Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY DISEASES (COPD)

1. KONSEP DASAR PENYAKIT


1.1 Definisi
Penyakit Paru-paru Obstrutif Kronis/PPOK (Chronic Obstructive
Pulmonary Diseases/COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan
untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh
peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi
utamanya (Irman, 2008).
Chronic Obstructive Pulmonary Diseases/COPD merupakan sejumlah
gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara dari dan keluar paru. Gangguan
yang terpenting adalah bronkitis obstruktif, emfisema, dan asma bronkial
(Muttaqin, 2008).
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik
yang ditandai oleh hambatan aliran udara disaluran pernapasan yang bersifat
progesif non reversible. PPOK terdiri dari bronkitis kronik, emfisema atau
gabungan keduanya (PDPI, 2008).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Chronic Obstructive Pulmonary
Diseases/COPD merupakan kumpulan penyakit paru-paru yang berlangsung
lama yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran pernapasan yang
bersifat progesif non reversible.

1.2 Etiologi
Menurut Brashers (2007) faktor-faktor yang menyebabkan penyakit paru
obstruksi kronis antara lain:
1.2.1 Merokok
merupakan > 90% resiko untuk PPOK dan sekitar 15% perokok
menderita PPOK. Beberapa perokok dianggap peka dan mengalami
penurunan fungsi paru secara cepat diantaranya:
1) Hiperplasia kelenjar mucus bronkus
2) Metaplasia skuamus epitel saluran pernapasan
3) Inhibisi aktivitas sel rambut getar, makrofag alveolar, surfaktan
1.2.2 Polusi udara, zat-zat kimia antara lain : N2O, hidrokarbon, aldehid
1.2.3 Infeksi, bakteri terbanyak adalah haemophilus influenza dan streptococus
pneumonia
1.2.4 Faktor umur
Terjadinya penurunan fungsional saluran pernafasan seiring
bertambahnya usia.
1.2.5 Defisiensi alfa-1 antitripsin
1.2.6 Defisiensi anti oksidan
Pengaruh dari masing-masing faktor risiko terhadap terjadinya PPOK
adalah saling memperkuat dan faktor merokok dianggap yang paling dominan.

1.3 Klasifikasi
Menurut Darmojo (2009), penyakit yang termasuk dalam kelompok
Chronic Obstructive Pulmonary Diseases/COPDadalah:
1.3.1 Bronkitis Kronik
Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir setiap
hari disertai pengeluaran dahak, sekurang-kuranganya 3 bulan dalam satu
tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun berturut-turut.
1.3.2 Emfisema Paru
Emfisema paru merupakan suatu definisi anatomik, yaitu suatu
perubahan anatomik paru yang ditandai dengan melebarnya secara
abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminalis, yang disertai
kerusakan dinding alveolus.
1.3.3 Asma
Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh
hipersensitivitas cabang-cabang trakeobronkial terhadap pelbagai jenis
rangsangan. Keadaan ini bermanifestasi sebagai penyempitan saluran-
saluran napas secara periodik dan reversible akibat bronkospasme.
1.3.4 Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah dilatasi bronkus dan bronkiolus kronik yang
mungkin disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan
obstruksi bronkus, aspirasi benda asing, muntahan, atau benda-benda dari
saluran pernapasan atas, dan tekanan terhadap tumor, pembuluh darah
yang berdilatasi dan pembesaran nodus limfe.
1.4 Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala Chronic Obstructive Pulmonary Diseases/COPD
(Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2008) antara lain:
1) Kelemahan badan
2) Batuk, kadang disertai dahak
3) Sesak nafas
4) Sesak nafas saat aktifitas
5) Suara nafas mengi atau wheezing
6) Ekspirasi yang memanjang
7) Bentuk dada tong (Barriel Chest) pada penyakit lanjut
8) Penggunaan alat bantu pernafasan
9) Suara nafas melemah
10) Edema kaki dan asites.

