Anda di halaman 1dari 34

KONSEP DASAR KELUARGA DENGAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS

A. Konsep Dasar

1. Keperawatan Kesehatan Keluarga

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-
masing yang mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari
keluarga. ( Friedman, 1998).
Keluarga merupakan sistem sosial karena terdiri dari kumpulan dua orang
atau lebih yang mempunyai peran sosial yang berbeda dengan ciri saling
berhubungan dan tergantung antarindividu (Suprajitno, 2002). Keluarga sebagai
unit pelayanan perawatan adalah keluarga sebagai unit utama dari masyarakat dan
merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat, keluarga sebagai
kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki
masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya sendiri, masalah kesehatan dalam
keluarga saling berkaitan, penyakit pada salah satu anggota keluarga akan
mempengaruhi seluruh keluarga tersebut, keluarga merupakan perantara yang
efektif dan mudah untuk berbagai usaha-usaha kesehatan masyarakat, keluarga
merupakan lingkungan yang serasi untuk mengembangkan potensi tiap individu
dalam keluarga. (Friedman, 1998).

2. Type-Type Keluarga

a. Keluarga inti (Nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan
anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga besar (Extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan anggota
keluarga yang lain yang masih mempunyai hubungan darah, misalnya nenek,
kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c. Kelurga bentukan kembali (Dyadic family) yaitu keluarga baru yang terbentuk
dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
d. Keluarga dengan orang tua tunggal (single parent family) yaitu keluarga yang
Terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau
ditinggal pasangannya.
e. Keluarga berkomposisi (Composite) yaitu keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga kabitas (Cahabitation) yaitu dua orang menjadi satu tanpa pernikahan
tetapi membentuk suatu keluarga.

3. Tanggung Jawab Perawat dalam keperawatan keluarga

Perawat yang melakukan pelayanan keperawatan di rumah mempunyai


tanggung jawab yang meliputi :
a. Memberikan pelayanan secara langsung
Pelayanan keperawatan dapat meliputi pengakajian fisik atau
psikososial, menunjukkan pemberian tindakan secara trampil dan
memberikan intervensi. Kerjasama dari klien dan keluarga serta pemberi
perawatan utama di keluarga dalam perencanaan sangaat penting untuk
menjaga kesinambungan perawatan selama perawat tidak ada di rumah.
Perawat hanya memberikan perawatan dalam waktu yang terbatas. Perawatan
yang dilakukan di rumah lebih merupakan tanggung jawab dari keluarga dari
pada perawat. Oleh karena itu pendidikan kesehatan menjadi intervensi yang
utama dalam perawatan di rumah.
b. Dokumentasi
Pendokumentasian yang dilakukan selama perawatan di rumah sangat
penting untuk melihat kemajuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan
yang dialaminya.
c. Koordinasi antara pelayanan dan manajemen kasus
Perawat bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan para professional lain
dalam memberikan pelayanan kepada keluarga. Focus peran perawat yang
yang menjadi manajer kasus adalah kemampuan untuk mengkaji kebutuhan,
menentukan prioritas kebutuhan, mengidentifikasi cara untuk mememuhi
kebutuhan tersebut dan mengimplementasikan rencana yang disusun.
B. Konsep Dasar Medis

1. Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes Mellitus adalah suatu kelainan metabolisme kronik yang terjadi


karena berbagai penyebab, ditandai dengan konsentrasi glukosa darah melebihi
normal, disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
diakibatkan oleh kelainan sekresi hormon insulin, kelainan kerja insulin atau kedua-
duanya (Depkes RI, 2005).
Diet diabetes mellitus merupakan pengaturan pola makan bagi penderita
diabetes mellitus berdasarkan jumlah, jenis, dan jadwal pemberian makanan
(Sulistyowati, Lilis, 2011).

2. Penyebab

a. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)


1) Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes
tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki
tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses
imun lainnya.

2) Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.

3) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat
memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
b. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya


mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam
sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat
resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula
mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian
terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus
membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan
insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah
tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi
penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system
transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang
cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi
insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia
(Price,1995). Diabetes Mellitus tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak
tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes
yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat
timbul pada masa kanak-kanak.

Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,


diantaranya adalah:

a. Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)


b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik

3. Klasifikasi

Klasifikasi yang ditentukan oleh National Diabetes Data Group of The


National Institutes of Health, sebagai berikut :
a. Diabetes Melitus tipe I atau IDDM ( Insulin Dependent Diabetes Melitus ) atau
tipe juvenile Yaitu ditandai dengan kerusakan insulin dan ketergantungan pada
terapi insulin untuk mempertahankan hidup.
b. Diabetes Melitus tipe II atau NIDDM ( Non Insulin Dependent Diabetes melitus)
Terjadi pada semua umur, lebih sering pada usia dewasa dan ada kecenderungan
familiar.
c. Gestational Diabetes Disebut juga DMG atau diabetes melitus gestational. Yaitu
intoleransi glukosa yang timbul selama kehamilan, dimana meningkatnya
hormon – hormon pertumbuhan dan meningkatkan suplai asam amino dan
glukosa pada janin yang mengurangi keefektifitasan insulin. Intoleransi glukosa
Berhubungan dengan keadaan atau sindroma tertentu., yaitu hiperglikemi yang
terjadi karena penyakit lain.

4. Pathofisiologi

Insulin diproduksi dalam pankreas, yang merupakan kelenjar eksokrin dan


endokrin. Terdapat 3 jenis sel – sel endokrin, yaitu sel alpha yang memproduksi
glukagon ; sel beta, yang mensekresi insulin; sel delta yang mensekresi gastrin dan
somatostatin pankreas.Mekanisme kerja insulin adalah hipoglikemik dan anabolitik.
Dalam keadaan normal jika terdapat insulin, asupan glukosa yang melebihi
kebutuhan kalori akan disimpan sebagai glikogen dalam sel – sel hati dan otot yang
disebut proses glikogenesis. Proses ini mencegah terjadinya hiperglikemi.
Ketosis menyebabkan asidosis dan terjadi koma. Hiperglikemia
meningkatkan osmolaritas darah. Jika konsentrasi glukosa dalam darah meningkat
dan melebihi ambang ginjal, maka pada penyaringan di glomerulus dan reabsorpsi
glukosa pada tubulus pun berkurang sehingga terjadi glukosuria. Karena glukosa
dalam larutan, maka pengeluaran urine pun banyak sebanding dengan pengeluaran
glukosa. Hal ini dinamakan poliuri. Banyak garam mineral tubuh pun ikut keluar
bersama urine sehingga menyebabkan kekurangan kadar garam dan terjadi
penarikan cairan dari intraseluler dan ektraseluler dan merangsang rasa haus
berkepanjangan ( polidipsi ), starvasi seluler dan kehilangan kalori akan merangsang
rasa lapar yang berkepanjangan ( polifagi ).
5. Manifestasi Klinis

Gejala klasik pada DM adalah :


a. Poliuri ( banyak buang air kecil ), frekuensi buang air kecil meningkat termasuk
pada malam hari.
b. Polidipsi ( banyak minum ), rasa haus meningkat
c. Polifagi ( banyak makan ), rasa lapar meningkat.

Gejala lain yang dirasakan penderita

a. Kelemahan atau rasa lemah sepanjang hari.


b. Keletihan
c. Penglihatan atau pandangan kabur.
d. Pada keadaan ketoasidosis akan menyebabkan mual, muntah dan penurunan
kesadaran.

Tanda yang bisa diamati pada penderita DM adalah :

a. Kehilangan berat badan.


b. Luka, goresan lama sembuh.
c. Kaki kesemutan, mati rasa.
d. Infeksi kulit.

6. Pemeriksaan Penunjang

Mansjoer ( 1999 ), mengatakan bahwa pemeriksaan penunjang sangat


penting dilakukan pada penderita DM untuk menegakkan diagnosa. Kelompok
resiko DM, yaitu kelompok usia dewasa tua ( lebih dari 40 tahun ), obesitas, tekanan
darah tinggi, riwayat keluarga DM, riwayat kehamilan dengan bayi lebih dari 4000
gram, riwayat DM selama kehamilan.
Pemeriksaan dilakukan dengan pemeriksaan gula darah sewaktu kemudian
dapat diikuti dengan Test Toleransi Glukosa Oral ( TTGO ). Untuk kelompok resiko
yang hasil pemeriksaanya negatif, perlu pemeriksaan ulangan setiap tahunnya.
Pada pasien dengan DM di pemeriksaan laboratoriumnya akan didapatkan hasil
gula darah puasa > 140 mg/dl pada dua kali pemeriksaan. Dan pada pemeriksaan gula
darah post prandial > 200 mg/dl
7. Komplikasi

Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan


komplikasi kronik. ( Carpenito, 2001 )
Komplikasi Akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting
dan berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek,
ketiga komplikasi tersebut adalah ( Smeltzer, 2002)
a. Diabetik Ketoasedosis ( DKA )
Ketoasedosis diabatik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu
perjalananpenyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis disebabkan oleh
tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata
b. Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang didominasi oleh
hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran.
Salah satu perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah tidak terdapatnya
ketosis dan asidosis pada KHHN (Smetzer, 2002)
c. Hypoglikemia
Hypoglikemia ( Kadar gula darah yang abnormal yang rendah) terjadi kadar
glukosa dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl. Keadaan ini dapat
terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral yang berlebihan,
konsumsi makanan yang terlalu sedikit (Smeltzer, 2002)

Komplikasi kronik Diabetes Melitus pada dasarnya terjadi pada semua


pembuluh darah diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati Diabetik
dibagi menjadi 2 yaitu : (Long 1996) :
a. Mikrovaskuler
1) Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan – perubahan mikrovaskuler adalah
perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa darah
meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang
menyebabkan kebocoran protein darah dalam urin (Smeltzer, 2002 )
2) Penyakit Mata (Katarak)
Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan sampai
kebutaan. Keluhan penglihan kabur tidak selalu disebabkan retinopati
(Sjaifoellah, 1999). Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang
berkepanjangan yang menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa
(Long, 1996)
3) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf - saraf perifer, sistem saraf otonom,
Medulla spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital dan perubahan –
perubahan metabolik lain dalam sintesa atau fungsi myelin yang dikaitkan
dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf ( Long,
1996)

b. Makrovaskuler

1) Penyakit Jantung Koroner


Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka terjadi
penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya keseluruh tubuh
sehingga tekanan darah akan naik atau hipertensi. Lemak yang menumpuk
dalam pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis),
dengan resiko penderita penyakit jantung koroner atau stroke
2) Pembuluh darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf – saraf sensorik, keadaan ini
berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang
menyebabkan gangren. Infeksi dimulai dari celah – celah kulit yang mengalami
hipertropi, pada sel –sel kuku yang tertanam pada bagian kaki, bagia kulit kaki
yang menebal, dan kalus, demikian juga pada daerah – daerah yang tekena
trauma (Long, 1996)
3) Pembuluh darah otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai darah
keotak menurun (Long, 1996)
4) Stroke dan sakit jantung
Stroke dan sakit jantung mencakup 70 persen dari kasus komplikasi diabetes di
Indonesia. Seorang penyandang diabetes melitus bahkan diperkirakan memiliki
risiko terkena serangan jantung dan stroke yang dua kali lipat dari orang normal.
Sebab, kadar gula tinggi mengubah pola lemak kolesterol LDL menjadi lebih
mudah menumpuk, menghambat produksi kolesterol HDL, dan menganggu
elastisitas pembuluh darah. Akibatnya, pembuluh darah menjadi lebih mudah
cedera dan mengalami penyumbatan. Padahal, pembuluh darah koroner
berfungsi untuk memberi oksigen dan nutrisi ke otot jantung. Jika pembuluh ini
mengalami sumbatan atau atherosklerosis, aliran darah yang membawa oksigen
ke jantung akan terhambat dan jantung mengalami kerusakan. Akibatnya,
jantung gagal memompa darah ke seluruh tuhuh dan kematian mendadak dapat
terjadi.

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan secara medis


a. Obat Hipoglikemik oral
1) Golongan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan
denagn obat golongan lain, yaitu biguanid, inhibitor alfa glukosidase atau
insulin. Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi
insulin oleh sel- sel beta pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para
penderita DM tipe II dengan berat badan yang berlebihan. Obat – obat yang
beredar dari kelompok ini adalah:
(a) Glibenklamida (5mg/tablet).
(b) Glibenklamida micronized (5 mg/tablet).
(c) Glikasida (80 mg/tablet).
(d) Glikuidon (30 mg/tablet).
2) Golongan Biguanid / Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati,
memperbaiki ambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer).
Dianjurkan sebagai obat tunggal pada pasien dengan kelebihan berat
badan.
3) Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran
pencernaan, sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan.
Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa yang masih normal.
b. Insulin
1) Indikasi insulin
Pada DM tipe I yang tergantung pada insulin biasanya digunakan
Human Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml injeksi), yang
beredar adalah Actrapid. Injeksi insulin juga diberikan kepada penderita
DM tipe II yang kehilangan berat badan secara drastis. Yang tidak berhasil
dengan penggunaan obat – obatan anti DM dengan dosis maksimal, atau
mengalami kontraindikasi dengan obat – obatan tersebut, bila mengalami
ketoasidosis, hiperosmolar, dana sidosis laktat, stress berat karena infeksi
sistemik, pasien operasi berat, wanita hamil dengan gejala DM gestasional
yang tidak dapat dikontrol dengan pengendalian diet.
2) Jenis Insulin
(a) Insulin kerja cepat Jenis – jenisnya adalah regular insulin, cristalin zink,
dan semilente.
(b) Insulin kerja sedang Jenis – jenisnya adalah NPH (Netral Protamine
Hagerdon)
(c) Insulin kerja lambat Jenis – jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin)

Penatalaksanaan secara keperawatan


a. Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makan. Walaupun telah
mendapat tentang penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50 % pasien tidak
melaksanakannya. Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu diet seimbang,
dengan komposisi idealnya sekitar 68 % karbohidrat, 20 % lemak dan 12 % protein.
Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan dan mencegah agar berat badan
tidak menjadi berlebihan dengan cara : Kurangi kalori, kurangi lemak, konsumsi
karbohidrat komplek, hindari makanan yang manis, perbanyak konsumsi serat.

b. Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat insulin bekerja
lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan berat badan, memperkuat
jantung, dan mengurangi stress. Bagi pasien DM melakukan olahraga dengan
teratur akan lebih baik, tetapi jangan melakukan olahraga yang berat – berat.
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah
normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas
pasien.

Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:

a. Diet
1) Syarat diet DM hendaknya dapat:

a) Memperbaiki kesehatan umum penderita


b) Mengarahkan pada berat badan normal
c) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
d) Mempertahankan kadar KGD normal
e) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
f) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
g) Menarik dan mudah diberikan
2) Prinsip diet DM, adalah:

a) Jumlah sesuai kebutuhan


b) Jadwal diet ketat
c) Jenis: boleh dimakan/tidak
3) Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan
kalorinya.

a) Diit DM I : 1100 kalori


b) Diit DM II : 1300 kalori
c) Diit DM III : 1500 kalori
d) Diit DM IV : 1700 kalori
e) Diit DM V : 1900 kalori
f) Diit DM VI : 2100 kalori
g) Diit DM VII : 2300 kalori
h) Diit DM VIII: 2500 kalori
Keterangan :

Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk

Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal


Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau diabetes
komplikasi.

Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J


yaitu:

 JI : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau


ditambah
 J II : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.
 J III : jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi
penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of relative
body weight (BBR= berat badan normal) dengan rumus:

BB (Kg)
BBR = X 100 %
TB (cm) – 100

Kurus (underweight)

 Kurus (underweight) : BBR < 90 %


 Normal (ideal) : BBR 90 – 110 %
 Gemuk (overweight) : BBR > 110 %
 Obesitas, apabila : BBR > 120 %
 Obesitas ringan : BBR 120 – 130 %
 Obesitas sedang : BBR 130 – 140 %
 Obesitas berat : BBR 140 – 200 %
 Morbid : BBR > 200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM
yang bekerja biasa adalah:

 kurus : BB X 40 – 60 kalori sehari


 Normal : BB X 30 kalori sehari
 Gemuk : BB X 20 kalori sehari
 Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari
b. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
1) Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap 1 ½
jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita
dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan
sensitivitas insulin dengan reseptornya.
2) Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
4) Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang
pembentukan glikogen baru
6) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran
asam lemak menjadi lebih baik.
c. Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah satu
bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara
atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan
sebagainya.

d. Obat
a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
1). Mekanisme kerja sulfanilurea

 kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas


 kerja OAD tingkat reseptor
2). Mekanisme kerja Biguanida

Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang
dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:

(a) Biguanida pada tingkat prereseptor  ekstra pankreatik


 Menghambat absorpsi karbohidrat
 Menghambat glukoneogenesis di hati
 Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
(b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
(c) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler
b. Insulin
Indikasi penggunaan insulin

1) DM tipe I
2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
3) DM kehamilan
4) DM dan gangguan faal hati yang berat
5) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
6) DM dan TBC paru akut
7) DM dan koma lain pada DM
8) DM operasi
9) DM patah tulang
10) DM dan underweight
11) DM dan penyakit Graves
Beberapa cara pemberian insulin

1). Suntikan insulin subkutan

Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah suntikan
subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa
factor antara lain:

 lokasi suntikan
ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yitu dinding perut, lengan,
dan paha. Dalam memindahkan suntikan (lokasi) janganlah dilakukan
setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat suntikan setiap 14 hari, agar tidak
memberi perubahan kecepatan absorpsi setiap hari.

 Pengaruh latihan pada absorpsi insulin


Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam waktu
30 menit setelah suntikan insulin karena itu pergerakan otot yang berarti,
hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah suntikan.

2). Pemijatan (Masage)

Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.

3). Suhu

Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat


absorpsi insulin.

 Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini
berarti suntikan intramuskuler akan lebih cepat efeknya daripada
subcutan.

 Konsentrasi insulin
Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 – 100 U/ml, tidak terdapat
perbedaan absorpsi. Tetapi apabila terdapat penurunan dari u –100 ke u
– 10 maka efek insulin dipercepat.

4). Suntikan intramuskular dan intravena

Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau pada


kasus-kasus dengan degradasi tempat suntikan subkutan. Sedangkan
suntikan intravena dosis rendah digunakan untuk terapi koma diabetik.

9. Makanan-makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi oleh penderita


Diabetes Mellitus adalah :
a. Sumber Karbohidrat kompleks
Seperti beras/nasi, kentang, singkong, terigu, tapioka, gula, hunkue, makaroni,
mie, bihun, roti, dan biskuit.
b. Protein Hewani
Ayam tanpa kulit, daging tanpa lemak, ikan, dan telur maksimal 2x/minggu.
c. Sayuran
Semua sayuran dianjurkan terutama yang berserat tinggi atau berwarna hijau
seperti bayam, kangkung, daun singkong, dll.
d. Buah
Semua buah dianjurkan terutama yang berserat tinggi menurut jumlah yang
sudah ditentukan.

10. Makanan-makanan yang tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh penderita


Diabetes Mellitus adalah :
a. Makanan dan minuman yang mengandung gula murni seperti gula pasir/gula
merah, susu kental manis, dodol, cake, selai, sirup, kue tart, jelly, dll.
b. Makanan yang digoreng dan menggunakan santan kental (mengandung lemak
jenuh).
c. Makanan yang mengandung banyak garam seperti ikan asin, telur asin, makanan
yang diawetkan seperti saus, kecap, abon, sarden kaleng, buah kalengan, dll.
11. Cara perawatan diabetes mellitus
a. Jaga berat badan yang ideal
b. Rutin olahraga 30 menit per hari
c. Banyak konsumsi sayuran dan buah, batasi asupan glukosa yang berlebih
d. Hindari konsumsi tembakau dan alcohol
e. Rutin cek kesehatan
f. Minum obat secara teratur

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN PENYAKIT


DIABETES MELLITUS

1. Pengkajian Keluarga
proses pengkajian keperawatan keluarga terbagi kedalam tahap-tahap meliputi

identifikasi data, tahap dan riwayat perkembangan, data lingkungan, struktur lingkungan,

fungsi keluarga dan koping keluarga. ( Friedman, 1998 )

a. Mengidentifikasi Data
Data-data dasar yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan pasien

dengan memakai norma kesehatan keluraga maupum sosial yang merupakan sistem

integritas dan kesanggupan untuk mengatasinya ( Friedman, 1998 ).

Pengumpulan data difokuskan dalam komponen-komponen yang berhubungan

dengan Diabetes Mellitus.

b. Data

Identifikasi

1) Umur

Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastis menurun

dengan cepat setelah usia 40tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki
usia rawan tersebut, terutama mereka yang berat badanya berlebih karena tubuh tidak peka

dengan insulin, semakin bertambah usia semakin tinggi resiko diabetes.

2) Jenis kelamin
Wanita pada umumnya cenderung mudah terserang diabetes mellitus bila

dibandingkan dengan pria, hal ini dikarenakan wanita lebih banyak mempunyai faktor yang

mendorong terjadinya diabetes seperti obesitas saat kehamilan, stress, kelelahan, serta

makanan yang tidak terkontrol.

3) Pekerjaan
Penghasilan yang tidak seimbang mempengaruhi keluarga dalam melakukan

perawatan dan pengobatan pada anggota keluarga yang menderita diabetes. Salah satu

penyebab ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan dan perawatan

adalah tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada dalam keluarga, misalnya keuangan.

4) Pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi fungsi kognitif karena dengan pendidikan yang

rendah, daya ingat klien, afektif dan psikomotorik pada penggolaan penderita diabetes

mellitus dan akibatnya serta pentignya fasilitas pelayanan kesehatan.

5) Hubungan ( genogram )
Resiko terkena diabetes meningkat apabila ada anggota keluarga yang menderita

diabetes. Resiko juga meningkat pada keadaan kembar monozigot dan autosomal dominan.

6) Tipe atau bentuk keluarga


Keluarga dengan bentuk extendedfamily yang mempunyai riwayat penyakit

diabetes lebih cenderung menderita diabetes dari pada keluarga yang ukuranya lebih

kecil dan tidak mempunyai riwayat diabetes mellitus.


7) Latar belakang atau kebiasaan keluarga

a) Kebiasan makan
Pola makan keluarga telah tergeser dari pola makan tradisional yang mengandung

banyak karbohidrat dan serat dari sayuran ke pola makan dengan komposisi makan yang

terlalu banyak mengandung protein, gula, lemak, garam dan mengandung sedikit serat. Pola

makan seperti inilah yang beresiko terjadinya penyakit diabetes mellitus.

b) Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan


Pemanfaatan fasilitas kesehatan merupakan faktor penting dalam pengelolaan pasien

dengan diabetes mellitus. fasilitas kesehatan yang terjangkau memberikan pengaruh yang

besar terhadap perawatan dan pengobatan pada keluarga yang anggota keluarga menderita

diabetes mellitus. Bila keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan, maka dengan

rajin mereka akan melakukan kontrol dan memeriksakan dirinya secara teratur apabila ada

keluhan lemas-lemas ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. pada keluarga yang kurang

mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan, maka keluarga hanya akan memeriksakan

kesehatan apabila sakit saja, termasuk ketika merasakan adanya gejala-gejala yang terkait

dengan diabetes mellitus.

c) Pengobatan tradisional

Cara-cara yang lazim digunakan adalah meminum jamu tradisional. Namun perlu

diperhatikan dalam melakukan pengobatan tersebut harus kontrol teratur agar

pengobatanya berhasil, namun maoritas penderita diabetes mellitus telah memanfaatkan

pengobatan modern untuk mengatasi gejala dan keluhan DM. Pengobatan tradisional dapat

dilakukan dengan menggunakan: buah mengkudu yang telah masak 2 buah, dicuci dan

diparut, lalu diberi air garam 1 sendok makan. Campuran ini diperas dan disaring.
Minumlah sesudah makan 2-3 kali sehari 2 sendok makan. Cara yang kedua daun lidah

buaya 2 pelepah dibuang durinya, dicuci bersih dan di potong-potong lalu di rebus dalam

air 3 gelas. Setelah dingin, air rebusan disaring lalu diminum sesudah makan 2-3 kali sehari

setengah gelas.

7) Status sosial ekonomi


Diabetes Mellitus sering terjadi pada keluarga yang mempunyai status ekonomi
menengah keatas. Karena faktor lingkungan gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan
berlebihan, berlemak, kurang aktivitas fisik, dan stress berperan penting sebagai pemicu
diabetes mellitus.

c. Riwayat dan Tahapan Perkembangan Keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga

Tahap perkembangan keluarga yang beresiko mengalami masalah diabetes mellitus

adalah tahap perkembangan keluarga dengan usia pertengahan dan lansia. Karena pada

tahap ini terjadi proses degenerative yaitu suatu keadaan dimana fungsi system organ tubuh

menurun, termasuk penurunan fungsi sel beta pankreas.

2) Riwayat Kesehatan Keluarga

Diabetes Mellitus berkaitan erat dengan penyakit yang lain, misalnya riwayat

keluarga dengan diabetes mellitus, hipertensi, penyakit ginjal,stroke dan lain-lain.

d. Data Lingkup

1) Karateristik Rumah

Penataan perabot rumah yang tidak teratur, penerangan atau pencahayaan yang

kurang, keadaan lantai yang licin, merupakan faktor resiko injuri karena pada penderita
DM lanjut akan mengalami gangguan pada system presepsi sensori terutama visual seperti

pandangan kabur.

2) Kareteristik tetangga dan komunitas setempat

a) Perkumpulan keluarga dengan interaksi dengan masyarakat menjelaskan

mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta

perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi

dengan masyarakat sekitar.

b) Fasilitas pelayanan kesehatan

Adanya pelayanan kesehatan sangat menentukan pemulihan kesehatan, pencegahan

penyakit serta pengobatan. Tapi jalan yang rusak ,tempat pelayanan yang jauh dan sulit

dijangkau akan menghambat keluarga menuju tempat fasilitas kesehatan.

c) Fasilitas transportasi

Transportasi yang memadai sangat berpengaruh terhadap kemampun keluarga untuk

menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan.

d) System pendukung

Pengelolaan pasien yang menderita diabetes mellitus di keluarga sangat membutuhkan

peran aktif seluruh anggota keluarga, petugas dari pelayanan kesehatan yang ada di

masyarakat. Semuanya berperan dalam pemberian edukasi, motivasi dan monitor atau

mengontrol perkembangan kesehatan anggota keluarga yang mederita Diabetes Mellitus.

e) Struktur keluarga

(1) Pola komunikasi


Interaksi antar anggota keluarga yang positif akan menimbulkan saling pengertian

satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga dan merupakan tugas

anggota keluarga yang dapat menurunkan tingkat stress yang menjadi pemicu terjadinya

suatau masalah kesehatan.

(2) Struktur kekuatan keluarga

Pola masyarkat Indonesia kebanyakan pemegang kekuasaan yang lebih dominan

adalah partikal yaitu pemegang kekuasaan yang tertinggi di pihak ayah.

(3) Struktur peran

Peran dan status seseorang dalam keluarga dan masyarakat mempengaruhi gaya

hidupnya, peran dalam keluarga terbagi dalam peran sebagai

suami,ayah,istri,ibu,anak,kakak,adik,cucu,dan lain-lain.

(4) Nilai-nilai dalam keluarga

Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga adalah yang bertentangan

dengan masalah DM seperti halnya pergi ke dukun dan bukan pada petugas fasilitas

kesehatan.

e. Fungsi Keluarga

1) Fungsi afektif
Bagaimana keluarga merasakan hal-hal yang dibutuhkan oleh individu lain dalam

keluarga tersebut. Keluarga yang kurang memperhatikan keluarga yang menderita diabetes

mellitus akan menimbulkan komplikasi lebih lanjut.

2) Fungsi sosialisasi

Keluarga yang memberikan kebebasan kepada anggota keluarga yang menderita

diabetes mellitus untuk berinteraksi dengan lingkungan akan mengurangi tingkat stress

keluarga. Biasanya penderita diabetes mellitus akan kehilangan semangat oleh karena masa

jenuh dengan pengobatan yang berlaku seumur hidup.

3) Fungsi perawatan kesehatan

Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penannganan masalah Diabetes

Mellitus:

a) Mengenal masalah kesehatan keluarga

Ketidaksanggupan keluarga untuk mengenal masalah paa diabetes mellitus. Apabila

keluarga tidak mampu mengenal masalah diabetes mellitus, penyakit ini akan

menyebabkan komplikasi.

b) Mengambil keputusan bagi anggota keluarga yang sakit

Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan

yang tepat dalam melakukan tindakan disebabkan karena tidak memahami tentang

sifat,berat,dan luasnya masalah yang dihadapi dan masalah yang tidak begitu menonjol.

Penyalit diabetes mellitus yang tanpa penanganan akan mengakibatkan komplikasi.


c) Merawat anggota keluarga yang sakit.

Ketidakmampuan ini disebabkan karena tidak amengetahui keadaan penyakit, tanda

dan gejala, penyebab dan penggelolaan pada diabetes mellitus.

d) Ketidak sanggupan keluarga dalam memelihara lingkungan.

Ini dapat menjadi pengaruh pada kesehatan. Ketidak mampuan ini disebabkan

karena sumber-sumber dalam keluarga tidak mencukupi, diantaranya adalah masalah biaya.

e) Ketidakmampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan.

Hal ini sangat penting sekali untuk keluarga yang mempunyai masalah DM. Agar

penderita dapat memeriksakan kesehatannya secara rutin dan sebagai tempat jika ada

keluhan.

4) Fungsi Reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah: Berapa jumlah

anak, bagaimana keluarga merencanakan

jumlah anggota keluarga, metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya

mengendalikan jumlah anggota keluarga.

5) Fungsi Ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah: Sejauhmana

keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan, sejauhmana keluarga


memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan

keluarga.

f.Koping Keluarga

Pengkajian koping keluarga meliputi :

1) Stressor-stressor jangka panjang dan jangka pendek yang dialami

oleh keluarga, serta lamanya dan kekuatan strssor yang dialami oleh

keluarga.

2) Tindakan obyektif dan realistis keluarga terhadap stressor yang

dihadapi.

3) Sejauhmana keluarga bereaksi terhadap stressor, strategi koping apa

yang digunakan untuk menghadapi tipe-tipe masalah, serta strategi

koping internal dan eksternal yang digunakan oleh keluarga.

Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan oleh keluarga. Identifikasi bentuk

yang digunakan secara ekstensif : kekerasan, perlakukan kejam terhadap anak,

mengkambinghitamkan, ancaman, mengabaikan anak, mitos keluarga yang merusak,

pseudomutualitas, triangling dan otoritarisme.

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan seluruh anggota keluarga.


c. Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan

yang ada.
2. Diagnosa adalah yang mungkin timbul pada keluarga dengan diabetes

mellitus antara lain ( Doengoes, 2000) :

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kemungkinan

dibutuhkan oleh masukan makanan yang tidak adekuat, kurang minat

pada makanan, penurunan berat badan 10-20 % atau lebih dari yang

diharapkan, kelemahan, diare. Yang berhubungan dengan :

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

2) Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat.

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang

menunjang kesehatan

5) Ketidakmampuan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

b. Intoleransi aktivitas

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang

menunjang kesehatan

5) ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatn yang ada.

c. Kekurangan volume cairan, kemungkinan dibuktikan oleh peningkatan

pengeluaran urine, kelemahan, mudah haus, penurunan BB, kulit dan


membran mukosa kering, turgor kulit jelek, hipotensi, takhikardia,

pelambatan pengisian kapiler. Berhubungan dengan :

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan mengenai

kekurangan volume cairan.

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat.

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang

menunjang kesehatan.

5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang


ada.

d. Resikio tinggi terhadap peresepsi perubahan presepsi sensori, dapat

diterapkan adanya tanda dan gejala untuk membuat diagnosa aktual

berhubungan dengan:

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang

menunjang kesehatan

5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang


ada
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan :
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal maslah kesehatan

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat

3) Ketidakmampuan merawat keluarga yang sakit

4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang

menunujang kesehatan

5) Ketidakmampuan menggunakan fasilitas keluarga yang ada.

3. Rencana Keperawatan

a. Menyusun prioritas

Setelah menentukan diagnosa keperawatan selanjutnya melakukan prioritas

masalah keperawatan. Hal – hal yang peru diperhatikan.

Masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang ditemukan dalam keluarga tidak

dapat diatasi sekaligus.

1) Mempertimbangkan masalah yang dapat mengancam kesehatan

2) Respon dan perhatian keluarga terhadap asuhan keluarga yang

diberikan

3) Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka

hadapi

4) Sumber daya keluarga yang menunjang masalah kesehatan

keluarga atau keperawatan keluarga

5) Pengetahuan dan kebudayaan keluarga b. Penyusunan tujuan


Perencanaan meliputi perumusan tujuan yang berorientasi pada klien, penyusunan

tujuan bersama tersebut terdiri atas kemungkinan sumber-sumber, menggambarkan

pendekatan alternative untuk memenuhi tujuan, menyeleksi intervensi keperawatan yang

spesifik dan mengoprasionalkan perencanaan 9 menyusun prioritas dan menulis bagaimana

rencana tersebut dilaksanakan dalam mengenal masalah ).

1) Tujuan umum

Setelah diberikan informasi kepada keluarga mengenai diabetes mellitus, maka

keluarga mampu mengenal masalah DM, mampu mengambil tindakan yang tepat bagi

anggota keluarga yang mengalami diabetes mellitus.

2) Tujuan khusus

Masalah tentang diabetes mellitus dalam keluarga dapat teratasi atau tidak tambah

buruk keadaanya. a) Menentukan kriteria evaluasi

Respon verbal kognitif, keluarga dapat menyebutkan tentang masalah kesehatan

DM, yaitu pengertian penyebab, tipe, tanda dan gejala, dan perawatan diabetes mellitus.

Respon afektif dari keluarga, mampu mengungkapkan secara verbal akan

mengambil tindakan yang tepat bagi anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus.

Respon motorik keluarga dan evaluasi perilaku yaitu keluarga mampu melakukan

perawatan diabetes mellitus dan mencegah terjadinya komplikasi diabetes mellitus.

b) Menentukan standart evaluasi

Penegrtian tipe-tipe, penyebab, tanda dan gejala, perawatan diabetes mellitus.


c. Fokus Intervensi

1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

a) Afektif / pengetahuan

1) Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang pengertian, penyebab

dan tanda/gejala, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada penderita DM.

2) Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara diit yang benar bagi penderita

DM.

3) Berikan informasi pada klien dan keluarga tentang akibat perubahan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh pada penderita DM.

b) Kognitif / sikap

Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan terkait perubahan nutrisi.

c) Psikomotorik / ketrampilan

Demonstrasikan cara diit yang benar pagi penderita DM . Motivasi keluarga untuk

mendemonstrasikan kembali cara diit yang benar pagi penderita DM .

Motivasi klien untuk melakukan cara diit yang benar bagi penderita DM.

2) Intoleransi aktivitas

a) Afektif / pengetahuan

Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga klien tentang pengertian, penyebab, tanda

gejala intoleransi aktivitas. Berikan informasi kepada keluarga tentang akibat intoleransi

aktivitas.
b) Kognitif / sikap

Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan terkait intoleransi aktivitas.

c) Psikomotorik / ketrampilan
Demontrasikan teknik ROM

Motivasi keluarga untuk mengikuti gerakan ROM yang dilakukan dan mempraktekannya

di saat ada waktu luang.

3) Kekurangan volume cairan

a) Afektif / pengetahuan

1) Berikan informasi kepada keluarga dan klien tentang manifestasi klinik kekurangan

cairan sebagai tanda memberatnya penyakit diabetes mellitus.

2) Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang cara mengatasi

kekurangan volume cairan.

b) Kognitif / sikap

1) Anjurkan kepada klien untuk selalu memonitoring keluaran urine.

2) Motivasi klien untuk menimbang berat badannya ke pelayanan kesehatan terdekat.

c) Psikomotorik / ketrampilan.

1) Anjurkan kepada keluarga klien untuk membawa klien ke pelayanan kesehatan.

2) Motivasi klien untuk patuh atau kooperatif dalam mengkonsumsi dan melakukan

pengobatan.

4) Resiko gangguan presepsi sensori


a) Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang gangguan presepsi sensori

visual ( pandangan kabur ) sebagai manifestasi penyakit diabetes mellitus.

Anjurkan pasien untuk memeriksakan kesehatan matanya ke pelayanan kesehatan

terdekat.

b) Kognitif / sikap

1) Berikan informasi kepada klien dan keluarga tentang adanya penurunan ketajaman

penglihatan sebagai manifestasi dari terjadinya komplikasi DM yang lebih lanjut.

2) Anjurkan kepada klien untuk menggunakan alat bantu penglihatan, jika terjadi gangguan

pengelihatan.

c) Psikomotor / ketrampilan

1) Anjurkan keluarga untuk membawa klien ke pelayanan kesehatan untuk

pemeriksaan lebih lanjut, penggunaan kacamata, dan penggunaan obat.

2) Motivasi klien untuk patuh dalam pengobatan.

5) Resiko infeksi

a) Afektif / pengetahuan

1) Berikan pendidikan kesehatan pada klien dengan keluarga tentang adanya resiko

tinggi infeksi pada luka penderita DM

2) Ajarkan pada klien cara mencegah infeksi pada luka penderita DM.

b) Kognitif / sikap
1) Ajarkan cara perawatan luka yang benar pada klien dan keluarga agar terhindar

dari infeksi.

2) Motivasi klien dan keluarga untuk mendemonstraikan cara perawatan luka yang

benar.

c) Psikomotorik / ketrampilan

Anjurkan keluarga untuk membawa klien ke pelayanan kesehatan agar mendapatkan

perawatan luka yang benar. Rujuk ke pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTKA

Arifin, A. 2011. Panduan Terapi Diabetes Melitus Tipe 2 Trekini. FK UNPAD, Bandung.

Dewi, RP. 2013. Faktor risiko perilaku yang berhubungan dengan kadar gula darah pada
penderita diabetes melitus tipe 2 di rsud kabupaten karanganyar. Jurnal Kesehatan
Masyarakat FKM Undip 2(1): 1-11.

Bunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan medical bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC

Corwin, 2009. Komplikasi dan Perawatan Diabetes Mellitus. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai