Anda di halaman 1dari 22

Referat

BLEFARITIS

Disusun Oleh :
Early Yuri Cintia, S.Ked

Penguji :
dr. Rahmat Syuhada., Sp.M

KEPANITERAAN ILMU MATA


RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN

Blefaritis merupakan istilah medis untuk peradangan pada kelopak mata.


Kata "blefaritis" berasal dari kata Yunani blepharos, yang berarti "kelopak mata,"
dan akhiran itis, yang biasanya digunakan untuk menunjukkan peradangan.
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi pada
kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak
pada tepi kelopak biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis
ditandai dengan pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar didekat
kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam
keadaan normal ditemukan di kulit.1
Blefaritis menyebabkan mata merah, iritasi, kelopak mata gatal dan
pembentukan ketombe seperti sisik pada bulu mata. Ini adalah gangguan mata
yang umum yang disebabkan oleh bakteri atau kondisi kulit. Meskipun tidak
nyaman, blefaritis tidak menular dan umumnya tidak menyebabkan kerusakan
permanen pada penglihatan.2
Blefaritis dilaporkan sekitar 5% dari keseluruhan penyakit mata yang ada pada
rumah sakit (sekitar 2-5% penyakit blefaritis ini dilaporkan sebagai penyakit
penyerta pada penyakit mata). Blefaritis lebih sering muncul pada usia tua tapi
dapat terjadi pada semua umur.2 Menurut Lemp et al, 86% penderita dry eye
syndrome berkaitan dengan kejadian blefaritis.
Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi biasanya berjalan kronis atau
menahun. Blefaritis alergi biasanya berasal dari debu, asap, bahan kimia iritatif,
dan bahan kosmetik. Infeksi kelopak mata dapat disebabkan kuman streptococcus
alfa atau beta, pneumococcus, dan pseudomonas. Bentuk blefaritis yang biasanya
dikenal adalah blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif, dan blefaritis angularis.3
Blefaritis biasanya berkaitan dengan penyakit sistemik dan penyakit mata,
seperti rosacea, atopy, dermatitis seboroic, dry eye syndromes, chalazion,
trichiasis, ectropion, entropion, konjungtivitis, dan keratiti

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2
1. Anatomi Palpebra

Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta


mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk tear film di depan kornea
serta menyebarkan tear film yang telah diproduksi ini ke konjungtiva dan kornea.
Palpebra merupakan alat penutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata
terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan mata, karena kelopak mata juga
berfungsi untuk menyebarkan tear film ke konjungtiva dan kornea.3,4

Gambar 1 : Anatomi kelopak mata

Sumber : Allen, JH et all, Patophosiology Blepharitis in Best Practice British Medicine


Journal.

Kelopak mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedang di
bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.3

Pada kelopak terdapat bagian-bagian:


1. Satu lapisan permukaan kulit. Tipis dan halus, dihubungkan oleh jaringan
ikat yang halus dengan otot yang ada dibawahnya, sehingga kulit dengan

3
mudah dapat digerakkan dari dasarnya. Dengan demikian, maka edema
dan perdarahan mudah terkumpul disini, sehingga menimbulkan
pembengkakan palpebra.3
2. Kelenjar seperti kelenjar sebasea, kelenjar moll atau kelenjar keringat,
kelenjar zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar meibom pada tarsus dan
bermuara pada tepi kelopak mata.3
3. Otot seperti:
a. M. Orbicularis oculi yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas
dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. M. Orbicularis
berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N. facialis.3,4
b. M. Rioland. Merupakan otot orbicularis oculi yang ada di tepi margo
palpebra. Bersamaan dengan M. Orbicularis oculi berfungsi untuk
menutup mata.3,4
c. M. Levator palpebrae berjalan kearah kelopak mata atas, berorigo
pada annulus foramen orbita dan berinsersi pada lempeng tarsus atas
dengan sebagian menembus M. Orbicularis Oculi menuju kulit
kelopak bagian tengah. Bagian kulit yang tempat insersi M. Levator
palpebrae terlihat sebagai sulcus palpebra. Otot ini dipersarafi oleh n.
III, yang berfungsi mengangkat kelopak mata atau membuka mata.
Kerusakan pada saraf ini atau perubahan - perubahan pada usia tua
menyebabkan jatuhnya kelopak mata (ptosis).3,4
d. M. Mulleri, terletak di bawah tendon dari M. Levator palpebrae.
Inervasinya oleh saraf simpatis, fungsi M. Levator palbebrae dan M.
Mulleri adalah untuk mengangkat kelopak mata.3,4
4. Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan
kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo
palpebra.3
5. Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosus berasal dari rima orbita
merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.3
6. Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada
seluruh lingkaran permukaan orbita. Tarsus terdiri atas jaringan ikat yang
merupaka jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40
buah dikelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah ).3

