Anda di halaman 1dari 27

APLIKASI PROGRAM HEC-RAS 5.0.

3
PADA STUDI PENANGANAN BANJIR
KRUENG TUKAH KABUPATEN PIDIE
PROVINSI ACEH

ICHSAN SYAHPUTRA
HENY YULIANA
TARMIZI DAUD

MEDAN, 7 – 9 SEPTEMBER 2018


INTISARI
Sungai adalah salah satu sumber air yang dimanfaatkan untuk
kebutuhan hidup dan keberadaannya sangat penting guna menunjang
kehidupan manusia. Seiring perubahan kondisi di wilayah sungai,
tataguna lahan dan pertumbuhan penduduk, membuat sungai tidak lagi
berfungsi secara optimal. Banjir menimbulkan kerusakan bangunan,
lahan pertanian, dan lingkungan hidup. Hal ini terjadi di Kabupaten Pidie,
khususnya di Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Tukah. Sungai Krueng
Tukah dengan DAS 59.51 Km2 dan panjang 25 Km bermuara di Selat
Malaka. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan sungai
saat banjir sepanjang 5750 m dan cabang sungai Krueng Tukah yaitu
sungai Krueng Beurabo sepanjang 3600 m. Data curah hujan dari
stasiun Keumala, Kota Bakti dan Padang Tiji, dan data geometri sungai
dari hasil survey terdahulu. Curah hujan R2 = 94.85 mm, R5 = 125.56
mm, R10 = 148.65 mm, R25 = 181.21 mm dan R50 = 211.82 mm.
Debit banjir Q2 = 59.28 m3/det, Q5 = 96.05 m3/det, Q10 = 123.71
m3/det, Q25 = 155.52 m3/det dan Q50 = 201.47 m3/det. Program
HEC-RAS 5.0.3 digunakan untuk mengetahui kapasitas sungai tipe
aliran Steady. Sungai Krueng Tukah tidak mampu menampung banjir
lebih dari Q25 tahun. Penanganan normalisasi sungai dan kolam retensi
adalah upaya penanganan banjir sungai Krueng Tukah.
PERMASALAHAN BANJIR
PERMASALAHAN BANJIR
1)Ada Dampak Banjir Terhadap Lingkungan?
2)Mengapa Terjadi Banjir?
3)Bagaimana Sistem Pengendalian Banjir?
4)Bagaimana Upaya Penanganan Banjir Di Hulu, Tengah dan Hilir?
5)Apa Yang Telah Dilakukan Oleh Pemerintah Kabupaten?
6)Apa Rencana Ke Depan?
KONDISI HUTAN DAS KRUENG TUKAH
PENYEBAB BANJIR KABUPATEN PIDIE
1) Dimulai Dari Adanya Alih Fungsi Lahan
2) Curah Hujan Relatif Tinggi
3) Kemampuan Sistem DAS Untuk Meresapkan Air Hujan
Ke Dalam Tanah Menurun
4) Jumlah Air Hujan Yang Menjadi Aliran Permukaan
Semakin Meningkat
5) Terbukanya Kondisi DAS dan Terjadi Erosi Di Permukaan
Tanah
6) Debit Aliran Sungai Meningkat
7) Sedimentasi Di Dasar Sungai
8) Erosi dan Sedimentasi Di Badan Sungai
9) Erosi Pada Tebing Bagian Luar Belokan Sehingga Terjadi
Perubahan Alur Sungai
10)Pasang Surut Air Laut Mengakibatkan Terjadinya Air
Balik Pada Saat Banjir
11)Luapan Banjir Krueng Baro
12)Meluapnya Air Sungai Melebihi Palung Sungai.
Aspek Sosial
1)Terganggunya Aktivitas Masyarakat dan Pemerintah
2)Aktivitas Terkonsentrasi Untuk Mengatasi Persoalan Banjir
3)Terganggunya Kehidupan Keluarga Yang Terkena Banjir

