PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
antara lain:
1.4 Manfaat
Adapaun manfaat yang diharapkan dalam penulisan Perancangan Irigasi dan
Bangunan Air antara lain:
1. Mahasiswa
- Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai cara perencanaan bendung
yang baik.
- Meningkatkan kemampuan mahaiswa dalam merancang bendung yang
sesuai dengan peraturan di Indonesia.
2. Dosen
- Membantu proses penilaian terhadap kemampuan mahasiswa dalam
membuat tugas Perancangan Irigasi dan Bangunan Air.
- Membantu penilaian terhadap pemahaman mahasiswa mengenai
perancangan bendung yang baik.
Pengertian irigasi menurut Basri (1987), irigasi adalah pemberian air pada
tanaman untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertumbuhannya. Menurut Karta
Saputro (1994), irigasi merupakan kegiatan penyediaan dan pengaturan air untuk
memenuhi kepentingan pertanian dengan memanfaatkan air yang berasal dari air
permukaan dan tanah. Menurut Linseley (1996), pengairan adalah pemberian air
kepada tanah untuk menunjang curah hujan yang tidak cukup agar tersedia lengas
tanah bagi pertumbuhan tanaman.
d) Pintu Penguras
Penguras ini bisanya berada pada sebelah kiri atau sebelah kanan bendung
dan kadang-kadang ada pada kiri dan kanan bendung. Hal ini disebabkan letak
daripada pintu pengambilan. Bila pintu pengambilan terletak pada sebelah kiri
bendung, maka penguras pun terletak pada sebelah kiri pula. Bila pintu
pengambilan terletak pada sebelah kanan bendung, maka penguras pun terletak
pada sebelah kanan pula. Sekalipun kadang-kadang pintu pengambilan ada dua
buah, mungkin saja bangunan penguras cukup satu hal ini terjadi bila salah satu
pintu pengambilan lewat tubuh bendung. Pintu penguras ini terletak antara dinding
tegak sebelah kiri atau kanan bendung dengan pilar, atau antara pilar dengan pilar.
Lebar pilar antara 1,00 sampai 2,50 meter tergantung konstruksi apa yang dipakai.
Pintu penguras ini berfungsi untuk menguras bahan-bahan endapan yang ada pada
sebelah udik pintu tersebut. Untuk membilas kandungan sedimen dan agar pintu
tidak tersumbat, pintu tersebut akan dibuka setiap harinya selama kurang lebih 60
menit. Bila ada benda-benda hanyut mengganggu eksploitasi pintu penguras,
sebaiknya dipertimbangkan untuk membuat pintu menjadi dua bagian, sehingga
bagian atas dapat diturunkan dan benda-benda hanyut dapat lewat diatasnya.
- Membagi antara bendung utama dan under sluice, karena kedudukan under
sluice lebih rendah daripada tubuh bendung.
- Membantu mengurangi arus yang bergolak di dekat intake sehingga lumpur
akan mengendap di under sluice dan air yang bebas lumpur akan masuk ke
intake.
f) Kolam Olak/Kolam Peredam Energi
Bila sebuah konstruksi bendung dibangun pada aliran sungai baik pada
palung maupun pada sodetan, maka pada sebelah hilir bendung akan terjadi
loncatan air. Kecepatan pada daerah itu masih tinggi, hal ini akan menimbulkan
gerusan setempat (local scauring). Untuk meredam kecepatan yang tinggi itu,
dibuat suatu konstruksi peredam energi. Bentuk hidrolisnya adalah merupakan
suatu bentuk pertemuan antara penampang miring, penampang lengkung, dan
penampang lurus.
g) Kantong Lumpur
Kantong lumpur berfungsi untuk mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang
lebih besar dari fraksi pasir halus (0,06 s/d 0,07 mm) dan biasanya ditempatkan
persis di sebelah hilir bangunan pengambilan. Bahan-bahan yang telah mengendap
dalam kantung lumpur kemudian dibersihkan secara berkala melalui saluran
pembilas kantong lumpur dengan aliran yang deras untuk menghanyutkan endapan-
endapan itu ke sungai sebelah hilir.
h) Bangunan Pelengkap
Terdiri dari bangunan-bangunan atau pelengkap yang akan ditambahkan ke
bangunan utama untuk keperluan:
1. Mercu Bendung.
2. Tubuh Bendung.
3. Bangunan Pembilas.
4. Intake.
8. Kantong Lumpur.
9. Kolam Olakan.
Tabel 2.1 Tinggi Jagaan Minimum untuk Saluran Tanah Tinggi Jagaan Minimum
untuk Saluran Tanah
Q (m3/dt) Tinggi Jagaan (m)
< 0,5 0,40
0,5 – 1,5 0,50
1,5 – 5,0 0,60
5,0 – 10,0 0,75
10,0 – 15,0 0,85
>15,0 1,00
Sumber : Kriteria perencanaan KP-03-hal 26
Beff = B - ∑ b – ∑ t + 0.80. ∑ b
= B - ∑ t – 0.20. ∑ b (1.1)
Dimana: Beff = Lebar efektif bendung (m)
B = Lebar seluruh bendung (m)
∑𝑡 = Jumlah tebal pilar (m)
∑𝑏 = Jumlah lebar pintu pembilas (m)
- Teori Bligh
Menyatakan bahwa besarnya perbedaan tekanan di jalur pengaliran adalah
sebanding dengan panjang jalan Creep Line.
