Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

HORDEOLUM PALPEBRA SUPERIOR OD

Oleh :

Shilvia Adita Putri


17360073

Pembimbing:

dr. Helmi Moechtar, Sp. M

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA


RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2018
1
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. F
Umur : 14 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Sidomulyo
Pekerjaan : Pelajar
No. RM : 060890

II. ANAMNESIS
Autoanamnesa pada hari Selasa, 07 Agustus 2018 di Poliklinik Mata RS
Pertamina Bintang Amin
 Keluhan Utama :
Terdapat benjolan di kelopak mata kanan bagian atas sejak ± 6 bulan
yang lalu.
 Keluhan Tambahan :
Nyeri tekan (+) terkadang dirasakan serta terasa mengganjal.
 Riwayat PenyakitSekarang :
Pasien datang ke Poliklinik Mata RS Pertamina Bintang Amin
dengan keluhan terdapat benjolan di kelopak mata kanan bagian atas
sejak ± 6 bulan yang lalu. Nyeri tekan (+) terkadang dirasakan serta
terasa mengganjal.
 Riwayat Penyakit Terdahulu :
Riwayat operasi benjolan serupa pada kelopak mata kiri 3 tahun
yang lalu.
 Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada

2
 Riwayat Pengobatan :
Tidak ada

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. STATUS PASIEN
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : Compos mentis
 Status Gizi : Baik
 Vital Sign
- Tekanan Darah :-
- Nadi : 78x/menit
- Respirasi : 18x/menit
- Suhu : 36,70C
B. STATUS GENERALIS
 Kepala
- Bentuk : Normal
- Mata : Status Oftalmologis
- Telinga : Simetris, normal
- Mulut : Normal
 Thoraks
- Jantung : Tidak dilakukan
- Paru : Tidak dilakukan
 Abdomen
- Hepar : Tidak dilakukan
- Lien : Tidak dilakukan
 Ekstremitas : Tidak dilakukan

3
C. STATUS OFTALMOLOGIS

OD OS
6/20 VISUS 6/20
∫ - 1,75 = 6/6 KOREKSI ∫ -1,75 cy -0,25 ax 160 = 6/6
Orthoforia BULBUS OCULI Orthoforia
Trichiasis (-), Madarosis (-) SUPERSILIA Trichiasis (-), Madarosis (-)
Benjolan (+), diameter ± PALPEBRA SUPERIOR Hiperemis (-) nyeri tekan (-)
1cm, konsistensi kenyal, Edema (-)
nyeri tekan (+), hiperemis
(+), edema (+) pada
daerah konjungtiva tarsal
Hiperemis (-) nyeri tekan (-) PALPEBRA INFERIOR Hiperemis (-) nyeri tekan (-)
Edema (-) Edema (-)
Dalam batas normal KONJUNGTIVA Dalam batas normal
PALPEBRA
Dalam batas normal KONJUNGTIVA Dalam batas normal
FORNICES
Dalam batas normal KONJUNGTIVA BULBI Dalam batas normal
Putih SKLERA Putih
Jernih, Arcus senilis (-) KORNEA Jernih, Arcus senilis (-)
Dalam batas normal CAMERA OCULI Dalam batas normal
ANTERIOR
Coklat, utuh IRIS Coklat, utuh
Reflek cahaya (+) PUPIL Reflek cahaya (+)
Jernih LENSA Jernih
4
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Snellen chart

E. RESUME
An. F dating ke Poliklinik Mata RS Pertamina Bintang Amin dengan
keluhan terdapat benjolan di kelopak mata kanan bagian atas sejak ± 6 bulan
yang lalu. Nyeri tekan (+) terkadang dirasakan serta terasa mengganjal.
Riwayat operasi benjolan serupa pada kelopak mata kiri 3 tahun yang lalu.
Pada pemeriksaan oftamologi Oculi dextra : Tajam penglihan 6/20, Oculi
sinistra tajam penglihatan 6/20. Pada palpebra superior dextra terdapat
benjolan (+) diameter ± 1cm, konsistensi kenyal, nyeri tekan (+), hiperemis
(+), edema (+) pada daerah konjungtiva tarsal. Pada pemeriksaan fisik,
keadaan umum dan status generalis dalam batas normal.