1.5 Patofisiologi
Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang
disebabkan elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam
usia yang lebih lanjut, kekuatan kontraksi otot pernapasan dapat berkurang
sehingga sulit bernapas. Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen
seseorang, yakni jumlah oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk
digunakan tubuh. Konsumsi oksigen sangat erat hubungannya dengan arus darah
ke paru-paru. Berkurangnya fungsi paru-paru juga disebabkan oleh
berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru. Polusi udara,
zat kimia beracun yang terhirup dan perokok aktif sebagai pemicu terjadinya
obstruksi pada jalan nafas maupun paru-paru. Faktor-faktor resiko tersebut akan
mendatangkan proses inflamasi bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada
dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari kerusakan akan terjadi obstruksi
bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang mengalami penutupan atau obstruksi
awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi,
pada saat ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan
udara (air trapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas
dengan segala akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan
menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi.
Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah
akan mengalami gangguan.
1.6 WOC
Asap rokok, polusi udara,
riwayat infeksi saluran pernafasan

Gangguan pembersihan peru

Peradangan bronkus

Kelenjar mensekresi lendir dan


sel goblet meningkat

Produksi sekret meningkat

Batuk tidak efektif

Terjadi akumulasi sekret berlebihan

Sekret susah dikeluarkan

Penumpukan Sekret Obstruksi Jalan nafas

Bersihan
Batuk, sesak nafas, nafas pendek
jalan nafas
tidak
Pertukaran
efektif
gan O2 dan
Suplai oksigen
CO2
dalam jaringan
inadeku Pola nafas tidak menurun
Mual, muntah
efektif
Gangguan
pertukaran gas
Anoreksia Kelemahan

ADL dibantu
Intake inadekuat

Intoleransi
Nutrisi kurang dari
Aktivitas
kebutuhan tubuh
1.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan menurut Irman (2008) adalah
sebagai berikut:
1.7.1 Pemeriksaan Radiologis
Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan: a. Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan
garis-garis yang paralel, keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan
tersebut adalah bayangan bronkus yang menebal. b. Corak paru yang
bertambah Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada
yaitu: a. Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary
oligoemia dan bula. Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema
panlobular dan pink puffer. b. Corakan paru yang bertambah.
1.7.2 Pemeriksaan Faal Paru
Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR
yang bertambah dan KTP yang normal. Pada emfisema paru terdapat
penurunan VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan arum ekspirasi maksimal)
atau MEFR (maximal expiratory flow rate), kenaikan KRF dan VR,
sedangkan KTP bertambah atau normal. Keadaan diatas lebih jelas pada
stadium lanjut, sedang pada stadium dini perubahan hanya pada saluran
napas kecil (small airways). Pada emfisema kapasitas difusi menurun
karena permukaan alveoli untuk difusi berkurang.
1.7.3 Analisis Gas Darah
Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun,
timbul sianosis, terjadi vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan
eritropoesis. Hipoksia yang kronik merangsang pembentukan eritropoetin
sehingga menimbulkan polisitemia. Pada kondisi umur 55-60 tahun
polisitemia menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih berat dan
merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan.

1.7.4 Pemeriksaan EKG


Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila
sudah terdapat kor pulmonal terdapat deviasi aksis ke kanan dan P
pulmonal pada hantaran II, III, dan aVF. Voltase QRS rendah Di V1
rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S kurang dari 1. Sering terdapat
RBBB inkomplet.
1.7.5 Kultur Sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.
1.7.6 Laboratorium darah lengkap.

1.8 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
1) Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasiu gejala tidak hanya pada
fase akut, tetapi juga fase kronik.
2) Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.
3) Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi
lebih awal.
Penatalaksanaan COPD/PPOK menurut Irman (2008) adalah sebagai
berikut:
1.8.1 Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan
merokok, menghindari polusi udara.
1.8.2 Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
1.8.3 Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi
antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat
sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas
atau pengobatan empirik.
1.8.4 Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan
kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih
kontroversial.
1.8.5 Pengobatan simtomatik.
1.8.6 Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
1.8.7 Terapi oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan
aliran lambat 1-2 liter/menit.
1.8.8 Tindakan rehabilitasi yang meliputi:
1) Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret
bronkus.
2) Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan
pernapasan yang paling efektif.
3) Latihan dengan beban oalh raga tertentu, dengan tujuan untuk
memulihkan kesegaran jasmani. d. Vocational guidance, yaitu usaha
yang dilakukan terhadap penderita dapat kembali mengerjakan
pekerjaan semula. e. Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk
penyesuaian diri penderita dengan penyakit yang dideritanya.