7. Pembuluh darah yang memperdarainya adalah a. palpebrae.3

4
8. Persarafan sensorik kelopaka matas atas didapatkan dari ramus frontal
n.V, sedangkan kelopaka bawah oleh cabang ke II saraf ke V.3
Konjungtiva tarsal yang terletak dibelakang kelopak hanya dapat dilihat
dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsl melalui forniks menutupi
bulbus okuli. Konjungtiva merupaka membrane mukosa yang mempunyai sel
goblet yang menghasilkan musin.5,6

2. Definisi

Infeksi kelopak atau blefaritis adalah radang yang sering terjadi pada
kelopak mata (palpebra) baik itu letaknya tepat di kelopak ataupun pada tepi
kelopak. Blefaritis dapat disebabkan oleh infeksi ataupun alergi yang biasanya
berjalan kronis atau menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap,
bahan kimia iritatif, dan bahkan bahan kosmetik, sedangkan Blefaritis infeksi bisa
disebabkan oleh kuman streptococcus alfa atau beta, pneumococcus,
pseudomonas, demodex folliculorum dan staphylococcus (melalui demodex
folliculorum sebagai vektor).3

Gambar 2 : Radang pada kelopak mata (blefaritis)


Sumber : Weinstock, Frank J., MD, FACS and Melissa Conrad Stöppler, MD. Eyelid
Inflammation “Blepharitis”

3. Etiologi

Blefaritis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, alergi, kondisi
lingkungan, atau mungkin terkait dengan penyakit sistemik:3
a. Blefaritis inflamasi terjadi akibat peningkatan sel radang kulit di sekitar
kelopak. Infeksi biasanya disebabkan oleh kuman streptococcus alfa atau

5
beta, pneumococcus, pseudomonas, demodex folliculorum dan
staphylococcus (melalui demodex folliculorum sebagai vektor).
b. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif, dan
bahkan bahan kosmetik, atau dengan banyak obat, baik mata atau sistemik.
Pada banyak orang juga dapat disebabkan oleh karena paparan hewan seperti
anjing atau kucing.
c. Blefaritis dapat disebabkan oleh kondisi medis sistemik atau kanker kulit dari
berbagai jenis.
Blefaritis anterior biasanya disebabkan oleh bakteri (stafilokokus
blefaritis) atau ketombe pada kulit kepala dan alis (blefaritis seboroik). Hal ini
juga dapat terjadi karena kombinasi faktor, atau mungkin akibat alergi atau kutu
dari bulu mata. Blefaritis posterior dapat disebabkan oleh produksi minyak tidak
teratur oleh kelenjar pada kelopak mata (meibomian blefaritis) yang menciptakan
lingkungan yang menguntungkan untuk pertumbuhan bakteri. Hal ini juga dapat
berkembang sebagai akibat dari kondisi kulit lainnya seperti jerawat rosacea dan
ketombe kulit kepala.8
Blefaritis melibatkan tepi kelopak mata, di mana bulu mata tumbuh dan
pintu dari kelenjar minyak kecil dekat pangkal bulu mata berada. Mungkin ada
keterlibatan tepi luar dari tepi kelopak mata yang berdekatan dengan kulit atau
dan tepi bagian dalam kelopak mata yang bersentuhan dengan bola mata.
Perubahan pada kulit kelopak mata atau permukaan mata itu sendiri biasanya bisa
menjadi penyebab sekunder yang mendasari terjadinya kelainan pada kelopak
mata.1
Penyebab kebanyakan kasus blefaritis adalah kerusakan kelenjar minyak
di kelopak. Ada sekitar 40 kelenjar ini di setiap kelopak mata atas dan bawah.
Ketika kelenjar minyak memproduksi terlalu banyak, terlalu sedikit, atau salah
jenis minyak, tepi kelopak mata dapat menjadi meradang, iritasi, dan gatal.9