𝐿
𝛥𝐻 = 𝑐
𝐵𝑙𝑖𝑔ℎ
(1.4)
Dimana: ΔH = Beda tekanan (m)
L = Panjang creep line (m)
Cbligh = creep ratio
- Teori Lane
Teori Lane ini memberikan koreksi terhadap teori Bligh, bahwa energi yang
diperlukan oleh air untuk mengalir ke arah vertical lebih besar daripada arah
horizontal dengan perbandingan 3:1, sehingga dapat dianggap :
1
𝐿 𝐿𝑣 + 𝐿ℎ
3
𝐿𝑉 = 3 ⋅ 𝐿𝐻 ; 𝛥𝐻 = 𝑐 =
𝑙𝑎𝑛𝑒 𝑐𝑙𝑎𝑛𝑒
(1.5)
Dimana: ΔH = Beda tekanan (m)
L = Panjang creep line (m)
Clane = creep ratio
- Gaya berat
- Gaya gempa
- Tekanan lumpur
- Gaya hidrostatis
- Gaya Uplift Pressure (Gaya Angkat)
h) Perencanaan Pintu
Perencanaan pintu berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk ke
saluran dan mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran
(pintu pengambilan atau intake gate). Tinggi ambang pintu tergantung pada
material yang terbawa oleh sungai. Ambang makin tinggi makin baik, untuk
mencegah masuknya benda padat dan kasar ke saluran, tapi tinggi ini ditentukan
atau dibatasi oleh ukuran pintu. Pada waktu banjir, pintu pengambilan cukup
ditutup untuk mencegah masuknya benda kasar ke saluran. Penutupan pintu tidak
berakibat apa pun karena saat banjir di sungai biasanya tidak lama. Maka yang
dianggap air normal pada sungai adalah setinggi mercu. Ukuran pintu ditentukan
dari segi praktis dan estetika. Lebar pintu biasanya maksimal 2 m untuk pintu dari
kayu. Jika terdapat ukuran yang lebih besar dari 2 m, harus dibuat lebih dari satu
pintu dengan pilar-pilar diantaranya.
i) Pintu Penguras
Lebar pintu penguras biasanya diambil dari 1/10 lebar bendung (B),
sedangkan pada saat banjir pintu penguras ditutup. Bila banjir lewat di atas pintu,
maka tinggi pintu penguras harus setinggi mercu bendung. Oleh karena itu, tebal
pintu juga harus diperhitungkan untuk tinggi air setinggi air banjir.
a) Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir;
b) Bendung harus dapat menahan bocoran yang disebabkan oleh aliran sungai
dan aliran air yang meresap di dalam tanah;
c) Bendung harus diperhitungkan terhadap daya dukung tanah di bawahnya;
d) Tinggi ambang bendung atau crest level harus dapat memenuhi tinggi muka
air minimum yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi;
e) Peluap harus berbentuk sedemikian rupa agar air dapat membawa pasir,
kerikil, dan batu – batuan dan tidak menimbulkan kerusakan pada puncak
ambang.
r2 r
r
r2 1 1
87
𝐶= 𝛾 ………………………… Rumus Bazin
(1+ )
√𝑅
Perhitungan tinggi air maksimum pada saat banjir rencana terjadi (Qd)
memerlukan suatu perhitungan dengan cara coba – coba (trial and error)
menggunakan persamaan Chezy sampai didapat Q ≈ Qdesign. Data yang digunakan
dalam perhitungan sebagai berikut,
Kemiringan tepi sungai (m) =1:1
Lebar dasar sungai (b) = 45 m
Debit banjir rencana (Qd) = 300 m3/detik
Kemiringan dasar sungai (I) = 0,0030
Kekasaran dinding saluran (𝛾) = 1,6
Perhitungan :
Luas tampang basah saluran (A) = (b×d3) + (d3)2
= (45×2,078) + (2,078) 2
= 97,8 m2
Keliling basah (P) = b+2√2 × d3
= 45+2√2 ×2,078
= 50,88 m
𝐴
Jari – jari hidrolis (R) =
𝑃
97,8
=
50,88
= 1,92 m
87
Koefisien Chezy (C) = 𝛾
(1+ )
√𝑅
87
=
1,3
(1 + )
√1,92
= 40,39
V Q
d3 A (m2) P (m) R (m) C (m/dt) (m3/dt) Kesalahan
2,077521 97,8045 50,87612 1,922406 40,39039 3,0673 299,9993 0,0007
2,077522 97,8046 50,87612 1,922407 40,39039 3,0673 299,9995 0,0005
2,077523 97,8046 50,87612 1,922407 40,3904 3,0673 299,9998 0,0002
2,077524 97,8047 50,87613 1,922408 40,3904 3,0673 300,0000 0,0000
2,077525 97,8047 50,87613 1,922409 40,39041 3,0673 300,0003 -0,0003
2,077526 97,8048 50,87613 1,92241 40,39041 3,0673 300,0005 -0,0005
2,077527 97,8048 50,87613 1,922411 40,39042 3,0673 300,0008 -0,0008
Bn = b + 2 . (½.d3)
= b + d3
= 45 + 2,078
= 47,078 m
B = (6/5). Bn
= (6/5). 47,078
= 56,493
≈ 56 m
= 5,6 m
Lebar maksimum pintu penguras = 2 m
5,6
n= = 2,8≈n = 3 buah
2
5,6
b1 = = 1,88 m
3
Beff
2
𝑄𝑑 3
𝐻𝑒′ = ( )
𝐶 × 𝐵𝑒𝑓𝑓
dimana :
Qd = debit banjir rencana (m3/dt)
Beff = lebar efektif bendung (m)
He = tinggi total air di atas bendung (m)
C = koefisien pelimpasan (discharge coefficient)
C1 = dipengaruhi sisi depan bendung
C2 = dipengaruhi lantai depan
C3 = dipengaruhi air di belakang bendung
Nilai C, C1, C2, dan C3 didapat dari grafik ratio of discharge coefficient
(pada lampiran). Untuk menentukan tinggi air di atas bendung digunakan cara
coba – coba (trial and error) dengan menentukan tinggi perkiraan He terlebih
dulu.
