husnunnisaabbas'blog
2 tahun yang lalu
Iklan
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah yang telah melimpahkan Taufik, Hidayah dan Inayah-Nya kepada
kita, sehingga kita masih dapat menghirup nafas keIslaman sampai sekarang ini. Shalawat dan
salam semoga tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah berjuang dengan
semangatnya yang begitu mulia yang telah membawa kita dari jaman Jahilliyah kepada jaman
Islamiyah.
Dengan mengucap Alhamdulillah kami dapat menyusun makalah yang berjudul “ASKEP
THYPUS ABDOMINALIS”. Kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Pengampu yang
telah membimbing dalam setiap materi, tidak lupa teman-teman yang senantiasa saya banggakan
yang semoga kita selalu dalam lindungan Allah serta dapat berjuang dijalan Allah SWT.
Kami menyadari tentunya makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu saya mohon saran dan
kritik yang sifatnya membangun tentunya. Akhirnya saya mengucapkan terima kasih dan mohon
maaf apabila dalam penulisan masih terdapat kalimat-kalimat yang kurang dapat dipahami agar
menjadi maklum.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….. 1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….. 2
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang………………………………………………………………………. 3
Tujuan penulisan……………………………………………………………………. 5
Manfaat Pemulisan………………………………………………………………… 5
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………. 6
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………………………………….. 68
Saran…………………………………………………………………………………… 68
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………… 69
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Typhus Abdominalis ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan
dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan
kesadaran.
Penyakit typhus abdominallis atau demam thypod merupakan problem atau masalah yang serius
bagi kesehatan masyarakat di Negara-negara yang berkembang seperti halnya Indonesia yang
memiliki iklim tropis banyak di temukan penyakit infeksi salah satuhnya Typhus Abdominalis
yang di temukan sepanjang tahun. Typhus abdominalis di sebabkan oleh salmonella tyhpi . Bila
salmonella tyhpi berjalan bersama makanan atau terkontaminasi, ia berserang dijaringan limfoid
pada dinding usus. Aliran limfe membawa organ ini kedalam hati dan empedu.
Gejala demam tipoid atau Typhus abdominalis adalah suhu tubuh meningkat hingga 40c dengan
frekuensi nadi relative lambat. Sering ada nyeri tekan di perut.
Insiden infeksi Typhus abdominalis tertinggi terjadi pada usia 1- 4 tahun. Kenyataannya sekarang
penderita penyakit typhus di RS Roemani masih tinggi khususnya pada tahun 2008-2009 tercatat
penderita typhus mencapai 70%, terdiri dari 50% penderita laki-laki , 20% penderita perempuan
dan pada tahun 2009 , sampai april mencapai 414 penderita untuk kasus ini masuk dalam kategori
10 jenis penyakit terbesar Typhus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang
biasanya lebih ringan dan menunjukkan manifestasi klinis yang sama dengan enteritis akut, oleh
karena itu penyakit ini disebut juga penyakit demam enterik.
Penyebabnya adalah kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B dan C, selain
demam enterik kuman ini dapat juga menyebabkan gastroenteritis (keracunan makanan) dan
septikemia (tidak menyerang usus).
Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak tertutup kemungkinan untuk orang
muda/dewasa. Kuman ini terdapat didalam kotoran, urine manusia, dan juga pada makanan dan
minuman yang tercemar kuman yang dibawa oleh lalat. Dalam masyarakat penyakit ini dikenal
dengan nama thypus, tetapi dalam dunia kedokteran disebut Tyfoid fever atau thypus abdominalis,
karena pada umumnya kuman menyerang usus, maka usus bisa jadi luka, dan menyebabkan
perdarahan, serta bisa pula terjadi kebocoran usus.
Di Indonesia, diperkirakan insiden demam enterik adalah 300 – 810 kasus per 100.000 penduduk
per tahun. Menurut hasil SKRT tahun 1986 bahwa 3 % dari seluruh kematian (50.000 kematian)
disebabkan oleh demam enterik. Penyakit ini meskipun sudah dinyatakan sembuh, namun
penderita belum dikatakan sembuh total karena mereka masih dapat menularkan penyakitnya
kepada orang lain (bersifat carrier). Pada perempuan kemungkinan untuk menjadi carrier 3 kali
lebih besar dibandingkan pada laki-laki. Sumber penularan utama ialah penderita demam enterik
itu sendiri dan carrier, yang mana mereka dapat mengeluarkan berjuta-juta kuman Salmonella
typhi dalam tinja dan tinja inilah yang merupakan sumber pencemaran.
