASA LA1i KESE:UATAN KABUPATEN]EPA'RA

40 - -- - -·- - - - - - -- - -- - - - ·

35 -r---31--.... ;;;;;,;;;;a;;-----~
30 - - - - ---- - - - -- - ----

25 - -- -
20 -1------------__:i~-=--!::..--

15 +----
10
5 +--- -·-- - - - -- - --- - -

1~......
--ca_k_u_p_:-~:_-~
l :_-:._~-:~~:~~:_:-.0_2-:==:==-::-.~-:-~-=-_-:_8-0.1_1-~-- -:: ;
1
j
Gambar 4.11 Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Gigi Murid
SD/MI Di Kabupaten Jepara Tahun 2007 -
2011

Cakupan jumlah murid yang diperiksa tahun 2011


sebesar 23,8°/o dari 103.024 siswa SD/MI, lebih rendah
dibanding tahun 2010 yaitu 18,11°/o. Sedangkan yang perlu
mendapatkan perawatan sebesar 12.689 kasus dan semuanya
telah mendapatkan pelayanan kesehatan.

6. Pelayanan Kesehatan Kerja


a. Pelayanan Kesehatan Sektor Informal
Pekerja sektor informal adalah mereka yang bekerja
dengan skala kecil dengan ciri-ciri antara lain bekerja dalam jam
kerja yang tidak tetap dan umumnya mempergunakan tenaga
kerja dari lingkungan keluarga sendiri, risiko bahaya pekerjaan
tinggi, keterbatasan sumber daya dalam mengubah lingkungan
kerja, kesadaran tentang risiko bahaya pekerjaan rendah,
kondisi pekerjaan tidak ergonomis, keluarga banyak yang
terpajan, kurangnya pemeliharaan kesehatan.

l V-18
ANALISIS PENANGANAN MASALAR l(EStttAIAN KABUPAI tNJtPAl<A

Cakupan pelayanan kesehatan pekerja sektor informal


sebesar 34,66 °/o dari jumlah pekerja 337.163.meningkat
dibanding tahun sebelumnya.

b. Pelayanan Kesehatan Sektor Formal


Pekerja sektor formal adalah pekerja yang bekerja pada
perusahaan, instansi pemerintah dimana dalam menjalankan
pekerjaannya mendapat perlindungan dari undang-undang yang
ada, baik kesejahteraan maupun kesehatannya.

Cakupan pelayanan kesehat.an pada pekerja sektor


formal di Kabupaten Jepara tahun 2011 adalah 20,58 °/o dari
jumlah pekerja 125.565.

7. Upaya Penyuluhan Kesehatan


Upaya penyuluhan adalah semua usaha secara sadar dan
berencana yang dilakukan untuk memperbaiki perilaku manusia
sesuai prinsip-prinsip pendidikan dalam bidang kesehat.an.
Penyuluhan kelompok adalah penyuluhan yang dilakukan dengan
sasaran tertentu, sedangkan penyuluhan masa adalah penyuluhan
yang dilakukan dengan sasaran massa seperti pameran, pemutaran
film, melalui media massa cetak dan elektronik.

Di Kabupaten Jepara tahun 2011 jumlah kegiatan


penyuluhan kesehat.an adalah 3.208 kegiat.an, terdiri dari 3.203
kegiatan penyuluhan kelompok dan 5 kegiatan penyuluhan massa.

V-19
ANALISIS PfNANGANAN MASALAH KESEHATAN KA13UPATEN JfPA'RA

5.1.2 PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG


1. Ibu Hamil Risti/Komplikasi Ditangani
Ibu hamil dengan risiko tinggi adalah keadaan ibu hamil
yang mengancam kehidupannya maupun janinnya, misalnya umur,
paritas, interval, dan tinggi badan. Sedangkan komplikasi pada
proses persalinan adalah keadaan dalam proses persalinan yang
mengancam kehidupan ibu maupun janinnya misalnya perdarahan,
preeklamsia, infeksi jalan lahir, letak lintang, partus lama, dan lain-
lain. Ibu Hamil dengan Komplikasi yang ditangani adalah Ibu hamil
dengan komplikasi di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan
terlatih di Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit
pemerintah/swasta dengan fasilitas PONED dan PONEK (Pelayanan
Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar dan Pelayanan Obstetrik
dan Neonatal Emergensi Komprehensif).

90
80
70
60
50
40 ...,_Cakupan
30

20
10 --·---------·~-----------·-----

0 - ---- - - - -- -- - - - --·- - ---- - -- -- - - - -


2007 2008 2009 2010 2011

Gambar 4.12 Cakupan lbu hamil Risti/komplikasi ditangani


Di Kabupaten lepara Tahun 2007 - 2011

V-20
ANALISIS PENANGANAN i4ASALAH KESEHATAN KA'BUPATENJEPARA

Cakupan ibu hamil risiko tinggi dan komplikasi yang


ditangani puskesmas di Kabupaten Jepara adalah 79,8 °/o dari
jumlah kasus ibu hamil risti/komplikasi 4.776 orang.