F. DIAGNOSIS BANDING
Hordeolum
Chalazion

G. DIAGNOSIS KERJA
Hordeolum Palpebra Superior OD

5
Miopia simplex OD
Astigmatisma Miopia Compositus OS

H. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa :

 Kompres hangat selama 10-15 menit, 4 kali sehari

 Bersihkan kelopak mata dengan air bersih

 Jangan menekan atau menusuk hordeolum

Medikamentosa :

 Topikal : R/ Floxa EDMD No. I

S 6 dd gtt I OD

 Oral : R/ Clindamycin 500 mg No. V

S 2 dd 1 tab

R/ Metil Prednisolon 4mg No. V

S 2 dd 1 tab

 Tindakan bedah : insisi hordeolum + ekskohleasi atau kuretase

I. PROGNOSIS
 Quo ad vitam : Dubia ad bonam
 Quo ad functionam : Dubia ad bonam
 Quoadsanationam : Dubia ad bonam

6
TINJAUAN PUSTAKA

I. Anatomi dan Fisiologi Kelopak Mata

Gambar 1. Anatomi Palpebra

Palpebra atau kelopak mata adalah lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan
fibrosa yang berfungsi melindungi struktur-struktur jaringan mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjar yang membentuk film air mata disepan kornea.
Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata
terhadap trauma, trauma sinar, dan pengeringan bola mata.
Palpebra mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedangkan
dibagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.
Palpebra terdiri beberapa bagian, yaitu :
1. Kelenjar
Seperti kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar
Zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus.
2. Otot
Seperti M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar didalam kelopak
mata atas dan bawah, dan terletak dibawah kulit kelopak. Pada tepi margo
7
palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut M.Rioland.
M.orbikularis okuli berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi oleh
N.fasial. M.levator palpebra yang berorigo pada annulus foramen orbita
dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M.orbikularis
okulli menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi
M.levator palpebra terlihat sebagai sulkus palpebra. Otot ini dipersarafi
oleh N.III yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka
mata.
3. Tarsus
Didalam kelopak mata terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat
dengan kelenjar didalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada
margo palpebra.
4. Septum orbita
Septum orbita merupakan jaringan fibrosis yang berasal dari rima orbita
merupakan pembatas isi orbita dengan palpebra superior.

Gambar 2.Bagian-bagian Palpebra

8
Margo palpebra dipisahkan oleh garis abu-abu (batas mukokutan) menjadi
margo anterior dan posterior. Margo anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss
dan Moll.Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara
dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.Glandula Moll adalah
modifikasikelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu
mata.Margo posterior berhubungan dengan bola mata, dan sepanjang margo ini
terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi
(glandula Meibom atau tarsal).
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari margo posterior
palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikulus ke sakus lakrimalis.
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang
dibuka.Fisura ini berakhir di kantus medialis dan lateralis. Kantus lateralis kira-
kira 0,5 cm dari margo lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Septum orbital
adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di antara
margo orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai pemisah antara palpebra orbita.
Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan
tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V,
sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V.

II. Definisi
Hordeolum merupakan infeksi lokal atau peradangan supuratif kelenjar
kelopak mata. Hordeolum biasanya merupakan infeksi Staphylococcus pada
kelenjar sebasea kelopak mata.

III. Epidemiologi
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum
merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan
pada praktek kedokteran. Insiden tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin.

9
Infeksi ini dapat mengenai semua usia, tetapi lebih sering terjadi pada orang
dewasa, kemungkinan karena kombinasi dari beberapa faktor seperti tingginya
level androgen.

IV. Etiologi
Penyebab terjadinya hordeolum adalah kuman Staphylococcus.
Staphylococcus Aureus adalah penyebab pada 90-95% kasus hordeolum.penyakit
ini juga dapat dicetuskan oleh beberapa faktor seperti:
1. Stress
2. Nutrisi yang buruk
3. Peradangan pada kelopak mata seperti Blefaritis
4. Kebersihan diri dan lingkungan yang tidak bersih
Infeksi ini mudah menyebar sehingga diperlukan pencegahan terutama
mengenai kebersihan individual, yaitu dengan tidak menyentuh mata yang
terinfeksi, pemakaian kosmetik bersama-sama, pemakaian handuk dan washcloth
bersama-sama.

V. Klasifikasi
Terdapat 2 bentuk hordeolum, yaitu
1. Hordeolum eksternum, merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll.
Hordeolum eksternum akan menunjukkan penonjolan terutama ke daerah
kulit kelopak dan nanah dapat keluar dari pangkal rambut.
2. Hordeolum internum, merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak
didalam tarsus. Hordeolum internum memberikan penonjolan terutama ke
daerah konjungtiva tarsal.

10
Gambar 3. Bentuk-bentuk Hordeolum

VI. Tanda dan gejala


Hordeolum memberikan gejala radang pada kelopak mata seperti bengkak,
mengganjal dengan rasa sakit, merah, dan nyeri bila ditekan. Hordeolum
internum biasanya berukuran lebih besar dibandingkan hordeolum eksternum.
Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya kelopak
sehingga sukar diangkat. Pada pasien hordeolum, kelenjar preaurikel biasanya
turut membesar. Sering hordeolum ini membentuk abses dan pecah dengan
sendirinya.
Gejala-gejala pada hordeolum adalah :
1. Pembengkakan didaerah kelopak mata
2. Rasa nyeri pada kelopak mata
3. Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata
4. Riwayat penyakit yang sama
Tanda-tanda pada hordeolun meliputi:
1. Eritema
2. Edema
3. Nyeri bila ditekan didekat pangkal bulu mata
4. Seperti gambaran abses kecil

11
VII. Patofisiologi
Hordeolum eksternum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeis
dan Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang
terletak didalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi
pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari
komplikasi blefaritis.
Patogenesis terjadinya hordeolum eksternum diawali dengan pembentukan
nanah dalam lumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus Aureus. Selanjutnya
terjadi pengecilan lumen dan statis hasil sekresi kelenjar. Secara histologi akan
tampak gambaran abses, dengan ditemukannya PMN dan debris nekrotik.

VIII. Diagnosa Banding


Diagnosa banding untuk kasus hordeolum meliputi :
1. Kalazion
Kalazion merupakan peradangan kelenjar Meibom yang tersumbat.
Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi
ringan yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut.
Kalazion akan memberikan gejala adanya benjolan pada kelopak,
tidak hiperemi, tidak ada nyeri tekan dan adanya pseudoptosis. Kelenjar
preurikel tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan
bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi
pada mata tersebut. Terkadang kalazion sembuh atau hilang dengan
sendirinya akibat diabsorpsi.

Gambar 4.Kalazion
12
2. Blefaritis
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata atau tepi kelopak.
Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi berjalan kronis ataupun
menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia
iritatif, dan bahan kosmetik. Infeksi kelopak mata disebabkan kuman
Streptococcus alfa atau beta, pneumococcus dan pseudomonas. Gejala
umum pada blefaritis adalah kelopak mata merah, bengkak, nyeri,
eksudat lengket dan epiforia.

Gambar 5.Blefaritis
3. Karsinoma palpebra

Gambar 6 Adenocarsinoma palpebra superior

Salah satu karsinoma palpebra yang paling sering terjadi adalah


karsinoma sel basal, yang merupakan keganasan yang berasal dari sel
nonkeratosis yang berasal dari lapisan basal epidermis. Paling sering
mengenai pinggir bawah palpebra (50-60%) dan dekat kantus medial (25-

13
30%), jarang mengenai palpebra superior (15%). Berupa benjolan yang
transparan, bagian sentral benjolan tersebut mencekung dan halus.
Tumbuh lambat dan disertai ulserasi dan menyebabkan kerusakan hebat
disekitarnya. Umumnya ditemukan didaerah berambut dan jarang
bermetastase.

Gambar 2.7 Karsinoma sel basal palpebra


IX. Tatalaksana
Pada umunnya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam 1-2 minggu.
Namun tak jarang memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal (salep atau
tetes mata antibiotic) maupun kombinasi dengan obat antibiotik oral.
Urutan tatalaksana hordeolum adalah:
- Kompres hangat selama 10-15 menit, 4 kali sehari.
- Antibiotik topikal (salep, tetes mata) misalnya : Gentamisin,
Kloramfenikol, Dibekasin, dan lain-lain. Obat topikal digunakan selama 7-
10 hari sesuai anjuran dokter, terutama pada fase peradangan.
- Antibiotik oral seperti Eritomisin 250 mg atau Dikloksasilin 125-250 mg 4
kali sehari, dapat juga diberikan Tetrasiklin. Antibiotik oral digunakan jika
hordeolum tidak menunjukkan perbaikan dengan antibiotk topikal.
- Obat-obat simptomatik dapat diberikan untuk meredakan keluhan nyeri,
seperti asam mefenamat atau ibuprofen.

14
- Pada nanah dan kantong nanah yang tidak dapat dikeluarkan maka akan
dilakukan insisi, pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi
topikal dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi infiltrat dengan
prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila :
1. Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak
lurus pada margo palpebra.
2. Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi
jaringan meradang didalam kantongnya dan kemudian diberi salep
antibiotik.

X. Komplikasi
Komplikasi hordeolum adalah selulitis palpebra, yang merupakan radang
jaringan ikat palpebra didepan septum orbita, dan abses palpebra.

XI. Pencegahan
Pencegahan hordeolum dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan wajah
dan membiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh wajah agar hordeolum
tidak mudah berulang, menjaga kebersihan peralatan alat make-up mata agar tidak
terkontaminasi oleh kuman, dan menggunakan kacamata pelindung jika bepergian
di daerah berdebu.

15

Anda mungkin juga menyukai