Anda di halaman 1dari 5

REVALUASI ASET TETAP

Revaluasi Aset adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan, yang diakibatkan
adanya k enaikan nilai aset tetap tersebut di pasaran atau karena rendahnya nilai aset
tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab
lain, sehingga nilai aset tetap dalam laporan keuangan tidak lagi . Berdasarkan PSAK 16
yang baru, perusahaan dapat memilih model biaya atau model revaluasi sebagai dasar
menilai aset setelah dimiliki. Aturan ini konsisten dengan peraturan dalam IAS.
Revaluasi Aset Tetap menurut ketentuan PSAK 16 :
Revaluasi merupakan salah satu metode penilaian aset tetap. Jika suatu entitas
memilih menggunakan metode revaluasi maka metode ini harus diterapkan secara
konsisten oleh perusahaan. Perusahaan tidak boleh hanya menggunakan metode
revaluasi sesekali untuk tujuan seperti yang disebutkan di atas, tetapi revaluasi harus
dilakukan secara reguler. Penerapan metode revaluasi dilakukan untuk aset tetap
dalam kelompok yang sama. Tidak ada penjelasan rinci pengertian kelompok yang
sama, namun secara implisit dapat dikatakan jika suatu entitas memiliki aset tetap yang
disajikan dalam satu kelompok, maka model penilaian yang digunakan harus sama.
Sebagai contoh jika induk menggunakan metode revaluasi maka konsekuensinya anak
perusahaan untuk kelompok aset tanah harus menggunakan metode revaluasi. Namun
untuk peralatan, apakah dianggap satu kelompok atau dapat menggunakan sub
kelompok misal kendaraan, mesin, peralatan kantor, tidak ada pedoman yang
mengaturnya. Pada saat melakukan revaluasi, selisih antara nilai tercatat aset dan nilai
hasil revaluasi akan dibukukan sebagai surplus revaluasi.
Revaluasi tidak diakui dalam laporan laba rugi tahun berjalan tetapi merupakan
komponen dalam laba rugi komprehensif yang merupakan bagian dari ekuitas. Jika
sebelum revaluasi entitas telah melakukan penurunan nilai maka, akan dilakukan
pembalikan penurunan nilai sebelum diakui sebagai surplus revaluasi. Jika revaluasi
menghasilkan nilai yang lebih kecil dari nilai aset tercatat maka penurunan nilai ini,
pertama akan mengurangi surplus revaluasi (jika ada), setelah tidak ada lagi baru akan
mengurangi saldo laba. Dengan pencatatan seperti itu, maka entitas akan mengakui
penurunan nilai (impairment), ketika revaluasi menghasilkan nilai aset lebih kecil dari
nilai terbawa (carrying value) dengan menggunakan metode biaya. Surplus revaluasi
yang telah disajikan ke saldo laba pada saat aset tersebut dihentikan pengakuan atau
disusutkan. Surplus revaluasi akan dipindahkan ke saldo laba selama sisa masa manfaat
aset tersebut, jika aset tersebut dihentikan pengakuan pemindahannya dilakukan
sekaligus dari sisa surplus revaluasi yang masih ada. Pemindahan dilakukan langsung
dengan mendebit surplus revaluasi dan kredit saldo laba tanpa melalui laporan laba
rugi.
Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler sehingga nilai
tercatat aset tidak berbeda secara signifikan dengan nilai wajarnya. Standar tidak
menyebutkan berapa tahun sekali, revaluasi dilakukan tergantung perkembangan nilai
wajar aset tetap. Jika harga tidak berubah signifikan mungkin revaluasi dapat dilakukan
tiga atau lima tahun sekali, namun jika harga signifkan berubah revaluasi mungkin
dilakukan setiap tahun. Nilai wajar adalah nilai di mana suatu aset dapat dipertukarkan
atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan
untuk melakukan transaksi wajar (arm’s length transaction).
Berdasarkan konsep nilai wajar, harga pasar aktif merupakan nilai wajar yang
ideal dan memiliki keandalan yang tinggi, karena mudah diverifikasi. Namun jika tidak
ada harga pasar aktif, dapat digunakan nilai pasar terkini, harga pasar dari aset serupa,
menggunakan pendekatan nilai kini arus kas di masa depan atau dengan metode nilai
opsi. Khusus untuk menentukan nilai wajar dalam model revaluasi aset tetap, standar
secara eksplisit menyebutkan bahwa nilai tanah, bangunan dilakukan oleh penilai
independen yang profesional berdasarkan bukti pasar. Sedangkan nilai wajar pabrik
dan peralatan menggunakan nilai pasar yang ditentukan oleh penilai. Nama penilai
harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Apabila revaluasi dilakukan,
akumulasi penyusutan dapat diberlakukan dengan dengan dua cara yatu metode
eliminasi dan proporsional. Pertama dengan cara eliminasi, akumulasi penyusutan
ditutup sehingga diperoleh nilai buku aset, nilai ini kemudian ditambah atau dikurangi
sehingga nilainya menjadi nilai hasil revaluasi aset yang terbaru. Kedua dengan cara
proporsional, dengan metode ini, nilai aset dan akumulasi penyusutan akan dinaikkan
nilainya sebesar rasio revaluasi (rasio nilai hasil revaluasi dengan nilai buku).
Pajak atas revaluasi menurut PSAK 16 dipertanggungjawabkan mengikuti
ketentuan dalam PSAK 46 tentang pajak penghasilan. Atas selisih revaluasi tidak diakui
dalam laba rugi tahun berjalan tetapi diakui dalam laba komprehensif, maka
konsekuensi pajaknya akan dimasukkan dalam komponen laba komprehensif. Jika pajak
atas revaluasi ini tidak dikenakan menurut peraturan perpajakan maka konsekuensi
pajaknya akan diakui sebagai aset atau liabiltas pajak tangguhan. Sebagai contoh atas
keuntungan revaluasi tanah akan diakui debit beban pajak tangguhan atas surplus
revaluasi dan kredit liabilitas pajak tangguhan.
 Tarif Revaluasi Aset khusus tahun 2015 dan 2016 itu sebagai berikut:
3% (tiga persen), bagi Wajib Pajak yang telah memperoleh penetapan penilaian
kembali aktiva tetap oleh kantor jasa penilai publik atau ahli penilai, dan
melunasi Pajak Penghasilan sampai dengan tanggal 31 Desember 2015;
 4% (empat persen), bagi Wajib Pajak yang telah memperoleh penetapan
penilaian kembali aktiva tetap oleh kantor jasa penilai publik atau ahli penilai,
dan melunasi Pajak Penghasilan dimaksud dalam jangka waktu sejak tanggal 1
Januari 2016 sampai dengan tanggal 30 Juni 2016;
 6% (enam persen), bagi Wajib Pajak yang telah memperoleh penetapan
penilaian kembali aktiva tetap oleh kantor jasa penilai publik atau ahli penilai,
dan melunasi Pajak Penghasilan dimaksud dalam jangka waktu sejak tanggal 1
Juli 2016 sampai dengan tanggal 31 Desember 2016
Keuntungan bagi Wajib Pajak yang melakukan revaluasi berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan nomor 191/PMK.010/2015 ini adalah :
1. Diskon tarif PPh menjadi lebih kecil yaitu, 3%, 4% atau 6% saja;
2. Sisi aktiva Neraca perusahaan akan naik sebesar nilai lebih dan dicatat dalam akun
“Selisih Lebih Penilaian Kembali Aktiva Tetap Wajib Pajak Tanggal …. “. Akun ini
disusutkan sesuai masa manfaat aktiva Tetap. Artinya, tahun-tahun setelah
revaluasi penghasilan neto fiskal akan tergerus oleh penyusutan selish lebih
revaluasi.
3. Sisi ekuitas Neraca akan muncul “saham baru” baik berupa saham bonus atau
saham baru tanpa penyetoran. Saham baru ini bukan objek PPh sesuai Pasal 2
hurup b Peraturan Pemerintah nomor 94 tahun 2010. Secara umum, penambahan
saham tanpa setoran, apapun namanya, dianggap dividen. Bisa dicek bagian
penjelasan Pasal 4 (1) huruf g UU PPh.
Keuntungan Revaluasi Aset untuk kepentingan komersial, yaitu:
1. Mencerminkan nilai yang sesungguhnya (nilai wajarnya), sehingga dapat lebih baik
dalam pengambilan keputusan bagi perusahaan maupun investor dalam melakukan
investasi.
2. Bagi perusahaan yang ingin atau yang sudah go publik, revaluasi berguna untuk
menyusun nilai asetnya ke harga yang realistis
3. Meningkatkan kepercayaan kreditur , sebagai dampak membaiknya beberapa rasio
keuangan perusahaan, khususnya yang ditunjukkan oleh
debt to assets ratio dan debt to equity ratio.
4. Penilaian kembali aktiva tetap ini juga dapat dilakukan oleh perusahaan yang ingin
merger. Sebab dengan melakukan penilaian kembali aktiva tetap pada masing –
masing perusahaan yang ingin melakukan merger, maka akan dapat diketahui nilai
aktiva sesungguhnya (nilai wajarnya) untuk perusahaan bentukan baru (setelah
merger).
Kerugian Revaluasi Aset Tetap bagi Perusahaan :
Dalam hal revaluasi aset tetap, sebenarnya perusahaan tidak mendapatkan
aliran kas masuk, perusahaan hanya melakukan window dressing untuk pelaporan
keuangan nya. Sedangkan bila terdapat selisih lebih atas revaluasi, perusahaan akan
dikenai PPh final sebesar 10% dan harus dibayar pada tahun tersebut (tidak boleh
dicicil dalam 5 tahun misalnya) dan tidak menghasilkan hutang pajak tangguhan yang
bisa dibalik di tahun berikutnya bila nilai aset turun. Bayangkan apabila perusahaan
memutuskan memakai model revaluasi dan setiap tahun harga asetnya meningkat,
maka setiap tahun perusahaan harus membayar pajak final. Padahal kenaikan harga
aset tersebut tidak membawa aliran kas masuk ke dalam perusahaan apalagi untuk
menilai nilai wajar aset yang tidak memiliki nilai pasar, perusahaan membutuhkan jasa
penilai (assessor) sehingga akan makin menambah biaya yang keluar untuk menilai
asset – aset tersebut. Maka hal ini hanya akan menjadi pemborosan saja bagi
perusahaan.
Revaluasi Aset Berdasarkan Undang-Undang
Dasar Hukum Revaluasi Aset