Aspek Ekonomi
1)Terganggunya Aktivitas Perekonomian
2)Terganggunya Jalur Distribusi
3)Terjadinya Kerugian Ekonomi

Aspek Lingkungan
1)Rusaknya Infrastruktur dan Sarpras
2)Rusaknya Sanitasi Lingkungan
3)Berjangkitnya Penyakit Pasca Banjir
TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui kemampuan tampang sungai Krueng Tukah
saat menampung debit periode ulang Q2, Q5, Q10, Q25 sampai
Q50 tahun.
LANDASAN TEORI
DAN METODOLOGI
1) Curah hujan rencana menggunakan
distribusi Log Pearson III dan untuk
mengetahui debit banjir periode
ulang menggunakan Hidrograf
Satuan Sintetis (HSS) Gama I.
2) Analisis hidraulika untuk
mengetahui kapasitas alur dan
profil muka air sungai terhadap
banjir dengan suatu kala ulang
tertentu, sehingga dapat diketahui
tinggi muka air maksimum yang
terjadi di sepanjang sungai yang
ditinjau dengan menggunakan
program HEC-RAS 5.0.3.
LOKASI PENELITIAN

KOTA SIGLI
BATAS ADMINISTRASI
KABUPATEN PIDIE

KOTA SIGLI
TOPOGRAFI
KABUPATEN PIDIE
KOTA SIGLI
LOKASI RAWAN BANJIR
KABUPATEN PIDIE
KOTA SIGLI
DAERAH ALIRAN SUNGAI
KABUPATEN PIDIE
KOTA SIGLI
LOKASI DAERAH TERKENA
DAMPAK BANJIR

KOTA SIGLI
KONDISI EKSISTING
SUNGAI KRUENG TUKAH DAN
KRUENG BARO
R24 Maks. Tahunan KOTA SIGLI
Tahun (R) (mm)
2008 113.33
2009 90.67
2010 83.00
2011 62.00
2012 66.00
2013 72.33
2014 83.67
2015 107.67
Debit Banjir Rencana
2016 186.00 Periode Ulang Debit Banjir
2017 82.33 (Tahun) (m3/det)
2 59.28
Curah Hujan Rencana 5 96.05
Periode Ulang Curah Hujan 10 123.71
(Tahun) (mm) 25 155.52
2 94.85 50 201.47
5 125.56 100 232.56
10 148.65
25 181.21
50 211.82
100 237.08

DAERAH ALIRAN SUNGAI


KRUENG TUKAH
ASUMSI PEMBAGIAN DEBIT BANJIR RENCANA
Debit Banjir (m3/det)
Sungai Krueng Tukah Sungai Krueng Tukah Sungai Krueng
Jalur A Jalur A Beurabo
Periode Ulang
(2 Hilir – HEC RAS) (1 Hulu – HEC RAS) Jalur B
(Tahun) (1 Hulu – HEC RAS)
100% (0-2200 m) 40% (2200-5750 m) 40% (0-3600 m)

2 59.28 23.71 23.71


5 96.05 38.42 38.42
10 123.71 49.48 49.48
25 155.52 62.21 62.21
50 201.47 80.59 80.59
100 232.56 93.02 93.02

Muara

A – 2 (20%+2X40%=100%)

A – 1 (40%)
A – 1 (40%)
Muara
PERSPEKTIF MODEL

Krueng Beurabo
KREUNG TUKAH
JALUR A 2 JALU R A 1
JALU R B 1
18 Legend

EG Q50
EG Q25
16
EG Q10
WS Q50
Crit Q50
14
EG Q5

WS Q25
Crit Q25
12
Crit Q10

WS Q10

10 EG Q2
Elevation (m)

WS Q5

Crit Q5

8 WS Q2
Crit Q2

Ground
6

2
A.11
A.13
A.15
A.17
A.19
A.21
A.23
A.24
A.27
A.29
A.31
A.33
A.35
A.37
A.39
A.41
A.43

B.10
B.12
B.14
B.16
B.18
B.20
B.22
B.24
B.26
B.28
B.30
B.32
B.34
B.36
B.38
B.40
B.42
B.44
B.46
B.48
B.50
B.52
B.54
B.56
B.58
B.60
B.62
B.64
B.66
B.68
B.70
B.72
A.2
A.4
A.5
A.7
A.9

B.2
B.4
B.6
B.8

LOKASI RAWAN BANJIR
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
Main Channel Dis tance (m)

KABUPATEN PIDIESEBELUM PENANGANAN
Muara 7.0
.35
KREUNG TUKAH
RS = 000 A.0 (HILIR)
.33 .35
Legend

EG Q50

6.5 EG Q25

EG Q10

6.0 WS Q50
Crit Q50

Elevation (m)
EG Q5
5.5 WS Q25
Crit Q25
5.0 Crit Q10
WS Q10

4.5 EG Q2
WS Q5

4.0 Crit Q5
WS Q2
Crit Q2
3.5 Ground

Bank Sta
3.0
0 10 20 30 40 50 60
Station (m)

KREUNG TUKAH KREUNG TUKAH


KREUNG TUKAH RS = 1450 B.30
RS = 500 B.11
RS = 1450 A.29
.35 .33 .35 .35 .33 .35
.35 .33 .35 16 Legend 16 Legend
16 Legend
EG Q50 EG Q50
EG Q50
14 WS Q50 14 WS Q50
14 WS Q50
EG Q25 EG Q25
EG Q25
12

Elevation (m)
12

Elevation (m)
WS Q25 WS Q25
12
Elevation (m)

WS Q25
EG Q10 EG Q10
EG Q10
10 WS Q10 10 WS Q10
10 WS Q10
EG Q5 EG Q5
EG Q5
WS Q5 WS Q5
WS Q5 8 8
8 EG Q2 EG Q2
EG Q2
WS Q2 WS Q2
WS Q2 6 6
6 Ground Ground
Ground
Bank Sta Bank Sta
Bank Sta 4 4
4 0 20 40 60 80 100 0 10 20 30 40 50 60 70
0 10 20 30 40 50
Station (m) Station (m)
Station (m)

Krueng Beurabo
KREUNG TUKAH
RS = 4100 A.82
.35 .3 .35
16 Legend
KREUNG TUKAH
EG Q50
14 RS = 3600 B.73 (HULU)
WS Q50
EG Q25 . .33 .35
12 18 3 Legend
Elevation (m)

WS Q25
5
EG Q50
10 EG Q10
16
WS Q10 WS Q50

8 EG Q5
14
EG Q25

Elevation (m)
WS Q5 WS Q25
6 EG Q2 12 EG Q10

WS Q2 WS Q10
4 Ground 10 EG Q5

Bank Sta WS Q5
2 8 EG Q2
0 20 40 60 80 100 120
WS Q2

Station (m) 6 Ground


Bank Sta
4
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Station (m)

KREUNG TUKAH
RS = 5750 A.115
.35 .3 .35
18 Legend

EG Q50
16
WS Q50
EG Q25
14
Elevation (m)

WS Q25

12 EG Q10
WS Q10

10 EG Q5
WS Q5
8 EG Q2

WS Q2
6 Ground
Bank Sta
4
0 5 10 15 20 25 30
Station (m)

LOKASI RAWAN BANJIR
KABUPATEN PIDIESEBELUM PENANGANAN
KREUNG TUKAH

Muara 7
.35
RS = 000 A.0 (MUARA)
.33 .35
Legend

EG Q50
EG Q25

EG Q10

6 WS Q50
Crit Q50

Elevation (m)
EG Q5

WS Q25
Crit Q25
5 Crit Q10
WS Q10

EG Q2
WS Q5

4 Crit Q5
WS Q2
Crit Q2
Ground

Bank Sta
3
0 10 20 30 40 50 60
Station (m)

KREUNG TUKAH KREUNG TUKAH


RS = 500 B.11 RS = 1450 B.30
.35 .33 .35 .35 .33
14 Legend 14 Legend

KREUNG TUKAH EG Q50 EG Q50


12 WS Q50 12 WS Q50
RS = 1400 A.28
EG Q25 EG Q25
.35 .33 .35 10 10

Elevation (m)

Elevation (m)
WS Q25 WS Q25
14 Legend EG Q10 EG Q10
EG Q50 8 WS Q10 8 WS Q10
12 WS Q50 EG Q5 EG Q5
EG Q25 WS Q5 WS Q5
6 6
10
Elevation (m)

WS Q25 EG Q2 EG Q2

EG Q10 WS Q2 WS Q2
4 4
8 WS Q10 Ground Ground
EG Q5 Bank Sta Bank Sta
WS Q5
2 2
6 0 10 20 30 40 50 60 0 10 20 30 40 50
EG Q2
WS Q2 Station (m) Station (m)
4
Ground
Bank Sta
2
0 10 20 30 40 50 60
Station (m)

Krueng Beurabo
KREUNG TUKAH
RS = 4100 A.82 KREUNG TUKAH
.35 .3 .35 RS = 3600 B.73 (HULU)
14 Legend .35 .33 .35
EG Q50 16 Legend
12 WS Q50 EG Q50
EG Q25
14
WS Q50
10
Elevation (m)

WS Q25 EG Q25
12

Elevation (m)
EG Q10 WS Q25
8 WS Q10
10 EG Q10
EG Q5 WS Q10

6 WS Q5 8 EG Q5
EG Q2 WS Q5

4
WS Q2 6 EG Q2
Ground WS Q2
Bank Sta 4 Ground
2
Bank Sta
0 10 20 30 40 50 60 2
0 10 20 30 40 50 60
Station (m)
Station (m)

KREUNG TUKAH
RS = 5750 A.115 (HULU)
.35 .3 .35
14 Legend

EG Q50
WS Q50
12
EG Q25
Elevation (m)

WS Q25
10 EG Q10
WS Q10
EG Q5
8
WS Q5
EG Q2

6 WS Q2
Ground
Bank Sta
4
0 10 20 30 40 50 60
Station (m)

LOKASI RAWAN BANJIR
KABUPATEN PIDIESETELAH PENANGANAN
Muara
PERSPEKTIF MODEL

Normalisasi dan Perkuatan Tebing Sungai

Krueng Beurabo
KREUNG TUKAH
JALUR A 2 JALUR A 1
JALU R B 1
16 Legend

EG Q50
EG Q25
EG Q10
14
WS Q50
Crit Q50
EG Q5

12 WS Q25
Crit Q25
Crit Q10
WS Q10
10 EG Q2
Elevation (m)

WS Q5

Crit Q5
WS Q2
8
Crit Q2

Ground

4
A.11
A.13
A.15
A.17
A.19
A.21
A.23
A.24
A.27
A.29
A.31
A.33
A.35
A.37
A.39
A.41
A.43

B.10
B.12
B.14
B.16
B.18
B.20
B.22
B.24
B.26
B.28
B.30
B.32
B.34
B.36
B.38
B.40
B.42
B.44
B.46
B.48
B.50
B.52
B.54
B.56
B.58
B.60
B.62
B.64
B.66
B.68
B.70
B.72
A.2
A.4
A.5
A.7
A.9

B.2
B.4
B.6
B.8

LOKASI RAWAN BANJIR 0 1000 2000 3000


Main Channel D is tance (m)
4000 5000 6000

KABUPATEN PIDIESETELAH PENANGANAN
KESIMPULAN
1) Sungai Krueng Tukah terletak di Kabupaten Pidie Provinsi Aceh
yang melintasi Kota Sigli sebagai Ibukota Kabupaten Pidie dengan
Daerah Aliran Sungai (DAS) seluas 59.51 Km2 panjang sungai
25000 m, pada penelitian ini hanya di tinjau sepanjang 5750 m
dan cabang sungai Krueng Tukah yaitu sungai Krueng Beurabo
sepanjang 3600 m.
2) Data curah hujan diperoleh dari stasiun Keumala, Kota Bakti dan
Padang Tiji selama 28 tahun dimana curah hujan periode ulang
dihitung dengan distribusi Log Pearson III dimana R2 = 94.85 mm,
R5 = 125.56 mm, R10 = 148.65 mm, R25 = 181.21 mm dan
R50 = 211.82 mm.
3) Debit banjir dengan periode ulang dihitung dengan metode
Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) Gama I dimana diperoleh Q2 =
73.58 m3/det, Q5 = 97.40 m3/det, Q10 = 115.31 m3/det,
Q25 = 140.58 m3/det dan Q50 = 164.32 m3/det.
4) Kondisi dengan debit banjir periode ulang Q2, Q5, Q10, Q25 dan
Q50 tahun memberi gambaran bahwa sebagian besar tampang
sungai Krueng Tukah dan cabang sungainya tidak dapat
menampung debit banjir tersebut.
KESIMPULAN
5) Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa
luapan air di sungai Krueng Tukah terjadi karena adanya debit banjir
yang besar dari hulu, tanpa disertai upaya pengendalian.
Berdasarkan analisis hidrolika, diketahui bahwa kapasitas sungai
Krueng Tukah dan cabang sungainya pada kondisi eksisting tidak
mampu mengalirkan debit banjir rencana, sehingga diperlukan
upaya pengendalian banjir. Meskipun debit berkurang, tetapi masih
terjadi luapan air di beberapa bagian penampang sungai. Oleh
karena itu, diperlukan perbaikan penampang sungai dan peninggian
tanggul untuk menambah kapasitas sungai, sehingga luapan dapat
teratasi.
6) Setelah dilakukan upaya penanganan dengan normalisasi sungai
yaitu lebar sungai utama 40 m, kedalaman sungai utama 3 m,
lebar bantara kiri 10 m dan lebar bantaran kanan 10 m, tinggi
bantaran kiri dan kanan 2 m dan tinggi jagaan banjir 2 m dimana
terjadi penurunan muka air yang cukup signifikan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa sungai Krueng Tukah mampu menampung hingga
debit banjir periode ulang Q25 tahun.
KESIMPULAN
7) Selain penanganan banjir dengan normalisasi sungai, perkuatan
tebing sungai yang tegak dapat menggunakan konstruksi Sheet
Pile (Beton atau Baja), dimana jenis materialnya tergantung
kepada kondisi lapisan tanah baik bagian tebing maupun bagian
lapisan dalam, namun di dalam penelitian ini tidak ditinjau mengenai
perencanaan konstruksi tersebut, akan tetapi dibatasi pada
kapasitas tampang sungai terhadap debit banjir periode ulang.
SARAN
1) penggunaan program HEC-RAS sangat efektif dalam
memberikan informasi kapasitas tampang sungai dan dengan
data geometri tampang sungai yang lengkap akan memberikan
hasil yang akurat.
2) Perlu adanya pengaturan dari sungai yaitu satu sungai, satu
perencanaan dan satu menejemen terintegrasi (Pengaturan
Secara Terpadu) istilah yang sering dipaparkan yaitu One
River, One Plan and One Integrated Managment (ORPIM),
membentuk kolam retensi.
3) Himbauan kepada masyarakat agar jangan tinggalkan air
mata kepada anak cucu kita, tapi wariskan mata air supaya
sungai tetap lestari keadaannya.
ICHSAN SYAHPUTRA
HENY YULIANA
TARMIZI DAUD

Anda mungkin juga menyukai