Kuman tersebut masuk melalui saluran pencernaan, setelah berkembang biak kemudian
menembus dinding usus menuju saluran limfa, masuk ke dalam pembuluh darah dalam waktu 24-
72 jam. Kemudian dapat terjadi pembiakan di sistem retikuloendothelial dan menyebar kembali ke
pembuluh darah yang kemudian menimbulkan berbagai gejala klinis.
Dalam masyarakat penyakit ini dikenal dengan nama Tipes atau thypus, tetapi dalam dunia
kedokteran disebut TYPHOID FEVER atau Thypus abdominalis, karena berhubungan dengan
usus pada perut.
Tujuan
Penulisan dalam makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pencegahan dan pengobatan
penyakit Thypus tersebut. Serta dapat mengetahui apa- apa saja yang menjadi dasar dari penyebab
penyakit Thypus ini.
Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah kita bisa mengetahui penyebab timbulnya penyakit
Thypus tersebut, serta manfaatnya pun kita bisa mengetahui pencegahan apa saja yang bisa kita
lakukan agar terhindar dari penyakit Thypus.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
Demam tyfoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia,
perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifatdifus, pembentukan mikroabses dan ulserasi
nodus peyer di distal ileum (Soegeng Soegijanto, 2002).
Typus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit kepala, kelesuan,
anoreksia, bradikardi, kadang-kadang pembesaran hati/limpa/atau keduanya.
Typoid adalah suatu penyakitpada usus yang menimbulkan gejal-gejala sistemik yang disebabkan
oleh salmonella typosa, salmonellatype A,B,C penularan terjadi secara pecal, oral, melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief. M, 2009). (http://pend.amanah-
unik_blogspot.com/2007/08/typus abdominalis.html)
Etiologi
Salmonella typhi yang menyebabkan infeksi invasive yang ditandai oleh demam, toksemia, nyeri
perut, konstipasi, diare. Etiologi tipoid dan paratyphoid adalah S.typhi, S. Paratyhpi A, S.
Paratyhpi B, S. Paratyhpi C. (Arjatmo Tjokronegoro, 2007), yaitu :
Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora yang
mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu : Antigen O (somatic, terdiri dari zat
komplek liopolisakarida), Antigen H (flagella), Antigen V1 dan protein membrane hialin.
Salmonella paratyphi A, B, dan C merupakan bagian dari virus Salmonella yang dapat ditentukan
dengan adanya pemeriksaan laboratorium.
Faces dan urine dari penderita thypus (Rahmat Juwono, 2006)
(http://pend.amanah-unik_blogspot.com/2007/08/typus abdominalis.html)
Patologi
Pada dasarnya tyipus abdominalis merupakan penyakit system retikuloendotelial yang
menunjukkan diri terutama pada jaringan limfusus, limpa, hati, dan sum-sum tulang. Di usus,
jaringan limf terletak antemesenterian pada dindingnya, dan dinamai plakat Peyer*.
Usus yang terserang tifus umumnya ileum terminale, tetapi kadang bagian lain ussu halus dan
kolon proksimal juga dihinggapi. Pada permulaan plakat peyer penuh dengan fagosit, membesar,
menonjol, dan tampak seperti infiltrate atau hyperplasia di mukosa usus. Pada akhir minggu
pertama infeksi terjadi nekrosis dan tukak. Tukak ini lebih besar di ileum daripada di kolon sesuai
dengan ukuran plakat Peyer yang ada disana. Kebanyakan tukaknya dangkal, tapi kadang lebih
dalam sampai menimbulkan pendarahan. Perforasi terjadi pada tukak yang menembus serosa.
Setelah penderita sembuh biasanya ulkus membaik tanpa menimbulkan jaringan parut dan
fibrosis.
Jaringan retikuloendeotelial lain juga mengalami perubahan. Kalenjar limf mesentrial penuh
fagosit sehingga kalenjar besar dan melunak. Hati menunjukkan proliferasi sel polimor fonuklear
dan mengalami nekrosis fokal.
Jaringan system lain hampir selalu terlibat. Kandung empedu selalu terinfeksi, dan bakteri hidup
dalam empedu. Seduah sembuh, empedu penderita dapat tetap mengandung bakteri, yang
bersangkutan menjadi pembawa kuman. Sel ginjal mengalami pembengkakan keruh yang
mengandung koloni bakteri. Itu sebabnya pada minggu pertama ditemukan kumannya dalam air
kandung kemih. Bila sembuh penderita demikian menjadi pembawa kuman yang menularkan
lewat kemihnya. Parotitis dan orkitis kadang ditemukan pada penderita demam tifoid, sedangkan
bronchitis hamper selalu ada. Kadang terjadi pneumonia pada tifus abdominalis lebih sering
terjadi sekunder oleh infeksi pneumokokus.
Otot jantung membengkak dan menjadi melunak serta memberikan gambaran miokarditis.
Biasanya tekanan darah turun dengan nadi lambat (bradikardia relative) akibat miokarditis
tersebut. Vena sering mengalami thrombosis terutama v.femoralis, v.safena, dan sinus di otak. Otot
lurik dapat mengalami degenerasi Zenker* berupa hilangnya striae transversals disertai
pembengkakan otot. Otot yang sering terserang adalah otot diafragma, m.rektus abdomis, dan otot
paha. Ini yang mendasari kelemahan otot pada penderita.toksin di otot dapat juga menyebabkan
rupture spontan disertai pendarahan local. Infeksi sekunder kemudian menyebabkan abses di otot
bersangkutan.
Tulang dapat menunjukkan lesi supuratif berupa abses. Osteomielitis itu dapat berlangsung sampai
bertahun-tahun. Yang paling sering terkena adalah tibia, sternum, iga, dan ruas tulang belakang.
Pada demam tifoid sering didapat gambaran piogenik disertai adanya basil tifus yang hidup darah.
Ifeksi disumsum tulang dapat ditunjukkan dengan gambaran leokopenia disertai dihilangnya sel
polimorfonuklear dan eosinofil, dan bertambahnya sel mononuclear.
Infeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap usus halus masuk ke dalam peredaran darah
sampai di organ-organ terutamahati dan limfe. Basil yang tidak hancur berkembang biak di dalam
hati dan limfe sehingga organ-organ tersebut akan membesar disertai nyeri dan perabaan.
Kamudian bila basil kembali masuk ke dalam darah (bakteriemia) dan melanjutkan ke seluruh
tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus menimbulkantukakberbentuk lonjong pada
mukosa di atas plak nyeri, tukak tersebut dapat mengakibatkan pendarahan dan perforasi usu
halus, gejala demam disebabkan oleh endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan
disebabkan oleh kelainan pada usus.
Patofisiologi
Penyakit typhoid disebabkan oleh basil Salmonella typhosa. Penularan dapat terjadi melalui mulut
lewat makanan yang tercemar kemudian kuman mengadakanpenetrasi ke usu halus dan jaringan
limfoid dan berkembang biak.
Selanjutnya kuman masuk ke aliran darah dan mencapai retikuloendoteal pada hati dan limpa,
sehingga organ-organ tersebut membesar disertai rasa nyeri pada perabaan.
Proses ini terjadi pada masa tunas 10-14 hari dan berakhir saat sel-sel retikuloendoteal melepaskan
kuman ke dalam darah. Kuman-kuman selanjutnya ke dalam beberapa organ-organ tubuhterutama
kelenjar lymphoid usus halus dan menimbulkan tukak yang berbentuk lonjong pada mukosa di
atas plak pejeri. Tukak dapat menyebabkan terjadinya pendarahan dan perforasi usus.
Manifestasi Klinik
Gejala klinik yang pertama timbul disebabkan oleh bakteremia yang mengakibatkan gejala toksis
umum seperti letargi, sakit kepala, demam, dan beradikardia.
Selanjutnya gejala disebabkan oleh gangguan sistem retikulo endothelial, umpanya kelainan
hematologi, gangguan faal hati dan nyeri diperut. Kelompok gejala lainnya disebabkan oleh
komplikasi seperti ulserasi di usus dengan penyakitnya.
Masa tunas biasanya 5 sampai 14 hari, tetapi dapat sampai 5 minggu. Pada kasus ringan dan
sedang, penyakit biasanya berlangsung 4 minggu. Timbulnya berangsur, mulai dengan tanda
malaise, anoreksia, nyeri kepala, nyeri seluruh badang, letargi, dan demam. Demam ini tidak
selalu khas, kadang mirip dengan demam pada influenza .
Pada minggu pertama terdapat demam remiten* yang berangsur makin tinggi dan hampir selalu
disertai dengan nyeri kepala. Biasanya terdapat batuk kering dan tidak jarang ditemukan epitaksis
(mimisan). Hampir selalu ada rasa tidak enak atau nyeri diperut. Konstifasi sering ada, tetapi diare
juga sering ditemukan.
Kelainan maskulopapural berupa roseola berdiameter 2-5 mm terdapat pada kulit perut bagian atas
dan dada bagian bawah. Kelainan yang berjumlah kurang lebih 20 buah ini hanya tampak selama
2-4 hari pada minggu pertama.
Pada minggu kedua demam umumnya menetap tinggi (demam kontinu) dan penderita tampak
sakit berat. Perut tampak distensi dan terdapat gangguan sistem pencernaan. Diare dapat mulai,
kadang disertai perdarahan saluran cerna. Keadaan berat ini berlangsung sampai dengan minggu
ketiga. Selain alergi penderita mengallami delirium bahkan sampai koma akibat endotoksemia.
Pada minggu ketiga ini tampak gejala fisik lain berupa bradikardia relatif dengan limpa membesar
lunak.
Perbaikan dapat mulai terjadi pada akhir minggu ketiga dengan suhu badan menurun dan keadaan
umum tampak baik.
Tifus abdominalis dapat kambuh satu sampai dua minggu setelah demam hilang. Kambuhan ini
dapat ringan saja, tetapi dapat berat, dan mungkin terjadi dua atau tiga kali.
Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat remiten dan suhu tinggi sekali
selama minggu pertama, suhu badan berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada
pagi hari dan meningkat lagi pada sore hari dan malam hari. Dalam minggu kedua pasienterus
berada dalam keadaan demam,pada minggu ketiga suhu berangsur turun dan normalkembali.
Komplikasi
Dapat terjadi pada:
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah tepi:dapat ditemukan leukopenia, limfositosis relatif, aneosinofilia,
trombositopenia, anemia.
Biakan empedu: basil salmonella typhi ditemukan dalam darah penderita biasanya dalam minggu
pertama sakit.
Uji widal: adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang
spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan thypoid juga terdapat pada
orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah
untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat
infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu:
Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
Aglutini Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa,
makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
Penatalaksanaan
Sampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan demam tifoid, yaitu:
Pada kasus perforasi intestinal dan renjatan septik diperlukan perawatan intensif dengan nutrisi
parenteral total. Spektrum antibiotik maupun kombinasi bebrapa obat yang bekerja secara sinergis
dapat dipertimbangkan. Kortikosteroid selalu perlu diberikan pada renjatan septik. Prognosis tidak
begitu baik pada kedua keadaan di atas.
Namun berbeda dengan pengobatan pada penderita demam tifoid yaitu untuk wanita hamil. Tidak
semua antibiotik dapat diberikan. Kloramfenikol tidak boleh diberikan pada trimister ketiga
kehamilan, karena dapat menyebabkan partus prematur, kematian fetus intrauterin, dan sindrom
Gray pada neonatus. Demikian pula dengan tiamfenikol yang mempunyai efek teratogenik
terhadap fetus. Namun pada kehamilan lebih lanjut tiamfenikol dapat diberikan. Selain itu,
kotrimoksazol dan fluorokuinolon juga tidak boleh diberikan.
Antibiotik yang aman bagi kehamilan adaah golongan penisil (ampisin, amoksisilin), dan
sefalosporin generasi ketiga, kecuali pasien yang hipersensitif terhadap obat tersebut.
Keluhan Utama
Pada pasien typhoid biasanya mengeluh perut mual dan kembung, nafsu makan menurun, panas,
dan demam.
Riwayat Psikososial
Intrapersonal: perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih).
Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi referensi bila dehidrasi karena panas yang meninggi,
konsumsi cairan tidak sesuai dengan kebutuhan.
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran dan keadaan umum pasien
Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar – tidak sadar (composmentis – coma) untuk mengetahui
berat ringannya prognosis penyakit pasien.
Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping hidung.
Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat akan tetapi
bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.
Sistem integument
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.
Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien bisa mengalami
penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.
Sistem muskuloskoletal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.
Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar tiroid dan tonsil.
Sistem persyarafan
Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita penyakit thypoid.
Diagnosa Keperawatan
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonella Typhii
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia,
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik.
Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan pengeluaran cairan
yang berlebihan (mual/muntah).
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pencernaan.
Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan respon imun.
Resiko integritas kulit berhubungan dengan program terapi bedrest total.
Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi.
Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1 : Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi salmonella thypi.
Intervensi :
Beri kompres dengan air hangat pada daerah axila, lipat paha, temporal bila terjadi panas
R/ melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah.
Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat seperti
katun
R/ menjaga kebersihan badan, agar klien merasa nyaman, pakaian tipis akan membantu
mengurangi penguapan tubuh
Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang peningkatan suhu tubuh.
R/ klien dan keluarga mengetahui sebab dari peningkatan suhu dan membantu mengurangi
kecemasan yang timbul.
Intervensi :
Beri nutrisi dengan diet lembek, tidak mengandung banyak serat, tidak merangsang, maupun
menimbulkan banyak gas dan dihidangkan saat masih hangat.
R/ untuk meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan.
Intervensi :
Beri motivasi pada pasien dan keluarga untuk melakukan mobilisasi sebatas kemampuan (mis :
Miring kanan, miring kiri).
R/ pasien dan keluarga mengetahui pentingnya mobilisasi bagi pasien yang bedrest.
Intervensi :
Berikan penjelasan tentang pentingnya kebutuhan cairan pada pasien dan keluarga.
R/ untuk mempermudah pemberian cairan (minum) pada pasien.
Kriteria hasil : Individu akan menyampaikan kepuasan setelah tindakan pereda nyeri diberikan.
Intervensi :
Kriteria hasil : Individu dapat menyebutkan faktor resiko yang berkaitan dengan infeksi dan
kewaspadaan yang dibutuhkan.
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Beri kesempatan pasien dan keluaga pasien untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti
R/ Mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga pasien setelah di beri penjelasan
tantang penyakitnya.
TINJAUN KASUS
PENGKAJIAN
Identitas klien
Nama : TN “A”
Umur : 59 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia
Pendidikan : D III
Pekerjaan : Guru
Identitas Penanggung
Nama : NY “N”
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Wiraswasta
Keluhan Utama
Demam
Riwayat kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien masuk rumah sakit dengan demam keluhan dirasakan ± 2 minggu yang lalu, klien sudah
berobat dipuskesmas tetapi tidak ada perubahan sehingga klien memutuskan untuk berobat ke
RSUD Makassau Parepare pada hari Sabtu, tanggal 24 Juni 2006 di poli klinik Internal dan klien
dianjurkan untuk opname untuk mendapatkan perawatan dan perawatan yang intensif, kondisi
klien saat dikaji klien demam, kadang mual dan muntah.
Q (Qualitatif) : Remitten
GI
GII
50
59
65
67
GIII
GIV
30
29
35
Keterangan :
: Laki – laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
: Garis keturunan
GIV : 1,2,3,4, meninggal karena prematur, penyakit paru – paru dan kecelakaan
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : KU nampak lemah
b.Kesadaran : Composmentis
c.Tanda-tanda vital :
T : 120/60 mmHg
N : 84 x/menit
S : 40 °C
P : 20 x/menit
Kepala
Inspeksi : – keadaan kulit kepala : bersih,tidak ada ketombe
– Warna Putih
– Tidak ada alopesia
Muka
Inspeksi : – Bentuk wajah Lonjong
– Pupil isokor
Hidung
Inspeksi : – Lubang hidung simetris kiri dan kanan
Telinga
Inspeksi : – Aurikula simetris kiri dan kanan
Rongga Mulut
Inspeksi :
Leher
Inspeksi : – Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar tiroid
– Irama teratur
l. Jantung
Inspeksi : – Ictus kordis tidak nampak
Abdomen
Inspeksi : – Tidak tampak adanya luka bekas operasi
Ekstremitas
Atas : – Kedua lengan simetris kiri dan kanan
Status Neurologi
Nervus I ( Olfaktorius ) : mampu mebedakan bau-bauan
Nervus II ( Optikus ) : lapang pandang 90’C
Nervus III ( Okulomotoris ) : IV (Troklearis) VI (Abdusens) : pupil isikor, refleks kornea baik,
gerakan bola mata kesegala arah
Nervus V (Trigeminus) : Pergerakan otot messeter saat mengunyahbaik, dapat merasakan goresan
kapas
Nervus VII (fasialis) : mampu tersenyum, mengangkat alis, mengerutkan dahi, mengembangkan
pipih
Nervus VII (Auditorius) : fungsi pendengaran baik
Nervus IX (Glassofarineus) : fungsi pengecapan baik
Nervus X (Vagus) : refleks menelan baik
Nervus XI (Assesorius) : dapat menahan tekanan saat disuruh menoleh, dan dapat menahan bahu
Nervus XII (Hypogiosus) : gerakan lidah baik
Pola Kegiatan Sehari-hari
Nutrisi
NO KEBIASAAN SBELUM SAKIT SELAMA SAKIT
1
2
Jenis makanan
Frekuensi
Nafsu makan
Makanan kesukaan
Makanan pantangan
Baik
Bakso
Bubur kering
TKTP
3 x sehari porsi
Tidak dihabiskan
Kurang
Makanan keras
Cairan
NO KEBIASAAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT
1
2
Jenis minuman
Frekuensi
Cara pemasukan
Air putih
6-8 gelas/hari
Lewat mulut
Air putih
2-3 gelas/hari
Mulut
Eliminasi
BAK
NO KEBIASAAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT
1
2
5
Frekuensi
Warna
Bau
Kesulitan BAK
Tempat pembuangan
4-6 kali/hari
Kuning
Pesing
WC
4-6 kali/hari
Kuning
Pesing
POT
BAB
NO KEBIASAAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT
1
2
Frekuensi
Warna
Konsisten
Kesulitan BAB
Tempat pembuangan
1-2 kali/hari
Kuning
Lembek
WC
Belum pernah
–
Konstipasi
Istirahat Tidur
NO. KEBIASAAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT
1.
2.
Tidur malam
Tidur siang
22.00 – 05.00
14.00 – 15.00
21.00 – 06.00
Tidak teratur
Personal Hygiene
NO. KEBIASAAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT
1.
2.
3.
4.
Mandi
Sikat gigi
Cuci rambut
Ganti pakaian
2 kali sehari
2 kali sehari
2 kali seminggu
2 kali sehari
1 x sehari (diwaslap)
1 x sehari
1 x sehari
Riwayat Psikososial
Interaksi sosial
Klien berinteraksi dengan baik terhadap keluarga, perawat dan tim kesehatan lainnya
Orang terdekat dengan klien adalah istrinya
Riwayat spiritual
Klien menganut agama islam dan percaya kepada Allah SWT
Klien menganggap penyakitnya adalah cobaan dari Allah SWT
Klien kadang mengikuti pengajian di daerahnya
Selama sakit klien selalu berdoa
Riwayat psikologi
Pola konsep diri : klien menganggap penyakitnya adalah cobaan dari Allah SWT
Pola kognitif : klien dapat berinteraksi dengan baik, klien mampu mengenal perawat, dokter dan
tim kesehatan lainnnya.
Pola koping : bila ada masalah klien membicarakan dengan istrinya
Pola interaksi : hubungan dengan keluarga, perawat, dan tim kesehatan lainnya baik.
Pemeriksaan Diangnostik
Laboraturium
Wdal
Titer O :–
Titer H : 1/80
Titer AH : 1/60
Titer BH :–
Perawatan dan Pengobatan
Perawatan
Isolasi
Bedrest
Observasi TTV
Diet bubur sering TKPT
Pengobatan
IVFD RI 20 tts/mnt
Klorampenikol 3 x 1
Parastamol 3 x 1
Neurodex 1 x 1
Propiretik 3 x 1
Dulcolax supposituria
DATA FOKUS ( CP.IA )
DATA SUBJEKTIFDATA OBJEKTIF
– Klien mengatakan badannya panas
– Klien mengeluh lemah
– KU lemah
– Badan klien teraba panas
– Lidah kotor
TD : 160/80 mmHg
N : 84 x/menit
P : 20 x/menit
S : 40oC
4
5
6
DS :
– Klien mengatakan badannya panas
DO :
– Lidah kotor
– TTV :
S : 40 o C
DS :
DO:
– lidah kotor
DS :
DO :
– KU lemah
-TTV
TD :200/60 mmHg
N :42x/mnt
DS:
DO
-Klien lemah
-peristaltik 3x/mnt
DS :
DO:
KU Lemah
DS :
DO
-Mukosa bibir
TTV
Suhu 40Oc
Hipertermi
Intake kurang
Persepsi nyeri
Vaeces mengeras
Kostipasi
Gangguan
eliminasi BAB
Proses inflamasi
Kelemahan
Intolerancy avtivity
Anorexia
↓
Intake kurang
Gangguan
Rasa nyaman
Nyeri
Gangguan eliminasi
BAB
Intolerancy
Activity
Resiko
Kekurangan
Volume Cairan
Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
03 Juli 2006
03 Juli 2006
03 Juli 2006
03 Juli 2006
03 Juli 2006
03 Juli 2006
07 Juli 2006
06 Juli 2006
06 Juli 2006
07 Juli 2006
07 Juli 2006
07 Juli 2006
3
4
5
6
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi di usus halus, ditandai dengan :
DS :
DO :
– Lidah kotor
– TTV : S= 40`C
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah, ditandai dengan :
DS :
DO :
– TTV :
S : 40°C
T : 130/90 mmHg
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan mukosa usus halus ditandai dengan :
DS :
DO :
– KU lemah
– TTV :
T= 130/90 mmHg
N= 88x/mt
Pemenuhan tubuh kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
ditandai dengan :
DS :
DO :
– KU lemah
– Lidah kotor
DS :
DS :
DO :
– KU lemah
– Lidah bersih
– KU baik
Kekurangan volume cairan tidak terjadi, dengan kriteria :
– TTV :
S : 36°C -37°C
T : 120/60 x/mnt
N : 80 x/mnt
– Bibir lembab
– KU baik
– KU baik
– KU baik
– Tonus otot 5
6. Penatalaksanaan pemberian :
– Antipiretik
– Antibiotic
– Cairan parental
2. Observasi TTV :
Tensi,nadi suhu
4. Beri tindakan kenyamanan untuk mengurangi nyeri, mis : massage punggung dan rubah
posisi
3. Dekatkan barang dan alat kebutuhan klien di tempat yang mudah dijangkau.
1. Suhu tubuh dapat menunjukkan proses infeksi berat atau ringan dalam pola demam sehingga
menjadi indikatorperkembangan penyakit dan dapat menentukan intervensi selanjutnya
2. Kompres air hangat dapat membantu menurunkan demam
6. Untuk membantu :
– mencegah infeksi
1. Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan dan pedoman untuk penggantian cairan
3. Kompres hangat memperlancar peredaran darah ke otak lancar sehingga suhu kembali
normal
1. Untuk mengetahui sejauh mana nyeri yang dirasakan sehingga dapat menentukan intervensi
selanjutnya
terjadinya komplikasi
3. Dengan menarik nafas panjang terjadi relaksasi otot sehungga mengurangi timbulnya nyeri
1. untuk mengetahui kebiasaan makan klien sehingga dapat menentukan intervensi selanjutnya
3. pemberian makanan sedikit tapi sering mengurangi kejenuhan klien dan member kesempatan
usus untuk mengabsorbsi makanan
5. Agar klien dan keluarga mengetahui bahwa makanan penting untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi serta membantu penyembuhan
2. Agar keluarga dank lien dapat bekerja sama dengan baik untuk tujuan yang direncanakan
I
II
III
IV
V
VI
I
II
III
IV
V
VI
I
II
III
IV
V
VI
II
III
IV
V
VI
I
II
III
IV
09.00
09.10
10.15
09.20
09.25
09.30
11. 30
11. 40
11. 50
11. 55
12. 00
10.10
12.00
10.15
10.20
09.45
12.00
09.55
10.00
10.30
10.35
10.40
10.45
11.00
08.00
08.10
08.20
08.25
09.00
08. 00
08. 10
08. 15
08. 20
08. 25
09. 05
09. 10
09. 20
09. 25
09. 30
12. 00
12. 10
08. 40
12. 15
12. 25
12. 00
08. 35
08. 40
08. 45
08. 00
08. 10
08. 15
08. 20
08. 25
08. 30
08. 40
08. 50
09. 00
09. 00
09. 10
09. 20
09. 25
12. 00
10. 45
10. 50
11. 00
11. 05
11. 20
12. 00
10. 00
12. 10
09. 30
12. 00
09. 40
09. 50
09. 45
10. 15
10. 20
10. 25
10. 30
10. 35
10. 40
08.00
08.10
08.15
09.45
09.55
10.00
12.10
12.15
13.30
08.20
12.00
08.15
12.00
08.30
08.35
08.40
08.45
09.00
09.10
09.15
09.20
09.00
09.05
12.00
10.05
10.15
12.05
12.00
12.15
10.00
09.00
11.00
11.20
Hasil :
– paracetamol 3×1
– IVFD RL 20 tetes/menit
Output : 1200 cc
2. Observasi TTV
Hasil : S : 40 oC
Hasil : nyeri skala 2 (nyeri sedang, pada abdomen, nyeri hilang timbul
Hasil: klien menarik nafas yang panjang dan menghembuskan secara perlahan-lahan melalui
mulut
4. Menganjurkan keluarga untuk menyediakan makanan dalam ventilasi yang baik dan
lingkungan yang menyenangkan
3. Mendekatkan barang-barang dan alat-alat kebutuhan klien di tempat yang mudah dijangkau
2. Mengobservasi TTV
Hasil : S : 37,7 oC
Hasil : propiretik 3 x 1
3. Menyediakan makanan selingan dalam ventilasi yang baik dan lingkungan menyenangkan
Hasil : Neurodex 1 x 1
Hasil : S : 38 o C
Hasil : S : 37,5 oC
Hasil : Neurodex 1 x 1
Output : 3000 cc
2. Mengobservasi TTV
Hasil : S : 36, 7 oC
Infus RL 20 tts/menit
II
III
IV
V
VI
II
III
IV
VI
I
II
III
IV
VI
I
II
III
IV
I
II
III
IV
12.00
13.30
12.30
12.15
12.45
13.00
12.00
13.15
12.30
12.15
12.45
13.30
12.30
13.00
12.45
13.15
13.30
12.00
13.00
13.30
12.00
12.00
13.00
– Suhu tubuh 40 oC
S:–
– TTV
TD : 120/60 S : 40 oC
N : 84 x/menit
– KU lemah
O:– KU lemah
– Suhu tubu 38 oC
S:–
-KU lemah
O : -Tonus nilai 4
-KU lemah
O : -KU lemah
O : -KU lemah
-Lidah kotor
O : – KU lemah
-KU lemah
O : -KU lemah
-Bibir kering
O : -KU baik
-TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/mnt
O : -KU baik
-Bibir lembab
O : -KU baik
A : Masalah teratasi
P:–
-Tonus otot 5
P:–
O : – KU baik
-Bibir lembab
A : Masalah teratasi
P:–
O : -KU baik
-TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/mnt
O : – KU baik
-Bibir lembab
A : Masalah teratasi
P:–
O : -KU baik
-Tonus otot 5
A : Masalah teratasi
P:–
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dari makalah di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian penyakit Typhus adalah penyakit
infeksi menular yang dapat terjadi pada anak maupun orang dewasa. Tetapi demam tifoid lebih
sering menyerang anak. Walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan daripada orang dewasa
Penyakit typhus abdominallis atau demam thypod merupakan problem atau masalah yang serius
bagi kesehatan masyarakat di Negara-negara yang berkembang seperti halnya Indonesia yang
memiliki iklim tropis banyak di temukan penyakit infeksi salah satuhnya Typhus Abdominalis
yang di temukan sepanjang tahun. Typhus abdominalis di sebabkan oleh salmonella tyhpi.
Saran
Melalui makalah ini kami selaku penyusun makalah ini berharap agar pembaca senantiasa
memperdulikan akan kesehatannya sendiri, lingkungan dan sekitarnya agar terhindar dari penyakit
menular khususnya penyakit Typhus dengan melakukan pencegahan sejak dini sehinnga penyakit
ini tidak menjadi suatu Kejadian Luar Biasa (KLB).
DAFTAR PUSTAKA
Gupte, S. 1990. Mikrobiologi Dasar. Alih bahasa Julius ES. Binarupa Aksara. Edisi III.
Simanjuntak, C H. 1990. Masalah Demam Tifoid di Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran No.60
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran UI, “Mikrobiologi Kedokteran”, P.T. Binarupa Aksara, Jakarta,
1993.
Sudibjo, HR, “Jurnal Kedokteran YARSI”, Vol.4 No. 1 Jakarta, 1996, Januari.
Suzzane C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol.1. Jakarta : EGC.
Soepaman, Sarwono Waspadji. 2001. Ilmu Penyakit dalam Jilid II Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI
http://www.mediastore.co.id/kesehatan/news/0602/08/095423.htm
http://www.infokesehatan.co.id
Iklan
Kategori: Tak Berkategori
Tinggalkan sebuah Komentar
husnunnisaabbas
Blog di WordPress.com.
Kembali ke atas