Dicoba He = 1,5 m maka :
𝑃 4
= 1,5 = 2,667
𝐻𝑒
𝐻𝑑 + 𝑑3 3,422 + 2,078
= = 3,667
𝐻𝑒 1,5
Dari grafik di atas, diperoleh C2 = 1
𝐻𝑑 3,422
= = 2,282
𝐻𝑒 1,5
2 2
𝑄𝑑 3 300 3
𝐻𝑒 ′ = ( ) =( ) = 1,972 𝑚, 𝐻𝑒 ≠ 𝐻𝑒′
𝐶 × 𝐵𝑒𝑓𝑓 2,155 × 50,86
H = He – hv0 d0 = H + p
A = Beff x d0
𝑄𝑑 𝑣0 2
𝑣0 = ℎ𝑣0 =
𝐴 2𝑔
Keterangan :
hv0 = tinggi kecepatan di hulu sungai (m)
H = tinggi air maksimum diatas mercu (m)
d0 = tinggi muka air banjir di hulu bending (m)
v0 = kecepatan aliran di hulu bendung (m/dt)
g = gravitasi (9,81 m/dt2)
Maka didapat :
hv0= hv0’ = 0,051 m
H = 1,921 m
d0 = 5,921 m
A = 301,161 m2
v0 = 0,996 m/dt
300
= = 5,898 𝑚3 /𝑑𝑡/𝑚
50,86
1
𝑞2 3
𝑑𝑐 = ( )
𝑔
1
5,8982 3
=( ) = 1,525 𝑚
9,81
Menentukan harga Ec
𝑞 5,898
𝑣𝑐 = = = 3,868 𝑚⁄𝑑𝑡
𝑑𝑐 1,525
𝑣𝑐 2 3,8682
ℎ𝑣𝑐 = = = 0,762 𝑚
2𝑔 2 × 9,81
𝐸𝑐 = 𝑑𝑐 + ℎ𝑣𝑐 + 𝑃
Keterangan :
dc = tinggi air kritis di atas mercu (m)
vc = kecepatan air kritis (m/dt)
hvc = tinggi kecepatan kritis (m)
Ec = tinggi energi kritis (m)
Tabel 3.5. Perhitungan Tinggi Energi (Air Terendah) Pada Kolam Olakan
V1 q d1 hv1 E1 Ec Kesalahan
10,6000 5,89818 0,5564 5,7268 6,2832 6,2874 0,004
10,6010 5,89818 0,5564 5,7279 6,2843 6,2874 0,003
10,6020 5,89818 0,5563 5,7290 6,2853 6,2874 0,002
10,6030 5,89818 0,5563 5,7301 6,2863 6,2874 0,001
10,6040 5,89818 0,5562 5,7311 6,2874 6,2874 0,000
10,6050 5,89818 0,5562 5,7322 6,2884 6,2874 -0,001
10,6060 5,89818 0,5561 5,7333 6,2894 6,2874 -0,002
10,6070 5,89818 0,5561 5,7344 6,2904 6,2874 -0,003
Maka diperoleh :
v1 = 10,604 m/dt E1 = 6,287 m
d1 = 0,556 m hv1 = 5,731 m
dimana :
d1 = tinggi air terendah pada kolam olakan (m)
v1 = kecepatan aliran pada punggung bendung (m)
hv1 = tinggi kecepatan (m)
E1 = tinggi energi (m)
d1
1
d2 = 1 8 Fr 2 2 1
2
0,556 1
= [(1 + 8. 4,53962 )2 − 1] = 3,3035 𝑚
2
q
v2 =
d2
5,898
= = 1,785 𝑚/𝑑𝑡
3,3035
2
v
hv2 = 2
2g
1,7852
= = 0,162 𝑚
2 × 9,81
E2 = d2 + hv2
= 3,3035 + 0,162 = 3,4656
Keterangan :
Fr = bilangan Froude
d2 = tinggi air tertinggi pada kolam olakan (m)
v2 = kecepatan aliran (m/dt)
hv2 = tinggi kecepatan (m)
E2 = tinggi energi (m)
2,8392
= = 0,4108 𝑚
2 × 9,81
E3 = d3 + hv3
= 2,078 + 0,4108 = 2,488 m
Keterangan :
d3 = tinggi air di hilir bendung (m)
v3 = kecepatan aliran di hilir bendung (m/dt)
hv3 = tinggi kecepatan di hilir bendung (m)
E3 = tinggi energi di hilir bendung (m)
2×4
= (10,604 + √2 × 9,81 × 1,921)√ + 1,921
9,81
= 17,0409 m
Keterangan :
L = panjang penggerusan (m)
v1 = kecepatan aliran pada punggung bendung (m/dt)
H = tinggi air maksimum dari puncak mercu (m)
P = tinggi mercu bendung (m)
g = gravitasi (9,81 m2/detik)
Tabel 3.6 Ketinggian Energi pada Tiap Titik