1.9 Komplikasi
Menurut Price Sylvia Anderson (2006), komplikasi yang sering terjadi
dengan berlanjutnya penyakit COPD/PPOK, yaitu :
1.9.1 Kegagalan respirasi yang ditandai dengan sesak napas dengan
manifestasi asidosis respirasi.
1.9.2 Asidosis respiratorik
1.9.3 Infeksi saluran pernapasan
1.9.4 Gagal jantung, terutama cor pulmonal (gagal jantung kanan akibat
penyakit paru)
1.9.5 Disritmia jantung

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN (TEORITIS)


2.1 Pengkajian
Pengkajian menurut pola Gordon

1.Pola kesehatan- Pengkajian rutin


manajemen kesehatan dengan 11 pola Interview Observasi
2.Poal nutrisi-metabolik fungsi kesehatan Pendukung lain
3.Pola eliminasi
4.Pola aktifitas-latihan
5.Pola kognitif-persepsi
6.Pola tidur-istirahat Klarifikasi informasi
7.Pola persepsi diri- konsep
diri
8.Pola peran-hubungan
9.Pola seksualitas- Interpretasi
reproduksi informasi
10.Pola koping-toleransi
stress
11.Pola nilai-kepercayaan Diagnosa
keperawatan

Skema 1 adalah ringkasn bagaimana pengkajian dapat dilakukan perawat


berdasarkan pola fungsi kesehatan Gordon yang menekankan pengelompokan data-
data pada 11 fungsi kesehatan mulai dari pola persepsi klien tentang kesehatan dan
manajemennya sampai pola nilai dan kepercayaan klien. Sehingga mempermudah
perawat untuk melihat kebutuhan perawatn klien.
Pengelompokan data-data pengkajian berdasarka 11 fungsi kesehatn
dijabarkan Gordon sebagai berikut (Gordon, 1987):
1. Pola persepsi kesehatan-manajemen kesehatan.
Mendeskripsikan pola kesehatan dan kesejahteraan klien dan bagaimana
kesehatan dikelola. Termasuk persepsi individu tentang status kesehatan dan
relevansinya dengan kegiatan saat ini dan perencanaan masa depan. Juga termasuk
manajemen risiko kesehatan individu dan kesehatan umum perawatan perilaku,
seperti praktek-praktek keselamatan dan kepatuhan terhadap promosi kegiatan
kesehatan mental dan fisik, resep medis atau perawat, dan tindak lanjut perawatan.
2. Pola nutrisi-metabolisme
Mendeskripsikan pola konsumsi makanan dan cairan berhubungan dengan
kebutuhan metabolisme dan pola petunjuk dari kebutuhan nutrisi. Termasuk pola
konsumsi makanan dan cairan individu: berapa kali makan sehari, jenis dan jumlah
konsumsi makanan dan cairan, preferensi makanan tertentu, dan penggunaan
suplemen nutrien atau vitamin. Menjelaskan pola menyusui dan pemberian makanan
bayi. Mencakup laporan dari setiap lesi kulit, kemampuan untuk menyembuhkan,
dan ukuran suhu tubuh, tinggi, dan berat badan.
3. Pola eliminasi
Mendeskripsikan pola fungsi ekskresi ( bowel, perkemihan, dan kulit).
Mencakup keteraturan individu merasakan fungsi ekskretoris, penggunaan rutinitas
atau pencahar untuk eliminasi usus, dan setiap perubahan atau gangguan dalam pola
waktu, cara ekskresi, kualitas, atau kuantitas eliminasi. Juga termasuk adalah setiap
perangkat yang digunakan untuk mengontrol ekskresi.
4. Pola aktifitas-latihan
Mendeskripsikan pola latihan, aktifitas, waktu luang, dan rekreasi. Termasuk
kegiatan sehari-hari yang memerlukan pengeluaran energi, seperti kebersihan,