4. Patofisiologi

Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata karena


adanya pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata
yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan

6
normal ditemukan di kulit. Hal ini mengakibatkan invasi mikrobakteri secara
langsung pada jaringan di sekitar kelopak mata, mengakibatkan kerusakan sistem
imun atau terjadi kerusakan yang disebabkan oleh produksi toksin bakteri, sisa
buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat diperberat dengan
adanya dermatitis seboroik dan kelainan fungsi kelenjar meibom.10
Blefaritis anterior mempengaruhi daerah sekitar dasar dari bulu mata dan
mungkin disebabkan infeksi stafilokokus atau seboroik. Yang pertama dianggap
hasil dari respon mediasi sel abnormal pada komponen dinding sel S. Aureus yang
mungkin juga bertanggung jawab untuk mata merah dan infiltrat kornea perifer
yang ditemukan pada beberapa pasien. Blefaritis seboroik sering dikaitkan dengan
dermatitis seboroik umum yang mungkin melibatkan kulit kepala, lipatan
nasolabial, belakang telinga, dan sternum. Karena hubungan erat antara kelopak
dan permukaan okular, blefaritis kronis dapat menyebabkan perubahan inflamasi
dan mekanik sekunder di konjungtiva dan kornea. Sedangkan blefaritis posterior
pada awalnya terjadi hiperkeratinisasi pada epitel saluran kelenjar meibom,
sehingga menyebabkan kelenjar meibom menjadi tidak normal. kelenjar meibom
yang abnormalberakibat pada gangguan sekresi kelenjar yang menyebabkan
instabilitas tear film dan perubahan komposisi hasil sekresi. Sekresi kelenjar
berubah menjadi lebih tinggi akan asam lemak bebas dan lemak tak jenuh.
Peningkatan lemak ini menjadi media yang baik bagi pertumbuhan bakteri, seperti
propionobacterium acnes, corynobacterium sp, dan staphylococcus coagulase-
negative. Bakteri-bakteri memproduksi lipase yang memperparah
ketidakseimbangan komposisi lemak pada hasil sekresi kelenjar meibom.
Instabilitas tear film dan perubahan komposisi berkepanjangan memberikan efek
toksik pada okuler dan inflamasi kronis, sehingga menyebabkan fibrosis,
disfungsi kelenjar meibom, dan kerusakan permukaan okuler serta palpebra.10
Tiga mekanisme patofisiologi blefaritis anterior yang telah diusulkan:10
a. Infeksi bakteri langsung
b. Respons melawan toksin bakteri
c. Delayed hypersensitivity reaction terhadap antigen bakteri

5. Klasifikasi dan Gambaran Klinis

7
Berdasarkan letaknya, blefaritis dibagi menjadi:

1. Blefaritis Anterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian luar, tempat
dimana bulu mata tertanam. Blefaritis anterior biasanya disebabkanoleh infeksi
bakteri (stafilokokus blefaritis) atau ketombe di kepala dan alis mata (blefaritis
sebore). Walaupun jarang, dapat juga disebabkan karena alergi.2

Gambar 3 : Blefaritis Anterior

2. Blefaritis Posterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian dalam,


bagian yang kontak langsung dengan bola mata. Blefaritis posterior dapat
disebabkan karena produksi minyak oleh kelenjar di kelopak mata yang
berlebihan (blefaritis meibom) yang akan mengakibatkan terbentuknya
lingkungan yang diperlukan bakteri untuk bertumbuh. Selain itu, dapat pula
terjadi karena kelainan kulit yang lain seperti jerawat atau ketombe.2

Gambar 4 : Blefaritis Posterior

Klasifikasi berdasarkan penyebabnya :


A. Blefaritis bakterial
Infeksi bakteri pada kelopak dapat ringan sampai dengan berat.
Diduga sebagian besar infeksi kulit superfisial kelopak diakibatkan
streptococcus. Bentuk infeksi kelopak dikenal sebagai folikulitis, impetigo,
dermatitis eksematoid. Pengobatan pada infeksi ringan ialah dengan
memberikan antibiotik lokal dan kompres basah dengan asam borat. Pada

8
blefaritis sering diperlukan pemakaian kompres hangat. Infeksi yang bert
perlu diberikan antibiotik sistemik.3

1. Blefaritis Sebore
Blefaritis sebore merupakan peradangan menahun yang sukar
penanganannya. Biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun),
dengan keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan.3
Gejalanya adalah sekret yang keluar dari kelenjar meibom, air
mata berbusa pada kantus lateral, hiperemia dan hipertropi papil pada
konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion, hordeolum,
madarosis, poliosis dan jaringan keropeng.3
Pasien dengan blefaritis sebore mempunyai sisik berminyak pada
kelopak mata depan, dan sering di antara mereka juga menderita dermatitis
seboroik pada alis dan kulit kepalanya.11 The American Academy of
Dermatology mencatat bahwa penyebab kondisi ini belum dipahami
dengan baik. Tapi dermatitis sebore terkadang muncul pada orang dengan
sistem kekebalan yang lemah. Jamur atau ragi jenis tertentu yang
memakan minyak (lipid) di kulit juga dapat menyebabkan dermatitis
seboroik, dengan blefaritis menyertainya.12

Gambar 5 : Blefaritis sebore

Pengobatannya adalah dengan memperbaiki kebersihan dan


membersihkan kelopak dari kotoran. Dilakukan pembersihan dengan
kapas lidi hangat. Dapat dilakukan pembersihan dengan nitras argenti 1%.
Salep sulfonamid berguna pada aksi keratolitiknya.3
Kompres hangat selama 5-10 menit. Kelenjar Meibom ditekan dan
dibersihkan dengan shampo bayi.3
Pada blefaritis sebore diberikan antibiotik lokal dan sistemik
seperti tetrasiklin oral 4 kali 250 mg.

9
Penyulit yang dapat timbul berupa flikten, keratitis marginal, tukak
kornea, vaskularisasi, hordeolum dan madarosis.3
3. Blefaritis Skuamosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama
atau krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan
terjadinya luka kulit. Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang
mengenai kulit didaerah akar bulu mata dan sering terdapat pada orang
yang berambut minyak. Blefaritis ini berjalan bersama dermatitis
seboroik.3
Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolik ataupun
oleh jamur.
Pasien dengan blefaritis skuamosa akan merasa panas dan gatal.
Terdapat sisik berwarna halus–halus dan penebalan margo palpebra
disertai dengan madarosis. Sisik ini mudah dikupas dari dasarnya tanpa
mengakibatkan perdarahan.3

Gambar 6 : Squamous Blepharitis

Pengobatannya ialah dengan membersihkan tepi kelopak dengan


shampoo bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai dengan
memperbaiki metabolisme pasien.3
Penyulit yang dapat terjadi antara lain: keratitis, konjungtivitis.3
4. Blefaritis Ulseratif
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak
akibat infeksi staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng

10
berwarna kekunung-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang
kecil dan mengeluarkan darah di sekitar bulu mata. Pada blefaritis ulseratif
skuama yang terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila diangkat akan
luka dengan disertai perdarahan. Penyakit bersifat sangat infeksius.
Ulserasi berjalan lebih lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel rambut
sehingga mengakibatkan rontok (madarosis).3

Gambar 7 : Ulcerative Blepharitis

Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan


pada blefaritis ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau
basitrasin. Biasanya disebabkan stafilokok maka diberi obat
staphylococcus. Apabila ulseratif luas pengobatan harus ditambah
antibiotik sistemik dan diberi roboransia.3
Penyulit adalah madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut yang
merusak folikel rambut, trikiasis, keratitis superfisial, keratitis pungtata,
hordeolum dan kalazion. Bila ulkus kelopak ini sembuh maka akan terjadi
tarikan jaringan parut yang juga dapat berakibat trikiasis.3
5. Blefaritis Angularis
Blefaritis angularis merupakan infeksi pada tepi kelopak disudut
kelopak mata atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut
kelopak mata (kantus eksternus dan internus) sehingga dapat
mengakibatkan gangguan pada fungsi punctum lakrimal. Blefaritis
angularis disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau Moraxella
lacunata.3,11
Seringkali gejala yang muncul adalah kemerahan pada salah satu
tepi kelopak mata, bersisik, maserasi dan kulit pecah-pecah di kantus