Titik Titik d (m) v (m/dt) hv (m) E (m)
0 5,921 0,996 0,051 -
1 0,556 10,604 5,731 6,287
2 3,3035 1,785 0,162 3,4656
3 2,078 2,839 0,4108 2,488
c 1,525 3,8678 0,7625 6,2874
H 1,921 P 4
He 1,972 T 2,7559
L 17,0409
H = 1,921 m
P =4m
𝑃 4
= = 2,082
𝐻 1,921
Kemiringan permukaan K N
1:1 1,873 1,776
3:2 1,939 1,810
3:1 1,936 1,836
Vertikal 2,000 1,850
Sumber : Standar Perencanaan Irigasi KP-02 Hal 56 Tabel 4.2
Bagian up stream : vertikal
x n k H ( n1) y
𝑥1,85 = 2. 1,921(1,85−1) . 𝑦
𝑥1,85 = 3,4836𝑦
𝑥1,85
𝑦=
3,4836
𝑦 = 0,2871𝑥 1,85
Menentukan Koordinat Titik Singgung antara Garis Lengkung
dengan Garis Lurus Sebagian Hilir Spillway
dy
1
dx
dy 1
tg
dx 1
1 = 0,5311𝑥 0,85
1
𝑥 0,85 =
0,5311
𝑥𝑐 = 2,1053 𝑚
𝑦 = 0,2871𝑥 1,85
𝑦 = 0,2871 . 1,8831,85
𝑦𝑐 = 1,1326 𝑚
Elevasi
x (m) y (m) (m)
0,0 0,0000 125,0000
0,2 0,0146 124,9854
0,4 0,0527 124,9473
0,6 0,1116 124,8884
0,8 0,1900 124,8100
1,0 0,2871 124,7129
1,2 0,4022 124,5978
1,4 0,5349 124,4651
1,6 0,6848 124,3152
1,8 0,8516 124,1484
2,0 1,0349 123,9651
2,1 1,1326 123,8674
L
H
L = 3,74 x 5 = 18,7 m
Faktor keamanan = 2,0 m
Jadi Ltotal = 18,7 m + 2,0 m = 20,7 m
L H.c
27,37 3,74. 5
27,37 20,7……………….(konstruksi aman terhadap tekanan air)
a. Teori Bligh
L = Cc . Hb
sehingga L = Cc . Hb
= 5 . 3,843 = 19,215 m
Syarat : L < ΣL
19,215 m < 27,37 m ……………………..(OK!!!)
b. Teori Lane
L = Cw . Hb
Sehingga L = Cw . Hb
= 3 . 3,843
= 11,529 m
1
Ld = Lv + Lh
3
1
= 12,68 + x 14,69
3
= 17,578 m
Syarat : L < Ld
1 1
PL1 =2 .Ka. γlumpur .h2 =2 . (0,333). (0,60). (4,0)2 = 1,59 ton
ΣL = Lh + Lv
= 27,37 m
ΔH = 4,0 m
Lx
Ux = Hx – . ΔH
L
𝑥 𝐿
Ux = Hx – 27,37 .(4,0)
Ux = Hx – 0,1461 Lx
Keterangan :
Hx = tinggi muka air dari titik yang dicari (m)
Lx = panjang rayapan (m)
ΣL = total rayapan (m)
ΔH = tinggi muka air normal (m)
Ux = uplift pressure di titik x (t/m2)
Ux
Titik Hx (m) Lx (m)
(t/m2)
𝑈1 +𝑈2
H = 2
×𝐻
0,68+5,26
=- × 4,0
2
= -11,889 t
a-b
ℎ 2a+𝑏
y =(3 ) 𝑎+𝑏
4,0 (2×0,68)+5,26
=( ) = 1,486 m
3 0,68+5,26
Ytotal = 1,486 m
𝑈1 +𝑈2
V = 2
×𝐻
5,26+5,48
= 2
× 1,5
= 8,061 t
b-c ℎ 2b+𝑐
x =( )
3 𝑏+𝑐
1,5 (2×5,26)+5,48
=( ) = 0,745 m
3 5,26+5,48
𝑈1 +𝑈2
H = 2
×𝐻
4,63+5,48
= 2
× 1,0
= 5,057 t
ℎ 2d+𝑐
c-d y = (3 ) 𝑑+𝑐
1,0 (2×4,63)+5,48
=(3) 4,63+5,48
= 0,486 m
Ytotal = 0,486 m
𝑈1 +𝑈2
V = ×𝐻
2
4,63+4,78
= × 1,0
2
= 4,703 t
ℎ 2d+𝑒
d-e x = (3 ) 𝑑+𝑒
1,0 (2×4,63)+4,78
=(3) 4,63+4,78
= 0,497 m
𝑈1 +𝑈2
H = 2
×𝐻
3,50+4,78
= 2
× 1,5
= 5,960 t
ℎ 2f+𝑒
e-f y = (3 ) 𝑓+𝑒
1,5 (2×3,50)+4,78
=(3) 3,50+4,78
= 0,711 m
𝑈1 +𝑈2
V = ×𝐻
2
3,50+3,79
= × 2,0
2
= 7,283 t
ℎ 2f+𝑔
x = (3 ) 𝑓+𝑔
f-g 2,0 (2×3,50)+3,79
=(3) 3,50+3,79
= 0,987 m
𝑈1 +𝑈2
H = 2
×𝐻
3,79+4,93
=- 2
× 1,0
= -4,361 t
ℎ 2g+ℎ
y = (3 ) 𝑔+ℎ