memasak, belanja, makan, bekerja, dan pemeliharaan rumah. Juga termasuk adalah
jenis, jumlah, dan kualitas olahraga, termasuk olahraga, yang menggambarkan pola
khas untuk individu. Penekanan pada kegiatan penting atau signifikan dan ada
pembatasan. Faktor-faktor yang mengganggu dengan keinginan atau kegiatan yang
diharapkan untuk individu (seperti defisit dan kompensasi neuromuskular, dypsnea,
angina, atau otot kram saat aktivitas, dan klasifikasi jantung/paru, jika sesuai) juga
termasuk.
5. Pola kognitif-persepsi
Mendeskripsikan pola persepsi sensori dan pola kognitif. Termasuk
kecukupan model sensorik, seperti penglihatan, pendengaran, rasa, sentuhan, dan
bau, dan kompensasi atau prostesis yang saat ini digunakan. Laporan persepsi rasa
sakit dan bagaimana rasa sakit yang dikelola. Termasuk juga kemampuan fungsional
kognitif seperti bahasa, memori, penilaian, dan pengambilan keputusan.
6. Pola tidur-istirahat
Mendeskripsikan pola tidur, istirahat, dan relaksasi. Termasuk pola periode
tidur dan istirahat / relaksasi selama 24 jam. Termasuk persepsi kualitas dan
kuantitas tidur dan istirahat, persepsi tingkat energi setelah tidur, dan setiap
gangguan tidur. Termasuk juga alat bantu untuk tidur seperti obat atau waktu malam,
rutinitas yang digunakan individu.
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
Mendeskripsikan pola persepsi diri dan konsep diri (contoh, kenyamanan
tubuh, gambaran diri, keadaan perasaan). Termasuk sikap individu tentang diri,
kemampuan persepsi (kognitif, afektif, atau fisik), citra tubuh, identitas, pengertian
umum dari nilai, dan pola umum emosional. Postur tubuh dan gerakan, kontak mata,
suara, dan termasuk pola bicara.
8. Pola peran-hubungan
Mendeskripsikan pola keterlibatan peran dan hubungan. Termasuk persepsi
individu dari peran utama dan tanggung jawab dalam situasi kehidupan saat ini.
Kepuasan atau gangguan dalam keluarga, pekerjaan, atau hubungan sosial dan
mencakup tanggung jawab yang terkait dengan peran-peran ini.
9. Pola seksualitas-reproduksi
Menjelaskan pola kepuasan atau ketidakpuasan dengan seksualitas;
menggambarkan pola reproduksi. Sertakan kepuasan yang dirasakan individu atau
laporan gangguan dalam seksualitasnya. Mencakup juga tahap reproduksi wanita
(premenopause atau pascamenopause) dan setiap masalah yang dirasakan.
10. Pola koping-toleransi stess
Menjelaskan pola koping umum dan efektivitas pola dalam hal toleransi stres.
Termasuk cadangan individu atau kapasitas untuk menolak tantangan untuk
integritas diri, cara penanganan stres, keluarga atau sistem pendukung lainnya, dan
kemampuan yang dirasakan untuk mengelola situasi penuh tekanan.
11. Pola nilai-kepercayaan
Data mengenai pola nilai-kepercayaan menjelaskan pola nilai-nilai, tujuan,
atau keyakinan (termasuk spiritual) yang memandu pilihan atau keputusan.
Termasuk apa yang dianggapi penting dalam hidup, kualitas hidup, dan setiap
konflik yang dirasakan dalam nilai-nilai, keyakinan, atau harapan yang terkait
dengan kesehatan.

