DOSEN PEMBIMBING :
ABSTRAK
Masalah keselamatan pelayaran kapal secara umum di Indonesia masih sering
terabaikan hal ini ditunjukan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja sering
diabaikan. Diharapkan penulis dapat membuat desain perencanaan keselamatan yang
baik dan dapat digunakan saat keadaan darurat untuk meminimalkan resiko kecelakaan
jika terjadi kebakaran di dalam kapal. Metode pengumpulan data dilakukan obesrvasi
secara di kapal KCT-4001.
Kata Kunci : KCT-4001, perencanaan keselamatan
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
I. PENDAHULUAN
Sistem keselamatan dan keamanan transportasi laut di Indonesia masih menjadi
pertanyaan besar yang sulit dipecahkan. Akar masalah atau penyebab utama dari
kecelakaan tidak pernah ditemukan. Selama ini, hanya factor cuaca dan kelalaian
nahkoda yang kerap jadi kambing hitam. Pemerintah melalui department perhubungan,
diharapkan segera mengambil langkah prioritas memperbaiki tingkat keselamatan
pelayaran.
Kapal crew KCT-4001 adalah kapal milik PT. Orela Shipyard yang telah
dibangun untuk crew PT. Orela Shipyard. Pembangunan kapal ini dilakukan di
galangan PT. Orela Shipyard. Tugas Metpen ini mengambil studi kasus kapal crew
KCT-4001 di galangan PT. Orela Shipyards. Kapal ini dibangun menggunakan
material baja lembaran berukuran 6000 x 1500 mm. Saya mengambil judul ini karena
dikapal ini hanya memiliki 1 pipa pemadam sedangkan kapasitas kapal tersebut sekitar
100 orang maka menurut saya untuk memnuhi standar keselamatan kapal saat terjadi
kecelakaan dan kebakaran sangat kurang.
Melihat permasalahan yang ada, maka merencanakan desain keselamatan pada
kapal KCT-4001 merupakan salah satu solusi yang baik guna menambah tingkat
keselamatn dan keamanan pada kapal saat pelayaran Atas dasar pemikiran inilah
peneliti melakukan penelitan dalam bentuk skripsi yang berjudul : “ Design Safety Plan
Kapal Crew Study Kasus Kapal KCT-4001.”
2
V. BATASAN MASALAH
Penelitian ini memiliki beberapa batasan antara lain :
1. Kapal yang di studikan adalah kapal crew KCT-4001
2. Aspek keselamatan berdasarkan regulasi yang telah ada
3
Standar kelayakan merupakan aspek, yang pasti karena fakta bahwa laut dan
angin (bahaya laut) secara umum dipahami sebagai suatu keterampilan kekuatan,
daya tahan dan teknik merupakan bagian dari konstruksi kapal dan pemeliharaan
melanjutkan, bersama dengan awak kapal yang kompeten, yang memiliki
kemampuan untuk berdiri bahaya unsur-unsur yang dapat cukup ditemui atau
diharapkan selama pelayaran tanpa kehilangan atau kerusakan pada sebuah kapal.
Sebuah kapal yang baik laut tidak berarti bahwa kapal tersebut tidak memiliki
kemungkinan untuk tidak terbakar atau tenggelam.
Secara garis besarnya, dapat dikatakan bahwa dalam konteks kelayakan kapal
untuk berlayar, International Maritime Organization (IMO), Desember 2002, telah
menerapkan International Ships and Port Facility Security (ISPS) Code atau Kode
Internasional yang mengatur tentang keamanan kapal dan fasilitas pelabuhan. ISPS
inilah yang menjadi rambu dalam mengatur tentang keselamatan kapal. (Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 17. 2008)
dan kecemasan di antara pemilik kapal, operator dan manajer. Dalam konteks ini, efek
hukum ISM Code dan tindakan yang diperlukan pemilik kapal lokal untuk mematuhi
Kode Etik.
1. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko harus dilaksanakan untuk setiap pekerjaan
yang dilakukan.
2. Dokumen tertulis identifikasi bahaya dan penilaian risiko harus tersedia di tempat
kerja .
3. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko harus dibuat oleh ahli K3 yangkompeten
dalam metode akses tali atau Teknisi Akses Tali Tingkat 3 denganberkonsultasi
dengan pengurus atau pemilik gedung.
6
Alarm kebakran berupa tombol merah yang mana apabila terjadi kebakaran, orang
pertama yang mengetahui kebakaran tersebut diharapkan menekan tombol ini.
Akan membunyikan sirene kebakaran di kapal.
e. Rakit – Rakit Penolong (Inflatable Life Craft)
SOLAS Bab III – 2 bagian B peraturan 27.b.ii menerangkan bahwa kapal – kapal
penumpang bukan untuk pelayaran jarak dekat harus membawa rakit penolong,
dimana rakit – rakit penolong dengan jumlah kapasitas yang cukup untuk
menampung 25% dari jumlah semua pelayar.
