LP Otitis
LP Otitis
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Tinjauan Teori
1.1.1 Pengertian
Infeksi telinga tengah atau Otitis Media adalah suatu peradangan
telinga tengah otitis media dapat terjadi akibat infeksi bakteri, biasanya
oleh bakteri streptokokus, pneumonia, haemophilus influenza, atau
staphylococcus aureus (Elisabet J. Corwin dalam buku Sri Mulyani, 2011).
Otitis media merupakan bagian yang paling sering mengalami infeksi.
Infeksi bisa serous, purulen , supuratif, akut dan kronis (Brunner &
Suddarth. 2013).
Otitis media serosa didefinisikan sebagai penumpukan cairan di
telinga tengah. Otitis serosa adalah pengumpulan serum steril pada telinga
tengah (kronis/akut) bila tuba eustachii tersumbat oleh infeksi yang
terdahulu atau oleh alergi (Long, Barbara C, 2006).
Otitis media akut adalah infeksi akut di telinga tengah, biasanya
berlangsung kurang dari 6 minggu (Brunner & Suddarth, 2013).
Otitismedia kronik adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi
jaringan ireversibel dan bisanya disebabkan karena episode berulang otitis
media akut (Brunner & Sudarth, 202: 2052 dalam buku Sri Mulyani,
2011).
Otitis media purulenta di bagi menjadi dua yaitu, Akut dan kronis.
Otitis media purulenta akut merupakan suatu keradangan atau infeksi yang
mengenai mukosa cavum timpani. Keradangan atau infeksi ini sifatnya
akut yang diikuti dengan pembentukan mukopus didalam cavum timpani.
Otitis media purulenta kronis adalah keradangan atau infeksi kronis yang
mengenai mukosa dan struktur tulang di dalam cavum timpani (Sri
Mulyani, 2011).
Otitis media supuratif kronik adalah infeksi kronik media tengah
dengan perforasi membrane timpani dan keluarnya secret dari membrane
tengah secara terus menerus atau hilang timbul. Secret mungkin encer atau
kental, bening atau nanah yang biasanya disertai dengan gangguan
pendengaran. (Mansjoer, Arif. 2001: 82 dalam buku Sri Mulyani, 2011)
Otitits Interna merupakan kondisi peradangan dari striktur telinga
bagian dalam. (Sunders, 2011)
1.1.2 Etiologi
1. Otitis eksterna:
a. Kuman : Stafilokokus, pseudomonas dan lain-lain.
b. Jamur : Candida, Asperrgilus (Sri Mulyani, 2011).
2. Otitis media Serosa, gangguan fungsi tuba eustachii merupakan
penyebab utama gangguan tersebut dapat terjadi pada: keradangan
kronik rongga hidung, nasofaring, faring misalnya oleh alergi,
pembesaran adenoid dan tonsil, tumor nasofaring, celah langit-langit
3. Otitis media akut, Patogen yang menyebabkan otitis media akut
biasanya adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae,
dan Moraxella catarrbalis, yang memasuki telinga tengah setelah tuba
eustasius mengalami disfungsi akibat obstruksi yang disebabkan oleh
infeksi pernapasan atas, inflamasi jaringan sekitar (mis., rinosinusitis
hipertrofi adenoid), atau reaksi alergi (mis, rhinitis alergik). Bakteria
dapat memasuki tuba eustasius dari sekresi yang terkontaminasi di
dalam nasofaring dan telinga tengah akibat perforasi membran
timpani. Gangguan ini paling sering terjadi pada anak- anak (Brunner
& Suddarth. 2013).
4. Otitis media purulenta akut, sebagai kuman penyebab adalah kokus,
seperti streptokokus, Strafilokokus, Pneumokokus dan Diplokokus.
Penyebab pada anak-anak kuman Haemofilus influenzae. Kuman
kuman anaerob juga banyak di jumpai pada penyakit ini, seperti
golongan Bacteroides fragilis.
5. Otitis media purulenta kronis, OMP kronika berasal dari OMP akuta
dan OMP serosa, Kuman- kuman penyebab : pseudomonas,
Stafilokokus, dan Proteus atau E. Coli
6. Otitis media supuratif kronik, OMSK merupakan kelanjutan dari Otitis
Media Akut ( OMA), penyebab lain merupakan terapi yang lambat,
terapi tidak adekuat virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh rendah,
kebersihan buruk, bila kurang dari dua bulan disebut subakut, perforasi
membrane timpani, kuman gram positif aerob, infeksi kronis dari
kuman gram negatife dan anaerob ( Arsyad Soepardi, Efiati. 2001
dalam buku Sri Mulyani, 2011).
7. Otitis media internal, terjadi karena infeksi bakteri, jamur, dan
riketsia. Karena hal lain : Idhiopatic (penyebab tak diketahui) penyakit
konginetal, Idiopatic penyakit yang didapat, penyakit metabolis,
trauma dan terjadinya tekanan. (Sunders, 2011).
1.1.3 Fisiologi
Menurut anatomi dan fisiologi, telinga dapat dibagi menjadi telinga luar,
telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar menangkap bunyi,
menghantarnya, dan memperkuat kira – kira 15 dB pada sekitar 2,5 kHz dan
menentukan arah datangnya bunyi. Telinga tengah mengubah getaran – suara
menjadi gelombang cairan. Kemudian telinga dalam mengubah getaran cairan
itu menjadi rangsangan saraf.
Telinga tengah terdiri dari :
1. Membrane Tympani
Membrane timpani ( gendang telinga ) dibentuk dari dinding lateral
kavum timpani dan memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani.
berdiameter sekitar 1 cm dan sangat tipis. Letak membrane timpani tidak
tegak lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring yang arahnya dari
belakang luar ke muka dalam dan membuat sudut 45 derajat dari dataran
sagital dan horizontal. Dari umbo ke muka bawah tampak refleks cahaya
( none of light ). Membrane timpani mempunyai tiga lapisan, yaitu :
a. Stratum kutaneum ( lapisan epitel ) berasal dari liang telinga.
b. Stratum mukosum ( lapisan mukosa ) berasal dari kavum timpani.
c. Stratun fibrosum ( lamina proprial ) yang letaknya antara stratum
kutaneum dan mukosum
2. Kavum Tympani
Di bentuk segmen timpani, yang memisahkan telinga tengah dari
kavum timpani dan terletak di dalam pars petrosa dari tulang temporal,
bentuknya bikonkaf. Diameter anteroposterior atau vetrikal 15 mm,
sedangkan diameter transversal 2 – 6 mm. Kavum timpani mempunyai
6 dinding yaitu :
a. Bagian atas : Fosa kranial dan lobus temporalis dari otak. Bagian ini
juga dibentuk oleh pars petrosa tulang temporal dan sebagian lagi
oleh skuama dan garis sutura petroskuama.
b. Bagian bawah : Di bentuk tulang tipis yang memisahkan lantai
kavum timpani dari bulbus jugularis, ( tidak ada tulang ) sehingga
infeksi dari kavum timpani mudah merembet ke bulbus vena
jugularis.
c. Bagian luar : membrane timpani
d. Bagian dalam : berturut – turut dari atas ke bawah, kanalis semi
sirkulais horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong ( oval window
), tingkap bundar ( round windw ), dan promontorium.
e. Bagian depan : adalah lebih besar dari bagian atas dan terdiri dari
lempeng tulang yang tipis menutupi arteri karotis pada saat
memasuki tulang tengkorak dan sebelum berbelok ke anterior.
Dinding ini di tembus oleh saraf timpani karotispatis kepleksus
timpanikus serta beberapa cabang timpani dari arteri karotis interna.
Dinding anterior ini terutama berperan sebagai muara tuba
eustachius.
f. Bagian belakang : dekat ke atap dan mempunyai satu saluran disebut
aditus, yang menghubungkan kavum timpani adalah fosa kranii
posterior dan sinus sigmoid.
Kavum tympani terdiri dari :
Tulang – tulang pendengaran ( maleus, inkus, stapes)
Dua otot, otot tensor tympani ( muskulus tensor tympani ) dan
otot stapedius ( muskulus stapedius )
Saraf korda tympani
Saraf pleksus tympanik
3. Prosesus Mastoideus
Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak
mengarah ke kaudal, Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding
medial adalah dinding lateral fosa kranii posterior. Sinus sigmoid
terletak di bawah durameter.
Pneumatisasi prosesus mastoideus terdiri dari :
a. Prosesus Mastoideus Kompakta (normal), dimana tidak ditemui
sel–sel.
b. Prosesus Mastoideus Spongiosa (sklerotik), dimana terdapat sel–sel
kecil saja.
c. Prosesus Mastoideus dengan pneumatiasi yang luas, dimana sel–sel
disini besar disebut Hiper Pnematiasi.
Bagian terakhir dari telinga adalah telinga dalam. Inti dari bagian
ini, terdapat koklea yang menyerupai rumah siput terdiri dua stengah
lingkaran dan vestiuler yang terdiri atas tiga buah kanalis semisirkulari.
Bagian atas koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa scala
tympani dengan scala vestibuli. Pada bagian melintang koklea tampak scala
vestibuli sebelah atas, bagian bawahbya scala tympani dan diantara
keduanya terdapat scala media (duktus koklearis). Scala vestibuli dan scala
tympani berisi perilimfa, sedangkan scala media berisi endolimfa. Di dalam
peilimfa dan endolimfa, terdapat ion dan garam. Cairan ion dan garam ini
penting untuk pendengaran. Dasar scala vestibuli disebut sebagai membran
vestibuli, sedangkan dasar scala media adalah membran basalis. Pada
membran basalis ini terdapat organ yang bernama corti.
Organ corti mengandung organel – organel pentting untuk
mekamisme saraf perifer pendengaran. Organ corti juga memiliki banyak
sel – sel rambut. Sel rambut dalam terdiri dari saatu baris ayang berjumlah
3.000 sel, sedngkan sel rambut luar terdiri da 12.000 sel. Sel rambut ini
menggantung mellaui lubanng – lubanng lengan horizontal yang
membentuk jungkat – jungkit.
1. Membran Labirin
Membran labirin terdiri dari utricle, saccule, saluran kolear, kanal
setengah lingkaran, dan organ corti yang semauanya dikelilingi oleh
cairan disebut endolimfa. Tiga kanal semisirkular-posterior, superior
dan lateral terletak pada sudut 90 derajat satu sama lain, mengandung
organ reseptor sensorik. Organ tersebut diatur untuk mendeteksi
pergerakan rotasi. Organ akhir reseptor ini dirangsang oleh perubahan
laju atau arah gerakan seseorang. Bagian utricle dan saccule dilibatkan
dengan gerakan linier.
2. Organ Corti
Organ corti ditempatkan di koklea, tabung berbentuk siput
berbentuk siput sekitar 3,5 cm dengan putaran dua setengah spiral.
Membran memisahkan saluran koklea (sacla media) dari scala vetibuli
dan scala tympani dari membran basilar. Organ corti terletak di
membran basilar yang membentang dari pangkal ke puncak koklea.
Saat getaran suara masuk ke perilimfa di jendela oval dan berjalan di
sepanjang scala vestibuli, mereka melewati scala tympani, masuk ke
saluran koklea, dan menyebabkan pergerakan membran basilar.
Organ corti yang juga disebut orgna akir untuk pendengaran,
mengubah energi mekanik menjadi aktivitas saraf dan memisahkan
suara ke frekuensi yang berbeda. Doromngan elektrokimia ini brejalan
melalui saraf akustik ke korteks temporal otak untuk ditafsirkan
sebagai suara yang berarti. Di kanal pendengaran internal, saraf koklea
( akustik ) bergabung dengan saraf vestibular yang timbul dari
kanalsemisirkular, utricle dan saccule untuk menjadi saraf
vestibulocochlear ( nervus kranial VIII ). Kanal ini juga menyimpan
saraf fasialis dan suplai darah dari telinga ke otak.
1.1.4 Patofisiologi
1.1.7 Penatalaksanaan
1. OTE
a. Setelah liang telinga dibersihkan dengan lidi kapas, kulit telinga
diberi obat tetes atau salep yang mengandung antibitika dan
kortikosteroid
b. Bila liang telinga menyempit, masukkan tampon yang sudah diberi
atau dibasahi dengan obat yang sama
c. Pada infeksi jamur, tetesi dengan larutan yang mengandung 1-30%
asam salisilat dalam alcohol atau obat anti jamur lain.
d. Untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan antihistamin.
e. Membersihkan kotoran obat tetes atau salep bila perlu antibiotic
sistemik
2. OTMS
Menghilangkan obstruksi dari tuba eustachi dan pirasi dipasang drain
3. OTMA, (Brunner & Suddarth. 2013).
a. Dengan terapi antibiotik spektrum luas sejak dini dan tepat, otitis
media dapat hilang tanpa menyisakan sekuela yang serius. Jika
terdapat drainase, sediaan antibiotik otik dapat diresepkan.
b. Hasil akhir bergantung pada efektivitas terapi (dosis antibiotik oral
yang diresepkan dan durasi terapi), virulensi bakteria, dan status
fisik pasien.
c. Miringotomi (Timpanotomi), Jika kasus otitis media ringan
ditangani secara efektif, tindakan miringotomi mungkin tidak
diperlukan. Jika miringotomi perlu dilakukan, akan dibuat insisi
menuju membran timpani untuk meredakan gejala dan
mengalirkan cairan serosa atau cairan purulen dari telinga tengah.
Prosedur yang tidak terasa nyeri ini biasanya dilakukan kurang dari
15 menit. Jika episode otitis media akut terjadi kembali dan tidak
ada kontraindikasi, slang ventilasi atau slang penyeimbang tekanan
dapat dimasukkan
4. OTMK,(Brunner & Suddarth. 2013)
a. Pengisapan dan pembersihan telinga yang cermat dapat dilakukan
di bawah panduan mikroskop.
b. Antibiotik tetes dimasukkan atau antibiotik serbuk digunakan
untuk mengatasi rabas purulen.
c. Prosedur timpanoplasti (miringoplasti dan jenis yang lebih
ekstensif) dapat dilakukan untuk mencegah infeksi berulang,
mengembalikan fungsi telinga tengah, menutup perforasi, dan
memperbaiki pendengaran.
d. Osikuloplasti mungkin dilakukan untuk merekonstruksi tulang
telinga tengah guna mengembalikan fungsi pendengaran
5. OTMPA
Berdasarkan patofisiologinya, terapi otitis media purulenta akuta
pada stadium kataralisini ditujukan pada pengembalian fungsi tuba
eustachii secepatnya.
Hipertendi di dalam kavum tympani akibat adanya akumulasi
mukopus menyebabkan otalgia hebat dan febris tinggi sehingga
dilakuakan:
a. Drainase mukopus dari kavum tympani
b. Insisi pada membrane tympani (parasentase) pada daerah
posterius diinterior
c. Pemberian anti biotika mutlak ( penicillin dalam dosis cukup)
d. Drainase diusahakan melalu ieustachius
e. Tetes hidung
f. Obat untuk mengatasi ispa
6. OTMPK
a. Stadium aktif
• Antibiotika dan cari faktor penyebab
• Bila ada faktor rinogen, terapisu member feksi dalam
hidung dan sekitarnya.
• Bila ada fakto reksogen, rawat lukol telinga dengan
membersihkan secret secara dihisap, bersihkan dengan
kapas atau ditetesi dengan sotutio H2o2 3%
b. Stadium tenang
Dianjurkan operasi miringoplasti, yaitu menutup perforasi pada
membrane tympani. OTI, pemberian anti microbial secara oral,
pemberian obat anti vertigo, operasi peradangan polip atau tumor
pada telingga
1.2 TinjauanAsuhanKeperawatan
1.2.1 Pengkajian
1. Riwayat kesehatan meliputi :
a) Gambaran lengkap masalah telinga, termasuk infeksi , otalgia,
otorea, kehilangan pendengaran.
b) Data dikumpulkan mengenai durasi dan intensitas otore,
kehilangan pendengaran, otalgia.
c) Penyebeb dan penanganan masalah sebelumnya
d) Informasi perlu diperoleh mengenai masalah kesehatan lain dan
semua obat dan riwayat keluarga tentang penyakit telingga
2. Pengkajian fisik meliputi :
a) Observasi adanya aritema
b) Edema
c) Otorea
d) Lesi
e) Bau caira yang keluar
12160 Menghindari 1 2 3 4 5 N
1 situasi sosial A
12160 Menghindari 1 2 3 4 5 N
2 orang yang A
tidak di kenal
12160 Menghindari 1 2 3 4 5 N
3 pergi ke luar A
rumah
12160 Antisipasi 1 2 3 4 5 N
4 cepas pada A
situasi sosial
12160 Antisipasi 1 2 3 4 5 N
5 cemas dalam A
menghadapi
orang yang
tidak di kenal
12160 Respon 1 2 3 4 5 N
6 antisipasi A
sistem saraf
simpatis
12160 Persepsi diri 1 2 3 4 5 N
7 yang negative A
pada
keterampilan
sosial
12160 Persepsi diri 1 2 3 4 5 N
8 yang negative A
terhadap
penerimaan
oleh orang lain
12160 Takut di awasi 1 2 3 4 5 N
9 oleh orang lain A
12161 Takut 1 2 3 4 5 N
0 berinteraksi A
dengan anggota
jenis kelamin
yang berbeda
12161 Takut 1 2 3 4 5 N
1 berinteraksi A
dengan orang
yang lebih
unggul
12161 Tidak nyaman 1 2 3 4 5 N
2 selama A
menghadapi
sosial
12161 Tidak nyaman 1 2 3 4 5 N
3 dengan A
perubahan
yang rutin
12161 Memperhatika 1 2 3 4 5 N
4 n tentang A
penilaian orang
lain setelah
pertemuan
sosial
12161 Gejala panic 1 2 3 4 5 N
5 setelah A
pertemuan
sosial
12161 Gangguan 1 2 3 4 5 N
6 dengan fungsi A
peran
12161 Gangguan 1 2 3 4 5 N
7 dengan A
hubungan
NIC
Peningkatan Koping
Definisi : fasilitasi usaha kognitif dan perilaku untuk mengelola stressor yang
dirasakan , perubahan atau ancaman yang menggaanggu aalam rangka memenuhi
hubugan hidup dan peran
Aktivitas-aktivitas: Eksplorasi pencapaian pasien
Bantu pasien dalam mengidenti sebelumnya
tujuan jangka pendek dan jangka
panjang yang tepat Eksplorasi alasan pasien
mengkritik diri
Bantu pasien dalam sumber-
sumber yang tersedia untuk Konfrontasi terhadap perasaan
memenuhi tujuan-tujuannya
ambivalen pasien (kemarahan
Bantu pasien untuk memecah atau di tekan)
tujuan yang kompleks menjadi
lebih kecil, dengan langkah yang Tumbuhkan cara penyaluran
dapat dikelola kemaran dan permusuhan yang
Dukung dengan orang yang kontruksif
memiliki ketertarikan dan tujuan
yang sama Atur situasi yang mendukung
otonomi pasien
Bantu pasien untuk
menyelesaikan masalah dengan Bantu pasien dalam
cara yang konstruktif
mengidentifikasi respon positif
Berikan penilaian (kemampuan) dari orang lain
penyesuaian pasien terhadap
perubahan-perubahan dalam citra Dukung identifikasi nilai hidup
tubuh, sesuai dengan indikasi yang spesifik
Berikan penilaian mengenai
Eksplorasi bersama pasien
dampak dari situasi kehidupan
pasien terhadap peran dan mengenai metode sebelumnya
hubungan [yang ada] pada saat menghadapi masalah
NIC
Pengurangan Kecemasan
Definisi : Mengurangi tekanan, ketakutan , firasat, maupun ketidaknyamanan
terkait dengan sumber-sumber bahaya yang tidak teridentifikasi
Aktivitas-aktivitas : Minta klien untuk rileks dan
Gunakan pendekatan yang tenang merasakan sensasi
dan meyakinkan
Nyatakan dengan jelas harapan Berikan ktivitas pengganti yang
terhadap perilaku klien bertujuan untuk mengrangi
tekanan
Jelaskan semua prosedur
termasuk semua sensasi yang Bantu klien mengidntifikasi
akan di rasakan yang mungkin situasi yang memicu kecemasan
akan di alami klien selama
Control stimulasi untuk
prosedur (dilakukan)
kebutuhan klien secara tepat
Pahami situasi krisis yang terjadi
Dukung penggunaan mekanisme
dari perspektif klien
koping yang sesuai
Berikan informasi faktual terkait
Bantu klien untuk
diagnosis perawatan prognosis
mengartikulasikan deskripsi yang
Berada disisi klien untuk realistis mengenai kejadian yang
meningkatkaan rasa aman dan akan datang
mengurangi ketakutan
Pertimbangkan kemampuan klien
Dorong keluarga untuk dalam mengambil keputusan
mendampingi klien dengan cara
Instruksikan klien untuk
yang tepat
menggunakan teknik relaksasi
Berikan objek yang menunjukkan
Atur penggunaan obat-obat yang
perasaan aman
mengurangi kecemasan secara
Lakuakan usapan pada tepat
punggung/leher dengan cara yang
Kaji untuk tanda verbal dan non
tepat
verbal kecemasan
Ciptakan atmosfir rasa aman
Dorong verbalisasi perasaan,
untuk meningkatkan kepercayaan
persepsi dan ketakutan
NIC
Aktivitas-aktivitas: Gunakan suara yang lembut
dengan irama yang lambat
Gambarkan rasionalisasi dan
untuk setiap kata
manfaat relaksasi serta jenis
relaksasi yang tersedia Tunjukkan dan praktikkan
(misalnya, musik, meditasi, teknik relaksasi pada klien
bernafas dengan ritme, klien untuk mengulan praktik
relaksasi rahang dan relaksasi teknik relaksasi, jika
otot progresif memungkinkan
NIC
Manajemen Nyeri
Definisi : pengurangan ataau reduksi nyeri sampai pada tingkat kenyemanan
yang dapatditerima oleh pasien
Aktivitas-aktivitas Kurangi atau eliminasi faktor-
Lakukan pengkajian nyeri faktor yang dapat mencetuskan
komprehensif yang meliputi lokasi , atau meningkatkan
karekteristik,onset/durasi, frekuensi, nyeri(misalnya, ketakutan ,
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri kelelahan,keadaan monoton dan
dan faktor pencetus kurang pengetahuan)
Observasi adanya petunjuk nonverbal Pertimbangkan keinginann
mengenai ketidak-nyamanan terutama pasien untuk berpartisipasi,
pada mereka yang tidak bisa kemampuan berpaartisipasi,
berkomunikasi secara efektif kecenderungan, dukungan dari
Pastikan perawatan analgesic bagi orang terdekat terhadap dan
pasien dilakuka dengan pemantauan kontraindikasi ketika memilih
yang ketat strategi penurunan nyeri
Gunakan strategi komunikasi Pilih dan implementasikan
terapeutik untuk mengetahui tindakan yang beragam
pengalaman nyeri dan sampaikan (misalnya,farmakologi,
penerimaan pasien terhadap nyeri nonfarmakologi, interpersonal)
Gali pengetahuan dan kepercayaan untuk memfasilitasi penurunan
pasien mengenai nyeri nyeri, sesuai dengan kebutuhan
Perhatikan pengaruh budaya terhadap Ajarkan prinsip-prinsip
respon nyeri manajemen nyeri
Tentukan akibat dari pengalaman Pertmbangkan tipe dan sumber
nyeri terhadap kualitashidup pasien nyeri ketika memilih strategi
(misalnya, tidur, nafsu makan, penurunn nyeri
pengertian, perasaan , hubungan Dorong pasien untuk memonitor
peforma kerja, dan tanggung jawab nyeri dan menangani nyerinya
peran) dengan tepat
Gali bersama pasien faktor-faktor Ajarkan penggunaan teknik
yang dapat menurunkan atau nonfarmakologi (seperti,
memperberat nyeri biofeed back. TENS, hypnosis,
Evalasi pengalaman nyeri relaksasi, bimbingan antisipasif,
dimasalaluyang meliputi riwayat nyeri terapi music, terapi bermain,,
kronik individu atau keluarga atau terapi aktifitas, akupressur,
nyeri yang menyebabkan aplikasi panas/dingin dan
disability/ketidakmampuan/kecacatan, pijatan, sebelum , sesudah dan
dengan tepat jika memungkinkan , ketika
Evaluasi bersama pasien dan tim melakukan aktifitas yang
kesehatan lain mengenai efektivitas menimbulkan nyeri, sebelum
tindakan pengontrolan nyer yang nyeri terjadi atau meningkat
pernah di lakukan sebelumnya dan bersamaan dengan tindakan
Bantu keluarga dalam mencari dan penurunan rasa nyeri lainnya)
menyediakan dukungan Gali penggunaan metode
Gunakan metode penilaian yang sesuai farmakologi yang di pakai
dengan tahapan perkembangan yang pasien saat ini untuk
memungkinkan untuk meonitoring menurunkan nyeri
perubahan nyeri yang akan dapat Ajarkan metodefarmakologi
membantu mengidentifikasi faktor untuk menurunkan nyeri
pencetus actual dan potensial (missal, Dorong pasien menggunakan
catatan perkembangan dan catatan obat-oobatan penurun nyeri
harian) yang adekuat
Tentukan kebutuhan frekuensi untuk Kolaborasi dengan pasien,
melakukan pengkajian orang terdekat dan tim
ketidaknyamanan pasien dan kesehatan lainnya untuk
mengimplementasikan rencana memilih dan
monitor mengimplementasikan tindakan
Berikan informasi mengenai nyeri , penurunan nyeri
seperti penyebab nyeri, berapa lama nonfarmakologi sesuai
nyeri akan dirasakan , dan antisipasi kebutuhan
dari ketidak-nyamanan akibat Beriakn individu penurun nyeri
prosedur yang optimal dengan peresepan
Kendalikan faktor lingkungan yang analgesic
dapat mempengaaruhi respon pasien Implementasikan penggunaan
terhadap ketidaknyamanan (misalnya, pasien – -terkontrol analgesic
suhu, ruangan , pencaahayaan, suara (PCA), jika sesuai
bising)
Informasikan tim kesehatan lain atau Gunakan tindakan pengontrol
anggota keluarga mengenai strategi nyeri sebelum nyeri bertambah
nonfarmakologi yang sedang di berat
gunakan untuk mendorong pendekatan Berikan obat sebelum
preventif terkait dengan manajemen melakukan aktivitas untuk
nyeri meningkatkan partisipasi,
Gunakan pendekata multi disiplin untu namun (lakukan) evaluasi
manajemen nyeri , jika sesuai (mengenai) bahaya dari sedasi
Pertimbangkan untuk merujuk pasien Pastikan pemberian analgesic
keluarga dan orang terdekat pada dan atau strategi
kelompok pendukung dan sumber- nonfarmakologi sebelum
sumber lainnya sesuai kebutuhan dilakukan prosedur yang
Berikan informasi yang akurat untuk menimbulkan nyeri
meningkatkan pengetahun dn respon Periksa tingkat ketidak
keluarga terhadap pengalaman nyeri nyamanan bersama pasien ,
Libatkan keluarga dalam modalitas catat perubahan pada catatan
penurunan nyeri, jika memungkinkan medis pasien , informasikan
Monitor kepuasan pasien terhadap petugas kesehatan lain yang
manajeman nyeri dalam interval yang merawat pasien
spesifik Evaluasi keefektifan dan dari
tindakan pengontol nyeri yang
di pakai selama pengkajian
nyeri dilakukan
Mulai dan modifikasi tindakan
pengontrolan nyeri berdasarkan
respon pasien
Dukung istirahaat atau tidur
yang adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
Dorong pasien untuk
mendiskusikan pengalaman
nyerinya sesuai kebutuhan
Beri tahu dokter jika tindakan
tidak berhasil dan jika keluhan
pasien saat ini berubah
signifikan dari pengalaman
nyer sebelum nya
2. Diagnosa 2:
a) Nyeri berkurang atau hilang
b) Sekala nyeri berkurang (ringan)
c) Dapat mengatasi rasa nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, C Long.2001.Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan).Bandung: Yayasan Ikatan Alumni
Hetharia, Rospa, Si Mulyani, 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan THT.
Jakarta: Trans Info Media.
Nugraha, Dwi Antara.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Pendengaran.2012.Yogyakarta: Pustaka Baru