Angka ini belum mencakup pelayanan yang ada di RSUD


Kartini, RS swasta, Rumah Bersalin maupun fasilitas kesehatan
lainnya. Cakupan Bumil risti/komplikasi di Kabupaten Jepara dari
tahun ke tahun cenderung meningkat. Target SPM tahun 2011
adalah 65 °/o sehingga target telah terpenuhi.

2. Neonatal Risti/Komplikasi Ditangani


Neonatal risiko tinggi/komplikasi adalah neonatus dengan
penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan,
kecacatan dan kematian, misalnya asfiksia, BBLR, Tetanus, Infeksi
dan lain-lain.

Neonatal Risti/komplikasi yang ditangani adalah neonatal


risti/komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan
yang terlatih yaitu dokter dan bidan di sarana pelayanan kesehatan
(polindes, puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit).

Pada tahun 2011 cakupan penanganan neonatal


risti/komplikasi yang dilaporkan sebesar 54,3 °/o. Cakupan ini masih
sangat rendah bila dibandingkan dengan target SPM tahun 2011
yang harus dicapai yaitu 80 °/o. Rendahnya pelayanan kesehatan
neonatal risti/komplikasi kemungkinan disebabkan karena adanya
beda persepsi mengenai definisi operasional neonatal
risti/komplikasi sehingga belum semua neonatal risti/komplikasi
dicatat dan dilaporkan.

V-21
ANALISIS PENANGANAN .MASALAtl 1<..ESFIMTAN 1<..A'BUPATfNJEPA'RA

3. Pelayanan Gawat Darurat


Sarana Kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat
darurat yang dapat diakses masyarakat adalah cakupan sarana
kesehatan yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan
pelayanan gawat darurat sesuai standar dan dapat diakses oleh
masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Kemampuan pelayanan
gawat darurat yang dimaksud adalah upaya cepat dan tepat untuk
segera mengatasi puncak kegawatan yaitu henti jantung dengan
Resusitas Jantung Paru Otak agar kerusakan organ yang terjadi
dapat dihindarkan atau ditekan sampai minimal dengan
menggunakan Bantuan Hidup Dasar dan Bantuan Hidup Lanjut.
Sarana kesehatan yang dimaksud adalah rumah bersalin,
puskesmas dan rumah sakit.

Sarana kesehatan yang telah mempunyai kemampuan


dalam menangani kegawatdaruratan level I adalah di Kabupaten
Jepara RS Umum 5 buah, RS Khusus 2 buah, Puskesmas 14 buah
yang telah perawatan, dan Sarana Pelayanan kesehatan lainnya 4
buah.

5.2 AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN


1. Cakupan Rawat Jalan
Cakupan kunjungan rawat jalan di Kabupaten Jepara tahun
2011 sebesar 77, 7 °/o.

2. Cakupan Rawat Inap


Cakupan rawat inap di sarana kesehatan di Kabupaten
Jepara Tahun 2011 sebesar 4,0 °/o mengalami sedikit kenaikan dari
tahun 2010 sebesar 2,55°/o.

3. Pelayanan Kesehatan Jiwa

V-22
ANALISI S PENANGANAN MASALAH KESEHATAN KA'l3UPATEN JEPA'RA

Tahun 2011 di Kabupaten Jepara terdapat 14.789


kunjungan. Rekapitulasi ini berasal dari laporan Puskesmas dan
Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan jiwa dimana
kunjungan terbesar ada di RSU RA Kartini.

4. Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Laboratorium


Kesehatan
Di Kabupaten Jepara tahun 2011 sarana kesehatan dengan
kemampuan laboratorium sebesar 96,43 °/o dengan perincian
Rumah Sakit Umum 100 °/o, Rumah Sakit Khusus 100 °/o dan
Puskesmas 95,24 °/o.

5.3 PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANRASI


DASAR
Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan
akumulasi berbagai pelaksanaan kegiatan dari berbagai lintas sektor,
peran swasta dan masyarakat dimana pengelolaan kesehatan
lingkungan merupakan penanganan yang paling kompleks. Kegiatan
tersebut tidak dapat berjalan dengan mengandalkan satu sektor tetapi
harus rnelibatkan lintas sektor. Seperti penyedia hulu melibatkan
perindustrian, lingkungan hidup, pertanian, pekerjaan umum dan lai-
lain, sedangkan Dinas Kesehatan berfokus pada penyedia hilir atau
pengelolaan dampak sebagai penyedia pelayanan kesehatan walaupun
faktor promotif dan preventif juga diperlukan.

1. Rumah Sehat
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana
pembinaan keluarga. Rumah haruslah sehat dan nyaman agar
penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan produktivitas.

