Anda di halaman 1dari 8

Penjelasan Lengkap Suku

Kajang di Kabupaten
Bulukumba

by AMMATOA.COM - 2 tahun ago in


 BUDAYA
 PENDIDIKAN
 SEJARAH
 SUKU

 0

AMMATOA.COM – Suku Kajang merupakan salah satu suku tradisional,


yang terletak di kabupaten bulukumba Sulawesi Selatan, tepatnya
sekitar 200 km arah timur kota Makassar. Daerah kajang terbagi dalam 8
desa, dan 6 dusun. Namun perlu diketahui, kajang di bagi dua secara
geografis, yaitu kajang dalam (suku kajang, mereka disebut “tau
kajang”) dan kajang luar (orang-orang yang berdiam di sekitar suku
kajang yang relative modern, mereka disebut “orang-orang yang
berdiam di sekitar suku kajang yang relative modern, mereka disebut
“tau lembang”).

Daerah kajang luar adalah daerah yang sudah bisa menerima peradaban
teknologi seperti listrik, berbeda halnya dengan kajang dalam yang tidak
dapat menerima peradaban, itulah sebabnya di daerah kajang dalam tidak
ada listrik bukan hanya itu apabila kita ingin masuk ke daerah kawasan
ammatoa (kajang dalam) kita tidak boleh memakai sandal hal ini dikarenakan
oleh sandal yang dibuat dari teknologi.

Bukan hanya itu bentuk rumah kajang dalam dan kajang luar sangat berbeda.
Di kajang luar dapur dan tempat buang airnya terletak di bagian belakang
rumah sama halnya dengan rumah-rumah pada umumnya, tidak seperti
dengan kajang dalam (kawasan ammatoa) yang menempatkan dapur dan
tempat buang airnya didepan.

Hal ini dikarenakan pada zaman perang prajurit kajang sering masuk kerumah
penduduk untuk mencari makan itulah sebabnya dapur dan tempat buang air
kecilnya ditempatkan didepan rumah bukan hanya itu agar prajurit juga tidak
melihat anak dari pemilik rumah karena prajurit beranggapan apapun yamg
berada di dalam rumah itu adalah miliknya.

Suku Kajang Ammatoa Kabupaten Bulukumba

Daerah Kajang juga terkenal dengan hukum adatnya yang sangat kental dan
masih berlaku hingga sekarang. Mereka menjauhkan diri dari segala sesuatu
yang berhubungan dengan hal-hal moderenisasi, kegiatan ekonomi dan
pemerintahan Kabupaten Bulukumba. Mungkin disebabkan oleh hubungan
masyarakat adat dengan lingkungan hutannya yang selalu bersandar pada
pandangan hidup adat yang merekayakini.
Hitam merupakan sebuah warna adat yang kental akan kesakralan dan bila
kita memasuki kawasan ammatoa pakaian kita harus berwarna hitam. Warna
hitam mempunyai makna bagi Mayarakat Ammatoa sebagai bentuk
persamaan dalam segala hal, termasuk kesamaan dalam kesederhanaan.
tidak ada warna hitam yang lebih baik antara yang satu dengan yang lainnya.
Semua hitam adalah sama.

Warna hitam menunjukkan kekuatan, kesamaan derajat bagi setiap orang di


depan sang pencipta. Kesamaan dalam bentuk wujud lahir, menyikapi
keadaan lingkungan, utamanya kelestarian hutan yang harus di jaga
keasliannnya sebagai sumber kehidupan. Oleh karena itu, kami membuat
makalah ini untuk meneliti kehidupan di salah satu desa yang ada di kajang
yaitu desa Lem’banna.

Bagaimanakah sejarah singkat suku kajang?


Di tengah-tengah maraknya aksi pembalakan liar oleh oknum-oknum tak
bertanggung jawab akhir-akhir ini, melihat praktek hidup Suku Kajang—atau
yang juga disebut masyarakat adat Ammatoa—dalam melestarikan kawasan
hutannya seolah-olah memberi secercah harapan bagi kelestarian lingkungan
alam.

Masyarakat adat Ammatoa yang hidup di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi


Selatan, mengelola sumberdaya hutan secara lestari, meskipun secara
geografis wilayahnya tidak jauh (sekitar 50 km) dari pusat kegiatan ekonomi
dan pemerintahan Kabupaten Bulukumba. Hal ini disebabkan oleh hubungan
masyarakat adat dengan lingkungan hutannya didasari atas pandangan hidup
yang arif, yaitu memperlakukan hutan seperti seorang ibu yang harus
dihormati dan dilindungi (Suriani, 2006).