 Pasal 19 ayat (1) Undang-undang No.36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat
Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.
“Menteri Keuangan berwenang menetapkan peraturan tentang penilaian kembali
aset dan faktor penyesuaian apabila terjadi ketidaksesuaian antara unsur-unsur
biaya dengan penghasilan karena perkembangan harga.
 Penjelasan Pasal 19 ayat (1):
Adanya perkembangan harga yang mencolok atau perubahan kebijakan di bidang
moneter dapat menyebabkan kekurangserasian antara biaya dan penghasilan, yang
dapat mengakibatkan timbulnya beban pajak yang kurang wajar.
Dalam keadaan demikian, Menteri Keuangan diberi wewenang menetapkan
peraturan tentang penilaian kembali aset tetap (revaluasi) atau indeksasi biaya dan
penghasilan.
 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 79/PMK.03/2008 Tentang
Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Untuk Tujuan Perpajakan.
Entitas yang Dapat Melakukan Revaluasi Aset
Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap (BUT), tidak termasuk
perusahaan yang memperoleh izin menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa
Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat.
Aktiva yang Dapat Direvaluasi
Revaluasi dilakukan atas seluruh aktiva tetap perusahaan termasuk tanah dengan
status hak milik atau hak guna bangunan.
Model Penilaian
Revaluasi dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap yang
ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai yang memperoleh izin dari
Pemerintah. Jika hasil revaluasi tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya, DJP
dapat menetapkan ulang nilai revaluasian.
Catatan: Pendekatan penilaian untuk memperoleh nilai wajar aktiva tidak diatur secara
spesifikk. Nilai revaluasian akan memperbaharui nilai tercatat aset pada neraca 가skal
dan menjadi dasar penyusutan fiskal.
Selisih antara nilai revaluasian dengan nilai buku fiskal dianggap sebagai keuntungan
dan menjadi obyek pajak penghasilan final Pasal 19 sebesar 10%. Selisih lebih penilaian
kembali aktiva tetap perusahaan di atas nilai sisa buku komersial semula setelah
dikurangi dengan Pajak Penghasilan dibukukan dalam neraca komersial pada perkiraan
modal dengan nama “Selisih Lebih Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan
Tanggal……………..”.
Dirumuskan:
Selisih Lebih Revaluasi=Nilai Revaluasian – Nilai Buku Fiskal
PPh Final= 10% x Selisih Lebih Revaluasi
Nilai Aset pada Neraca = Nilai Revaluasian
Selisih Lebih Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Tanggal…..=Selisih Lebih
Revaluasi – (10% x Selisih Lebih Revaluasi)

Penyusutan Aktiva yang Direvaluasi


 Dasar penyusutan fiskal adalah nilai pada saat penilaian kembali.
 Masa manfaat fiskal aktiva tetap yang telah direvaluasi disesuaikan kembali
menjadi masa manfaat penuh untuk kelompok aktiva tetap yang direvaluasi
 Perhitungan penyusutan dimulai sejak bulan dilakukannya revaluasi (penilaian
kembali) aktiva tetap.
 Untuk perusahaan yang tidak memperoleh persetujuan revaluasi, penyusutan
aktiva menggunakan dasar penyusutan fiskal dan sisa masa manfaat fiskal semula.
Batasan
1 Penilaian kembali aktiva tetap tidak dapat dilakukan sebelum lewat jangka
waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak revaluasi terakhir kalinya.
2 Perusahaan yang melakukan revaluasi komersial namun tidak memperoleh
persetujuan DJP, maka nilai revaluasi yang ditetapkan tidak dapat digunakan
sebagai dasar melakukan penyusutan fiskal.
3 Penjualan aset yang telah direvaluasi sebelum masa penyusutannya berakhir
(aset kelompok 1 dan 2) akan dikenakan tambahan Pph final sebesar selisih tarif
terakhir dikurangi 10% atau (25% – 10% = 15%) dikalikan dengan Selisih Lebih
Revaluasi.
4 Penjualan aktiva tetap kelompok 3 (tiga), kelompok 4 (empat), bangunan, dan
tanah yang telah memperoleh persetujuan penilaian kembali sebelum lewat
jangka waktu 10 (sepuluh) tahun, maka akan dikenakan tambahan pajak final
sebesar selisih tarif terakhir dikurangi 10% atau (25% – 10% = 15%) dikalikan
dengan Selisih Lebih Revaluasi.
5 Selisih antara nilai pengalihan aktiva tetap perusahaan dengan nilai sisa buku
fiskal pada saat pengalihan merupakan keuntungan atau kerugian sesuai dengan
UU Pajak Penghasilan.

Anda mungkin juga menyukai