g-h 1,0 (2×3,79)+4,93
=(3) 3,79+4,93
= 0,478 m
= 0,990 m
Xtotal = 4,5 + 2,0 – 0,990 = 5,510 m
𝑈1 +𝑈2
H = 2
×𝐻
3,95+5,23
= 2
× 1,5
= 6,878 t
ℎ 2j+𝑖
y =( )
3 𝑗+𝑖
i-j 1,5 (2×3,95)+5,23
=(3) 3,95+5,23
= 0,715 m
Ytotal = 1,5 + 0,715 = 2,215 m
𝑈1 +𝑈2
V = ×𝐻
2
3,95+4,16
= × 1,5
2
= 6,082 t
ℎ 2j+𝑘
j-k x = (3 ) 𝑗+𝑘
1,5 (2×3,95)+4,16
=(3) 3,95+4,16
= 0,757 m
Xtotal = 6,5 + 1,5 – 0,757 = 7,243 m
𝑈1 +𝑈2
H = ×𝐻
2
3,31+4,16
= 2
× 1,0
= 3,738 t
ℎ 2l+𝑘
k-l y = (3 ) 𝑙+𝑘
1,0 (2×3,31)+4,16
=(3) 3,31+4,16
= 0,481 m
Ytotal = 3,0 + 0,481 = 3,481 m
Gaya Angkat:
V = fu . ΣV = 0,50 . (36,289) = 18,145 t
H = fu . ΣH = 0,50 . (5,627) = 2,813 t
Mo = fu . ΣMo = 0,50 . (182,445) = 91,222 tm
Mr = fu . ΣMr = 0,50 . (26,291) = 13,146 tm
Dimana : fu = koefisien reduksi untuk jenis tanah keras (50 %)
Ux = Hx - 0,24113 Lx
Keterangan :
Hx = tinggi muka air banjir dari titik yang dicari (m)
Lx = panjang rayapan (m)
ΣL = total rayapan (m)
ΔH = beda tinggi M.A.B dengan muka air di hilir (m)
Ux = uplift pressure di titik x (t/m2)
Gambar 4.6 Gaya Angkat Akibat Air Banjir
Tabel. 4.8 Perhitungan Tinggi Air Banjir Terhadap Muka Bendung
Ux
Titik Hx (m) Lx (m)
(t/m2)
𝑈1 +𝑈2
H = 2
×𝐻
0,00+4,97
=- 2
× 4,0
= -9,933 t
a-b ℎ 2a+𝑏
y =( )
3 𝑎+𝑏
4,0 (2×0,00)+4,97
=( ) = 1,334 m
3 0,00+4,97
Ytotal = 1,334 m
𝑈1 +𝑈2
V = 2
×𝐻
4,97+5,33
= 2
× 1,5
= 7,720 t
ℎ 2b+𝑐
x = (3 ) 𝑏+𝑐
b-c
1,5 (2×4,97)+5,33
=( ) = 0,741 m
3 4,97+5,33
𝑈1 +𝑈2
H = 2
×𝐻
4,57+5,33
= 2
× 1,0
= 4,948 t
ℎ 2d+c
c-d y = (3 ) 𝑐+𝑑
1,0 (2×4,57)+5,33
=(3) 4,57+5,33
= 0,487 m
Ytotal = 0,487 m
𝑈1 +𝑈2
V = 2
×𝐻
4,57+4,81
= 2
× 1,0
= 4,689 t
ℎ 2d+𝑒
d-e x = (3 ) 𝑑+𝑒
1,0 (2×4,57)+4,81
=(3) 4,57+4,81
= 0,496 m
𝑈1 +𝑈2
H = 2
×𝐻
3,67+4,81
= 2
× 1,5
= 6,361 t
ℎ 2e+𝑓
e-f y =( )
3 𝑒+𝑓
1,5 (2×3,67)+4,81
=(3) 3,67+4,81
= 0,716 m
𝑈1 +𝑈2
V = 2
×𝐻
3,67+4,15
= 2
× 2,0
= 7,825 t
ℎ 2f+𝑔
f-g x = (3 ) 𝑓+𝑔
2,0 (2×3,67)+4,15
=(3) 3,67+4,15
= 0,979 m
𝑈1 +𝑈2
H = 2
×𝐻
4,15+5,39
=- 2
× 1,0
= -4,774 t
ℎ 2g+ℎ
g-h y =( )
3 𝑔+ℎ
1,0 (2×4,15)+5,39
=(3) 4,15+5,39
= 0,522 m
= 11,272 t
ℎ 2h+𝑖
h-i x = (3 ) ℎ+𝑖
2,0 (2×5,39)+5,88
=(3) 5,39+5,88
= 0,986 m
𝑈1 +𝑈2
H = ×𝐻
2
4,74+5,88
= 2
× 1,5
= 7,962 t
i-j ℎ 2j+𝑖
y = (3 ) 𝑗+𝑖
1,5 (2×4,74)+5,88
=( ) = 0,723 m
3 4,74+5,88
𝑈1 +𝑈2
V = 2
×𝐻
4,74+5,10
= 2
× 1,5
= 7,379 t
j-k ℎ 2i+𝑘
x = (3 ) 𝑖+𝑘
1,5 (2×4,74)+5,10
=( ) = 0,759 m
3 4,74+5,10
𝑈1 +𝑈2
H = 2
×𝐻
4,34+5,10
= 2
× 1,0
k-l = 4,721 t
ℎ 2l+𝑘
y = (3 ) 𝑙+𝑘
1,0 (2×4,34)+5,10
=(3) 4,34+5,10
= 0,487 m
Ytotal = 3 + 0,487 = 3,487 m
Tabel. 4.10 Gaya Angkat Akibat Air Banjir
Uplift Force (t) Lengan (m) Lengan (m) Momen
Hx Ux
Titik Lx (m) x y
(m) (t/m2) V H x y Mo Mr
(total) (total)
a 6,601 27,37 0,00