V-23
ANALISIS

Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi


syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban sehat, sarana
air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air
limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang
sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah. Rumah dan
lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan
faktor risiko penularan berbagai jenis penyakit khususnya penyakit
berbasis lingkungan seperti Demam Berdarah Dengue, Malaria, Flu
Burung, TBC dan lain-lain.

74 ~---·---
71.96

70

68

66
64 +--- --

62 -- -- -- --- - -- -..- -- ·- - - - ----·-- ·~-- ..·- -

60 - - ---.--- - - --. -- -- - ·. ,..---- -- - - - ,- · ----- ----- --,


2007 2008 2009 2010 2011

-+-Rumah Sehat

Gambar 4.12 Cakupan Rumah Sehat di Kabupaten Jepara


Tahun 2007 - 2011

Tahun 2011 pemerUcsaan rumah sehat dilakukan dengan


pengambilan sampling dari setiap puskesmas. Sebanyak 199.732
rumah telah diperiksa atau 77,7 °/o dari 257.218 rumah keseluruhan
dan didapatkan hasil 127.964 rumah atau 64,1°/o memenuhi
syarat rumah sehat.

V-24
ANALISIS PENANGANAN MASALAtt KtStttA I AN KAoUPA 1 t!V J trn1v<

2. Akses terhadap Air Bersih


Akses masyarakat terhadap air bersih tersedia dalam Air
Ledeng (PAM), Sumur Pompa Tangan (SPT), Sumur Gali (SGL),
Penampungan Air Hujan (PAH), Kemasan, mata air, dan lain-lain.

78.9

Ledeng SPT SGL PAH Kemasan Mata air Lainnya

Gambar 4.13 Cakupan Sarana Air Bersih di Kabupaten


lepara Tahun 2011

Dari 171.310 keluarga yang diperiksa, yang terbesar


menggunakan Sumur Gali sebagai sarana air bersih mereka sebesar
78,9°/o atau 135.170 keluarga.

3. Sarana Sanitasi Dasar


Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh
keluarga meliputi kepemilikan jamban, tempat sampah, dan
pengelolaan air limbah. Jumlah KK yang dijadikan sampling untuk
tahun 2011 adalah 142.763 KK dari 285.516 KK.

V-25
ANALISIS ffNANGANAN MASALAH KESftlATAN KA'BUPATfN]tPA1M

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2008 2009 2010 2011
•Jamban 69.82 74.8 75.49 75.4
•TempatSampah 93.18 92.02 92.1 92.1
•Airlimbah 26.95 28.17 28.83 29.3

Gambar 4.14 Cakupan kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar


di Kabupaten Jepara Tahun 2008 - 2011

Jumlah KK yang memiliki jamban 107.616 atau 75,4 °/o,


tempat sampah 131.503 atau 92,10 °/o dan jumlah KK yang
memiliki pengelolaan air limbah sebanyak 41. 776 atau 28,83 °/o.

Gambar di atas menunjukkan cakupan kepemilikan sarana


sanitasi dasar di Kabupaten Jepara selama empat tahun terjadi
fluktuatif tetapi cenderung meningkat. Yang menjadi permasalahan
adalah dari sampel yang memiliki sanitasi dasar yang dinyatakan
memenuhi kriteria sehat untuk jamban 53,1 °/o, tempat sampah 63
010, pengelolaan air limbah 79,6 °/o. Permasalahan yang ada

dikarenakan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang


sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan masih kurang. Ini
diantisipasi dengan peningkatan pengetahuan tentang PHBS
khususnya sanitasi dasar dengan penyuluhan terhadap masyarakat

V-26
ANALISIS PENANGANAN i\.iASALAH 1<..ESEHATAN 1<..A'BUPATENJEPA'RA

yang rawan ditunjang dengan pemberian stimulan khusus jamban


dan SPAL melalui kegiatan CLTS (Community Led Total Sanitation).

4. Tempat-Tempat Umum (TIU)


Tempat-tempat umum adalah kegiatan bagi umum yang
dilakukan oleh badan pemerintah, swasta atau perorangan yang
langsung digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan
kegiatan tetap serta memiliki fasilitas. Pengawasan sanitasi tempat
umum bertujuan mewujudkan kondisi yang memenuhi syarat
kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari
kemungkinan bahaya penularan penyakit serta tidak menyebabkan
gangguan terhadap kesehatan masyarakat di sekitarnya.

Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum secara garis


besar meliputi hotel, restoran/rumah makan, pasar dan tempat-
tempat umum lainnya.

8000
7000
6000
5000
4000

.._
3000
2000
1000 ,_._ ,_._
0
Hotel Resto ran/ Pasar TUPM lainnya
Rmh Makan
•Jumlah 36 44 44 7420
Diperiksa 7 4 15 2545
•Sehat 7 0 6 206

Gambar 4.15 cakupan kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar


di Kabupaten Jepara Tahun 2008 - 2011

V-27

Anda mungkin juga menyukai