Pertahanan Nasional Sampai Orde Reformasi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 2

Pertahanan Nasional Sampai Orde Reformasi

Tuntutan rakyat akan perlakuan yang lebih adil mengenai tanah bertambah besar. Selama
rezim Orde Baru, berbagai peraturan pertanahan bukannya diselaraskan dengan asas dan tujuan
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA), tetapi malah dibelokan demi sebuah target
pertumbuhan ekonomi. Ada beberapa kesalahan Orde Lama. Pertama, terlalu berorientasi
politik. Politik yang jadi panglima. Sementara hukum tidak bisa ditegakkan karena waktu itu
demi tujuan politik, hukum harus menyesuaikan. Kedua, tidak ada stabilitas politik, karena
waktu itu banyak sekali partai politik dan masing-masing memiliki asas sendiri-sendiri, cita-
citanya sesuai dengan asasnya dan kalau perlu untuk mencapai cita-citanya menghancurkan
partai lain. Ketiga, pemerintah sangat otoritas apalahi perekonomian pada saat itu morat-marit.

Koordinasi Penanganan Masalah Pertanahan Dalam masalah pertanahan diperlukan


kebijaksanaan dan langkah yang terkoordinasikan dan terpadu mengingat bahwa masalah
pertanahan mencakup bidang tugas yang sifat lintas sektoral dan menyangkut lebih dari sati
instansi yang terkait. Dengan Keputusan Presiden Nomor 51 Tahun 1979 tanggal 12 Oktober
1979 pernah dibentuk Tim Pertanahan diketuai oleh Menteri Negara Penertiban Apratur
Negara/Wakil Ketua BAPPENAS dengan keanggotaan yang terdiri dari unsur-unsur
Departemen/Lembaga Non Departemen yang bidang tugasnya menyangkut tanah.

Tim Pertanahan bertugas antara lain:

a. Mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai masalah-masalah pertanahan;


b. Menyusun/menyiapkan bahan perumusan kebijaksanaan Pemerintah di Bidang
pertanahan;
c. Mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan kebijaksanaan/program di bidang
pertanahan yang ditetapkan Pemerintah.
d. Dalam Buku Repelita IV Buku III halaman 409-422 dikemukakan permasalahan yang
berkaitan dengan Pembangunan Agraria, termasuk di dalam ungkapan mengenai belum
lengkapnya peraturan pelaksanaan UUPA. Dikemukakan bahwa pelaksanaan UUPA (di
bidang pengaturnya), merupakan masalah yang akan dihadapi dalam Repelita IV, dan
memerlukan perhatian serta upaya yang lebih sungguh-sungguh di dalam mengatasinya,
dan selain belum lengkapnya peraturan-peraturan pelaksanaanya, ada pula peraturan
pelaksanaan yang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan pembangunan.

Berbagai peraturan pelaksanaan UUPA yang belum ada di antaranya:

1. Bidang Tata Guna Tanah

Sebagaimana diketahui peningkatan jumlah penduduk yang tinggi dan penyebaran yang
tidak merata, telah menimbulkan masalah penggunaan tanah yang tidak teratur dan tidak
efisien, serta seing menimbulkan pertentangan kepentingan dalam penggunaan tanah
(sebagai pelaksana Pasal 14 UUPA).
2. Bidang Hak Atas Tanah

Sebagai pelaksanaan dari ketentuan Pasal 50 ayat (1) UUPA perlu disusun RUU tentang
Hak Milik atas Tanah. Dalam upaya penyiapan RUU ini telah diadakan kerjasama
dengan Universitas Padjajadjaran. Sebagai pelaksanaan dari Pasal 50 ayat (2) sudah
disiapkan Rancangan Peaturan Pemerintah tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan dan Hak Pakai, yang masi dibahas pada tingkat antardepartemen.

3. Peralihan Hak Atas Tanah


Pengaturan tentang jual Beli, Penukaran, penghibahan dengan wasiat, pemberian menurut
adat, pewarisan dan perbuatan-perbuatan lain yang dimaksudkan untuk memindahkan
hak milik serta pengawasannya, yang menurut ketentuan pasal 26 ayat (1) harus diatur
dengan Peraturan Pemerintah belum ada.

4. Peraturan-peraturan yang Perlu Dibuat

Mengenai produk peraturan-peraturan lainya yang belum ada sebagai pelaksanaan


ketentuan UUPA, yaitu:

(1) Pelaksanaan Pasal 10 ayat (1), pengeculian dari Pasal 10 ayat (1).

Pasal 10 ayat (1)“mengatur setiap orang dan badan hukum yang mempunyai ha katas
tanah pertanian pada asasnya diwajibkan mengerjakan atau mengusahakannya
sendiri secara aktif, dengan mencegah cara-cara pemerasan”.

(2) Pasal 14 ayat (1)


Pengaturan mengenai rencana umum mengenai persediaan, peruntukan dan
penggunaan tanah.

5. Ketentuan-ketentuaan UUPA Yang Tidak Relevant Lagi


Di samping itu ada ketentuan pelaksanaan UUPA yang sudah tidak sesuai lagidengan
perkembangan keadaan, yaitu;
(1) Penetapan Luas Tanah Pertanian dimaksud dalam UU No. 56 Prp Tahun 1960, sebagai
pelaksanaan Pasal 17 UUPA.
(2)
6. Surat Kuasa Multak
Masalah penggunaan surat kuasa mutlak di bidang pertanahan perlu pula segera diatur,
sehubungan dengan pemindahan ha kayas tanah dengan menggunakan bentuk pemberitan
kuasa secara terselubung, dengan maksud untuk menghindarkan dirir dari ketentuan
peraturan perundangan, misalnya oembatasan luas tanah, pemilikan tanah absentee atau
ketentukan perpajakan.

Anda mungkin juga menyukai