-9,933 1,334 1,334 13,247
b 10,601 23,37 4,97
7,720 0,741 0,759 5,858
c 10,601 21,87 5,33
4,948 0,487 0,487 2,411
d 9,601 20,87 4,57
4,689 0,496 2,004 9,398
e 9,601 19,87 4,81
6,361 0,716 1,716 10,918
f 8,101 18,37 3,67
7,825 0,979 3,521 27,548
g 8,101 16,37 4,15
-4,774 0,522 2,022 9,652
h 9,101 15,37 5,39
11,272 0,986 5,514 62,155
i 9,101 13,37 5,88
7,962 0,723 2,223 17,700
j 7,601 11,87 4,74
Σ (JUMLAH) 38,884 9,284 188,178 40,599
Gaya angkat :
V = fu . ΣV = 0,50 . (38,884) = 19,442 t
H = fu . ΣH = 0,50 . (9,284) = 4,642 t
Mo = fu . ΣMo = 0,50 . (188,178) = 94,089 tm
Mr = fu . ΣMr = 0,50 . (40,599) = 20,299 tm
Dimana : fu = koefisien reduksi untuk jenis tanah keras (50 %)
Tabel. 4.11 Akumulasi Beban-Beban pada Bendung
Gaya (t) Momen (tm)
No Bagian
Vertikal Horisontal Mo Mr
1 2 3 4 5 6
Tekanan Air
a Air Normal 7,24 8,0 51,33 48,08
Gaya Gempa
e Gempa Horisontal - 8,059 28,952 -
Gaya Angkat
g Air Normal 18,14 2,81 91,222 13,146
V V . e . 0,5 . b x
=
bx . by 1 3
. bx . by
12
V 6.V.e
= 2
bx . by bx . by
V 6.e
= 1
bx . b y b x
V 6.e
σ = 1
bx . b y b x
81,108 6 ×(1,139)
σmax = 8,0×(1) (1 + )= 18,798 t/m2 < σ’= 22 t/m2 (OK !)
8,0
81,108 6 ×(1,139)
σmin = 8,0×(1) (1 − )= 1,479 t/m2 >0 (OK !)
8,0
σmin = 0 (OK !)
2. Keadaan Air Normal tanpa Uplift Pressure
ΣH = a(4) + c(4) + e(4)
= 8,00 + 1,59 + 8,06 = 17,65 t
ΣV = a(3) + c(3) + d(3)
= 7,24 + 4,34 + 80,59 = 92,17 t
ΣM0 = a(5) + c(5) + e(5)
= 51,33 + 9,56 + 28,95 = 89,84 tm
ΣMr = a(6) + c(6) + d(6)
= 48,08 + 30,80 + 274,50 = 353,38 tm
Kontrol :
a). Terhadap guling (over turning)
Mr 353,38
SF = = 89,84 = 3,933.............≥ 1,50 (OK !)
M0
4. ∑ 𝑉
𝜎=
3. 𝑏. (𝑏𝑥 − 2. 𝑒)
4× 81,11
σmax = 3×(1)×(8−2×1,496) = 21,593 t/m2 < σ’= 28,6 t/m2 (OK !)
σmin = 0 (OK !)
V 6.e
σ = 1
b x . b y b x
100,55 6 ×(1,246)
σmax =8,0×(1) (1 + )= 24,316 t/m2 < σ’= 28,6 t/m2 (OK !)
8,0
100,55 6 ×(1,246)
σmin = 8,0×(1) (1 − )= 0,822 t/m2 > 0 (OK !)
8,0
4.6.3 Dengan Gempa Vertikal
Tegangan ijin tanah (dengan gempa) σ’= 22 t/m2 x 1,3 = 28,6 t/m2
1. Keadaan Air Normal dengan Uplift Pressure
ΣH = a(4) + c(4) + g(4)
= 8,00 + 1,59 + 2,81 = 12,4 t
ΣV = a(3) + c(3) + d(3) + f(3) – g(3)
= 7,24 + 4,34 + 80,59 + 4,0295 - 18,14 = 78,055 t
ΣM0 = a(5) + c(5) + g(5)
= 51,33 + 9,56 + 91,222 = 152,112 tm
ΣMr = a(6) +c(6) + d(5) + f(6) + g(6)
= 48,08 + 30,8 + 274,5 + 13,73 + 13,146 = 380,251 tm
Kontrol :
a). Terhadap guling (over turning)
Mr 380,251
SF = = 152,112 = 2,5..............≥ 1,50 (OK !)
M0
V 6.e
σ = 1
b x . b y b x
85,1373 6 ×(1,113)
σmax = 8,0×(1) (1 + )= 19,526 t/m2 < σ’= 28,6 t/m2 (OK !)
8,0
85,1373 6 ×(1,113)
σmin = 8,0×(1) (1 − ) = 1,758 t/m2 >0 (OK !)