Secara geografis dan administratif, masyarakat adat Kajang terbagi atas


Kajang Dalam dan Kajang Luar. Masyarakat Adat Kajang Dalam tersebar di
beberapa desa, antara lain Desa Tana Toa, Bonto Baji, Malleleng, Pattiroang,
Batu Nilamung dan sebagian wilayah Desa Tambangan. Kawasan
Masyarakat Adat Kajang Dalam secara keseluruhan berbatasan dengan Tuli
di sebelah Utara, dengan Limba di sebelah Timur, dengan Seppa di sebelah
Selatan, dan dengan Doro di sebelah Barat. Sedangkan Kajang Luar tersebar
di hampir seluruh Kecamatan Kajang dan beberapa desa di wilayah
Kecamatan Bulukumba, di antaranya Desa Jojolo, Desa Tibona, Desa Bonto
Minasa dan Desa Batu Lohe (Aziz, 2008).

Namun, hanya masyarakat yang tinggal di kawasan Kajang Dalam yang


masih sepenuhnya berpegang teguh kepada adat Ammatoa. Mereka
memraktekkan cara hidup sangat sederhana dengan menolak segala sesuatu
yang berbau teknologi. Bagi mereka, benda-benda teknologi dapat membawa
dampak negatif bagi kehidupan mereka, karena bersifat merusak kelestarian
sumber daya alam. Komunitas yang selalu mengenakan pakaian serba hitam
inilah yang kemudian disebut sebagai masyarakat adat Ammatoa
(Widyasmoro, 2006).

Dimana letak suku kajang?

Masyarakat adat suku Kajang terletak di Kabupaten Bulukumba, provinsi


Sulawesi Selatan. Bulukumba merupakan sebuah kabupaten yang berada di
‘kaki’ Pulau Sulawesi, kurang lebih 200 km arah selatan Kota Makassar,
ibukota provinsi Sulawesi Selatan.

Jelaskan tentang rumah adat suku kajang!

Rumah adat suku Kajang berbentuk rumah panggung, tak jauh beda
bentuknya dengan rumah adat suku Bugis-Makassar. Bedanya, setiap rumah
dibangun menghadap ke arah barat. Membangun rumah melawan arah
terbitnya matahari dipercayai mampu memberikan berkah.

Jelaskan tentang pakaian adat suku kajang!


Hitam merupakan sebuah warna adat yang kental akan kesakralan dan bila
kita memasuki kawasan ammatoa pakaian kita harus berwarna hitam. Warna
hitam mempunyai makna bagi Mayarakat Ammatoa sebagai bentuk
persamaan dalam segala hal, termasuk kesamaan dalam kesederhanaan.
tidak ada warna hitam yang lebih baik antara yang satu dengan yang lainnya.
Semua hitam adalah sama. Warna hitam menunjukkan kekuatan, kesamaan
derajat bagi setiap orang di depan sang pencipta. Kesamaan dalam bentuk
wujud lahir, menyikapi keadaan lingkungan, utamanya kelestarian hutan yang
harus di jaga keasliannnya sebagai sumber kehidupan.
Jelaskan adat suku kajang!

Dalam hal perkawinan, masyarakat adat Kajang terikat oleh adat yang
mengharuskan menikah dengan sesama orang dalam kawasan adat. Jika
tidak maka mereka harus hidup di luar kawasan adat, pengecualian bagi
pasangan yang bersedia mengikuti segala aturan dan adat-istiadat yang
berlaku di dalam kawasan adat. Hal tabu lainnya adalah memasukkan
barang-barang buatan manusia yang tinggal di luar kawasan adat serta
pengaruh maupun bentuk-bentuk lainnya ke dalam kawasan adat (Adhan,
2005: 283)

Apa saja tempat wisata yang terdapat di kajang?

Tanah adat Kajang dengan budayanya yang khas menjadi tempat wisata di
Kab.Bulukumba. Pusat kegiatan komunitas suku Kajang berada di Dusun
Benteng, yang ditandai dengan kehadiran rumah Ammatoa, sang pemimpin
adat yang selalu didatangi oleh para pengunjung untuk mempelajari tentang
suku kajang.