2.2 Diagnosa Keperawatan


2.2.1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi sputum
meningkat
2.2.2 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas.
2.2.3 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pertukaran oksigen dan
karbondioksida inadekuat.
2.2.4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubngan dengan
anoreksia
2.2.5 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan suplai oksigen dalam jaringan
menurun.
2.3 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria hasil Intervensi Rasional


1. Bersihan jalan nafas tidak NOC: NIC: - Karakteristik sputum dapat
efektif berhubungan - Respiratory statusl: Ventilation Airway suction menunjukkan berat ringannya
dengan produksi sputum - Respiratory status: Airway O: Kaji warna, kekentalan, dan jumlah obstruksi
meningkat patency sputum - Meningkat ekspansi dada
- Aspiration control N:Atur posisi semi fowler - Batuk yang terkontrol dan
Setelah dilakukan asuhan - Bantu klien napas dalam efektif dapat memudahkan
keperawatan selama ..... x..... jam - Tingkatkan masukan cairan sampai pengeluaran secret yang elekat
diharapkan bersihan jalan napas 3000 ml/hari dijalan napas
kembali efektif, dengan kriteria - Lakukkan fisioterafi dada dengan - Ventilasi maksimal membuka
hasil : teknik postural drainage, perkusi, dan lumen jalan napas dan
1. Frekuensi napas normal ( 16 fibrasi dada meningkatkan gerakan secret
– 20 kali permenit ) E:Ajarkan batuk efektif kedalam jalan napas besar untuk
2. Tidak sesak C:Kolaborasikan pemberian obat dikeluarkan
3. Tidak ada sputum Bronkodilator nebulezer (via inhalasi) - Hidrasi membantu menurunkan
4. Batuk berkurang dengan golongan terbutaline 0,25 mg, kekentalan secret,
fenoterol HBr 0,1% solution, mempermudah pengeluaran.
orcipenaline silfur 0,75 mg Penggunaan cairan hangat
menurunkan spasme brokus
- Postural drainage dengan
perkusi dan vibrasi
menggunakan banuan gaya
gravitasi untuk membantu
menikkan sekresi sehingga
dapat dikelurkan atau dihisap
dengan mudah
- Pemberian brokodilator via
inhalasi akan lansung menuju
are bronchus yang mengalami
spasme sehingga lebih cepat
berdiltasi
2. Pola nafas tidak efektif NOC: NIC: - Membantu pasien
berhubungan dengan - Respiratory statusl: Ventilation Airway management memperpanjang waktu
obstruksi jalan napas. - Respiratory status: Airway O: Ajarkan pasien diafragmaik dan ekspirasi. Dengan teknik ini
patency pernafasan bibir dirapatkan pasien akan bernafas lebih
- Vital sign status N: Berikan dorongan untuk menyelingi efisien dan efektik
Setelah dilakukan asuhan aktivitas dengan istirahat. - Memberikan jeda aktivitas alan
keperawatan selama ..... x..... jam - Berikan dorongan penggunaan memungkinkan pasien untuk
diharapkan pola napas kembali pelatihan otot – otot pernafasan jika melakukan aktivitas tanpa
efektif diharuskan disstres berlebih
E: Ajarkan pasien untuk latihan nafas - Menggunakan dan
dalam mengkondisikan otot – otot
C: Kolaborasikan dengan dokter dalam pernafasan
pemberian obat
3. Gangguan pertukaran gas NOC: NIC: - Berguna dalam evaluasi derajat
berhubungan dengan - Respiratory statusl: Ventilation Airway Management disstres pernafasan dan atau
pertukaran oksigen dan - Respiratory status: Airway O: Kaji frekuensi, kedalaman kronisnya proses penyakit
karbondioksida inadekuat. patency pernafasan. Catat penggunaan otot - Pengiriman oksigen
- Vital sign status aksesori, napas bibir, - Sianosis mungkin perifer
Setelah dilakukan asuhan ketidakmampuan berbicara (terlihat pada kuku) atau sentral
keperawatn selama .... x..... jam - Atur posisi semi fowler (terlihat disekitar bibir atau
diharapkan tidak terjadi gangguan - Kaji / awasi secara rutin kulit dan telinga). Keabu-abuan dan
pertukaran gas, dengan kriteria warna membrane mukosa sianosis sentral
hasil : - Auskultasi bunyi napas, catat area mengindikasikan beratnya
1. Frekuensi napas normal (16 penurunan aliran udara dan taau hipoksia
– 20 x permenit) bunyi tambahan - Bunyi napas mungkin redup
2. Tidak adanya disritmia - Awasi tingkat kesadaran/ status karena adanya penurunan aliran
3. Adanya penurunan dispnea mental. Selidiki adanya perubahan udara atau area konsolidasi.
4. Menunjukkan perbaikan - Awasi tanda vital dan irama jantung Adanya mengindikasikan
dalam laju aliran ekspirasi N: Lakukan fisioterapi jika perlu spasme bronkus / tertahannya
E: Ajarkan pasien untuk mengatur posisi secret
agar lebih nyaman - Gelisah dan ansietas adalah
C: Kolaborasikan dengan dokter dalam manifestasi umum pada
pemberian terapi hipoksia
- Takikardia, disritmia, dan
perubahan TD dapat
menunjukkan efekl hipoksemia
sistemik pada fungsi jantung
4. Ketidakseimbangan nutrisi NOC: NIC: - Pasien disstres pernafasan akut
kurang dari kebutuhan - Nutritional status: Nutrition Management sering anoreksia karena dispnea,
tubuh berhubngan dengan - Nutritional status: flood and fluid - Kaji kebiasaan diet, masukan produksi sputum dan obat.
anoreksia - Intake makanan saat ini. Catat derajat Selain itu pasiem PPOK
- Nutritional status: nutrient intake kesulitan makanan. Evaluasi berat mempunyai kebiasaan makan
- Weight control badan dan ukuran tubuh buruk. Meskipun kegagalan
Setelah dilakukan asuhan - Auskultasi bunyi usus pernafasan membuat status
keperawatan selama ..... x..... jam - Berikan perawatan oral sering, hipermetabolik dengan
diharapkan terpenuhinya kebutuhan buang secret, berikan wadah khusus peningkatan kebutuhan kalori
nutrisi sesuai kebutuhan dengan untuk sekali pakai dan tisu - Penurunan bising usus
kriteria hasil : - Dorong periode istrahat selaam 1 menunjukkan mobilitas gaster
1. Menunjukkan perilaku jam sebelum dan sesudah makan. dan konstipasi (konstipasi
mempertahankan masukan Berikan porsi sering tapi sedang umum) yang berhubungan
nutrisi adekuat dengan pembatasan pemasukan
2. Mengidentifiksi kebutuhan cairan, pemulihan makanan
nutrisi individual buruk, penurunan aktivitas dan
3. Peningkatan asupan hipoksemia
makanan dari sepertiga - Rasa tak enak, bau dan
porsi menjadi setengah penampilan adalah pencegaham
porsi untuk setiap kali utama terhadap nafsu makan
makan. dan dapat membuat mual
muntal denga peningkatan
kesulitan napas
- Membantu menurunkkan
kelemahan selama waktu makan
dan memberikan kesempatan
untuk meningkatkan masukan
kalori
- Suhu ekstrem dapat mecetus
atau meningkatkan spasme
batuk
5. Intoleransi aktivitas NOC: NIC: - Otot – otto yang mengalami
berhubungan dengan - Energy conservation Activity Therapy kontaminasi membutuhkan
suplai oksigen dalam - Activity tolerance O: Monitor respon fisik, emosi, social lebih banyak oksigen dan
jaringan menurun. - Self care: ADLs dan spiritual memberikan beban tambahan
Setelah dilakukan asuhan N: Sediakan penguatan positif bagi pada paru – paru. Melalui
keperawtan selama .....x...... jam yang aktif beraktivitas latihan yang teratur, bertahap,
diharapkan klien dapat melakukan E: Dukung pasien dalam menegakkan kelompok otot ini menjadi lebih
aktivitas seperti orang normal regimen latihan teratur dengan cara terkondisi, dan pasien dapat
(sehat), dengan kriteria hasil : berjalan atau latihan lainnya yang melakukan lebih banyak tanpa
1. Melakukan aktivitas dengan sesuai, seperti berjalan perlahan, mengalami nafas pendek
nafas pendek lebih sedikit latohan berdidi tanpa bantuan alat - Ahli terapi fisik akan lebih tau
2. Mengungkapkan perlunya dll. tentang latihan fisik yang akan
untuk melakukan latihan E: Kolaborasikan dengan ahli terapi diberikan pada klien, akan
setiap hari dan fisik untuk menentukan program memberikan porsi yang sesuai
memperagakan rencana latihan spesifik terhadap kemampuan dengan klien
latihan yang akan dilakukan pasien.
dirumah
3. Berjalan dan secara
bertahap meningkatkan
waktu dan jarak berjalan
untuk memperbaiki
kindisimfisik
4. Minimal bias berjalan 10 –
15 meter
2.4 Evaluasi
2.4.1 Diagnosa I
2.4.1.1 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
2.4.1.2 Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
2.4.1.3 Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat
menghambat jalan nafas
2.4.2 Diagnosa II
2.4.2.1 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
2.4.2.2 Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
2.4.2.3 Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan)
2.4.3 Diagnosa III
2.4.3.1 Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
2.4.3.2 Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress
pernafasan
2.4.3.3 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada pursed lips)
2.4.3.4 Tanda tanda vital dalam rentang normal
2.4.4 Diagnosa IV
2.4.4.1 Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2.4.4.2 Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
2.4.4.3 Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
2.4.4.4 Tidak ada tanda tanda malnutrisi
2.4.4.5 Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
2.4.5 Diagnosa V
2.4.5.1 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR
2.4.5.2 Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri

2.5 Discharge Planning


2.5.1 Evaluasi kesiapan untuk pulang. Factor yang dikaji adalah sebagai berikut:
1) Status pernafasan yang stabil
2) Masukan nutrisi dan pertumubuhan yang adekuat
3) Kebutuhan obat yang stabil
4) Rencana pengobatan medis yang realistik untuk di rumah
a) orang tua dan pemberi asuhan lain dapat memberi perawatan yang
diperlukan
b) sarana di rumah dan monitor yang diperlukan disediakan
c) orang tua memiliki dukungan social dan finansial yang dibutuhkan
d) keperluan perawatan di rumah dan istirahat disediakan
2.5.2 Beri instruksi pemulangan kepada orang tua seperti berikut :
1) Penjelasan tentang penyakit
2) Bagaimana memantau tanda tanda distress pernafasan dan masalah
medis lainnya
3) Kebutuhan makan perorangan
4) Kapan harus memanggil dokter
5) Bagaimana melakukan resusitau jantung paru
6) Penggunaan peralatan dirumah dan pemantauan
7) Bagaimana memberi dan memantau efek pengobatan
8) Pencegahan infeksi
9) Pentingnya daerah bebas rokok
10) Aktivitas perkembangan yang tepat
11) Pengenalan isyarat stress dan interaksi
12) Sumber di komunitas dan sarana pendukung yang ada.
2.5.3 Lakukan program tindak lanjut untuk memantau kebutuhan pernafasan,
nutrisi, perkembangan, dan kebutuhan khsus lainnya yang sifatnya terus
menerus.
1) Bantu orang tua membuat janji kunjungan pemeriksan tindak lanjut
yang pertama, beri catatan tertulis tentang kapan janji itu harus
dilaksanakan
2) Buat rujukan untuk kunjungan keperawatan di rumah sesuai yang
dibutuhkan pasien dan keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Brashers, Valentina L. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan dan


Manajemen Edisi 2. Jakarta: EGC Buku Kedokteran

Darmojo, Martono. 2009. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Jakarta:
Balai Penerbit FKUI

Hidayat. 2008. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika

Irman, S. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem


Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Long Barbara C. 2006. Perawatan Medical Bedah Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan, Alih Bahasa: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Padjajaran Bandung, Bandung

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2008. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II, Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Price Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,


Alih Bahasa: Peter Anugerah, Buku Kedua, Edisi 4, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai