Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Tinjauan Teori
1.1.1 Pengertian
Infeksi telinga tengah atau Otitis Media adalah suatu peradangan
telinga tengah otitis media dapat terjadi akibat infeksi bakteri, biasanya
oleh bakteri streptokokus, pneumonia, haemophilus influenza, atau
staphylococcus aureus (Elisabet J. Corwin dalam buku Sri Mulyani, 2011).
Otitis media merupakan bagian yang paling sering mengalami infeksi.
Infeksi bisa serous, purulen , supuratif, akut dan kronis (Brunner &
Suddarth. 2013).
Otitis media serosa didefinisikan sebagai penumpukan cairan di
telinga tengah. Otitis serosa adalah pengumpulan serum steril pada telinga
tengah (kronis/akut) bila tuba eustachii tersumbat oleh infeksi yang
terdahulu atau oleh alergi (Long, Barbara C, 2006).
Otitis media akut adalah infeksi akut di telinga tengah, biasanya
berlangsung kurang dari 6 minggu (Brunner & Suddarth, 2013).
Otitismedia kronik adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi
jaringan ireversibel dan bisanya disebabkan karena episode berulang otitis
media akut (Brunner & Sudarth, 202: 2052 dalam buku Sri Mulyani,
2011).
Otitis media purulenta di bagi menjadi dua yaitu, Akut dan kronis.
Otitis media purulenta akut merupakan suatu keradangan atau infeksi yang
mengenai mukosa cavum timpani. Keradangan atau infeksi ini sifatnya
akut yang diikuti dengan pembentukan mukopus didalam cavum timpani.
Otitis media purulenta kronis adalah keradangan atau infeksi kronis yang
mengenai mukosa dan struktur tulang di dalam cavum timpani (Sri
Mulyani, 2011).
Otitis media supuratif kronik adalah infeksi kronik media tengah
dengan perforasi membrane timpani dan keluarnya secret dari membrane
tengah secara terus menerus atau hilang timbul. Secret mungkin encer atau
kental, bening atau nanah yang biasanya disertai dengan gangguan
pendengaran. (Mansjoer, Arif. 2001: 82 dalam buku Sri Mulyani, 2011)
Otitits Interna merupakan kondisi peradangan dari striktur telinga
bagian dalam. (Sunders, 2011)

1.1.2 Etiologi
1. Otitis eksterna:
a. Kuman : Stafilokokus, pseudomonas dan lain-lain.
b. Jamur : Candida, Asperrgilus (Sri Mulyani, 2011).
2. Otitis media Serosa, gangguan fungsi tuba eustachii merupakan
penyebab utama gangguan tersebut dapat terjadi pada: keradangan
kronik rongga hidung, nasofaring, faring misalnya oleh alergi,
pembesaran adenoid dan tonsil, tumor nasofaring, celah langit-langit
3. Otitis media akut, Patogen yang menyebabkan otitis media akut
biasanya adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae,
dan Moraxella catarrbalis, yang memasuki telinga tengah setelah tuba
eustasius mengalami disfungsi akibat obstruksi yang disebabkan oleh
infeksi pernapasan atas, inflamasi jaringan sekitar (mis., rinosinusitis
hipertrofi adenoid), atau reaksi alergi (mis, rhinitis alergik). Bakteria
dapat memasuki tuba eustasius dari sekresi yang terkontaminasi di
dalam nasofaring dan telinga tengah akibat perforasi membran
timpani. Gangguan ini paling sering terjadi pada anak- anak (Brunner
& Suddarth. 2013).
4. Otitis media purulenta akut, sebagai kuman penyebab adalah kokus,
seperti streptokokus, Strafilokokus, Pneumokokus dan Diplokokus.
Penyebab pada anak-anak kuman Haemofilus influenzae. Kuman
kuman anaerob juga banyak di jumpai pada penyakit ini, seperti
golongan Bacteroides fragilis.
5. Otitis media purulenta kronis, OMP kronika berasal dari OMP akuta
dan OMP serosa, Kuman- kuman penyebab : pseudomonas,
Stafilokokus, dan Proteus atau E. Coli
6. Otitis media supuratif kronik, OMSK merupakan kelanjutan dari Otitis
Media Akut ( OMA), penyebab lain merupakan terapi yang lambat,
terapi tidak adekuat virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh rendah,
kebersihan buruk, bila kurang dari dua bulan disebut subakut, perforasi
membrane timpani, kuman gram positif aerob, infeksi kronis dari
kuman gram negatife dan anaerob ( Arsyad Soepardi, Efiati. 2001
dalam buku Sri Mulyani, 2011).
7. Otitis media internal, terjadi karena infeksi bakteri, jamur, dan
riketsia. Karena hal lain : Idhiopatic (penyebab tak diketahui) penyakit
konginetal, Idiopatic penyakit yang didapat, penyakit metabolis,
trauma dan terjadinya tekanan. (Sunders, 2011).
1.1.3 Fisiologi
Menurut anatomi dan fisiologi, telinga dapat dibagi menjadi telinga luar,
telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar menangkap bunyi,
menghantarnya, dan memperkuat kira – kira 15 dB pada sekitar 2,5 kHz dan
menentukan arah datangnya bunyi. Telinga tengah mengubah getaran – suara
menjadi gelombang cairan. Kemudian telinga dalam mengubah getaran cairan
itu menjadi rangsangan saraf.
Telinga tengah terdiri dari :
1. Membrane Tympani
Membrane timpani ( gendang telinga ) dibentuk dari dinding lateral
kavum timpani dan memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani.
berdiameter sekitar 1 cm dan sangat tipis. Letak membrane timpani tidak
tegak lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring yang arahnya dari
belakang luar ke muka dalam dan membuat sudut 45 derajat dari dataran
sagital dan horizontal. Dari umbo ke muka bawah tampak refleks cahaya
( none of light ). Membrane timpani mempunyai tiga lapisan, yaitu :
a. Stratum kutaneum ( lapisan epitel ) berasal dari liang telinga.
b. Stratum mukosum ( lapisan mukosa ) berasal dari kavum timpani.
c. Stratun fibrosum ( lamina proprial ) yang letaknya antara stratum
kutaneum dan mukosum

Secara anatomis membrane timpani dibagi dalam 2 bagian :


a) Pars Tensa
b) Pars Flaccida atau membran sharpnell, letaknya di bagian atas muka
dan lebih tipis dari pars tensa. Pars flaccida dibatasi oleh 2 lipatan
yaitu :
 Plika maleolaris anterior (lipatan muka)
 Plika maleolaris posterior (lipatan belakang)

2. Kavum Tympani
Di bentuk segmen timpani, yang memisahkan telinga tengah dari
kavum timpani dan terletak di dalam pars petrosa dari tulang temporal,
bentuknya bikonkaf. Diameter anteroposterior atau vetrikal 15 mm,
sedangkan diameter transversal 2 – 6 mm. Kavum timpani mempunyai
6 dinding yaitu :
a. Bagian atas : Fosa kranial dan lobus temporalis dari otak. Bagian ini
juga dibentuk oleh pars petrosa tulang temporal dan sebagian lagi
oleh skuama dan garis sutura petroskuama.
b. Bagian bawah : Di bentuk tulang tipis yang memisahkan lantai
kavum timpani dari bulbus jugularis, ( tidak ada tulang ) sehingga
infeksi dari kavum timpani mudah merembet ke bulbus vena
jugularis.
c. Bagian luar : membrane timpani
d. Bagian dalam : berturut – turut dari atas ke bawah, kanalis semi
sirkulais horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong ( oval window
), tingkap bundar ( round windw ), dan promontorium.
e. Bagian depan : adalah lebih besar dari bagian atas dan terdiri dari
lempeng tulang yang tipis menutupi arteri karotis pada saat
memasuki tulang tengkorak dan sebelum berbelok ke anterior.
Dinding ini di tembus oleh saraf timpani karotispatis kepleksus
timpanikus serta beberapa cabang timpani dari arteri karotis interna.
Dinding anterior ini terutama berperan sebagai muara tuba
eustachius.
f. Bagian belakang : dekat ke atap dan mempunyai satu saluran disebut
aditus, yang menghubungkan kavum timpani adalah fosa kranii
posterior dan sinus sigmoid.
Kavum tympani terdiri dari :
 Tulang – tulang pendengaran ( maleus, inkus, stapes)
 Dua otot, otot tensor tympani ( muskulus tensor tympani ) dan
otot stapedius ( muskulus stapedius )
 Saraf korda tympani
 Saraf pleksus tympanik

3. Prosesus Mastoideus
Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak
mengarah ke kaudal, Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding
medial adalah dinding lateral fosa kranii posterior. Sinus sigmoid
terletak di bawah durameter.
Pneumatisasi prosesus mastoideus terdiri dari :
a. Prosesus Mastoideus Kompakta (normal), dimana tidak ditemui
sel–sel.
b. Prosesus Mastoideus Spongiosa (sklerotik), dimana terdapat sel–sel
kecil saja.
c. Prosesus Mastoideus dengan pneumatiasi yang luas, dimana sel–sel
disini besar disebut Hiper Pnematiasi.
Bagian terakhir dari telinga adalah telinga dalam. Inti dari bagian
ini, terdapat koklea yang menyerupai rumah siput terdiri dua stengah
lingkaran dan vestiuler yang terdiri atas tiga buah kanalis semisirkulari.
Bagian atas koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa scala
tympani dengan scala vestibuli. Pada bagian melintang koklea tampak scala
vestibuli sebelah atas, bagian bawahbya scala tympani dan diantara
keduanya terdapat scala media (duktus koklearis). Scala vestibuli dan scala
tympani berisi perilimfa, sedangkan scala media berisi endolimfa. Di dalam
peilimfa dan endolimfa, terdapat ion dan garam. Cairan ion dan garam ini
penting untuk pendengaran. Dasar scala vestibuli disebut sebagai membran
vestibuli, sedangkan dasar scala media adalah membran basalis. Pada
membran basalis ini terdapat organ yang bernama corti.
Organ corti mengandung organel – organel pentting untuk
mekamisme saraf perifer pendengaran. Organ corti juga memiliki banyak
sel – sel rambut. Sel rambut dalam terdiri dari saatu baris ayang berjumlah
3.000 sel, sedngkan sel rambut luar terdiri da 12.000 sel. Sel rambut ini
menggantung mellaui lubanng – lubanng lengan horizontal yang
membentuk jungkat – jungkit.
1. Membran Labirin
Membran labirin terdiri dari utricle, saccule, saluran kolear, kanal
setengah lingkaran, dan organ corti yang semauanya dikelilingi oleh
cairan disebut endolimfa. Tiga kanal semisirkular-posterior, superior
dan lateral terletak pada sudut 90 derajat satu sama lain, mengandung
organ reseptor sensorik. Organ tersebut diatur untuk mendeteksi
pergerakan rotasi. Organ akhir reseptor ini dirangsang oleh perubahan
laju atau arah gerakan seseorang. Bagian utricle dan saccule dilibatkan
dengan gerakan linier.
2. Organ Corti
Organ corti ditempatkan di koklea, tabung berbentuk siput
berbentuk siput sekitar 3,5 cm dengan putaran dua setengah spiral.
Membran memisahkan saluran koklea (sacla media) dari scala vetibuli
dan scala tympani dari membran basilar. Organ corti terletak di
membran basilar yang membentang dari pangkal ke puncak koklea.
Saat getaran suara masuk ke perilimfa di jendela oval dan berjalan di
sepanjang scala vestibuli, mereka melewati scala tympani, masuk ke
saluran koklea, dan menyebabkan pergerakan membran basilar.
Organ corti yang juga disebut orgna akir untuk pendengaran,
mengubah energi mekanik menjadi aktivitas saraf dan memisahkan
suara ke frekuensi yang berbeda. Doromngan elektrokimia ini brejalan
melalui saraf akustik ke korteks temporal otak untuk ditafsirkan
sebagai suara yang berarti. Di kanal pendengaran internal, saraf koklea
( akustik ) bergabung dengan saraf vestibular yang timbul dari
kanalsemisirkular, utricle dan saccule untuk menjadi saraf
vestibulocochlear ( nervus kranial VIII ). Kanal ini juga menyimpan
saraf fasialis dan suplai darah dari telinga ke otak.

1.1.4 Patofisiologi

1.1.5 Manifestasi klinik


1. Otitis Serosa, telinga terasa penuh, tuli ada tinnitus, sakit
2. Otitis media kronis, tuli, sakit sewaktu-waktu, pusing, keluar getah
radang (Long, Barbara C, 2006). Gejala mungkin minimal, dengan
tingkat ketulian yang bervariasi dan otorea (rabas) berbau busuk yang
persisten atau interminten. Pasien mungkin merasakan nyeri jika
terdapat mastoiditis akut; ketika mastoiditis terjadi area pascaaurikular
menjadi kenyal; eritema dan edema dapat terjadi. Kolesteatoma
(kantung yang berisi kulit yang mengalami degenerasi dan materi
sebasea) mungkin dimanifestasikan sebagai massa putih di belakang
membrane timpani yabg terlihat melalui otoskop. Jika tidak diobati,
kolesteatoma akan terus tumbuh dan menghancurkan struktur tulang
temporal, kemungkinan menyebabkan kerusakan pada saraf pasial dan
kanal horisontal serta hancurnya struktur lain di sekitarnya.
Pemeriksaan auditori sering kali menunjukkan tuli konduktif atau
campuran (Brunner & Suddarth. 2013).
3. Otitis media purulenta , telinga terasa penuh, gemuruh, tuli berdesing,
demam.
4. Otitis media purulenta kronis,
a. Perubahan pada membrane timpani: perforasi sentral, perforasi
marginal, perforasi atik
b. Perubahan pada mukosa: Hipertrofi, degenerasi, metaplasi
c. Perubahan pada tulang : Struktur tulang dalam kavum timpani dan
sekitarnya mengalami osteitis, dekstruksi dan nekrosis
5. Otitis media supuratif kronis, adanya abses atau fisel retroaurikular,
jaringan granulasi atau polip di liang telinga yang berasal dari kavum
timpani, pus yang selalu aktif atau berbau busuk, foto rontgen mastoid
adanya gambaran kolesteatom.
6. Otitis media internal, memiringkan kepala, terjatuh, berputar-putar,
mual dan muntah, keabnormalan posisi mata dan keabnormalan
gerakan mata

1.1.6 Pemeriksaan penunjang


1. Pemeriksaan Audiogram
2. Pemeriksaan Otoskopi
3. Pemeriksaan telinga:
a. Tampak secret dalam MAE yang keluar dan lobang perforasi
b. Perforasi membrane timpani dengan berbagai variasi besar dan
macam nya
c. Mukosa cavum timpani dapat menebal, terbentuk granulasi potip
atau di dapatkan kolesteatoma
4. Pemeriksaan pendengaran: suara bisik, tes ggarpu tala dan audiogram
: tuli konduksif atau tuli campuran.
5. Foto Mastoid (posisi Schuller) : Jika sudah ada Mastoiditis, tampak
mastoid yang sklerotik atau ada rongga yang berisi kolestetoma.
6. Pemeriksaan kultur eksudat

1.1.7 Penatalaksanaan

1. OTE
a. Setelah liang telinga dibersihkan dengan lidi kapas, kulit telinga
diberi obat tetes atau salep yang mengandung antibitika dan
kortikosteroid
b. Bila liang telinga menyempit, masukkan tampon yang sudah diberi
atau dibasahi dengan obat yang sama
c. Pada infeksi jamur, tetesi dengan larutan yang mengandung 1-30%
asam salisilat dalam alcohol atau obat anti jamur lain.
d. Untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan antihistamin.
e. Membersihkan kotoran obat tetes atau salep bila perlu antibiotic
sistemik
2. OTMS
Menghilangkan obstruksi dari tuba eustachi dan pirasi dipasang drain
3. OTMA, (Brunner & Suddarth. 2013).
a. Dengan terapi antibiotik spektrum luas sejak dini dan tepat, otitis
media dapat hilang tanpa menyisakan sekuela yang serius. Jika
terdapat drainase, sediaan antibiotik otik dapat diresepkan.
b. Hasil akhir bergantung pada efektivitas terapi (dosis antibiotik oral
yang diresepkan dan durasi terapi), virulensi bakteria, dan status
fisik pasien.
c. Miringotomi (Timpanotomi), Jika kasus otitis media ringan
ditangani secara efektif, tindakan miringotomi mungkin tidak
diperlukan. Jika miringotomi perlu dilakukan, akan dibuat insisi
menuju membran timpani untuk meredakan gejala dan
mengalirkan cairan serosa atau cairan purulen dari telinga tengah.
Prosedur yang tidak terasa nyeri ini biasanya dilakukan kurang dari
15 menit. Jika episode otitis media akut terjadi kembali dan tidak
ada kontraindikasi, slang ventilasi atau slang penyeimbang tekanan
dapat dimasukkan
4. OTMK,(Brunner & Suddarth. 2013)
a. Pengisapan dan pembersihan telinga yang cermat dapat dilakukan
di bawah panduan mikroskop.
b. Antibiotik tetes dimasukkan atau antibiotik serbuk digunakan
untuk mengatasi rabas purulen.
c. Prosedur timpanoplasti (miringoplasti dan jenis yang lebih
ekstensif) dapat dilakukan untuk mencegah infeksi berulang,
mengembalikan fungsi telinga tengah, menutup perforasi, dan
memperbaiki pendengaran.
d. Osikuloplasti mungkin dilakukan untuk merekonstruksi tulang
telinga tengah guna mengembalikan fungsi pendengaran
5. OTMPA
Berdasarkan patofisiologinya, terapi otitis media purulenta akuta
pada stadium kataralisini ditujukan pada pengembalian fungsi tuba
eustachii secepatnya.
Hipertendi di dalam kavum tympani akibat adanya akumulasi
mukopus menyebabkan otalgia hebat dan febris tinggi sehingga
dilakuakan:
a. Drainase mukopus dari kavum tympani
b. Insisi pada membrane tympani (parasentase) pada daerah
posterius diinterior
c. Pemberian anti biotika mutlak ( penicillin dalam dosis cukup)
d. Drainase diusahakan melalu ieustachius
e. Tetes hidung
f. Obat untuk mengatasi ispa
6. OTMPK
a. Stadium aktif
• Antibiotika dan cari faktor penyebab
• Bila ada faktor rinogen, terapisu member feksi dalam
hidung dan sekitarnya.
• Bila ada fakto reksogen, rawat lukol telinga dengan
membersihkan secret secara dihisap, bersihkan dengan
kapas atau ditetesi dengan sotutio H2o2 3%
b. Stadium tenang
Dianjurkan operasi miringoplasti, yaitu menutup perforasi pada
membrane tympani. OTI, pemberian anti microbial secara oral,
pemberian obat anti vertigo, operasi peradangan polip atau tumor
pada telingga

1.2 TinjauanAsuhanKeperawatan
1.2.1 Pengkajian
1. Riwayat kesehatan meliputi :
a) Gambaran lengkap masalah telinga, termasuk infeksi , otalgia,
otorea, kehilangan pendengaran.
b) Data dikumpulkan mengenai durasi dan intensitas otore,
kehilangan pendengaran, otalgia.
c) Penyebeb dan penanganan masalah sebelumnya
d) Informasi perlu diperoleh mengenai masalah kesehatan lain dan
semua obat dan riwayat keluarga tentang penyakit telingga
2. Pengkajian fisik meliputi :
a) Observasi adanya aritema
b) Edema
c) Otorea
d) Lesi
e) Bau caira yang keluar

1.2.2 Diagnosa keperawatan


A. Diagnosa
1. Ansietas berhubungan dengan prosedur pendengaran , potensial
kehilangan pendengaran, potensial gangguan pengecap dan potensial
kehilangan gerakan fasial.
Ansietas
00146
Definisi : Perasaan yang tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar
disertai respon otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu) perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi
terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya daan memampukan
individu untuk bertindak menghadapi ancaman.
Batasan Karakteristik  Tampak waspada
Perilaku  Insomnia
 Agitasi  Kontak mata yang buruk
 Gelisah  Melihat sepintas
 Gerakan ekstra  Mengekspresikan
 Penurunn produktivitas kekhawatiran karena
 Perilaku mengintai perubahan dlam peristiwa
Afektif hidup
 Berfokus pada diri sendiri
 Distress  Menyesal
 Gelisah  Peka
 Gugup  Perasaan tidak adekuat
 Kesedihan yang mendalam  Putus asa
 Ketakutan  Ragu
 Menggemerutukkan gigi  Sangat khawatir
Fisiologis  Senang berlebihan
 Gemetar
 Peningkatan keringat  Suara gemetar
 Peningkatan letegangan  Tremor
 Tremor tangan
Simpatis  Wajah tegang
 Anoreksia
 Diare  Lemah
 Dilatasi Pupil  Mulut kering
 Eksitasi kardiovaskuler  Peningkatan denyut nadi
 Gangguan pernafasan  Peningkatan frekuensi
 Jantung berdebar-debar penafasan
 Kedutan otot  Peningkatan reflek
 Peningkatan tekanan darah
Parasimpatis  Vasokontriksi supervisial
 Anyng-anyangan  Wajah memerah
 Diare
 Dorongan segera berkemih  Mual
 Gangguan pola tidur  Nyeri abdomen
 Kesemutaan pada  Penurunan denyut nadi
ekstremitas  Penurunan tekanandarah
 Letih  Pusing
Kognitif  Sering berkemih
 Bloking pikiran
 Cenderung menyalahkan  Gangguan konsentrasi
orang lain  Gangguan perhatian
 Lupa  Konfusi
 Melamun  Penurunan kemampuan
 Menyadari gejala fisiologis untuk memecahkan masalah
 Penurunan kemampuan  Penurunan lapang persepsi
untuk belajar Preokupasi