Bagimana bahasa daerahnya?

Bahasa yang digunakan oleh penduduk suku Kajang adalah Bahasa


Makassar yang berdialek Konjo.

Bagaimana alat musik suku kajang?

Dua buah alat musik Basing yang merupakan sebuah alat musik tiup dari
bambu menyerupai suling. Musik Basing ini biasa ditampilkan setelah upacara
pemakaman pada suku Kajang di Sulawesi Selatan. Dokumentasi ini dibuat
pada rangkaian kegiatan rekaman Program Seri Musik Indonesia Volume 18
“Sulawesi: Musik untuk Festival; Pemakaman dan Iringan Kerja” di Dusun
Janaya Desa Tana Toa Kec. Kajang Kab. Bulukumba Sulawesi Selatan
September 1996. Produksi ini menghasilkan audio dalam bentuk CD dan
kaset yang diterbitkan oleh Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia
bekerjasama dengan Simthsonian Institution.

Jelaskan tarian derahnya!


Pabitte Passapu, Tarian ini merupakan pesta adat Suku Kajang. Ini adalah
tradisi Suku Kajang, yaitu mengadu ikat kepala.

Apa semboyan dan pepatahnya?

Kamase-mase yaitu kesederhanaan

Apa mitos-mitos suku kajang?

1. Jika ada orang luar yang masuk ke dalam wilayah suku kajang, serta tidak
meminta izin lalu melakukan hal-hal yang tidak wajar maka akan di kenakan
doti pada orang tersebut. Doti semacam bacaan yang dapat menimbulkan
kematian.
2. Menurut mitos di sana, burung kajang adalah cikal bakal manusia yang
dikendarai oleh To Manurung sebagai Ammatoa maka dari itulah daerah
tersebut disebut dengan “SUKU KAJANG”
3. Larangan membuat rumah dengan bahan bakunya adalah batu bata.
Menurut pasang hal ini adalahpantang karena hanya orang mati yang berada
didalam liang lahat yang diapit oleh tanah. Rumah yang bahan bakunya dari
batu bata meskipun pemiliknya masih hidup namun secara prisip mereka
dianggap sudah tiada atau dalam bahasa kasarnya telah mati, karena sudah
dikelilingi oleh tanah.

Jelaskan tentang makanan khas suku kajang!


Salah satu makanan khas suku kajang ialah nasi dengan empat warna.
Delapan buah sesaji yang telah dipersiapkan mulai disusun di bilik di tepi
sawah. Sesaji berupa nasi empat warna, lauk pauk, buah-buahan ini diberkati
oleh Ammatowa dalam upacara Rumatang.

Pada upacara adat makan siang di tepi sawah ini mempunyai syarat tertentu.
Nasi yang dipersiapkan harus dari beras hitam. Karena jenis beras inilah yang
pertama kali dapat ditanam oleh leluhur mereka. Upacara makan siang
dilanjutkan dengan meminum sejenis minuman keras khas Sulawesi Selatan
yang disebut “ballo”

KESIMPULAN MENGENAI SUKU KAJANG


Suku Kajang merupakan suku yang masih memegang teguh ritual adatnya
hingga saat ini. Meskipun sekarang sudah banyak suku pedalaman yang
meninggalkan ritual adatnya. Suku kajang juga merupakan suku yang sangat
tidak bisa menerima perubahan meskipun hanya sedikit. Mereka menganggap
perubahan itu melanggar hukum adat yang di buat oleh nenek moyang
mereka.

Suku unik, alami, sederhana, alam yang masih asri, hutan yang masih terjaga,
dan lain-lain, menjadikan kajang adalah salah satu faforit wisata budaya.
Salah satunya yang membuat terhambatnya wisata kesana adalah, ketakukan
orang luar memasuki kajang. Karena mendengar orang kajang sendiri orang
akan takut akan “dotinya”, semacam sihir dan kekuatan ghaib yang bisa
mematikan. Selain itu, “tau kajang” sendiri agak tertutup dengan orang-orang
luar.

SARAN

Sebagai warga masyarakat Sulawesi selatan, kita harus melestarikan budaya


suku kajang ini.
Masyarak suku kajang harus tetap menjaga apapun yang telah di sediakan
tuhan di dalam alam
Dengan megetahui kebiasaan suku kajang yang sangat sederhana, kita juga
tidakboleh serakah pada alam.

Anda mungkin juga menyukai