8
SOLAS Bab II-2 bagian A peraturan 7.1.2 tentang alat pemadam kebakaran,
dimana tabung pemadam jinjing jumlahnya tidak kurang dari 5 (lima) buah.
e. Baju Tahan Api Beserta Alat Bantu Pernapasan.
Dijelaskan dalam SOLAS Bab II-2 peraturan 32.g.iii dimana sekurang –
kurangnya ada 2 (dua) baju tahan panas beserta alat bantu pernapasananya tersedia
diatas kapal. Baju tahan api ini terbuat dari bahan yang dapat melindungi kulit
terhadap pancaran panas dari api dan luka bakar.
f. Alarm Kebakaran
Dijelaskan dalam SOLAS Bab II-2 peraturan 31, bahwa untuk ruang muat yang
berisikan kendaraan bermotor dengan bahan bakar di dalam tankinya harus
dipasang alarm kebakaran. Alarm kebakran berupa tombol merah yang mana
apabila terjadi kebakaran, orang pertama yang mengetahui kebakaran tersebut
diharapkan menekan tombol ini. Akan membunyikan sirene kebakaran di kapal.
membantu dalam bidang navigasi. Arah mata yang ditujuknya adalah utara, selatan,
timur dan barat. Apabila digunakan bersama – sama dengan jam dan sekstan, maka
kompas akan lebih akurat dalam menunjukan arah. Alat ini membantu
perkembangan perdagangan maritim dengan membuat perjalanan jauh lebih aman
dan efisien dibandingkan saat manusia masih berpedoman pada kedudukan
bintang untuk menentukan arah. Kompas akan sangat dibutuhkan ketika tiba – tiba
terjadi gangguan listrik diatas kapal sehingga menyebabkan perangkat – perangkat
navigasi yang lain tidak dapat dipergunakan selama pelayaran.
c. Echosounder
Berdasarkan konvensi SOLAS Bab V/Aturan 19 tentang persyaratan untuk sistem
navigaisi dan peralatan no. 2.3.1, yang mana setiap kapal diatas 300 GT atau kapal
penumpang harus terpasang sebuah echosounding atau alat lain untuk mengukur
kedalaman ait laut. Echosou nder merupakan alat yang berfungsi untuk
mengetahui kedalaman air di dasar laut. Echosounder merupakan perangkat yang
memanfaatkan SONAR teknologi untuk digunakan di bawah ukuran fisik dan
biologis. Komponen perangkat ini juga dikenal sebagai SONAR ilmiah. Aplikasi
termasuk kedalaman, substrat klasifikasi, kajian dari acquatiic vegetasi, ikan dan
plankton dan perbedaan massa air.
d. GPS
Global Positing System (GPS) adalah satu – satunya sistem navigasi satelit yang
berfungsi dengan baik. Sistem ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan
sinyal gelombang mikro ke Bumi. Sinyal ini diterima oleh alat penerima di
permukaan, dan digunakan untuk menentukan posisi, kecepatan, arah dan waktu.
e. Automatic Identification System
AIS adalah suatu sistem broadcast yang dipasang di atas kapal dan bekerja dalam
frekuensi Marine VHF Band untuk memberi informasi yang diberikan adalah data
statis, data dinamis, dan data perjalanan (voyage). Data statis berupa nomor IMO,
call sign, nama kapal, dimensi kapal, dan posisi antena. Data dinamis berupa posisi
kapal real time (dapat berubah setiap 2 detik sekali), waktu, kecepatan, sudut
12
manuever. Sedangkan data perjalanan berupa sarat kapal, kargo yang diangkut
(bila merupakan bahan berbahaya), tujuan, dan ETA.
Untuk pihak darat, AIS ini untuk mendeteksi kapal – kapal yang masuk ke dalam
wilayah perairan. Selanjutnya dapat melakukan pengawasan terhadap kapal
tersebut, dan juga memberi ijin atau tidak kepada kapal tersebut untuk masuk ke
dalam wilayah perairan. Untuk antar kapal, sebagai alat komunikasi sehingga
terhindar dari tabrakan. Aturan No. 19 dari SOLAS Chapter V telah mensyaratkan
kepada seluruh kapal – kapal jenis dan type apa saja untuk melengkap kapalnya
dengan peralatan dan system navigasi. Sistem navigasi harus selalu terpasang
diatas kapal dan dapat difungsikan. Pada tahun 2000, IMO mengadopsi aturan
tersebut untuk semua kapal untuk membawa alat bant AIS untuk dapat
memberikan informasi mengenai kapal kepada kapal – kapal yang lain dan
informasi ini diberikan dalam realtime atau saat itu juga.
Berdasarkan International Convention for the Safety of Life at Sea Bab IV Bagian
C aturan no.6 tentang instalasi radio, dimana sebuah EPIRB harus terpasang diatas
kapal. EPIRB adalah alat untuk menunjukan posisi dan nama kapal yang
mengalami keadaan darurat dengan mengirimkan sinyal satelit.
e. Radar Transponder
Berdasarkan International Convention for the Safety of Life at Sea Bab III Bagian
B.I Aturan no.6 tentang komunikasi pada kapal penumpang dan barang, pada
kapal harus terpasang minimal satu buah radar transponder pada masing – masing
sisi kapal penumpang.
Radar Transponder adalah alat portable yang akan memancarkan sinyal radar dan
dibawa pada alat keselamatan seperti ILR dan sekoci saat meninggalkan kapal.
f. Navtex
Alat yang digunakan untuk menerima berita – berita keadaan cuaca atau kondisi
lau yang disiarkan oleh stasiun – stasiun radio pantai. Untuk kapal dengan jarak
pel;ayaran lebih dari 150 mil harus terpasang satu buah Navtek. Navtek bisa juga
diganti dengan menggunakan INMARSAT.
g. Telepon Satelit
Dari annex – guidance on Provision of the Ship Security Alert System, suatu pesan
harus dikirimkan sesegara mungkin dengan menggunakan telephone atau radio
yang menggunakan sistem satelit.
14
7.3Pengambilan Data
Pada tahap ini data data pendukung tentang permasalahan yang sesuai
dengan metode yang digunakan, di kumpulkan untuk dilakukan analisa lebih
lanjut.
Pada tahap ini didapatkan data yang sudah tersedia sehingga hanya
perlu dicari, dikumpulkan dan diolah yang diperoleh dari instansi terkait. Data
Sekunder ini meliput:
Fire and safety plan arrangement digunakan untuk acuan awal sebagai
dasar penilaian suatu sistem. Penggambaran fire and safety plan arrangement
bertujuan untuk memetakan peletakan peralatan fire fighting di dalam kapal.
Untuk symbol dan gambar fire fighting berdasarkan oleh peraturan IMO A.952.
Sebelum penentuan fire and safety plan dilakukan, diperlukan denah general
arrangement didalam kapal. Sehingga dapat diketahui bagaimana pemetaan dan
peletakan peralatan fire fighting.
7.9 Kesimpulan
Pada tahap ini penulis akan menarik kesimpulan untuk menjawab
rumusan masalah yang sudah ditentukan. Kesimpulan yang dihasilkan
merupakan jawaban dari permasalahan yang dibahas dalam tugas akhir ini.
Kesimpulan diperoleh dari hasil rangkuman semua proses kegiatan data yang
dilakukan selama mengerjakan tugas akhir Metode Penelitian ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, Ferry 2018. Penggunaan Corrugated Plate Sebagai Pengganti Pelat
Berpenegar Pada Dinding Super Structure Kapal Studi Kasus Kapal Perintis
1200 GT. Skripsi
Arham, Dedy Irwansyah 2011. Konstruksi Kapal II.
Crhismianto, Hadi, Nurhali, 2016. Pengukuran Produktifitas Galangan Dalam
Pembangunan Kapal Perintis 1200 GT. Skripsi.
Cooper Kenneth G, 1980. Naval ship production: A claim settled and a framework
built. Interfaces. Vol 10. No. 6. Hal 20-36.
Djaya dan Sofi’i, 2008. Teknik Konstruksi Kapal Baja Jilid 1. Jakarta : Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional
Duffey M. R. dan Van Dorp, 1999. Risk analysis for large engineering projects:
modeling cost uncertainty for ship production activities. Journal of Engineering
Valuation and Cost Analysis 2.4. Hal 285-301.
Fitria, Kurniawan Akbar 2018. Deviasi Waktu Produksi Pembuatan Dinding Rumah
Geladak Menggunakan Pelat Bergelombang Dan Pelat Berpenegar Studi Kasus
Kapal Perintis 1200 GT. Skripsi
Hogström Per dan Jonas, 2013. Assessment of the crashworthiness of a selection of
innovative ship structures. Ocean Engineering 59. Hal 58-72.
Mulyadi.2007, Akuntansi Biaya.Yogyakarta : BPFE-UGM.
Sasongko dan Baroroh, 2011. Buku Analisa Biaya Industri Perkapalan. Teknik
Perkapalan, Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan, Universitas Hang Tuah.
Surabaya
Wahyu Purnomo Rudy, 2010. Efisiensi Perbandingan Konstruksi Transverse
Corrugated Watertight Bulkhead Dibandingkan Transverse Plane Watertight
Bulkhead pada Pembangunan Kapal Tanker 6500 LTDW di PT Dok dan
Perkapalan Surabaya. Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Surabaya.