Anda di halaman 1dari 160

husnunnisaabbas

asuhan keperawatan thypus abdominalis

husnunnisaabbas'blog
2 tahun yang lalu
Iklan

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji hanya bagi Allah yang telah melimpahkan Taufik, Hidayah dan Inayah-Nya kepada
kita, sehingga kita masih dapat menghirup nafas keIslaman sampai sekarang ini. Shalawat dan
salam semoga tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah berjuang dengan
semangatnya yang begitu mulia yang telah membawa kita dari jaman Jahilliyah kepada jaman
Islamiyah.

Dengan mengucap Alhamdulillah kami dapat menyusun makalah yang berjudul “ASKEP
THYPUS ABDOMINALIS”. Kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Pengampu yang
telah membimbing dalam setiap materi, tidak lupa teman-teman yang senantiasa saya banggakan
yang semoga kita selalu dalam lindungan Allah serta dapat berjuang dijalan Allah SWT.

Kami menyadari tentunya makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu saya mohon saran dan
kritik yang sifatnya membangun tentunya. Akhirnya saya mengucapkan terima kasih dan mohon
maaf apabila dalam penulisan masih terdapat kalimat-kalimat yang kurang dapat dipahami agar
menjadi maklum.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Parepare, 1 November 2014

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….. 1

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….. 2

BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang………………………………………………………………………. 3
Tujuan penulisan……………………………………………………………………. 5
Manfaat Pemulisan………………………………………………………………… 5
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………. 6

BAB III TINJAUAN KASUS………………………………………………………….. 25

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan………………………………………………………………………….. 68
Saran…………………………………………………………………………………… 68
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………… 69

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Typhus Abdominalis ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan
dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan
kesadaran.

Penyakit typhus abdominallis atau demam thypod merupakan problem atau masalah yang serius
bagi kesehatan masyarakat di Negara-negara yang berkembang seperti halnya Indonesia yang
memiliki iklim tropis banyak di temukan penyakit infeksi salah satuhnya Typhus Abdominalis
yang di temukan sepanjang tahun. Typhus abdominalis di sebabkan oleh salmonella tyhpi . Bila
salmonella tyhpi berjalan bersama makanan atau terkontaminasi, ia berserang dijaringan limfoid
pada dinding usus. Aliran limfe membawa organ ini kedalam hati dan empedu.

Gejala demam tipoid atau Typhus abdominalis adalah suhu tubuh meningkat hingga 40c dengan
frekuensi nadi relative lambat. Sering ada nyeri tekan di perut.
Insiden infeksi Typhus abdominalis tertinggi terjadi pada usia 1- 4 tahun. Kenyataannya sekarang
penderita penyakit typhus di RS Roemani masih tinggi khususnya pada tahun 2008-2009 tercatat
penderita typhus mencapai 70%, terdiri dari 50% penderita laki-laki , 20% penderita perempuan
dan pada tahun 2009 , sampai april mencapai 414 penderita untuk kasus ini masuk dalam kategori
10 jenis penyakit terbesar Typhus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang
biasanya lebih ringan dan menunjukkan manifestasi klinis yang sama dengan enteritis akut, oleh
karena itu penyakit ini disebut juga penyakit demam enterik.

Penyebabnya adalah kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B dan C, selain
demam enterik kuman ini dapat juga menyebabkan gastroenteritis (keracunan makanan) dan
septikemia (tidak menyerang usus).

Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak tertutup kemungkinan untuk orang
muda/dewasa. Kuman ini terdapat didalam kotoran, urine manusia, dan juga pada makanan dan
minuman yang tercemar kuman yang dibawa oleh lalat. Dalam masyarakat penyakit ini dikenal
dengan nama thypus, tetapi dalam dunia kedokteran disebut Tyfoid fever atau thypus abdominalis,
karena pada umumnya kuman menyerang usus, maka usus bisa jadi luka, dan menyebabkan
perdarahan, serta bisa pula terjadi kebocoran usus.

Di Indonesia, diperkirakan insiden demam enterik adalah 300 – 810 kasus per 100.000 penduduk
per tahun. Menurut hasil SKRT tahun 1986 bahwa 3 % dari seluruh kematian (50.000 kematian)
disebabkan oleh demam enterik. Penyakit ini meskipun sudah dinyatakan sembuh, namun
penderita belum dikatakan sembuh total karena mereka masih dapat menularkan penyakitnya
kepada orang lain (bersifat carrier). Pada perempuan kemungkinan untuk menjadi carrier 3 kali
lebih besar dibandingkan pada laki-laki. Sumber penularan utama ialah penderita demam enterik
itu sendiri dan carrier, yang mana mereka dapat mengeluarkan berjuta-juta kuman Salmonella
typhi dalam tinja dan tinja inilah yang merupakan sumber pencemaran.

Kuman tersebut masuk melalui saluran pencernaan, setelah berkembang biak kemudian
menembus dinding usus menuju saluran limfa, masuk ke dalam pembuluh darah dalam waktu 24-
72 jam. Kemudian dapat terjadi pembiakan di sistem retikuloendothelial dan menyebar kembali ke
pembuluh darah yang kemudian menimbulkan berbagai gejala klinis.

Dalam masyarakat penyakit ini dikenal dengan nama Tipes atau thypus, tetapi dalam dunia
kedokteran disebut TYPHOID FEVER atau Thypus abdominalis, karena berhubungan dengan
usus pada perut.

Tujuan
Penulisan dalam makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pencegahan dan pengobatan
penyakit Thypus tersebut. Serta dapat mengetahui apa- apa saja yang menjadi dasar dari penyebab
penyakit Thypus ini.
Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah kita bisa mengetahui penyebab timbulnya penyakit
Thypus tersebut, serta manfaatnya pun kita bisa mengetahui pencegahan apa saja yang bisa kita
lakukan agar terhindar dari penyakit Thypus.

BAB II

PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN TYPHOID


ABDOMINALIS

Pengertian
Demam tyfoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia,
perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifatdifus, pembentukan mikroabses dan ulserasi
nodus peyer di distal ileum (Soegeng Soegijanto, 2002).
Typus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit kepala, kelesuan,
anoreksia, bradikardi, kadang-kadang pembesaran hati/limpa/atau keduanya.
Typoid adalah suatu penyakitpada usus yang menimbulkan gejal-gejala sistemik yang disebabkan
oleh salmonella typosa, salmonellatype A,B,C penularan terjadi secara pecal, oral, melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief. M, 2009). (http://pend.amanah-
unik_blogspot.com/2007/08/typus abdominalis.html)

Etiologi
Salmonella typhi yang menyebabkan infeksi invasive yang ditandai oleh demam, toksemia, nyeri
perut, konstipasi, diare. Etiologi tipoid dan paratyphoid adalah S.typhi, S. Paratyhpi A, S.
Paratyhpi B, S. Paratyhpi C. (Arjatmo Tjokronegoro, 2007), yaitu :

Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora yang
mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu : Antigen O (somatic, terdiri dari zat
komplek liopolisakarida), Antigen H (flagella), Antigen V1 dan protein membrane hialin.
Salmonella paratyphi A, B, dan C merupakan bagian dari virus Salmonella yang dapat ditentukan
dengan adanya pemeriksaan laboratorium.
Faces dan urine dari penderita thypus (Rahmat Juwono, 2006)
(http://pend.amanah-unik_blogspot.com/2007/08/typus abdominalis.html)

Patologi
Pada dasarnya tyipus abdominalis merupakan penyakit system retikuloendotelial yang
menunjukkan diri terutama pada jaringan limfusus, limpa, hati, dan sum-sum tulang. Di usus,
jaringan limf terletak antemesenterian pada dindingnya, dan dinamai plakat Peyer*.

Usus yang terserang tifus umumnya ileum terminale, tetapi kadang bagian lain ussu halus dan
kolon proksimal juga dihinggapi. Pada permulaan plakat peyer penuh dengan fagosit, membesar,
menonjol, dan tampak seperti infiltrate atau hyperplasia di mukosa usus. Pada akhir minggu
pertama infeksi terjadi nekrosis dan tukak. Tukak ini lebih besar di ileum daripada di kolon sesuai
dengan ukuran plakat Peyer yang ada disana. Kebanyakan tukaknya dangkal, tapi kadang lebih
dalam sampai menimbulkan pendarahan. Perforasi terjadi pada tukak yang menembus serosa.
Setelah penderita sembuh biasanya ulkus membaik tanpa menimbulkan jaringan parut dan
fibrosis.

Jaringan retikuloendeotelial lain juga mengalami perubahan. Kalenjar limf mesentrial penuh
fagosit sehingga kalenjar besar dan melunak. Hati menunjukkan proliferasi sel polimor fonuklear
dan mengalami nekrosis fokal.

Jaringan system lain hampir selalu terlibat. Kandung empedu selalu terinfeksi, dan bakteri hidup
dalam empedu. Seduah sembuh, empedu penderita dapat tetap mengandung bakteri, yang
bersangkutan menjadi pembawa kuman. Sel ginjal mengalami pembengkakan keruh yang
mengandung koloni bakteri. Itu sebabnya pada minggu pertama ditemukan kumannya dalam air
kandung kemih. Bila sembuh penderita demikian menjadi pembawa kuman yang menularkan
lewat kemihnya. Parotitis dan orkitis kadang ditemukan pada penderita demam tifoid, sedangkan
bronchitis hamper selalu ada. Kadang terjadi pneumonia pada tifus abdominalis lebih sering
terjadi sekunder oleh infeksi pneumokokus.

Otot jantung membengkak dan menjadi melunak serta memberikan gambaran miokarditis.
Biasanya tekanan darah turun dengan nadi lambat (bradikardia relative) akibat miokarditis
tersebut. Vena sering mengalami thrombosis terutama v.femoralis, v.safena, dan sinus di otak. Otot
lurik dapat mengalami degenerasi Zenker* berupa hilangnya striae transversals disertai
pembengkakan otot. Otot yang sering terserang adalah otot diafragma, m.rektus abdomis, dan otot
paha. Ini yang mendasari kelemahan otot pada penderita.toksin di otot dapat juga menyebabkan
rupture spontan disertai pendarahan local. Infeksi sekunder kemudian menyebabkan abses di otot
bersangkutan.

Tulang dapat menunjukkan lesi supuratif berupa abses. Osteomielitis itu dapat berlangsung sampai
bertahun-tahun. Yang paling sering terkena adalah tibia, sternum, iga, dan ruas tulang belakang.
Pada demam tifoid sering didapat gambaran piogenik disertai adanya basil tifus yang hidup darah.
Ifeksi disumsum tulang dapat ditunjukkan dengan gambaran leokopenia disertai dihilangnya sel
polimorfonuklear dan eosinofil, dan bertambahnya sel mononuclear.

Infeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap usus halus masuk ke dalam peredaran darah
sampai di organ-organ terutamahati dan limfe. Basil yang tidak hancur berkembang biak di dalam
hati dan limfe sehingga organ-organ tersebut akan membesar disertai nyeri dan perabaan.
Kamudian bila basil kembali masuk ke dalam darah (bakteriemia) dan melanjutkan ke seluruh
tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus menimbulkantukakberbentuk lonjong pada
mukosa di atas plak nyeri, tukak tersebut dapat mengakibatkan pendarahan dan perforasi usu
halus, gejala demam disebabkan oleh endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan
disebabkan oleh kelainan pada usus.

Patofisiologi
Penyakit typhoid disebabkan oleh basil Salmonella typhosa. Penularan dapat terjadi melalui mulut
lewat makanan yang tercemar kemudian kuman mengadakanpenetrasi ke usu halus dan jaringan
limfoid dan berkembang biak.

Selanjutnya kuman masuk ke aliran darah dan mencapai retikuloendoteal pada hati dan limpa,
sehingga organ-organ tersebut membesar disertai rasa nyeri pada perabaan.

Proses ini terjadi pada masa tunas 10-14 hari dan berakhir saat sel-sel retikuloendoteal melepaskan
kuman ke dalam darah. Kuman-kuman selanjutnya ke dalam beberapa organ-organ tubuhterutama
kelenjar lymphoid usus halus dan menimbulkan tukak yang berbentuk lonjong pada mukosa di
atas plak pejeri. Tukak dapat menyebabkan terjadinya pendarahan dan perforasi usus.

Manifestasi Klinik
Gejala klinik yang pertama timbul disebabkan oleh bakteremia yang mengakibatkan gejala toksis
umum seperti letargi, sakit kepala, demam, dan beradikardia.

Selanjutnya gejala disebabkan oleh gangguan sistem retikulo endothelial, umpanya kelainan
hematologi, gangguan faal hati dan nyeri diperut. Kelompok gejala lainnya disebabkan oleh
komplikasi seperti ulserasi di usus dengan penyakitnya.

Masa tunas biasanya 5 sampai 14 hari, tetapi dapat sampai 5 minggu. Pada kasus ringan dan
sedang, penyakit biasanya berlangsung 4 minggu. Timbulnya berangsur, mulai dengan tanda
malaise, anoreksia, nyeri kepala, nyeri seluruh badang, letargi, dan demam. Demam ini tidak
selalu khas, kadang mirip dengan demam pada influenza .

Pada minggu pertama terdapat demam remiten* yang berangsur makin tinggi dan hampir selalu
disertai dengan nyeri kepala. Biasanya terdapat batuk kering dan tidak jarang ditemukan epitaksis
(mimisan). Hampir selalu ada rasa tidak enak atau nyeri diperut. Konstifasi sering ada, tetapi diare
juga sering ditemukan.

Kelainan maskulopapural berupa roseola berdiameter 2-5 mm terdapat pada kulit perut bagian atas
dan dada bagian bawah. Kelainan yang berjumlah kurang lebih 20 buah ini hanya tampak selama
2-4 hari pada minggu pertama.

Pada minggu kedua demam umumnya menetap tinggi (demam kontinu) dan penderita tampak
sakit berat. Perut tampak distensi dan terdapat gangguan sistem pencernaan. Diare dapat mulai,
kadang disertai perdarahan saluran cerna. Keadaan berat ini berlangsung sampai dengan minggu
ketiga. Selain alergi penderita mengallami delirium bahkan sampai koma akibat endotoksemia.
Pada minggu ketiga ini tampak gejala fisik lain berupa bradikardia relatif dengan limpa membesar
lunak.

Perbaikan dapat mulai terjadi pada akhir minggu ketiga dengan suhu badan menurun dan keadaan
umum tampak baik.

Tifus abdominalis dapat kambuh satu sampai dua minggu setelah demam hilang. Kambuhan ini
dapat ringan saja, tetapi dapat berat, dan mungkin terjadi dua atau tiga kali.

Gambaran klinik yang biasa ditemukan adalah:

Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat remiten dan suhu tinggi sekali
selama minggu pertama, suhu badan berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada
pagi hari dan meningkat lagi pada sore hari dan malam hari. Dalam minggu kedua pasienterus
berada dalam keadaan demam,pada minggu ketiga suhu berangsur turun dan normalkembali.

Gangguan pada saluran pencernaan


Pada mulut terdapat nafas berbau tak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (rageden) lidah tertutup
selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor pada abdomen dapat
ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan limpa membesar disertai nyeri palpasi. Biasanya
sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat diare atau normal.

Gangguan kesadaran umum


Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak berada dalam kondisi apatis, sampa
samnolen jarang terjadi stupor, koma, atau gelisah (kecualipenyakit berat dan terlambat mendapat
pengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya pada punggung
dan anggota gerak dapat ditemukan bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler
kulit, yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam, kadang-kadang ditemukan pula
bradikardi dan epistaksis (mimisan) pada anak besar.

Komplikasi
Dapat terjadi pada:

Usus halus,umumnya jarang terjadi akan tetapi sering total yaitu:


Pendarahan usus, bila pendarahan hanya sedikit ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja
dengan benzidin.jika pendarahan banyak terjadi melena, dapat disertai nyeri perut dengan tanda-
tanda renjatan.
Perporasi usus, timbil biasanya pada minggu ketigaatau setelah itu terjadi pada bagian distal
ileum. Perforasi yang tidak disertaiperitonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga
peritoneum. Yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara di antara hati dan diafragma pada
foto abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.
Peritonitis, biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan
gejala abdomen akut yaitunyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang dan nyeri tekan.
Komplikasi luar usus terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis maningitis, koleistisis,
encepalopati, dan lain-lain. Terjadi karena infeksi sekunder yaitu : bronkopneumonia.

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah tepi:dapat ditemukan leukopenia, limfositosis relatif, aneosinofilia,
trombositopenia, anemia.
Biakan empedu: basil salmonella typhi ditemukan dalam darah penderita biasanya dalam minggu
pertama sakit.
Uji widal: adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang
spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan thypoid juga terdapat pada
orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah
untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat
infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu:
Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
Aglutini Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa,
makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.

Pemeriksaan SGOPT dan SGPT


SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah
sembuhnya typhoid.

Penatalaksanaan
Sampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan demam tifoid, yaitu:

Pemberian antibiotik ; untuk menghentikan dan memusnahkan penyebaran kuman. Antibiotik


yang dapat digunakan :
Kloramfenikol ; dosis hari pertama 4X250 mg, hari kedua 4X500 mg, diberikan selama demam
dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 4X250 mg selama 5
hari kemudian. Penelitian terakhir (Nelwan, dkk. Di RSUP Persahabatan), penggunaan
klomfenikol msih memperlihatkan hasil penurunan suhu 4 hari, sama seperti obat-obat terbaru dari
jenis kuinolon.
Ampisilin/amoksisilin ; dosis 50-150 mg/kg/BB, diberikan selama 2 minggu.
Kotrimoksazol ; 2X2 tablet (1 tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol-80 mg trimetoprim,
diberikan selama dua minggu pula.
Sefalosporin generasi II dan III dapat berhasil mengatsi demam dengan baik. Demam pada
umumnya mereda pada hari ke-3 atau menjelang hari ke-4. Regimen yang dipakai adalah:
Seftriakson 4 g/hari selama 3 hari.
Norfloksasin 2 X 400 mg/hari selama 14 hari.
Siprofloksasin 2 X 500 mg/hari selama 6 hari.
Ofloksasin 600 mg/hari selama 7 hari.
Pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari.
Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari.
Istirahat dan perawatan professional
Bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Pasien harus tirah baring
absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Mobilisasi
dilakukan bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien. Dalam perawatan perlu sekali dijaga
higiene perseorangan, kebersihan tempat tidur, pakaian, dan peralatan yang dipakai oleh pasien.
Pasien dapat kesadaran menurun, posisinya perlu diubah-ubah untuk mencegah dekubitus, dan
pneumonia hipostatik. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan, karena kadang-kadang
terjadi obstipasi dan retensi urin.

Diet dan terapi penunjang (simtomatis dan suporatif).


Pertama pasien diberi diet bubur saring, kemudian bubur kasar, dan akhirnya nasi sesuai tingkat
kesembuhan pasien. Namun bebrapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat
dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayur dengan serat kasar) dapat
diberikan dengan aman. Juga diperlukan pemberian vitamin dan mineral yang cukup untuk
mendukung keadaan umum pasien. Diharapkan dengan menjaga keseimbangan dan hemoestasis,
sistem imun akan tetap berfungsi dengan optimal.

Pada kasus perforasi intestinal dan renjatan septik diperlukan perawatan intensif dengan nutrisi
parenteral total. Spektrum antibiotik maupun kombinasi bebrapa obat yang bekerja secara sinergis
dapat dipertimbangkan. Kortikosteroid selalu perlu diberikan pada renjatan septik. Prognosis tidak
begitu baik pada kedua keadaan di atas.

Namun berbeda dengan pengobatan pada penderita demam tifoid yaitu untuk wanita hamil. Tidak
semua antibiotik dapat diberikan. Kloramfenikol tidak boleh diberikan pada trimister ketiga
kehamilan, karena dapat menyebabkan partus prematur, kematian fetus intrauterin, dan sindrom
Gray pada neonatus. Demikian pula dengan tiamfenikol yang mempunyai efek teratogenik
terhadap fetus. Namun pada kehamilan lebih lanjut tiamfenikol dapat diberikan. Selain itu,
kotrimoksazol dan fluorokuinolon juga tidak boleh diberikan.
Antibiotik yang aman bagi kehamilan adaah golongan penisil (ampisin, amoksisilin), dan
sefalosporin generasi ketiga, kecuali pasien yang hipersensitif terhadap obat tersebut.

Konsep Asuhan Keperawatan:


Pengkajian:
Identitas
Di dalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no.registrasi, status
perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan, tanggal MR.

Keluhan Utama
Pada pasien typhoid biasanya mengeluh perut mual dan kembung, nafsu makan menurun, panas,
dan demam.

Riwayat Kesehatan Sekarang


Pada umumnya penyakit pada pasien Typhoid adalah demam, anoreksia, mual, diare, perasaan
tidak enak di perut, pucat (anemia), nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan
kesadaran berupa somnolen sampai koma.

Riwayat Kesehatan dahulu


Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit dan dirawat dengan yang sama, atau apakah
menderita penyakit lainnya.

Riwayat kesehatan keluarga


Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita yang sama atau sakit yang lainnya.

Riwayat Psikososial
Intrapersonal: perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih).

Interpersonal: hubungan dengan orang lain.

Pola fungsi kesehatan


Pola nutrisi dan metabolism
Biasanya nafsu makan klien berkurang, adanya mua, muntah selama sakit, lidah kotor, dan terasa
pahit waktu makan sehingga dapat memepengaruhi status nutrisi berubah karena terjadi gangguan
pada usus halus.

Pola istirahat dan tidur


Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien merasakan sakit pada perutnya,
mual, muntah, kadang diare. Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan yang
meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur.
Pola persepsi dan tatalaksana kesehatan
Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.

Pola aktifitas dan latihan


Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien akan mengalami
keterbatasan gerak akibat penyakitnya.

Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi referensi bila dehidrasi karena panas yang meninggi,
konsumsi cairan tidak sesuai dengan kebutuhan.

Pola reproduksi dan seksual


Mengalami perubahan pada pasien yang telah menikah.

Pola persepsi dan pengetahuan


Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan memengaruhi pengetahuan dan kemampuan
dalam merawat diri.

Pola persepsi dan konsep diri


Di dalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.

Pola penanggulangan stress


Stress timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.

Pola hubungan interpersonal


Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap berhubungan interpersonal dan peran serta
mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama sakit.

Pola tata nilai dan kepercayaan


Timbulnya distress dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi cemas dan takut akan
kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu.

Pemeriksaan Fisik
Kesadaran dan keadaan umum pasien
Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar – tidak sadar (composmentis – coma) untuk mengetahui
berat ringannya prognosis penyakit pasien.

Tanda – tanda vital dan keadaan umum


TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum pasien / kondisi
pasien. Disamping itu juga penimbangan BB untuk mengetahui adanya penurunan BB karena
peningakatan gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang
dibutuhkan. Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, puccat, mual, perut
tidak enak, anorexia.

Kepala dan leher


Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva anemia, mata
cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi
pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

Dada dan abdomen


Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan.

Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping hidung.

Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat akan tetapi
bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.

Sistem integument
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.

Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien bisa mengalami
penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.

Sistem muskuloskoletal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.

Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar tiroid dan tonsil.

Sistem persyarafan
Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita penyakit thypoid.

Diagnosa Keperawatan
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonella Typhii
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia,
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik.
Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan pengeluaran cairan
yang berlebihan (mual/muntah).
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pencernaan.
Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan respon imun.
Resiko integritas kulit berhubungan dengan program terapi bedrest total.
Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi.

Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1 : Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi salmonella thypi.

Tujuan : Suhu tubuh normal

Intervensi :

Observasi suhu tubuh klien


R/ mengetahui perubahan suhu tubuh.

Beri kompres dengan air hangat pada daerah axila, lipat paha, temporal bila terjadi panas
R/ melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah.

Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat seperti
katun
R/ menjaga kebersihan badan, agar klien merasa nyaman, pakaian tipis akan membantu
mengurangi penguapan tubuh

Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang peningkatan suhu tubuh.
R/ klien dan keluarga mengetahui sebab dari peningkatan suhu dan membantu mengurangi
kecemasan yang timbul.

Observasi TTV tiap 4 jam sekali.


R/ tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.

Anjurkan pasien untuk banyak minum, minum.


R/ peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi
dengan asupan cairan yang banyak (2,5 liter / 24 jam).

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiuretik


R/ menurunkan panas dengan obat.

Diagnosa Keperawatan 2. : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan


berhubungan dengan anoreksia,

Tujuan : Nutrisi kebutuhan tubuh terpenuhi.


Kriteria hasil :

– Nafsu makan meningkat

– Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan

Intervensi :

Kaji pola nutrisi klien


R/ mengetahui pola makan, kebiasaan makan, keteraturan waktu makan.

Kaji makan yang di sukai dan tidak disukai


R/ meningkatkan status makanan yang disukai dan menghindari pemberian makan yang tidak
disukai.

Anjurkan tirah baring / pembatasan aktivitas selama fase akut


R/ penghematan tenaga, mengurangi kerja tubuh.

Timbang berat badan tiap hari


R/ mengetahui adanya penurunan atau kenaikan berat badan.

Anjurkan klien makan sedikit tapi sering.


R/ mengurangi kerja usus, menghindari kebosanan makan.

Hindari pemberian laksatif.


R/ penggunaannya berakibat buruk karena digunakan sebagai pembersih makanan/kalori tubuh
oleh pasien.

Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat makanan/nutrisi.


R/ untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi sehingga motivasi untuk makan
meningkat.

Beri nutrisi dengan diet lembek, tidak mengandung banyak serat, tidak merangsang, maupun
menimbulkan banyak gas dan dihidangkan saat masih hangat.
R/ untuk meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antasida dan nutrisi parenteral.


R/ antasida mengurangi rasa mual dan muntah. Nutrisi parenteral dibutuhkan terutama jika
kebutuhan nutrisi per oral sangat kurang.

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet


R/ mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan dan makanan yang tidak boleh dikonsumsi.
Diagnosa keperawatan 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolik.

Tujuan : Pasien bisa melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) optimal.

Intervensi :

Beri motivasi pada pasien dan keluarga untuk melakukan mobilisasi sebatas kemampuan (mis :
Miring kanan, miring kiri).
R/ pasien dan keluarga mengetahui pentingnya mobilisasi bagi pasien yang bedrest.

Kaji kemampuan pasien dalam beraktivitas (makan, minum).


R/ untuk mengetahui sejauh mana kelemahan yang terjadi.

Dekatkan keperluan pasien dalam jangkauannya.


R/ untuk mempermudah pasien dalam melakukan aktivitas.

Berikan latihan mobilisasi secara bertahap sesudah demam hilang.


R/ untuk menghindari kekakuan sendi dan mencegah adanya dekubitus.

Diagnosa Keperawatan 4 : Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan


dengan pengeluaran cairan yang berlebihan (mual/muntah).

Tujuan : Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi.

Kriteria hasil : Turgor kulit meningkat, Wajah tidak nampak pucat

Intervensi :

Berikan penjelasan tentang pentingnya kebutuhan cairan pada pasien dan keluarga.
R/ untuk mempermudah pemberian cairan (minum) pada pasien.

Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan.


R/ untuk mengetahui keseimbangan cairan, 2,5 liter / 24 jam.

Anjurkan pasien untuk banyak minum.


R/ untuk pemenuhan kebutuhan cairan.

Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan laksatif/diuretik.


R/ membantu pasien menerima perasaan bahwa akibat muntah dan/atau penggunaan
laksatif/diuretik mencegah kehilangan cairan lanjut.
Kolaborasi dengan dokter untuk terapi cairan (oral / parenteral).
R/ untuk pemenuhan kebutuhan cairan yang tidak terpenuhi (secara parenteral).

Diagnosa Keperawatan 5 : Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pencernaan.

Tujuan : Nyeri tidak dirasakan.

Kriteria hasil : Individu akan menyampaikan kepuasan setelah tindakan pereda nyeri diberikan.

Intervensi :

Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0 – 10).


R/ membantu diagnosa keluhan nyeri.

Kaji faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.


R/ membantu menegakkan diagnosa dan kebutuhan terapi.

Kolaborasi dalam pemberian obat yang diresepkan (analgesik)


R/ menghilangkan nyeri.

Diagnosa Keperawatan 6 : Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan respon imun.

Tujuan : Mencegah infeksi dialami oleh klien.

Kriteria hasil : Individu dapat menyebutkan faktor resiko yang berkaitan dengan infeksi dan
kewaspadaan yang dibutuhkan.

Intervensi :

Kaji adanya faktor prediktif.


R/ Faktor prediktif adalah factor terkontrol yang sudah teridentifikasi mampu meningkatkan
resiko infeksi dan menurunkan pertahanan hospes.

Kaji adanya faktor penyulit.


R/ faktor penyulit dapat memperbesar resiko infeksi.

Kurangi masuknya kuman ke dalam tubuh.


R/ mengurangi kontaminasi resiko infeksi silang.
Diagnosa Keperawatan 7 : Resiko integritas kulit berhubungan dengan program terapi bedrest
total.

Tujuan : Mencegah terjadinya gangguan integritas kulit.

Kriteria hasil : Individu dapat mempertahankan kebersihan kulit ( personal hygiene)

Intervensi :

Kaji faktor penyebab.


R/ menetapkan terapi yang dapat dilakukan.

Beri kesempatan klien beradaptasi dalam aktivitas perawatan diri.


R/ Meningkatkan kemampuan klien dalam aktivitas perawatan diri.

Observasi tanda-tanda gangguan integritas kulit.


R/ Melindungi klien dari resiko integritas kulit.

Diskusikan pentingnya perubahan posisi sering, perlu untuk mempertahankan aktivitas.


R/ Meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit dan mencegah tekanan lama pada jaringan.

Diagnosa Keperawatan 8 : Kurangnya pengetahuan tentang penyakit berhubungan


dengan kurang informasi

Tujuan : Pengetahuan klien dan keluarga meningkat

Intervensi :

Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya


R/ Mengetahui apa yang diketahui pasien tentang penyakitnya.

Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien


R/ pasien tahu tata laksana penyakit, perawatan dan pencegahan penyakit typhoid.

Beri kesempatan pasien dan keluaga pasien untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti
R/ Mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga pasien setelah di beri penjelasan
tantang penyakitnya.

Beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat


R/ Memberikan rasa percaya diri pasien dalam kesembuhan sakitnya.
BAB III

TINJAUN KASUS

PENGKAJIAN
Identitas klien
Nama : TN “A”

Umur : 59 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia

Status perkawinan : Kawin

Pendidikan : D III

Pekerjaan : Guru

Alamat : Ujung Lero Pinrang

Identitas Penanggung
Nama : NY “N”

Umur : 50 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia

Status perkawinan : Kawin

Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Ujung Lero Pinrang

Hubungan dengan klien : istri

Keluhan Utama
Demam

Riwayat keluhan utama :


klien mengalami demam sejak 2 minggu yang lalu. Klien minum obat penurun demam tapi tidak
ada perubahan. Akhirnya keluarga membawanya ke rumah sakit dan dokter memutuskan untuk di
opname.

– Sifat keluhan : terus menerus

– Lokasi dan penyebarannya : Seluruh tubuh.

– Hal-hal yang meringankan : Pada saat istirahat.

– Hal-hal yang memberatkan pada saat beraktivitas.

Riwayat kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien masuk rumah sakit dengan demam keluhan dirasakan ± 2 minggu yang lalu, klien sudah
berobat dipuskesmas tetapi tidak ada perubahan sehingga klien memutuskan untuk berobat ke
RSUD Makassau Parepare pada hari Sabtu, tanggal 24 Juni 2006 di poli klinik Internal dan klien
dianjurkan untuk opname untuk mendapatkan perawatan dan perawatan yang intensif, kondisi
klien saat dikaji klien demam, kadang mual dan muntah.

P (Provokasi) : Demam disebabkan infeksi pada usus halus

Q (Qualitatif) : Remitten

R (Regio) : Seluruh tubuh


S (Skala) : Suhu tubuh 48 oC

T (Time) : Demam , sejak 22 Juni 2006

Riwayat Kesehatan lalu klien


Tidak pernah menderita penyakit yang sama
Klien tidak pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya
Tidak ada riwayat alegi dan trasfusi
Tidak ada ketergantungan obat-obatan

Riwayat kesehatan keluarga


Genogram

GI

GII

50
59
65
67
GIII

GIV

30
29
35

Keterangan :
: Laki – laki

: Perempuan

: Klien

: Meninggal

: Garis keturunan

——- : Tinggal serumah

GI : Meninggal karena usia lanjut

GII : Meninggal karena faktor ketuaan

GIII : Meninggal karena penyakit yang tidak diketahui

GIV : 1,2,3,4, meninggal karena prematur, penyakit paru – paru dan kecelakaan

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : KU nampak lemah
b.Kesadaran : Composmentis

c.Tanda-tanda vital :

T : 120/60 mmHg

N : 84 x/menit

S : 40 °C

P : 20 x/menit

Kepala
Inspeksi : – keadaan kulit kepala : bersih,tidak ada ketombe

– Penyebaran rambut merata

– Warna Putih
– Tidak ada alopesia

Palpasi : – tidak teraba adanya massa

-. Nyeri tekan tidak ada

Muka
Inspeksi : – Bentuk wajah Lonjong

-. Wajah simetris kiri dan kanan

– tidak ada pergerakan abnormal

– ekspresi wajah meringis

– wajah Nampak merah

Palpasi : – tidak teraba adanya massa

Nyeri tekan tidak ada


Mata
Inspeksi : – Matasimetris kiri dan kanan

– Palpedra tidak Oedema

– Konjuntiva tidak pucat

– Sklera tidak ictrus

– Pupil isokor

Palpasi : – Tidak teraba adanya massa

-. Nyeri tekan tidak ada

Hidung
Inspeksi : – Lubang hidung simetris kiri dan kanan

– Tidak nampaknya adanya pembesaran polip

– Sekret tidak ada

Palpasi : – Tidak teraba adanya massa


-. Nyeri tekan tidak ada

Telinga
Inspeksi : – Aurikula simetris kiri dan kanan

– Meatus akustikus ekstermus nampak bersih

– tidak ada serumen

– Tidak memakai bantu pendengar

Palpasi : – Tidak teraba adanya massa

– Nyeri tekan tidak ada

Rongga Mulut
Inspeksi :

Gigi : – Gigi nampak bersih


– Tidak ada caries gigi

– Jumlah gigi lengkap

Gusi : – Gusi nampak merah mudah


– Tidak nampak tanda-tanda perdarahan dan peradangan

Lidah : – Lidah nampak kotor


– Tidak nampak tanda-tanda perdarahan dan peradangan

Mulut : – Mukosa mulut kering


– Tidak ada sianosis

Leher
Inspeksi : – Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar tiroid

– Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar limfa

– Tidak nampak adanya pelebaran vena jugularis

Palpasi : – Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid

– Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar limfa

– Tidak teraba adanya pembesaran vena jugularis


– Tidak ada nyeri tekan

k. Toraks dan pernapasan


Inspeksi : – Bentuk dada normal chest

– Frekuensi nafas 20 x/ mnt

– Irama teratur

Palpasi : – Tidak ada nyeri tekan

– Tidak teraba adanya massa

– Vokal premitus teraba dikedua paru

Perkusi : – sonor pada semua lapang paru

Auskultasi : – Terdengar vesikuler di semua lapang paru

– Tidak terdengar adanya bunyi tambahan

l. Jantung
Inspeksi : – Ictus kordis tidak nampak

– Tidak nampak adanya pembesaran jantung

Palpasi : – Tidak ada nyeri tekan

– Tidak ada pembesaran jantung

Auskultasi : – Bunyi jantung I : LUB pada ics 4 dan 5

– Bunyi jantung II : DUB pada ics 2 kiri dan kanan

– Tidak ada bunyi tambahan

Abdomen
Inspeksi : – Tidak tampak adanya luka bekas operasi

– Tidak tampak adanya distensi abdomen

– Perut tampak datar, umbilikus tidak menonjol


Palpasi : – Nyeri tekan pada kuadran kanan

– Tidak teraba adanya pembesaran hepar

– Tidak teraba adanya massa

Perkusi : – Suara perkusi tympani

Auskultasi : – Peristaltik usus 3 kali /menit

– Tidak terdengar adanya bising aorta

Genetalia dan anus


– Tidak tampak adanya hemoroid

Ekstremitas
Atas : – Kedua lengan simetris kiri dan kanan

– Kekuatan otot kiri dan kanan nilai 4

– Terpasang infus di lengan kanan dengan RL 20 tts/ mnt

Bawah : – Kedua tungkai simetris kiri dan kanan

– Kekuatan otot kiri dan kanan nilai 4

Status Neurologi
Nervus I ( Olfaktorius ) : mampu mebedakan bau-bauan
Nervus II ( Optikus ) : lapang pandang 90’C
Nervus III ( Okulomotoris ) : IV (Troklearis) VI (Abdusens) : pupil isikor, refleks kornea baik,
gerakan bola mata kesegala arah
Nervus V (Trigeminus) : Pergerakan otot messeter saat mengunyahbaik, dapat merasakan goresan
kapas
Nervus VII (fasialis) : mampu tersenyum, mengangkat alis, mengerutkan dahi, mengembangkan
pipih
Nervus VII (Auditorius) : fungsi pendengaran baik
Nervus IX (Glassofarineus) : fungsi pengecapan baik
Nervus X (Vagus) : refleks menelan baik
Nervus XI (Assesorius) : dapat menahan tekanan saat disuruh menoleh, dan dapat menahan bahu
Nervus XII (Hypogiosus) : gerakan lidah baik
Pola Kegiatan Sehari-hari
Nutrisi
NO KEBIASAAN SBELUM SAKIT SELAMA SAKIT
1
2

Jenis makanan

Frekuensi

Nafsu makan

Makanan kesukaan

Makanan pantangan

Nasi, lauk, sayur dan buah


3 x sehari

Baik

Bakso

Bubur kering
TKTP

3 x sehari porsi

Tidak dihabiskan
Kurang

Makanan keras

Cairan
NO KEBIASAAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT
1
2

Jenis minuman
Frekuensi

Cara pemasukan

Air putih
6-8 gelas/hari

Lewat mulut

Air putih
2-3 gelas/hari

Mulut

Eliminasi
BAK
NO KEBIASAAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT
1
2

5
Frekuensi
Warna

Bau

Kesulitan BAK

Tempat pembuangan

4-6 kali/hari
Kuning

Pesing

WC

4-6 kali/hari
Kuning

Pesing

POT

BAB
NO KEBIASAAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT
1
2

Frekuensi
Warna
Konsisten

Kesulitan BAB

Tempat pembuangan

1-2 kali/hari
Kuning

Lembek

WC

Belum pernah

Konstipasi

Istirahat Tidur
NO. KEBIASAAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT
1.
2.

Tidur malam
Tidur siang

22.00 – 05.00
14.00 – 15.00

21.00 – 06.00
Tidak teratur

Personal Hygiene
NO. KEBIASAAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT
1.
2.
3.

4.

Mandi
Sikat gigi

Cuci rambut

Ganti pakaian

2 kali sehari
2 kali sehari

2 kali seminggu

2 kali sehari

1 x sehari (diwaslap)
1 x sehari

1 x sehari

Olahraga dan Rekreasi


Sebelum sakit : Klien kadang jalan – jalan pagi dan berkunjung kerumah keluarga dihari libur

Selama sakit : pasien bedrest.

Riwayat Psikososial
Interaksi sosial
Klien berinteraksi dengan baik terhadap keluarga, perawat dan tim kesehatan lainnya
Orang terdekat dengan klien adalah istrinya
Riwayat spiritual
Klien menganut agama islam dan percaya kepada Allah SWT
Klien menganggap penyakitnya adalah cobaan dari Allah SWT
Klien kadang mengikuti pengajian di daerahnya
Selama sakit klien selalu berdoa
Riwayat psikologi
Pola konsep diri : klien menganggap penyakitnya adalah cobaan dari Allah SWT
Pola kognitif : klien dapat berinteraksi dengan baik, klien mampu mengenal perawat, dokter dan
tim kesehatan lainnnya.
Pola koping : bila ada masalah klien membicarakan dengan istrinya
Pola interaksi : hubungan dengan keluarga, perawat, dan tim kesehatan lainnya baik.
Pemeriksaan Diangnostik
Laboraturium

HB : 12,1 Lg/dl (12,0 – 18,0)

LED : 70 mm/jam (< 15 mm/jam)

SGOT : 42 mg/dl ( < 37 (37oC)

SGPT : 34 mg/dl (< 40 (37oC)

UMUM : 62,0 mg/dl (10 – 50 )

KREATININ : 1,4 mg/dl (0,6 – 1,1)

Wdal

Titer O :–
Titer H : 1/80
Titer AH : 1/60
Titer BH :–
Perawatan dan Pengobatan
Perawatan
Isolasi
Bedrest
Observasi TTV
Diet bubur sering TKPT
Pengobatan
IVFD RI 20 tts/mnt
Klorampenikol 3 x 1
Parastamol 3 x 1
Neurodex 1 x 1
Propiretik 3 x 1
Dulcolax supposituria
DATA FOKUS ( CP.IA )
DATA SUBJEKTIFDATA OBJEKTIF
– Klien mengatakan badannya panas
– Klien mengeluh lemah

– Klien mengeluh nyeri pada bagian perut

– Klien mengeluh kurang nafsu makan

– Klien mengatakan kadang mual dan muntah

– Klien mengatakan susah untuk BAB

– Klien mengatakan belum pernah BAB, sejak 3 hari yang lalu

– Klien mengatakan aktivitasnya dibantu oleh keluarga

– KU lemah
– Badan klien teraba panas

– Mukosa bibir kering

– Lidah kotor

– Klien nampak pucat

– Porsi makan tidak dihabiskan

– Peristaltik usus 3 x/menit

– Nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan

– Ekspresi wajah meringis

– Kebutuhan nampak dilayani di tempat tidur

– Tonus otot nilai 4

– Tanda – tanda vital

TD : 160/80 mmHg

N : 84 x/menit

P : 20 x/menit
S : 40oC

– Klien nampak muntah

ANALISA DATA (CP.I.B)


NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1
2
3

4
5
6

DS :
– Klien mengatakan badannya panas

– Klien mengeluh sakit kepala

– Klien mengeluh lemah

DO :

– Badannya klien teraba panas

– Mukosa bibir kering

– Lidah kotor
– TTV :

S : 40 o C

DS :

– klien mengeluh kurang nafsu makan

– klien mengatakan kadang mual dan muntah

– klien mengatakan S.U.H

DO:

– klien Nampak lemah

– porsi makan tidak dihabiskan

– lidah kotor

– mukosa bibir kering

DS :

-Klien mengeluh nyeri pada bagian perut.

DO :

– KU lemah

– Nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan

– Ekspresi wajah meringis


-klien tempak pucat

-TTV

TD :200/60 mmHg

N :42x/mnt

DS:

-Klien mengatakan susah untuk BAB sejak 3 hari yang lalu

DO

-Klien lemah

-peristaltik 3x/mnt

DS :

-klien mengeluh lemah

-Klien mengatakan aktifitasnya hanya di bantu

DO:
KU Lemah

-klien nampak bedres

-Kebutuhan nampak dilayani ditempat tidur

-Tonus otot nilai 4

DS :

Klien mengatakan kadang mual dan muntah

DO

-Mukosa bibir

TTV

Suhu 40Oc

-Klien nampak pucat

-Klien mual dan muntah

Intoksin salmonella thyposa


Masuk ke dalam usus


Masuk ke dalam aliran darah

Bakteri melepas endotoksin

Peradangan di usus halus

Masuk ke dalam darah dan menuju ke otak

Mengeluarkan zat pirogen

Suhu badan meningkat

Hipertermi

Peningkatan suhu tubuh

Peradangan di usus halus

Infeksi usus halus

Merangsang nervus vagus


Sekresi asam lambung meningkat

Intake kurang

Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

Peradangan di usus halus

Kerusakan mukosa usus halus

Menegeluarkan Neuron Transmister (bradikirin,histamine,serotonin)

Sistem saraf Pusat

Persepsi nyeri

Gangguan rasa nyaman nyeri


Infeksi pada usus halus

Suhu tubuh meningkat

Peningkatan reabsorbsi cairan di usus menurun

Molitik usus menurun

Vaeces mengeras

Kostipasi

Gangguan

eliminasi BAB

Proses inflamasi

Masuk kedalam darah

Mempengaruh kerja organ tubuh


Metabolisme glukosa terganggu

Pemberian ATP dan ADP Terganggu

Energi berkurang /penurunan tonus otot

Kelemahan

Intolerancy avtivity

Infeksi usus halus

Merangang nerfus fagus

Sekresi asam lambung meningkat

Mual dan muntah

Anorexia


Intake kurang

Resiko kekurangan cairan

Peningkatan suhu tubuh


Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

Gangguan

Rasa nyaman

Nyeri
Gangguan eliminasi

BAB
Intolerancy

Activity
Resiko

Kekurangan

Volume Cairan

D.DATA KEPERAWATAN (CP.II)

NO MASALAH DIAGNOSA TGL DITEMUKAN TGL TERATASI


1

Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi pada usus halus


Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan mukosa usus halus

Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

Gangguan eliminasi BAB berhubungan dengan peradangan pada usus halus

Intoleran activity berhubungan dengan kelemahan fisik

03 Juli 2006

03 Juli 2006

03 Juli 2006

03 Juli 2006

03 Juli 2006

03 Juli 2006
07 Juli 2006

06 Juli 2006

06 Juli 2006

07 Juli 2006

07 Juli 2006

07 Juli 2006

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (CP.III)


NO DIAGNOSA/DATA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1
2

3
4
5
6

Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi di usus halus, ditandai dengan :
DS :

– Klien mengatakan badannya panas

– Klien mengeluh sakit kepala

– Klien mengeluh lemah

DO :

– Badan klien teraba panas

– Mukosa bibir kering

– Lidah kotor

– TTV : S= 40`C
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah, ditandai dengan :

DS :

Klien mengatakan kadang mual dan muntah

DO :

– mukosa bibir kering

– klien nampak pucat

– TTV :

S : 40°C

T : 130/90 mmHg

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan mukosa usus halus ditandai dengan :

DS :

Klien mengeluh nyeri pada bagian perut

DO :
– KU lemah

– Nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan

– Klien tampak pucat

– Ekspresi wajah meringis

– TTV :

T= 130/90 mmHg

N= 88x/mt

Pemenuhan tubuh kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
ditandai dengan :

DS :

– Klien mengeluh kurang nafsu makan

– Klien mengatakan kadang mual dan muntah

DO :

– KU lemah

– Porsi makan tidak dihabiskan

– Lidah kotor

– Mukosa bibir kering


Gangguan eliminasi BAB berhubungan dengan peradangan pada usus halus ditandai dengan :

DS :

– Klien mengeluh lemas

– Klien mengetakan susah untuk BAB

– Klien mengeluh tidak pernah BAB sejak 3 hari yang lalu

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan :

DS :

– Klien mengeluh lemas

– Klien mengatakan aktivitasnya dibantu

DO :

– KU lemah

– Klien nampak bedrest


– Kebutuhan klien nampak dilayani di tempat tidur

– Tonus otot nilai 4

Suhu tubuh dalam batas normal dengan criteria :


– Bibir lembab

– Lidah bersih

– Klien tidak mengeluh sakit kepala

– KU baik
Kekurangan volume cairan tidak terjadi, dengan kriteria :

– TTV :

S : 36°C -37°C

T : 120/60 x/mnt

N : 80 x/mnt

– Bibir lembab

– Klien tidak pucat

– Klien tidak mual dan muntah

Gangguan rasa nyaman nyeri teratasi dengan criteria :

– Klien melaporkan nyeri hilang

– Ekspresi wajah rileks

– TTV: T, N dalam batas normal


Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan criteria :

– KU baik

– Nafsu makan baik

– Porsi makan dihabiskan

– Lidah tidak kotor


Kebutuhan eliminasi terpenuhi dengan criteria :

– Klien melaporkan sudah BAB

– Peristaltic usus dalam keadaan normal 5-35x/mt

– KU baik

Kebutuhan aktifitas terpenuhi dengan criteria :

– KU baik

– Klien dapat melakukan aktifitas secara mandiri

– Tonus otot 5

1. Observasi TTV terutama suhu tubuh setiap 2 jam

2. Kompres air hangat di dahi dan axial

3. Beri asupan minum yang adekuat

4. Anjurkan klien untuk bedrest


5. Ganti baju klien dengan pakaian tipis dan menyerap keringat

6. Penatalaksanaan pemberian :

– Antipiretik

– Antibiotic

– Cairan parental

1. Pantau intake dan output klien

2. Observasi TTV :

Tensi,nadi suhu

3. Berikan kompres air hangat pada dahi dan axilla

4. Anjurkan klien untuk banyak minum

5. Penatalaksanaan pemberian cairan intravena

1. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan intensitas

2. Kaji ulang factor yang memperkuat nyeri


3. Ajarkan teknik relaksasi

4. Beri tindakan kenyamanan untuk mengurangi nyeri, mis : massage punggung dan rubah
posisi

5. Penatalaksanaan pemberian analgetik

1. Kaji pola makan klien

2. Beri bubur saring TKTP

3. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering

4. Anjurkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan

5. Jelaskan tentang pentingnya makanan untuk proses penyembuhan


6. Pentalaksanaan pemberian suplemen vitamin

1. Kaji pola eliminasi BAB klien

2. Auskultasi peristaltic usus setiap 6 jam

3. Anjurkan makan makanan yang berserat

4. Anjurkan untuk mobilisasi secara bertahap sesuai indikasi

5. Penatalaksanaan pemberian laktasil

1. Kaji kemampuan pola klien beraktivitas

2. Libatkan keluarga dan pasien dalam merencanakan pemenuhan kebutuhan klien

3. Dekatkan barang dan alat kebutuhan klien di tempat yang mudah dijangkau.

4. Bantu klien libatkan keluarga dalam personal hygiene

5. Anjurkan pada klien untuk tidak melakukan aktivitas yang berlebihan.

1. Suhu tubuh dapat menunjukkan proses infeksi berat atau ringan dalam pola demam sehingga
menjadi indikatorperkembangan penyakit dan dapat menentukan intervensi selanjutnya
2. Kompres air hangat dapat membantu menurunkan demam

3. Peningkatan suhu tubuh menimbulkan penguapan yang bangak sehingga membantu


menurunkan panas

4. Membatasi aktivitas sebagai tindakan untuk mencegah terjadinya respon panas


5. Agar tidak menahan pengeluaran panas secara konveksi

6. Untuk membantu :

– menurunkan suhu tubuh

– mencegah infeksi

– mengganti cairan secara cepat akibat evaporasi

1. Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan dan pedoman untuk penggantian cairan

2. Hypotensi,tahikardi,dea=mam dapat menunjukan respon tubuh atau efek

3. Kompres hangat memperlancar peredaran darah ke otak lancar sehingga suhu kembali
normal

4. Mengganti cairan yang keluar melalui evaporasi

5. Mempertahankan keadekutan volume cairan dengan cepat

1. Untuk mengetahui sejauh mana nyeri yang dirasakan sehingga dapat menentukan intervensi
selanjutnya

2. Dapat menunjukkan dengan tepat pencetus/factor yang memperberat dan mengidentifikasi


hasil

terjadinya komplikasi

3. Dengan menarik nafas panjang terjadi relaksasi otot sehungga mengurangi timbulnya nyeri

4. Meningkatkan relaksasi dan memfokuskan kembali perhatian


5. Analgetik dapat mengurangi nyeri

1. untuk mengetahui kebiasaan makan klien sehingga dapat menentukan intervensi selanjutnya

2. untuk memenuhi nutrisi tubuh dan menghindari komplikasi pendarahan

3. pemberian makanan sedikit tapi sering mengurangi kejenuhan klien dan member kesempatan
usus untuk mengabsorbsi makanan

4. Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan

5. Agar klien dan keluarga mengetahui bahwa makanan penting untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi serta membantu penyembuhan

6. Suplemen vitamin untuk memenuhi kebutuhan dan menambah nafsu makan

1. Dengan mengetahui kebiasaan eliminasi BAB sehingga dapat menentukan intervensi


selanjutnya

2. Peristaltic yang kuat menunjukkan rangsangan

3. Makanan berserap membantu mempercepat proses eliminasi

4. Agar ada pergerakan sehingga ada relaksasi otot


5. Laktasil sebagai perangsang keluarnya feces

1. Untuk mengetahui kemampuan aktivitas yang dimiliki sehingga dapat menentukan


intervensi selanjutnya

2. Agar keluarga dank lien dapat bekerja sama dengan baik untuk tujuan yang direncanakan

3. Memudahkan dalam aktivitas ringan klien dalam memenuhi kebutuhannya.

4. Agar kebutuhan klien terpenuhi dan klien merasa diperhatikan..

5. Aktivitas yang berlebihan dapat meningkatkan kebutuhan energi sehingga dapat


memperberat infeksi pada usus halus.

CATATAN TINDAKAN (CP.IV)


HARI/TGL NO.DX JAM TINDAKAN KEPERAWATAN PEMBERI TINDAKAN
DAN TTD
Senin, 3-7-2006
Selasa, 4-7-2006
Rabu, 5-7-2006
Kamis, 6-7-2006
Jumat, 7-7-2006

I
II
III
IV

V
VI
I
II

III
IV
V

VI
I
II

III
IV

V
VI

II
III

IV
V

VI
I

II

III
IV

09.00

09.10

10.15

09.20
09.25

09.30

11. 30

11. 40

11. 50

11. 55
12. 00

10.10

12.00

10.15

10.20
09.45

12.00

09.55

10.00

10.30

10.35

10.40
10.45

11.00

08.00

08.10

08.20

08.25

09.00
08. 00

08. 10

08. 15

08. 20

08. 25
09. 05

09. 10

09. 20

09. 25

09. 30

12. 00

12. 10

08. 40
12. 15

12. 25

12. 00

08. 35

08. 40

08. 45

08. 00
08. 10

08. 15

08. 20

08. 25

08. 30
08. 40

08. 50

09. 00

09. 00

09. 10

09. 20

09. 25

12. 00
10. 45

10. 50

11. 00

11. 05

11. 20

12. 00

10. 00
12. 10

09. 30

12. 00

09. 40

09. 50

09. 45

10. 15

10. 20
10. 25

10. 30

10. 35

10. 40

08.00

08.10

08.15

09.45
09.55

10.00

12.10

12.15

13.30

08.20

12.00

08.15
12.00

08.30

08.35

08.40

08.45

09.00

09.10

09.15
09.20

09.00

09.05

12.00

10.05

10.15

12.05
12.00

12.15

10.00

09.00

11.00

11.20

1. Mengobservasi TTV terutama suhu tubuh tiap 2 jam


Hasil : S : 40°C

2. Memberikan kompres hangat pada dahi dan axilla

3. Memberikan asupan minum yang adekuat

Hasil : klien minum air putih 1 x ¼ gelas

4. Menganjurkan klien untuk bedrest

Hasil : klien istirahat di tempat tidur


5. Menganjurkan klien memakai pakaian tipis dan menyerap keringat

Hasil : klien memakai baju yang berbahan katun

6. Penatalaksanaan pemberian antiperetik dan cairan parenteral

Hasil :

– paracetamol 3×1

– IVFD RL 20 tetes/menit

1. Pemantauan intake dan output klien

Hasil : input : 1500 cc

Output : 1200 cc

2. Observasi TTV

Hasil : S : 40 oC

3. Memberikan kompres air hangat pada dahi dan axilla

4. Menganjurkan klien banyak minum

5. Penatalaksanaan pemberian cairan intravena

Hasil : infus RL 20 tetes/menit

1. Mengkaji tingkat nyeri, lokasi, dan intensitas nyeri.

Hasil : nyeri skala 2 (nyeri sedang, pada abdomen, nyeri hilang timbul

2. Mengkaji faktor yang memperberat nyeri.

Hasil : makanan yang keras

3. Mengajarkan teknik relaksasi

Hasil: klien menarik nafas yang panjang dan menghembuskan secara perlahan-lahan melalui
mulut

4. Memberikan tindakan kenyamanan

Hasil : massage pada punggung

1. Mengkaji pola makan klien

Hasil : porsi makan tidak dihabiskan

2. Memberi bubur saring TKTP

3. Menganjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering

4. Menganjurkan keluarga untuk menyediakan makanan dalam ventilasi yang baik dan
lingkungan yang menyenangkan

1. Mengkaji pola eliminasi klien

Hasil : klien belum pernah BAB

2. Mengauskultasi peristaltik usus setiap jam

Hasil : peristaltik usus 3 x/mnt

3. Mengajukan pada klien makan makanan yang berserat

4. Mengajukan untuk mobilisasi secara bertahap sesuai indikasi

5. Penatalaksanaan pemberian laksatil

Hasil : Dulcolax supposutoria

1. Mengkaji kemampuan pola aktivitas klien

Hasil : klien dibantu dalam


Melakukan aktivitasnya

2. Melibatkan klien dan keluarga dalam merencanakan pemenuhan kebutuhan klien

3. Mendekatkan barang-barang dan alat-alat kebutuhan klien di tempat yang mudah dijangkau

4. Membantu dan melibatkan keluarga dalam personal hygiene

5. Menganjurkan kepada klien untuk tidak melakukan aktivitas yang berlebihan

1. Mengobservasi vital sign terutama suhu badan tiap 2 jam

2. Kompres air hangat di dahi dan axilla

3. Memberikan asupan minum yang adekuat

Hasil : klien minum air putih 4 – 5 gelas/hari

4. Menganjurkan klien untuk bedrest

Hasil : klien istirahat di tempat tidur

5. Penatalaksanaan pemberian antipiretik, antibiotik, dan cairan parental.

Hasil : PCT 3 x 1, kloromfenikol 3 x 1, infus RL 20 tetes/menit

1. Memantau intake dan output klien

2. Mengobservasi TTV

Hasil : S : 37,7 oC

3. memberikan kompres air hangat

4. menganjurkan klien untuk banyak minum

5. penatalaksanaan pemberian cairan parental


1. Mengkaji tingkat nyeri, lokasi dan intensitas nyeri.

Hasil : Nyeri skala 2 (nyeri sedang), pada daerah abdomen

2. Mengkaji ulang faktor yang memperberat nyeri

Hasil : makan makanan yang keras seperti nasi

3. Menganjurkan teknik relaksasi

Hasil : klien melakukan teknik relaksasi dengan tarik nafas panjang

4. Memberi tindakan kenyamanan

Hasil : merubah posisi klien

5. Penatalaksanaan pemberian analgetik

Hasil : propiretik 3 x 1

1. Mengkaji pola makan klien

Hasil : bubur saring TKTP 3 x 1, porsi tidak dihabiskan

2. Menganjurkan klien makan sedikit tapi sering

3. Menyediakan makanan selingan dalam ventilasi yang baik dan lingkungan menyenangkan

4. Menjelaskan tentang pentingnya makanan untuk proses penyembuhan

5. Penatalaksanaan pemberian suplemen vitamin

Hasil : Neurodex 1 x 1

1. Mengkaji pola eliminasi BAB

Hasil : klien mengatakan belum BAB


2. Mengauskultasi peristaltik usus tiap 6 jam

Hasil : peristaltik usus 4 x/menit

3. Menganjurkan makan makanan yang berserat

Hasil : klien makan buah pepaya

4. Menganjurkan untuk mobilisasi secara bertahap sesuai indikasi

Hasil : klien miring kiri dan kanan

1. Mengkaji pola kemampuan aktivitas klien

Hasil : klien masih dibantu dalam melakukan aktivitas

2. Melibatkan keluarga dalam merencanakan pemenuhan kebutuhan klien

3. Membantu dan melibatkan keluarga dalam personal hygiene

4. Menganjurkan kepada klien untuk tidak melakukan aktivitas yang berlebihan

1. mengobservasi TTV, terutama suhu tubuh tiap 2 jam,

Hasil : S : 38 o C

2. memberi kompres air hangat pada dahi dan axilla

3. memberi asupan minum yang adekuat

4. menganjurkan klien untuk bedrest

5. penatalaksanaan pemberian antipiretik, antibiotik, dan cairan parental

Hasil : PCT 3 x 1, infus RL 20 tetes/menit

1. Memantau intake dan output klien


2. Mengobservasi TTV

Hasil : S : 37,5 oC

3. Memberikan kompres air hangat pada dahi dan axilla

4. Menganjurkan klien untuk banyak minum

5. Penatalaksanaan pemberian cairan intravena

Hasil : infus RL 20 tts/menit

1. Mengkaji tingkat nyeri, lokasi dan intensitas nyeri

Hasil : Nyeri skala 2 (nyeri sedang)

2. Mengkaji teknik relaksasi

3. Memberikan tindakan kenyamanan

1. mengkaji pola makan klien

Hasil : porsi makan tidak dihabiskan

2. Berikan bubur saring TKTP

3. Menganjurkan klien makan sedikit tapi sering

4. Menjelaskan tentang pentingnya makan untuk proses penyembuhan

5. Penatalaksanaan pemberian suplemen vitamin

Hasil : Neurodex 1 x 1

1. Mengkaji pola eliminasi BAB

Hasil : klien sudah BAB 1x


2. Mengauskultasi peristaltik usus

Hasil : peristaltik usus 7 x/menit

1. Menganjurkan untuk mobilisasi secara bertahap

2. Mengkaji kemampuan aktivitas klien

Hasil : aktivitas klien terbatas

3. Melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien

4. Menganjurkan kepada klien untuk tidak melakukan aktivitas

1. Mengobservasi TTV terutama suhu tubuh

2. Menganjurkan klien untuk bedres

3. Penatalaksaan pemberian antibiotik dan cairan parental

Hasil : Kloramfenikol 3×1

Infus RL 20 tetes/ menit

1. Membantu intake atau output klie

Hasil : intake : 1500 cc

Output : 3000 cc

2. Mengobservasi TTV

Hasil : S : 36, 7 oC

3. Penatalaksanaan pemberian intravena

Hasil : infus RL 20 tts/ menit


1. Mengkaji tingkat nyeri

Hasil : Nyeri ringan (1)

2. Menganjurkan melakukan tehnik relaksasi

3. Penatalaksanaan pemberian analgetik

Hasil : propetik 3×1

1. Mengkaji pola makan klien

2. Memberikan bubur saring TKTP

3. Menganjurkan klien ; makan sedikit tapi sering

4. Penatalaksanaan pemberian suplemen vitamin

1. Mengkaji pola eliminasi BAB

Hasil : klien sudah BAB

2. Mengaustatik peristatik usus

Hasil : peristatil usus 7 x/ menit

3. Menganjurkan untuk makan makanan berserat

4. Menganjurkan untuk mobilisasi secara bertahap sesuai indikasi

1. Mengkaji pola kemampuan aktivitas klien

Hasil : klien mengatakan pola aktivitasnya masi dibantu

2. Melibatkan kleuarga dalam pemenuhan kebutuhan klien


3. Membantu dan melibatkan keluarga dalam personal hygine

4. Menganjurkan kepada klien untuk tidak melakukan aktivitas yang berlebihan

1. Mengobservasi TTV, terutama suhu tubuh

2. Menganjurkan klien untuk bedres

3. Penatalaksanaan pemberian antibiotik dan cairan parental

Hasil : kloromfenikol 3×1

Infus RL 20 tts/menit

1. Mengkaji tingkat nyeri

Hasil : nyeri tidak ada (o)

2. Penatalaksanaan pemberian analgetik

1. Mengkaji pola makan klien

Hasil : porsi makan dihabiskan

2. Berikan bubur saring TKTP

3. Menganjurkan klien untuk makan tapi sering

4. Penatalaksanaan pemberian suplemen vitamin

Hasil : Neurodex 1×1

1. Mengkaji semua aktivitas klien


Hasil : klien melakukan aktivitasnya sendiri

2. Melibatkn keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien

3. Menganjurkan kepada klien untuk tidak melakukan aktivitas yang berlebihan

CATATAN PERKEMBANGAN (CP.V)


HARI/TGL NO DX JAM EVALUASI/SOAP
Senin, 3-7-2006
Selasa, 4-7-2006
Rabu, 5-7-2006
Kamis, 6-7-2006
Jumat, 7-7-2006

II
III

IV

V
VI

II
III

IV

VI
I

II

III
IV

VI
I

II

III
IV

I
II

III

IV
12.00

13.30

12.30
12.15

12.45

13.00
12.00

13.15

12.30
12.15

12.45

13.30

12.30
13.00

12.45
13.15

13.30
12.00
13.00

13.30

12.00
12.00

13.00

S : – klien mengatakan badannya masih panas


O : – Ku lemah

– Suhu tubuh 40 oC

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

S:–

O:– Mukosa bibir kering

– Klien nampak pucat

– TTV
TD : 120/60 S : 40 oC

N : 84 x/menit

S : Klien masih mengeluh nyeri pada perut

O:– Expresi wajah meringis

– KU lemah

– Nyeri tekan pada abdomen

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

S:– Klien mengatakan kurang nafsu makan

– Klien mengatakan sedang mual

O:– Porsi makan tidak dihabiskan

– Mukosa bibir kering

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

S : Klien mengatakan belum BAB

O : Peristaltik usus 3x/menit

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5


S : Klien mengeluh lemah

O:– KU lemah

– Kebutuhan nampak dilayani ditempat tidur

– Aktivitas klien terbatas

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

S : – Klien mengatakan badannya masih panas

– Klien mengeluh sakit kepala

O:– Mukosa bibir kering

– Suhu tubu 38 oC

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

S:–

O : -Suhu tubuh 38,7°C

-Mukosa bibir kering

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

S : Klien masih mengeluh nyeri pada perut

O : – Ekspresi wajah meringis


– KU lemah

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

S : Klien mengeluh nafsu makan kurang

O:– Lidah kotor, porsi makan tidak dihabiskan

– Mukosa bibir kering

A : Masalah belum teratasi

S : Klien mengatakan sudah BAB

O : -Peristaltik usus 6x/mnt

-KU lemah

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan dengan pertahanan intervensi 1,2,3,4

S : Klien mengeluh lemah

O : -Tonus nilai 4

-Kebutuhan Nampak dilayani ditempat tidur

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

S : Klien masih mengeluh sakit kepala


O : -Mukosa bibir kering

-Suhu tubuh 38,5°C

-KU lemah

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

S : Klien mengatakan tidak mual dan muntah

O : -Suhu tubuh 37,5°C

-Mukosa bibir kering

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

S : Klien mengatakan nyeri sudah berkurang

O : -KU lemah

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4

S : Klien mengatakan nafsu makan berkurang

O : -KU lemah

-Lidah kotor

-Porsi makan tidak dihabiskan

A : Masalah belum teratasi


P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

S : Klien mengatakan sudah BAB

O : – KU lemah

– Peristaltik usus 7x/mnt

A : Masalah teratsi sebagian

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3, dan 4

S : Klien masih mengeluh lemah

O : -aktivitas klien terbatas

-KU lemah

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3, dan 4

S : -Klien tidak mengeluh sakit kepala

-Klien mengatakan badannya tidak panas

O : -KU lemah

-Suhu tubuh 36,8°C

-Bibir kering

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi 1,2 dan 3


S : klien mengatakan nyeri berkurang

O : -KU baik

-TTV

TD : 120/80 mmHg

N : 80x/mnt

A : masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4

S : Klien mengatakan nafsu makan membaik

O : -KU baik

-Bibir lembab

-Porsi makan belum dihabiskan sebagian

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4

S : Klien sudah mengatakan sudah BAB

O : -KU baik

-Peristaltik usus 7x/mnt

A : Masalah teratasi

P:–

S : Klien dapat melakukan aktivitasnya sendiri


O : -KU baik

-Tonus otot 5

A : Masalah teratasi sebagian

P:–

S : – Klien mengatakan badannya tidak panas

O : – KU baik

– suhu tubuh 36,5°C

-Bibir lembab

A : Masalah teratasi

P:–

S : klien mengatakan nyeri berkurang

O : -KU baik

-TTV

TD : 120/80 mmHg

N : 80x/mnt

A : masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4

S : Klien mengatakan nafsu makan baik

O : – KU baik
-Bibir lembab

-Porsi makan sudah dihabiskan

A : Masalah teratasi

P:–

S : Klien dapat melakukan aktivitasnya sendiri

O : -KU baik

-Tonus otot 5

A : Masalah teratasi

P:–

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan
Dari makalah di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian penyakit Typhus adalah penyakit
infeksi menular yang dapat terjadi pada anak maupun orang dewasa. Tetapi demam tifoid lebih
sering menyerang anak. Walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan daripada orang dewasa

Penyakit typhus abdominallis atau demam thypod merupakan problem atau masalah yang serius
bagi kesehatan masyarakat di Negara-negara yang berkembang seperti halnya Indonesia yang
memiliki iklim tropis banyak di temukan penyakit infeksi salah satuhnya Typhus Abdominalis
yang di temukan sepanjang tahun. Typhus abdominalis di sebabkan oleh salmonella tyhpi.

Saran
Melalui makalah ini kami selaku penyusun makalah ini berharap agar pembaca senantiasa
memperdulikan akan kesehatannya sendiri, lingkungan dan sekitarnya agar terhindar dari penyakit
menular khususnya penyakit Typhus dengan melakukan pencegahan sejak dini sehinnga penyakit
ini tidak menjadi suatu Kejadian Luar Biasa (KLB).

DAFTAR PUSTAKA

Gupte, S. 1990. Mikrobiologi Dasar. Alih bahasa Julius ES. Binarupa Aksara. Edisi III.

Simanjuntak, C H. 1990. Masalah Demam Tifoid di Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran No.60

Staf Pengajar Fakultas Kedokteran UI, “Mikrobiologi Kedokteran”, P.T. Binarupa Aksara, Jakarta,
1993.

Staf pengajar FKUNDIP. 1996. Pengendalian Demam Tifoid. Jen. I.

Sudibjo, HR, “Jurnal Kedokteran YARSI”, Vol.4 No. 1 Jakarta, 1996, Januari.

Suzzane C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol.1. Jakarta : EGC.

Soepaman, Sarwono Waspadji. 2001. Ilmu Penyakit dalam Jilid II Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI

Jevuska. 2008. Demam Tifoid (Typhoid Fever), <http://www.jevuska.com/2008/05/10-/demam-


tifoidtyphoid- fever, tanggal akses: 26 September 2009>.

http://www.mediastore.co.id/kesehatan/news/0602/08/095423.htm
http://www.infokesehatan.co.id

Iklan
Kategori: Tak Berkategori
Tinggalkan sebuah Komentar
husnunnisaabbas

Blog di WordPress.com.
Kembali ke atas

Anda mungkin juga menyukai

  • Panhaf
    Panhaf
    Dokumen9 halaman
    Panhaf
    nur anita Wulandari
    Belum ada peringkat
  • UKS
    UKS
    Dokumen21 halaman
    UKS
    nur anita Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Sistem Perkemihan
    Sistem Perkemihan
    Dokumen29 halaman
    Sistem Perkemihan
    nur anita Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Angket Jurusan PTN
    Angket Jurusan PTN
    Dokumen4 halaman
    Angket Jurusan PTN
    nur anita Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Poa
    Poa
    Dokumen7 halaman
    Poa
    nur anita Wulandari
    Belum ada peringkat