2. Nyeri akut berhubungan dengan pembedahan Mastoid


Nyeri Akut
00132
Definisi :Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang
digambarkan sebagai kerusakan (International Association fot the Study
of Pain); awitan yang tiba tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga
berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau diprediksi
Batasan karakteristik Faktor yang berhubungan
 Bukti nyeri dengan  Agens cedera biologis (mis
menggunakan standar daftar infeksi, iskemia, neoplasma)
periksa nyeri untuk pasien yang  Agens cedera fisik (mis.,
tidak dapat mengungkapkannya abses, amputasi, luka bakar,
(mis, Neonatal Infant Pain terpotong, mengangkat berat,
Scale, Pain Assessment prosedur bedah, trauma,
Checklist for Senior with olahraga berlebihan)
Limited Ability to  Agen cedera kimia (mis, luka
Communicate) Diaforesis bakar, kapsaisin, metilen
 Dilatasi pupil klorida, agen mustard)
 Ekspresi wajah nyeri (mis.,
mata kurang bercahaya, tampak
kacau, gerakan mata berpencar
atau tetap pada satu fokus,
meringis)
 Fokus menyempit (mis.,
persepsi waktu, proses berpikir,
interaksi dengan orang dan
lingkungan
 Fokus pada diri sendiri
 Keluhan tentang intensitas
menggunakan standar skala
nyeri (mis., skala Wong-Baker
FACES, skala analog visual
skala penilaian numerik)
 Keluhan tentang karakteristik
nyeri dengan menggunakan
standar instrumen nyeri (mis.,
McGill Pain Questionnaire,
Brief Pain Inventory)
 Laporan tentang perilaku
nyeri/perubahan aktivitas (mis.,
anggota keluarga, pemberi
asuhan)
 Mengekspresikan perilaku (mis,
gelisah, merengek, menangis,
waspada)
 Perilaku distraksi
 Perubahan pada parameter
fisiologis (mis., tekanan darah,
frekuensi jantung, frekuensi
pernapasan saturasi oksigen,
dan end- tidal karbon dioksida
[CO2))
 Perubahan posisi untuk
menghindari nyeri
 Perubahan selera makan
 Putus asa
 Sikap melindungi area nyeri
 Sikap tubuh melindungi
B. Intervensi
1. Diagnosa Keperawatan : Ansiatas berhubungan dengan prosedur
pendengaran , ptonsial kehilangan pendengaran, potensial gangguan
pengecap dan potensial kehilangan gerakan fasial.
NOC : Tingkat Kecemasan ……………….………………………(KODE : 1211)
BER CUKUP SEDAN RINGAN TIDAK
AT BERAT G ADA
SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5 NA
INDIKATOR

120101 Tidak dapat 1 2 3 4 5 NA


beristirahat
120102 Berjalan 1 2 3 4 5 NA
mondar-mandir
120103 Meremas-remas 1 2 3 4 5 NA
tangan
120104 Disstres 1 2 3 4 5 NA
120105 Perasaan gelisah 1 2 3 4 5 NA
120106 Otot tegang 1 2 3 4 5 NA
120107 Wajah tegang 1 2 3 4 5 NA
120108 Iritabiitas 1 2 3 4 5 NA
120109 Tidak bisa 1 2 3 4 5 NA
mengabil
keputusan
120110 Mengeluarkan 1 2 3 4 5 NA
rasa marah
secara
berlebihan
120111 Masalah 1 2 3 4 5 NA
perilaku
120112 Kesulitan 1 2 3 4 5 NA
berkonsentrasi
120113 Kesulita dalam 1 2 3 4 5 NA
belajar
120114 Kesulitan dalam 1 2 3 4 5 NA
penyelesaian
masalah
120115 Serangan panic 1 2 3 4 5 NA
120116 Rasa takut yang 1 2 3 4 5 NA
disampaikan
secara lisan
120117 Perhatian yang 1 2 3 4 5 NA
berlebihan
terhadaap
kejadian-
kejadian dalam
kehidupan
120118 Peningkatan 1 2 3 4 5 NA
tekanan darah
120120 Peningkatan 1 2 3 4 5 NA
frekuensi nadi
120121 Peningkatan 1 2 3 4 5 NA
frekuensi
pernafasan
120122 Dilatasi pupil 1 2 3 4 5 NA
120123 Berkeringat 1 2 3 4 5 NA
dingin
120124 Pusing 1 2 3 4 5 NA
120125 Fatigue 1 2 3 4 5 NA
120126 Penurunan 1 2 3 4 5 NA
produktivitas
120127 Penurunan 1 2 3 4 5 NA
prestasi sekolah
120128 Menarik diri 1 2 3 4 5 NA
120129 Gangguan tidur 1 2 3 4 5 NA
120130 Perubahan pada 1 2 3 4 5 NA
pola buang air
besar
120131 Perubahan pada 1 2 3 4 5 NA
pola makan

NOC : Tingkat Kecemasan Sosial


INDIKATOR BERA CUKU SEDAN RINGA TIDA
T P G N K
BERAT ADA
1 2 3 4 5 N
SKALA OUTCOME KESELURUHAN A

12160 Menghindari 1 2 3 4 5 N
1 situasi sosial A
12160 Menghindari 1 2 3 4 5 N
2 orang yang A
tidak di kenal
12160 Menghindari 1 2 3 4 5 N
3 pergi ke luar A
rumah
12160 Antisipasi 1 2 3 4 5 N
4 cepas pada A
situasi sosial
12160 Antisipasi 1 2 3 4 5 N
5 cemas dalam A
menghadapi
orang yang
tidak di kenal
12160 Respon 1 2 3 4 5 N
6 antisipasi A
sistem saraf
simpatis
12160 Persepsi diri 1 2 3 4 5 N
7 yang negative A
pada
keterampilan
sosial
12160 Persepsi diri 1 2 3 4 5 N
8 yang negative A
terhadap
penerimaan
oleh orang lain
12160 Takut di awasi 1 2 3 4 5 N
9 oleh orang lain A
12161 Takut 1 2 3 4 5 N
0 berinteraksi A
dengan anggota
jenis kelamin
yang berbeda
12161 Takut 1 2 3 4 5 N
1 berinteraksi A
dengan orang
yang lebih
unggul
12161 Tidak nyaman 1 2 3 4 5 N
2 selama A
menghadapi
sosial
12161 Tidak nyaman 1 2 3 4 5 N
3 dengan A
perubahan
yang rutin
12161 Memperhatika 1 2 3 4 5 N
4 n tentang A
penilaian orang
lain setelah
pertemuan
sosial
12161 Gejala panic 1 2 3 4 5 N
5 setelah A
pertemuan
sosial
12161 Gangguan 1 2 3 4 5 N
6 dengan fungsi A
peran
12161 Gangguan 1 2 3 4 5 N
7 dengan A
hubungan

NIC
Peningkatan Koping
Definisi : fasilitasi usaha kognitif dan perilaku untuk mengelola stressor yang
dirasakan , perubahan atau ancaman yang menggaanggu aalam rangka memenuhi
hubugan hidup dan peran
Aktivitas-aktivitas:  Eksplorasi pencapaian pasien
 Bantu pasien dalam mengidenti sebelumnya
tujuan jangka pendek dan jangka
panjang yang tepat  Eksplorasi alasan pasien
mengkritik diri
 Bantu pasien dalam sumber-
sumber yang tersedia untuk  Konfrontasi terhadap perasaan
memenuhi tujuan-tujuannya
ambivalen pasien (kemarahan
 Bantu pasien untuk memecah atau di tekan)
tujuan yang kompleks menjadi
lebih kecil, dengan langkah yang  Tumbuhkan cara penyaluran
dapat dikelola kemaran dan permusuhan yang
 Dukung dengan orang yang kontruksif
memiliki ketertarikan dan tujuan
yang sama  Atur situasi yang mendukung
otonomi pasien
 Bantu pasien untuk
menyelesaikan masalah dengan  Bantu pasien dalam
cara yang konstruktif
mengidentifikasi respon positif
 Berikan penilaian (kemampuan) dari orang lain
penyesuaian pasien terhadap
perubahan-perubahan dalam citra  Dukung identifikasi nilai hidup
tubuh, sesuai dengan indikasi yang spesifik
 Berikan penilaian mengenai
 Eksplorasi bersama pasien
dampak dari situasi kehidupan
pasien terhadap peran dan mengenai metode sebelumnya
hubungan [yang ada] pada saat menghadapi masalah

 Dukung pasien untuk kehidupan


mengidentifikasikan deskripsi
 Mengenalkan pasien dengan
yang realistik terhadap adanya
perubahan dalam peran orang (atau kelomok) tertentu
yang telah berhasil melewati
 Berikan penilaian mengenai
pemahaman pasien terhadap pengalaman yang sama
proses penyakit
 Dukung penggunaaan mekanisme
 Berikan penilaian dan diskusikan defensive yang tepat
respon alternatif terhadap situasi
(yang ada]  Dukung verbalisasi perasaan,
 Gunakan pendekatan yang persepsi dan rasa takut
tenang dan memberikan jaminan
 Diskusikan konsekuensi dari
 Berikan suasana penerimaan tidak mengatasi rasa bersalah dan
 Bantu pasien dalam malu
mengembangkan penilaian
terkait dengan kejadian dengan  Dukung pasien untuk
lebih obyektif mengidentivikasi kekuatan dan

 Bantu pasien untuk kemampuan diri


mengidentifikasi informasi yang
 Turunkan stimulus yang dapat
dia paling tertarik untuk dapatkan
diartikan sebagai ancaman dalam
 Sediakan info aktual mengenai
suatu lingkungan tertentu
diagnosis, penanganan dan
prognosis  Berika penilaian terkait dengan
 Sediakan pasien pilihan-pilihan kebutuhan/keinginan pasien yang
yang realistis mengenai aspek terkait dengan dukungan sosial
perawatan
 Bantu pasien mengidentivikasi
 Dukung sikap [pasien] terkait
dengan harapan yang realistis sistem dukungan yang tersedia
sebagai upaya untuk mengatasi
perasaan ketidakberdayaan  Pertimbangkan resiko pasien
melukai diri sendiri
 Evaluasi kemampuan pasien
dalam membuat keputusan  Dukung keterlibatan keluarga
dengan cara yang tepat
 Cari jalan untuk memahami  Dukung keluarga untuk
perspektif pasien terhadap situasi memverbalisasi perasaan
yang penuh stres
mengenai sakitnya anggota
 Tidak mendukung pembuatan keluarga
keputusan saat pasien berada
pada situasi stres yang berat  Berika keterampilan sosial yang

 Dukung kemampuan mengatasi tepat


situasi secara berangsur- angsur
 Bantu pasien untuk
 Dukung kesabaran dalam mengidentifikasi strategi-strategi
mengembangkan suatu hubungan
positif untuk mengatasi
 Dukung aktivitas-aktivitas sosial keterbatasan dan mengelola
dan komunitas (agar bisa di-
kebutuhan gaya hidup maupun
lakukan]
perubahan peran
 Dukung kemampuan dalam]
penerimaan terhadap  Instruksikan pasien untuk untuk
keterbatasan orang lain menggunakan teknik relaksasi
 Kenali latar belakang sesuai dengan kebutuhan
budaya/spiritual pasien
 Bantu pasien untuk (melewati
 Dukung penggunaan sumber- proses) berduka dan melewati
sumber spiritual, jika di inginkan kondisi kehilangan karena
penyakit kronik dan/atau
kecacatan yang tepat

 Bantu pasien untuk


mengklarifikasi kesalahpahaman

 Dukung pasien untuk


mengevaluasi perilakunya sendiri

NIC
Pengurangan Kecemasan
Definisi : Mengurangi tekanan, ketakutan , firasat, maupun ketidaknyamanan
terkait dengan sumber-sumber bahaya yang tidak teridentifikasi
Aktivitas-aktivitas :  Minta klien untuk rileks dan
 Gunakan pendekatan yang tenang merasakan sensasi
dan meyakinkan
 Nyatakan dengan jelas harapan  Berikan ktivitas pengganti yang
terhadap perilaku klien bertujuan untuk mengrangi
tekanan
 Jelaskan semua prosedur
termasuk semua sensasi yang  Bantu klien mengidntifikasi
akan di rasakan yang mungkin situasi yang memicu kecemasan
akan di alami klien selama
 Control stimulasi untuk
prosedur (dilakukan)
kebutuhan klien secara tepat
 Pahami situasi krisis yang terjadi
 Dukung penggunaan mekanisme
dari perspektif klien
koping yang sesuai
 Berikan informasi faktual terkait
 Bantu klien untuk
diagnosis perawatan prognosis
mengartikulasikan deskripsi yang
 Berada disisi klien untuk realistis mengenai kejadian yang
meningkatkaan rasa aman dan akan datang
mengurangi ketakutan
 Pertimbangkan kemampuan klien
 Dorong keluarga untuk dalam mengambil keputusan
mendampingi klien dengan cara
 Instruksikan klien untuk
yang tepat
menggunakan teknik relaksasi
 Berikan objek yang menunjukkan
 Atur penggunaan obat-obat yang
perasaan aman
mengurangi kecemasan secara
 Lakuakan usapan pada tepat
punggung/leher dengan cara yang
 Kaji untuk tanda verbal dan non
tepat
verbal kecemasan
 Ciptakan atmosfir rasa aman
 Dorong verbalisasi perasaan,
untuk meningkatkan kepercayaan
persepsi dan ketakutan

 Identifikasi pada saat terjadi


perubahan tingkat kecemasan

NIC
Aktivitas-aktivitas:  Gunakan suara yang lembut
dengan irama yang lambat
 Gambarkan rasionalisasi dan
untuk setiap kata
manfaat relaksasi serta jenis
relaksasi yang tersedia  Tunjukkan dan praktikkan
(misalnya, musik, meditasi, teknik relaksasi pada klien
bernafas dengan ritme, klien untuk mengulan praktik
relaksasi rahang dan relaksasi teknik relaksasi, jika
otot progresif memungkinkan

 Uji penurunan tingkat energi  Antisipasi kebutuhan


saat ini, ketidakmampuan penggunaan relaksasi
untuk konsentrasi, atau gejala
lain yang mengiringi yang  Berikan informasi tertulis
mungkin mempengaruhi mengenai persiapan dan
kemampuan kognisi untuk keterlibatan di dalam teknik
berfokus pada teknik relaksasi relaksasi

 Tentukan apakah ada  Dorong pengulangan teknik


intervensi relaksasi dimas lalu praktik-praktik tertentu secara
yang sudah memberikan berkala.
manfaat  Berikan waktu yang tidak
 Pertimbangkan keinginan terganggu karena mungkin saja
individu untuk berpartisipasi, klien tertidur
ke mampuan berpartisipasi,  Dorong kontrol sendiri ketika
pilihan, pengalamana masa lalu relaksasi dilakukan
dan kontraindikasi sebelum
memilih strategi relaksasi  Evaluasi laporan individu
tertentu terkait dengan releksasi yang
dicapai secara teratur, dan
 Berikan deskripsi detail terkait monitor ketegangan otot secara
intervensi relaksasi yang periodik, denyut nadi, tekanan
dipilih darah dan suhu tubuh dengan
 Ciptakan lingkungan yang tepat
tenang dan tanpa dengan  Kembangkan kaset teknik
lampu yang redup dan suhu relaksasi untuk digunakan
lingkungan yang nyaman, jika individu dengan tepat
memungkinkan
 Gunakan relaksasi sebagai
 Dorong klien untuk mengambil strategi tambahan dengan
posisi yang nyaman dengan (peng- gunaan] obat-obatan
pakaian longgar dan mata atau sejalan dengan terapi
tertutup pesifikkan isi lainnya dengan tepat
intervensi relaksasi (misalnya,
dengan meminta saran  Evaluasi dan dokumentasikan
perubahan) respon terhadap terapi
relaksasi
 Dapatkan perilaku yang
menunjukkan terjadinya
relaksasi dalam, pernafasan
perut, atau bayangan yang
menenangkan terjadi
2. Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan pembedahan
Mastoid
Kontrol Nyeri 1605
Definisi : Tindakan pribadi untuk mengontrol nyeri
160502 Mengenali kapan nyeri terjadi
160501 Menggambarkan faktor penyebab
160510 Menggunakan jurnal harianuntuk memonitor gejala dari waktu ke
160503 waktu
160504 Menggunakan tindakan pencegahan
160505 Menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) tanpa analgesik
160513 Menggunakan analgesik yang di rekomendasikan
Melaporkan perubahan perubahan terhadap gejala nyeri terhadap
160507 profesional kesehatan
160508 Melaporkan gejala yang tidak terkontrol pada profesional kesehatan
160509 Menggunakan sumber daya yang tersedia
160511 Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri
Melaporkan nyeri yang terkontrol

NOC : Tingkat Nyeri……………………………………….Kode: 2102


Tingkat Nyeri 2102
Definisi : Keparahan dari nyeri yang di amati atau dilaporkan
210201 Nyeri yang dilaporkan
210204 Penjangnya episode nyeri
210221 Menggosok area yang terkena dampak
210217 Mengerang dan menangis
210206 Ekspresi nyeri wajah
210208 Tidak bisa beristirahat
210222 Agitasi
210223 Iritabilitas
210224 Mengernyit
210225 Mengeluarkan keringat
210226 Berkeringat berlebihan
210218 Mondar mandir
210219 Focus menyempit
210209 Ketegangan otot
210215 Kehilangan nafsu makan
210227 Mual
210228 Intoleransi makanan
210210 Frekuensi nafas
210211 Denyut jantung apical
210220 Denyut nadi radikal
210212 Tekanan darah
210214 Berkeringat

NIC
Manajemen Nyeri
Definisi : pengurangan ataau reduksi nyeri sampai pada tingkat kenyemanan
yang dapatditerima oleh pasien
Aktivitas-aktivitas  Kurangi atau eliminasi faktor-
 Lakukan pengkajian nyeri faktor yang dapat mencetuskan
komprehensif yang meliputi lokasi , atau meningkatkan
karekteristik,onset/durasi, frekuensi, nyeri(misalnya, ketakutan ,
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri kelelahan,keadaan monoton dan
dan faktor pencetus kurang pengetahuan)
 Observasi adanya petunjuk nonverbal  Pertimbangkan keinginann
mengenai ketidak-nyamanan terutama pasien untuk berpartisipasi,
pada mereka yang tidak bisa kemampuan berpaartisipasi,
berkomunikasi secara efektif kecenderungan, dukungan dari
 Pastikan perawatan analgesic bagi orang terdekat terhadap dan
pasien dilakuka dengan pemantauan kontraindikasi ketika memilih
yang ketat strategi penurunan nyeri
 Gunakan strategi komunikasi  Pilih dan implementasikan
terapeutik untuk mengetahui tindakan yang beragam
pengalaman nyeri dan sampaikan (misalnya,farmakologi,
penerimaan pasien terhadap nyeri nonfarmakologi, interpersonal)
 Gali pengetahuan dan kepercayaan untuk memfasilitasi penurunan
pasien mengenai nyeri nyeri, sesuai dengan kebutuhan
 Perhatikan pengaruh budaya terhadap  Ajarkan prinsip-prinsip
respon nyeri manajemen nyeri
 Tentukan akibat dari pengalaman  Pertmbangkan tipe dan sumber
nyeri terhadap kualitashidup pasien nyeri ketika memilih strategi
(misalnya, tidur, nafsu makan, penurunn nyeri
pengertian, perasaan , hubungan  Dorong pasien untuk memonitor
peforma kerja, dan tanggung jawab nyeri dan menangani nyerinya
peran) dengan tepat
 Gali bersama pasien faktor-faktor  Ajarkan penggunaan teknik
yang dapat menurunkan atau nonfarmakologi (seperti,
memperberat nyeri biofeed back. TENS, hypnosis,
 Evalasi pengalaman nyeri relaksasi, bimbingan antisipasif,
dimasalaluyang meliputi riwayat nyeri terapi music, terapi bermain,,
kronik individu atau keluarga atau terapi aktifitas, akupressur,
nyeri yang menyebabkan aplikasi panas/dingin dan
disability/ketidakmampuan/kecacatan, pijatan, sebelum , sesudah dan
dengan tepat jika memungkinkan , ketika
 Evaluasi bersama pasien dan tim melakukan aktifitas yang
kesehatan lain mengenai efektivitas menimbulkan nyeri, sebelum
tindakan pengontrolan nyer yang nyeri terjadi atau meningkat
pernah di lakukan sebelumnya dan bersamaan dengan tindakan
 Bantu keluarga dalam mencari dan penurunan rasa nyeri lainnya)
menyediakan dukungan  Gali penggunaan metode
 Gunakan metode penilaian yang sesuai farmakologi yang di pakai
dengan tahapan perkembangan yang pasien saat ini untuk
memungkinkan untuk meonitoring menurunkan nyeri
perubahan nyeri yang akan dapat  Ajarkan metodefarmakologi
membantu mengidentifikasi faktor untuk menurunkan nyeri
pencetus actual dan potensial (missal,  Dorong pasien menggunakan
catatan perkembangan dan catatan obat-oobatan penurun nyeri
harian) yang adekuat
 Tentukan kebutuhan frekuensi untuk  Kolaborasi dengan pasien,
melakukan pengkajian orang terdekat dan tim
ketidaknyamanan pasien dan kesehatan lainnya untuk
mengimplementasikan rencana memilih dan
monitor mengimplementasikan tindakan
 Berikan informasi mengenai nyeri , penurunan nyeri
seperti penyebab nyeri, berapa lama nonfarmakologi sesuai
nyeri akan dirasakan , dan antisipasi kebutuhan
dari ketidak-nyamanan akibat  Beriakn individu penurun nyeri
prosedur yang optimal dengan peresepan
 Kendalikan faktor lingkungan yang analgesic
dapat mempengaaruhi respon pasien  Implementasikan penggunaan
terhadap ketidaknyamanan (misalnya, pasien – -terkontrol analgesic
suhu, ruangan , pencaahayaan, suara (PCA), jika sesuai
bising)
 Informasikan tim kesehatan lain atau  Gunakan tindakan pengontrol
anggota keluarga mengenai strategi nyeri sebelum nyeri bertambah
nonfarmakologi yang sedang di berat
gunakan untuk mendorong pendekatan  Berikan obat sebelum
preventif terkait dengan manajemen melakukan aktivitas untuk
nyeri meningkatkan partisipasi,
 Gunakan pendekata multi disiplin untu namun (lakukan) evaluasi
manajemen nyeri , jika sesuai (mengenai) bahaya dari sedasi
 Pertimbangkan untuk merujuk pasien  Pastikan pemberian analgesic
keluarga dan orang terdekat pada dan atau strategi
kelompok pendukung dan sumber- nonfarmakologi sebelum
sumber lainnya sesuai kebutuhan dilakukan prosedur yang
 Berikan informasi yang akurat untuk menimbulkan nyeri
meningkatkan pengetahun dn respon  Periksa tingkat ketidak
keluarga terhadap pengalaman nyeri nyamanan bersama pasien ,
 Libatkan keluarga dalam modalitas catat perubahan pada catatan
penurunan nyeri, jika memungkinkan medis pasien , informasikan
 Monitor kepuasan pasien terhadap petugas kesehatan lain yang
manajeman nyeri dalam interval yang merawat pasien
spesifik  Evaluasi keefektifan dan dari
tindakan pengontol nyeri yang
di pakai selama pengkajian
nyeri dilakukan
 Mulai dan modifikasi tindakan
pengontrolan nyeri berdasarkan
respon pasien
 Dukung istirahaat atau tidur
yang adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
 Dorong pasien untuk
mendiskusikan pengalaman
nyerinya sesuai kebutuhan
 Beri tahu dokter jika tindakan
tidak berhasil dan jika keluhan
pasien saat ini berubah
signifikan dari pengalaman
nyer sebelum nya

Pemberian analgesik (Kode : 2210)


Definisi : Penggunaan agen farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri
Aktivitas-aktivitas:  Berikan analgesik tambahan dan/atau
pengobatan jika diperlu kan untuk
 Tentukan lokasi, karakteristik,
meningkatkan efek pengurangan nyeri
kualitas dan keparahan nyeri sebelum
 Pertimbangkan penggunaan infus
mengobati pasien
terus-menerus, baik sendiri atau
 Cek perintah pengobatan meliputi
digabungkan dengan opioid bolus,
obat, dosis, dan frekuensi obat
untuk mempertahan kan level serum
analgesik yang diresepkan
 Jalankan tindakan keselamatan pada
 Cek adanya riwayat alergi obat
pasien yang menerima analgesik
 Evaluasi kemampuan pasien untuk
narkotika, sesuai kebutuhan
berperan serta dalam pemilihan
 Mintakan pengobatan nyeri PRN
analgetik, rute dan dosis dan
sebelum nyeri menjadi parah
keterlibatan pasien, sesuai kebutuhan
 lnformasikan pasien yang
 Pilih analgesik atau kombinasi
mendapatkan narkotika bahwa rasa
analgesik yang sesuai ketika lebih
mengantuk kadang terjadi selama 2-3
dari satu diberikan
hari pertama pemberian dan
 Tentukan pilihan obat analgesik
selanjutnya akan menghilang
(narkotik, non narkotik, atau
 Perbaiki kesalahan pengertian/mitos
NSAID), berdasarkan tipe dan
yang dimiliki pasien dan anggota
keparahan nyeri
keluarga yang mungkin keliru tentang
 Tentukan analgesik sebelumnya, rute
analgesik
pemberian, dan dosis untuk mencapai
 Evaluasi keefektifan analgesik dengan
hasil pengurangan nyeri yang optimal
interval yang teratur pada setiap
 Pilih rute intravena daripada rute
setelah pemberian khususnya setelah
intramuskular, untuk injeksi
pemberian pertama kali, juga
pengobatan nyeri yang se jika
observasi adanya tanda dan gejala
memungkinkan
efek samping (misalnya, depresi
 Tinggalkan narkotik dan obat-obat
pernafasan, mual dan muntah,mulut
lain yang dibatasi, sesuai dengan
kering dan konstipasi)
aturan rumah sakit
 Dokumentasikan respon terhadap
 Monitor tanda vital sebelum dan
analgesik dan adanya efek samping
setelah memberikan analgesik
 Evaluasi dan dokumentasikan tingkat
narkotik pada pemberian dosis
sedasi dari pasien yang menerima
pertama kali atau jika ditemu- kan
opioid
tanda-tanda yang tidak biasanya
 Lakukan tindakan-tindakan untuk
 Berikan kebutuhan kenyamanan dan
menurunkan efek samping analgesik
aktivitas lain yang dapat membantu
(misalnya, konstipasi dan iritasi
relaksasi untuk memfasilitasi
lambung)
penurunan nyeri
 Kolaborasikan dengan dokter apakah
obat, dosis, rute pem berian, atau
perubahan interval dibutuhkan, buat
 Berikan analgesik sesuai waktu rekomendasi khusus berdasarkan
paruhnya, terutama pada nyeri yang prinsip analgesik
berat  Ajarkan tentang penggunaan
 Susun harapan yang positif mengenai analgesik, strategi untuk menurunkan
keefektifan analgesik untuk efek samping, dan harapan terkait
mengoptimalkan respon pasien dengan keterlibatan dalam keputusan
pengurangan nyeri

Manajemen Sedasi (Kode : 2260 )


Definisi : Pemberian sedatif, pemantauan respon klien dan pemberian dukungan
psikologis selama prosedur terapi dan diagnostic
Aktivitas-aktivitas:  Pastikan peralatan resusitasi gawat
darurat tersedia ditempat, khususnya
 Review riwayat kesehatan klien dan
sumber pemberian oksigen 100%,
hasil pemeriksaan diag- nostik untuk
obat-obatan kegawat daruratan dan
mempertimbangkan apakah klien
defibrillator
memenuhi kri-teria untuk dilakukan
 Berikan obat-obatan sesuai protokol
pembiusan parsial cleh perawat yang
yang diresepkan dokter, titrasi
telah teregistrasi
dengan hati hati sesuai dengan
 Tanyakan klien atau keluarga
respon klien
mengenai pengalaman parsial
 Monitor tingkat kesadaran dan
sebelumnya
tanda-tanda vital klien, saturasi
 Periksa alergi terhadap obat
oksigen dan EKG sesuai dengan
 Pertimbangkan intake cairan dan
panduan protokol
intake terakhir makan
 Monitor klien mengenai efek lanjut
 Review obat-obatan lain yang
obat termasuk agitasi, depresi
dikonsumsi klien dan verivikasi ada
pernafasan, hipotensi, mengantuk
tidaknya kontraindikasi terhadap
berlebihan, hipok- semia, aritmia,
pembiusan
apnea, atau eksaserbasi dari kondisi
 Instruksikan klien dan/atau keluarga
sebelumnya
mengenai efek pembiusan
 Pastikan ketersediaan dan
 Dapatkan persetujuan tertulis Evaluasi
pemberian antagonis sesuai dengan
tingkat kesadaran klien dan reflexs
prosedur protokol dan di resep kan
protektif sebelum pembiusan
dokter dengan benar
 Dapatkan data tanda-tanda vital,
 Pertimbangakan jika pasien
saturasi oksigen, EKG, tinggi dan berat
memenuhi persyaratan untuk
badan
dipulangkan atau di pindahkan
 Inisiasi pemasangan infus
sesuai dengan prosedur protokol
 Dokumentasikan ti dakan dan
respon klien sesuai prosedur
 Berikan instruksi kepulangan secara
tertulis sesuai prosedur

Bantuan pasien untuk mengontrol pemberian analgesik (Kode : 2400)


Definisi : Memfasilitasi proses pemberian dan regulasi dalam hal pemberian
analgesik terkontrol
Aktivitas-aktivitas:  Bantu pasien dan keluarga untuk
mengatur interval peng hentian yang
 Berkolaborasi dengan dokter, pasien
tepat pada alat PCA
dan anggota keluarga dalam memilih
 Bantu pasien dan keluarga untuk
jenis narkotik yang akan digunakan
mengatur dosis tepat yang dibutuhkan
 Rekomendasikan pemberian aspirin
pada alat PCA
dan obat-obat anti-infla- masi
 Konsultasikan dengan pasien,
nonsteroid sebagai pengganti
anggota keluarga dan dokter untuk
narkotik, sesuai kebutuhan
menyesuaikan interval penghentian,
 Rekomendasikan penghentian
laju dasar dan dosis yang dibutuhkan
pemberian opioid melalui jalur lain
sesuai dengan respon pasien
 Hindari penggunaan meperidine
 Instruksikan pasien bagaimana
hydrochloride (Demerol)
meningkatkan atau menurun kan
 Pastikan bahwa pasien tidak alergi
titrasi dosis, sesuai dengan laju
terhadap analgesik yang akan
pernapasan, intensitas dan kualitas
diberikan
nyeri dan
 Instruksikan pasien dan keluarga
 Instruksikan pasien dan anggota
untuk memonitor intensitas, kualitas
keluarga terkait reaksi efek samping
dan durasi nyeri
dari agen pengurang rasa nyeri
 Instruksikan pasien dan keluarga
 Dokumentasikan nyeri pasien, jumlah
untuk memonitor laju per-napasan
dan frekuensi dosis obat dan respon
dan tekanan darah
terhadap pengobatan nyeri dalam
 Pasang akses nasogastrik, vena,
catatan per kembangannya
subkutan atau spiral, sesuai
 Monitor ketat ada tidaknya depresi
kebutuhan
pernapasan pada pasien yang berisiko
 Validasi bahwa pasien dapat
(misalnya., usia lebih dari 70 tahun;
menggunakan alat PCA (misalnya,
riwayat henti napas saat tidur
mampu berkomunikasi, memahami
penggunaan bersama PCA dengan
penjelasan dan mengikuti arahan )
agen penekan fungsi sistem saraf
 Kolaborasi dengan pasien dan
pusat, obesitas, pembedahan abdo-
keluarga untuk memilih tipe alat
men bagian atas atau pembedahan
infus PCA yang sesuai
thor pemberian bolus PCA lebih dari
 Instruksikan pasien dan anggota
1 mg; riwayat kerusakan ginjal, hati,
keluarga mengenai bagaimana cara
paru paru dan jantung)
menggunakan alat PCA
 Rekomendasikan rejimen bowel
 Bantu pasien dan keluarga untuk
untuk menghindari konstipasi
menghitung konsentrasi yang tepat
 Konsultasikan dengan ahli nyeri di
antara obat dan cairan, menetapkan
klinik bagi pasien yang mengalami
jumlah cairan yang mengalir setiap
kesulitan dalam mencapai
jam melalui alat PCA
pengontrolan nyeri
 Bantu pasien bolus analgesik yang
tepat
 Instruksikan pasien dan keluarga
untuk mengatur laju dasar infus yang
tepat pada alat PCA
1.2.3 Evaluasi
1. Diagnosa 1:
a) Mengungkapkan dan memperlihatkan pengurangan stress,
ketegangandan peka rangsang, peningkatan kenymanan.
b) TTV normal (TD : 120/80 mmHg, N : 60-80x/menit, S: 36- 36,5
derajat celcius, RR: 16-20x/menit)
c) Menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.
d) Pasien dapat menunjukkan ansietas berkurang
e) Dapat menunjukkan koping yang efektif

2. Diagnosa 2:
a) Nyeri berkurang atau hilang
b) Sekala nyeri berkurang (ringan)
c) Dapat mengatasi rasa nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, C Long.2001.Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan).Bandung: Yayasan Ikatan Alumni
Hetharia, Rospa, Si Mulyani, 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan THT.
Jakarta: Trans Info Media.
Nugraha, Dwi Antara.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Pendengaran.2012.Yogyakarta: Pustaka Baru

Sunders. 2011. Otitis Internal. Elsevier Inc. All right reserved

Anda mungkin juga menyukai