8,0
Tegangan Tanah
SF
Tanpa Gempa Dengan Gempa
Kombinasi gaya – gaya pada
Guling Geser Max Min Max Min
tubuh bendung
< 22 < 28.6
≥ 1,5 ≥1,2 >0 >0
t/m2 t/m2
Tanpa gempa
Air normal + gaya
a. 2,410 4,179 16,911 1,595 - -
1 angkat
Air banjir + gaya
b. 2,173 3,137 18,798 1,479 - -
angkat
Dengan gempa horizontal
Air normal + gaya
a. 2,024 2,533 - - 19,698 0
angkat
2 b. Air normal 3,933 3,657 - - 21,378 1,664
Air banjir + gaya
c. 1,895 2,171 - - 21,593 0
angkat
d. Air banjir 3,086 3,272 - - 24,316 0,822
Dengan gempa vertikal
Air normal + gaya
a. 2,5 4,406 - - 17,639 1,874
angkat
3 b. Air normal 6,029 7,024 - - 19,392 4,658
Air banjir + gaya
c. 2,242 3,293 - - 19,526 1,758
angkat
d. Air banjir 4,079 5,440 - - 22,330 3,815
M.A.B
z
M.A.N
pintu intake
Q
h
0.5a
dasar sungai
Ketentuan:
Kecepatan aliran adalah 0,6 m/dtk sampai 1 m/dtk
c = 0,6 untuk b < 1 m…………………………..….(1)
c = 0,7 – 0,72 untuk 1,5 < b < 2,0 ………………...(2)
Ukuran penampang
b : h = 1 :1
b : h = 1,5 : 1
b : h = 2 :1
Dipilih perbandingan 1 : 1
Tinggi ambang intake tergantung jenis endapannya, yaitu untuk
endapan lumpur (t = 0,5 m), pasir + kerikil (t = 0,5 ~ 1 m) dan bebatuan
( t = 1~1,5 m)
Debit pengambilan rencana (Q1)= 2,0 m3/dt
Kecepatan air diambil = 1 m/dt
Q
A=
v
2,0
= 1 = 2,0 m2
A=b.h
= (2 h).h
= 2h2
h = (A/2)0,5
= (1) 0,5
=1m
b = 2h = 2 (memenuhi persyaratan (2))
Yang lebih menentukan disini adalah lebar pintu.
Diambil lebar pintu 1 m
Koefisien debit (c) = 0,7 untuk b > 1 m.
v = c 2.g.z
v2
z=
c 2 .2g
12
z= = 0,104 m
0,7 2.2(9,81)
Kontrol :
Q’ = c.A . 2 . g. z
= c.(bh) . 2 . g. z
= 0,7. ((2). (1))√2.9,81.0,104
= 2,02 m3/dt > Q = 2 m3/dt (OK !)
Keterangan :
z = kehilangan tinggi energi pada bukaan (m)
b = lebar bukaan (m)
h = tinggi bukaan (m)
Q = debit pengambilan (m3/dt)
M.A.B +91,1550 m
+ 658,567
M.A.N +89,3 m
+ 657,05
h = 1,53
1 mm
+86,10 m
+ 651,50
1m 0.5a
+85,10
+ 650,50m
= 1,233 t/m
1 1
L =b+ a a = b + a; a = 0,15 m
2 2
= 2 + 0,15 = 2,15 m
1 1
M = 8 . P . L2 = 8 . 1,233 . 2,152 = 0,712 tm
= M = M. x
w Iy
M. (1/2 t) M.
= 3
=
1/12 . h. t 1/6 . h . t 2
6 M
t2 =
h .
6 . 0,712
t = √0,25 . = 0,131 m = 13 cm
1000
Keterangan :
P = tekanan air di depan pintu (t/m)
L = panjang pintu pengambilan (m)
M = momen lendutan pada pintu (tm)
t = tebal pintu pengambilan (cm)
Q
b b 2 4ac
Dengan menggunakan rumus ABC : 2a ,
maka didapatkan :
h = 0,5 m
Tabel 5.1 Tabel Tinggi Jagaan
Q (m³/ dt) Tinggi Jagaan (m)
< 0,5 0,40
0,5 – 1,5 0,50
1,5 – 5,0 0,60
5,0 – 10,0 0,75
10,0 – 15,0 0,85
>15,0 1,00
vc = c . 2 . g . z = c . 2 . g . (H - 1/2 y )
dimana :
c = koefisien (tergantung dari lebar pintu) = 0,7
y = tinggi bukaan pintu
H = M.A.N = maksimum head, tinggi maksimum bukaan untuk
pengurasan = 4,2 m
z =H–½y
Vc 2
=
c 2 .2 g
3,6972
= 0,72 .(2⋅9,81)
= 1,42 m
½y =H–z
= 4,2 – 1,42
= 2,78 m
y = 5,56 m
karena tinggi pintu terbuka y > H, maka tinggi pintu pembilas tidak bisa
terbuka sebagian.
M.A.N. +89,3
H = 4,2 m
Keterangan :
vc = kecepatan pembilasan (m/dt)
c = koefisien pengaliran (0,7)
y = tinggi bukaan pintu (m)
H = M.A.N = maksimum head, tinggi maksimum bukaan pengurasan (m)
Q = b d 2.g . z
Dimana :
A =b.d g = 9,81 m2/dt
H
µ = 0,75 z =
3
Q = b d μ 2 g z
H
= bd μ 2 g
3
H
= A 0,75 2 ( 9,81 )
3
= A 1,918 H
Q
Vc =
A
A 1,918 H
3,697 =
A
H = 3,715 m (tinggi minimum untuk pengurasan/pembilasan)
𝐻
z = = 1,238 m
3
M.A.N. +89,3
Z=
4,2 m
+ 85,10
= 0,2017 t/m
Tekanan total yang terjadi pada pintu
Ptotal = Pw + Ps
= 1,4825 + 0.2017
= 1,6842 t/m
Momen Lentur
Lebar sekat balok (b) = 1,9 m
L = a + b + a = 0,15 + 1,9 + 0,15 = 2,2 m
1 1
M = Ptot L2 = 8 ⋅ 1,6842 ⋅ 2,22 = 1,019 tm
8
Dipakai Kayu Kelas I, = 1500 t/m2 ( PKKI’61 hal 6)
2
Kayu terendam air, = x 1500 = 1000 t/m2
3
M M
= =
w 1
ht2
6
1,019
1000 = 1
⋅0,25⋅𝑡 2
6
1,019
t =√ 1
1000⋅0,25⋅( )
6
t = 0,156 m = 16 cm
Keterangan :
P = tekanan air di depan pintu (t/m)
L = panjang pintu pembilas (m)
M = momen lentur pada pintu (tm)
t = tebal pintu pembilas (cm)
BAB VI
PERENCANAAN KANTONG LUMPUR
kR3
2
1
=( 2 ) = 0,0019559 m
40 . 0,4253
e) Tinggi Jagaan (Free Board)
2
3
F = c + 0,075 V . h
2
= 0,4 + 0,075 . 1 . 0,53
= 0,4473 m
Dimana :
Ψ = Koefisien viskositas (t/m³)
Tc = 25°
b) Kecepatan jatuh
w
1
D2
γs γw g
18 ψ
=
1
(0,01) 2
2,7 - 1 9,81
18 0,00856
= 0,0108 m/dt
Keterangan :
w = kecepatan jatuh (m/dt)
D = Diameter sedimen = 0,01 m
γs = berat jenis sedimen = 2,70 t/m3
γw = berat jenis air = 1,0 t/m3
vc = (g.dc)
(b m.Yc).Yc
g.
= b 2m.Yc …………(1)
Qc 0,75 Q
vc = = …………(2)
Ac Ac
Persamaan (2) = Persamaan (1)
0,75.𝑄 ( b + m.Yc ) .Yc
=√𝑔 .
𝐴𝑐 b + 2m .Yc
0,75.𝑄 2 ( b + m.Yc ) .Yc
( ) =𝑔 .
𝐴𝑐 b + 2m .Yc
Maka syarat kritis FR = 1
(( b + m.Yc ) .Yc)³
FR =𝑔 . =1
0,5625 Q² .(b + 2m .Yc)
dengan nilai b = 12 m
m = 0,25
Q = 2,0 m³/dt
Dari perhitungan tabel di atas diperoleh tinggi aliran kritis (Yc) = 0,1746 m
Pc = (b + 2Yc) m2 1
= (12 + 2 . 0,1167) √0,252 + 1
= 12,609 m
e) Jari-jari hidrolis pada aliran kritis (Rc)
Ac
Rc =
Pc
1,404
= 12,609
= 0,111 m
f) Kemiringan memanjang (Ic)
r c
2
1,069
=( 2 )
50 . 0,1113
= 0,034
g) Kedalaman kantong (Dc)
Dc = Ic . L
= 0,034 x 26
= 0,884 m
0,5 m
0,884m
26 m
0,5 m
0,884 m
12 m
7.1 Kesimpulan
Pada tugas Perancangan Irigasi dan Bangunan Air ini dengan ketentuan
debit banjir rencana sungai/bendung sebesar 300 m3/dt dan lebar dasar sungai
sebesar 45 m didapat:
a. Pada perhitungan badan bendung didapat bendung dengan ketinggian mercu
sebesar 4 m dan panjang lantai muka total sebesar 6,69 m.
b. Pada perhitungan stabilitas bendung, didapat ketahanan konstruksi bendung
terhadap semua gaya – gaya yang bekerja pada bendung yang mampu
menggulingkan bendung tersebut.
c. Pada bangunan pengambilan dan pembilas direncanakan menggunakan pintu
dengan bahan kayu. Didapat bangunan pengambilan memiliki 3 pintu dengan
lebar 1,88 m. dan bangunan pembilas memiliki 3 pintu dengan terbuka penuh
untuk pengurasannya.
d. Pada perencanaan kantong lumpur didapat lebar kantong lumpur sebesar 11,4
m, panjang sebesar 26 m, dan dengan kedalaman 0,444 m.
7.2 Saran
Dalam Perancangan Irigasi dan Bangunan Air haruslah teliti dalam setiap
perhitungan dan analisisnya. Untuk mendapatkan parameter yang ideal terutama
pada bagian pondasi bendung, dinding penahan tanahlah yang diatur dimensinya
agar tidak terlalu boros tetapi aman terhadap semua gangguan.
DAFTAR PUSTAKA
Indrayani, Ayu. 2016. Tugas Perancangan Irigasi dan Bangunan Air. Program
Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana.
Predana, Aryatirta. 2016. Tugas Perancangan Irigasi dan Bangunan Air. Program
Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana.
Standar Perencanaan Irigasi. 2010. Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi
KP-01 , KP-02, KP-03