11
lateral dan medial, juga dapat terjadi konjungtivitis folikuler dan papil.
Biasanya kelainan ini bersifat rekuren.3

Gambar 8 : Blefaritis angularis

Blefaritis angularis diobati dengan sulfa (kloramfenikol,


eritromisin), tetrasiklin. Penyulit terjadi pada punctum lakrimal bagian
medial sudut mata yang akan menyumbat duktus lakrimal.3,9
6. Meibomianitis.
Merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan
mengakibatkan tanda peradangan lokal pada kelenjar tersebut.3

Gambar 9 : Meibomianitis

Meibomianitis menahun perlu pengobatan kompres hangat,


penekanan dan pengeluaran nanah dari dalam berulang kali disertai
antibiotik lokal.3,4

B. Blefaritis virus
1. Herpes zoster

12
Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion gaseri
saraf trigeminus. Biasanya akan mengenai orang usia lanjut. Bila yang
terkena ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-gejala herpes
zoster pada mata dan kelopak mata atas.3
Gejala tidak akan melampaui garis median kepala dengan tanda-
tanda yang terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena
dan badan berasa demam. Pada kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrat
pada kornea bila mata terkena. Lesi vesikel pada cabang oftalmik saraf
trigeminus superfisial merupakan gejala yang khusus pada infeksi herpes
zoster mata.3

Gambar 10 : Herpes Zoster Ophthalmica


Sumber : http://medilinks.blogspot.com/2012/01/photos-for-herpes-zoster-
ophthalmicus.html

Pengobatan hanya simtomatik; steroid superfisial untuk


mengurangi gejala radang dan analgesik untuk mengurangi rasa sakit.
Pemberian steroid dosis tinggi akan mengurangkan gejala yang berat.3
Penyulit yang mungkin terjadi adalah uveitis, parese otot perggerak
mata, glaukoma dan neuritis optik.3
2. Herpes simplek
Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat disertai dengan
keadaan yang sama pada bibir merupakan tanda herpes simpleks kelopak.
Dikenal bentuk blefaritis simpleks yang merupakan radang tepi kelopak
ringan dengan terbentuknya krusta kuning basah pada tepi bulu mata, yang
mengakibatkan kedua kelopak lengket.3

13
Gambar 11 : Herpes Zoster Ophthalmica

Tidak terdapat pengobatan spesifik pada penyakit ini. Bila terdapat


infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik sitemik atau topikal. Pemberian
kortikosteroid merupakan kontraindikasi karena dapat mengakibatkan
menularnya herpes pada kornea. Asiclovir dan IDU dapat diberikan
terutama pada infeksi dini.3

C. Blefaritis jamur
1. Infeksi Superfisial
Biasanya diobati dengan griseofulvin terutama efektif untuk
epidermomikosis, diberikan 0.5-1 gram sehari dengan dosis tunggal atau
dibagi rata diteruskam 1-2 minggu. Kandida dengan nistatin topikal
100.000 unit per gram.3
2. Infeksi Jamur Profundus
Pengobatan menggunakan obat sistemik. Actinomyces dan
Nocardia efektif menggunakan sulfonamid, penicillin atau antibiotik
spektrum luas. Spesies lain bisa digunakan Amfoterisin B dimulai dengan
0.05-0.1mg/kgBB iv lambat 6-8 jam dilarutkan dekstrose 5% dalam air.3

D. Alergi Kelopak
 Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak penyebabnya adalah bahan yang berkontak pada


kelopak, maka dengan berjalannya waktu gejala akan berkurang.3

14
Pengobatan dengan melakukan pembersihan kelopak dari bahan penyebab,
cuci dengan larutan garam fisiologik, beri salep mengandung steroid sampai
gejala berkurang.3

Gambar 12 : Dermatitis Kontak pada palpebra

 Blefaritis Urtikaria

Urtikaria pada kelopak terjadi akibat masuknya obat atau makanan pada
pasien yang rentan.3
Untuk mengurangi keluhan umum diberikan steroid topical ataupun
sistemik, dan dicegah pemakaian steroid lama. Obat antihistamin dapat
mengurangi gejala alergi.3

6. Diagnosis

Blefaritis dapat didiagnosis melalui pemeriksaan mata yang komprehensif.


Pengujian, dengan penekanan khusus pada evaluasi kelopak mata dan permukaan
depan bola mata, termasuk:11
- Riwayat pasien untuk menentukan apakah gejala yang dialami pasien dan
adanya masalah kesehatan umum yang mungkin berkontribusi terhadap
masalah mata.
- Pemeriksaan mata luar, termasuk struktur kelopak mata, tekstur kulit dan
penampilan bulu mata.
- Evaluasi tepi kelopak mata, dasar bulu mata dan pembukaan kelenjar
meibomian menggunakan cahaya terang dan pembesaran.
- Evaluasi kuantitas dan kualitas air mata untuk setiap kelainan.

7. Penatalaksanaan

15
Sebuah penanganan yang sistematis dan jangka panjang dalam menjaga
kebersihan kelopak mata adalah dasar dari pengobatan blefaritis. Dokter harus
memastikan bahwa pasien mengerti bahwa penanganan blefaritis adalah sebuah
proses, yang harus dilakukan untuk jangka waktu yang lama.8
Banyak sistem mengenai kebersihan kelopak mata, dan semua ini
termasuk variasi dari 3 langkah penting 8,9
1. Aplikasi panas untuk menghangatkan sekresi kelenjar kelopak mata dan untuk
memicu evakuasi dan pembersihan dari bagian sekretorik sangat penting.
Pasien umumnya diarahkan untuk menggunakan kompres hangat basah dan
menerapkannya pada kelopak berulang kali. Air hangat di handuk, kain kassa
direndam, atau dimasak dengan microwave, kain yang telah direndam dapat
digunakan. Pasien harus diinstruksikan untuk menghindari penggunaan panas
yang berlebihan.8
2. Tepi kelopak mata dicuci secara mekanis untuk menghilangkan bahan yang
menempel, seperti ketombe, dan sisik, juga untuk membersihkan lubang
kelenjar. Hal ini dapat dilakukan dengan handuk hangat atau dengan kain kasa.
Air biasa sering digunakan, meskipun beberapa dokter lebih suka bahwa
beberapa tetes shampo bayi dicampur dalam satu tutup botol penuh air hangat
untuk membentuk larutan pembersih. Harus diperhatikan untuk menggosok-
gosok lembut atau scrubbing dari tepi kelopak mata itu sendiri, bukan kulit
kelopak atau permukaan konjungtiva bulbi. Menggosok kuat tidak diperlukan
dan mungkin berbahaya.8
3. Salep antibiotik pada tepi kelopak mata setelah direndam dan digosok. Umum
digunakan adalah salep eritromisin atau sulfacetamide. Salep antibiotik
kortikosteroid kombinasi dapat digunakan, meskipun penggunaannya kurang
tepat untuk pengelolaan jangka panjang.8
Situasi klinis tertentu mungkin memerlukan pengobatan tambahan. Kasus
refrakter blefaritis sering respons dengan penggunaan antibiotik oral. Satu atau
dua bulan penggunaan tetrasiklin sering membantu dalam mengurangi gejala pada
pasien dengan penyakit yang lebih parah. Tetrasiklin diyakini tidak hanya untuk
mengurangi kolonisasi bakteri tetapi juga untuk mengubah metabolisme dan
mengurangi disfungsi kelenjar. Penggunaan metronidazol sedang dipelajari.8

16
Disfungsi tear film dapat mendorong penggunaan solusi air mata buatan,
salep air mata, dan penutupan pungtum. Kondisi yang terkait, seperti herpes
simplex, varicella-zoster, atau penyakit kulit staphilokokal, bisa memerlukan
terapi antimikroba spesifik berdasarkan kultur. Penyakit seboroik sering
ditingkatkan dengan penggunaan shampoo dengan selenium, meskipun
penggunaannya di sekitar mata tidak dianjurkan. Dermatitis alergi dapat merespon
terapi kortikosteroid topikal.8
Konjungtivitis dan keratitis dapat menjadi komplikasi blefaritis dan
memerlukan pengobatan tambahan selain terapi tepi kelopak mata. Campuran
antibiotik-kortikosteroid dapat mengurangi peradangan dan gejala konjungtivitis.
Infiltrat kornea juga dapat diobati dengan antibiotik-kortikosteroid tetes. Ulkus
tepi kelopak yang kecil dapat diobati secara empiris, tetapi ulkus yang lebih besar,
parasentral, atau atipikal harus dikerok dan spesimen dikirim untuk diagnostik dan
untuk kultur dan pengujian sensitivitas.8
Serangan berulang dari peradangan dan jaringan parut dari blefaritis dapat
memngakibatkan penyakit kelopak mata posisional. Trichiasis dan notching
kelopak dapat mengakibatkan gejala keratitis berat. Trichiasis diobati dengan
pencukuran bulu, perusakan folikel melalui arus listrik, laser, atau krioterapi, atau
dengan eksisi bedah. Entropion atau ectropion dapat mengembangkan dan
mempersulit situasi klinis dan mungkin memerlukan rujukan ke ahli bedah
oculoplastics.Perawatan bedah untuk blefaritis diperlukan hanya untuk komplikasi
seperti pembentukan kalazion, trichiasis, ektropion, entropion, atau penyakit
kornea.8
Untuk blefaritis anterior, antibiotik natrium asam fusidic topikal, bacitracin
atau kloramfenikol digunakan untuk mengobati folikulitis akut tetapi terbatas
dalam kasus-kasus lama. Setelah kelopak dibersihkan salep harus digosok ke tepi
kelopak anterior dengan cotton bud atau jari yang bersih. Oral azitromisin (500
mg setiap hari selama tiga hari) dapat membantu untuk mengontrol penyakit
blefaritis ulseratif.9
Pada blefaritis posterior, tetrasiklin sistemik merupakan andalan
pengobatan tetapi tidak boleh digunakan pada anak di bawah usia 12 tahun atau
pada wanita hamil atau menyusui karena disimpan dalam tulang dan gigi tumbuh,

17
dan dapat menyebabkan noda pada gigi dan hipoplasia gigi (eritromisin adalah
alternatif). Alasan untuk penggunaan tetrasiklin adalah kemampuan mereka untuk
memblokir produksi lipase stafilokokal jauh di bawah konsentrasi penghambatan
minimum antibakteri. Tetrasiklin terutama diindikasikan pada pasien dengan
phlyctenulosis berulang dan keratitis tepi, meskipun berulang pengobatan
mungkin diperlukan. Contohnya: Oxytetracycline 250 mg b.d. selama 6-12
minggu, Doksisiklin 100 mg b.d. selama satu minggu dan kemudian setiap hari
selama 6-12 minggu, Minocycline 100 mg sehari selama 6-12 minggu;
(pigmentasi kulit dapat berkembang setelah penggunaan jangka panjang).
Erythromicin 250 mg perhari atau b.d digunakan untuk anak-anak.9

8. Komplikasi

Komplikasi yang berat karena blefaritis jarang terjadi. Komplikasi yang


paling sering terjadi pada pasien yang menggunakan lensa kontak. Mungkin
sebaiknya disarankan untuk sementara waktu menggunakan alat bantu lain seperti
kaca mata sampai gejala blefaritis benar-benar sudah hilang.13
1. Mata merah : blefaritis dapat menyebabkan serangan berulang mata merah
(konjungtivitis).
2. Keratokonjungtivissica adalah kondisi dimana mata pasien tidak bisa
memproduksi air mata yang cukup, atau air mata menguap terlalu cepat.
Ini bisa menyebabkan mata kekurangan air dan menjadi meradang.
Syndrome mata kering dapat terjadi karena dipengaruhi gejala blefaritis,
dermatitis seboroik, dan dermatitis rosea, namun dapat juga disebabkan
karena kualitas air mata yang kurang baik

3. Ulserasi kornea: iritasi yang terus menerus dari kelopak mata yang
meradang atau salah arah bulu mata dapat menyebabkan goresan (ulkus) di
kornea.
Blefaritis tidak mempengaruhi penglihatan pada umumnya, meskipun
defisiensi tear film kadang dapat mengaburkan penglihatan, menyebabkan
berbagai derajatpenglihatan berfluktuasi sepanjang hari.13

9. Prognosis

18
Kebersihan yang baik (pembersihan secara teratur daerah mata) dapat
mengontrol tanda-tanda dan gejala blefaritis dan mencegah komplikasi. Perawatan
kelopak mata yang baik biasanya cukup untuk pengobatan. Harus cukup nyaman
untuk menghindari kekambuhan, karena blefaritis sering merupakan kondisi
kronis. Jika blefaritis berhubungan dengan penyebab yang mendasari seperti
ketombe atau rosacea, mengobati kondisi-kondisi tersebut dapat mengurangi
blefaritis. Pada pasien yang memiliki beberapa episode blefaritis, kondisi ini
jarang sembuh sepenuhnya. Bahkan dengan pengobatan yang berhasil,
kekambuhan dapat terjadi.13

19
BAB III
KESIMPULAN

Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi pada
kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak
pada tepi kelopak biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis
ditandai dengan pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar didekat
kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam
keadaan normal ditemukan di kulit.1
Blefaritis menyebabkan mata merah, iritasi, kelopak mata gatal dan
pembentukan ketombe seperti sisik pada bulu mata. Ini adalah gangguan mata
yang umum yang disebabkan oleh bakteri atau kondisi kulit seperti ketombe di
kulit kepala atau jerawat rosacea. Dapat terjadi pada semua orang dari segala usia.
Meskipun tidak nyaman, blefaritis tidak menular dan umumnya tidak
menyebabkan kerusakan permanen pada penglihatan.2
Blefaritis biasanya dilaporkan sekitar 5% dari keseluruhan penyakit mata yang
ada pada rumah sakit (sekitar 2-5% penyakit blefaritis ini dilaporkan sebagai
penyakit penyerta pada penyakit mata). Blefaritis lebih sering muncul pada usia
tua tapi dapat terjadi pada semua umur.2
Kebersihan yang baik (pembersihan secara teratur daerah mata) dapat
mengontrol tanda-tanda dan gejala blefaritis dan mencegah komplikasi. Perawatan
kelopak mata yang baik biasanya cukup untuk pengobatan. Harus cukup nyaman
untuk menghindari kekambuhan, karena blefaritis sering merupakan kondisi
kronis. Jika blefaritis berhubungan dengan penyebab yang mendasari seperti
ketombe atau rosacea, mengobati kondisi-kondisi tersebut dapat mengurangi
blefaritis. Pada pasien yang memiliki beberapa episode blefaritis, kondisi ini
jarang sembuh sepenuhnya. Bahkan dengan pengobatan yang berhasil,
kekambuhan dapat terjadi.13

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Riordan-Eva P, Whitcher JP, eds. Vaughan & Asbury: Oftalmologi Umum.


17th ed. Jakarta: EGC; 2009.
2. Johnson, Stephen, M, MD. Blepharitis. Midwest Eye Institute. Available at :
http://smjohnsonmd.com/Blepharitis.html. Accessed September 30, 2014.
3. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI; 2014.
4. James, Bruce. Lecture Notes On Opthalmology. 9 th ed. Blackwell
publishing, Australia: 2013; page 52-4.
5. Popham, Jerry MD. Eyelid Anatomy. In Cosmetic Facial and Eye Plastic
Surgery. Available at : http://www.drpopham.com/347-Anatomy. Accessed
August 08, 2018.
6. Vaughan D. General Ophthalmology. Widya Medika. Jakarta: 2003; page 78-
80.
7. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar: Teks dan Atlas. 10th ed. Jakarta:
EGC; 2004.
8. Weinstock, Frank J., MD. Eyelid Inflammation “Blepharitis” Available at :
http://www.emedicinehealth.com/eyelid_inflammation_blepharitis/.htm.
Accessed August 08, 2018.
9. Lowery, R Scott, MD et all, Adult Blepharitis Updated: April 26, 2013.
Available at : http://emedicine.medscape.com/article/1211763-
overview#a0104. Accessed Accessed August 08, 2018.
10. Allen, JH et all. Patophosiology Blepharitis. In Best Practice British
Medicine Journal. Last updated: Accessed August 08, 2018.
11. Kanski JJ. Blepharitis. In: Clinical Ophthalmology. 7th ed. Butterworth
Heinemann. Philadelphia; 2011: page 34-38.
12. Feder, Robert S, MD, chair et all. Blepharitis Limited Revision In Preferred
Practice Pattern. American Academy Ophthalmology: 2011.

21
13. Hadrill, Marilyn., Blepharitis Page updated September 21, 2013. Available
at : http://emedicine.medscape.com/article. Accessed August 08, 2018.

22

Anda mungkin juga menyukai